Makalah Instrumen Kelompok 9
Makalah Instrumen Kelompok 9
MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Instrumen Penilaian
Yang dibimbing oleh Bapak Dr. Muhardjito, M.S
Kelompok 9
Offering B
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah
dan rahmat-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah langkah-langkah
menyusun soal berpikir kritis matakuliah Pengembangan Instrumen Penilaian dengan baik.
Pada kesempatan ini saya juga ingin menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya
kepada:
1. Bapak Dr. Muhardjito, M.S. selaku dosen pembimbing matakuliah Pengembangan
Instrumen Penilaian .
2. Rekan-rekan kelompok yang telah bekerjasama dengan baik dalam menyelesaikan
makalah ini
Makalah ini berisi tentang hasil diskusi kami tentang berpikir kritis. Mengingat makalah
ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan baik dari segi isi, penulisan
maupun bahasa yang digunakan. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran-saran
yang bersifat membangun untuk lebih baik lagi. Demikian, makalah ini saya buat dengan
harapan semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ............................................................................................... 23
A. Latar Belakang
Berpikir kritis saat ini menjadi salah satu tujuan penting dari pendidikan. Di berbagai
negara, berpikir kritis telah menjadi salah satu kompetensi, tujuan dan sasaran yang ingin
dicapai dalam pendidikan. Berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk
krhidupan dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan. Dewasa ini, Partnership for
21 st Century Skills telah mengidentifikasi bahwa berpikir kritis menjadi salah satu dari
beberapa kemampuan yang dibutuhkan untuk mnyiapkan bahwa berpikir kritis sebagai lintas
disiplin ilmu yang sangat penting untuk sswa dan pekerja (Lai, 2011). Keterampilan berpikir
kritis juga dinyatakan sebagai salah satu modal dasar atau model intelektual yang sangat
penting bagi setiap orang dan merupakan bagian yang fundamental dari kematangan manusia
(Liliasari, 2001).
Permen 22 Tahun 2006 (Standar Isi) menyatakan mata pelajaran matematika diberikan
kepada semua peserta didik untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Oleh karena itu sangat
diperlukan peningkatan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang merupakan salah satu
prioritas dalam pembelajaran matematika sekolah.
Secara umum, keterampilan berpikir terdiri atas empat tingkat, yaitu: menghafal (recall
thinking), dasar (basic thinking), kritis (critical thinking) dan kreatif (creative thinking) (Krulik
& Rudnick, 1999). Tingkat berpikir paling rendah adalah keterampilan menghafal (recall
thinking) yang terdiri atas keterampilan yang hampir otomatis atau refleksif. Tingkat berpikir
selanjutnya adalah keterampilan dasar (basic thinking). Keterampilan ini meliputi memahami
konsep-konsep seperti penjumlahan, pengurangan dan sebagainya termasuk aplikasinya dalam
soal-soal.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini sebagai berikut.
1. Bagaimana soal berpikir kritis menurut Ennis?
2. Bagaimana rubrik penilaian kemampuan berpikir kritis menurut Ennis?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan kegiatan di atas, maka tujuannya sebagai berikut.
1. Menjelaskan soal berpikir kritis menurut Ennis.
2. Menjelaskan rubrik penilaian kemampuan berpikir kritis menurut Ennis.
BAB II
PEMBAHASAN
Berpikir kritis tidak sama dengan mengakumulasi informasi. Seorang dengan daya
ingat baik dan memiliki banyak fakta tidak berarti seorang pemikir kritis. Seorang
pemikir kritis mampu menyimpulkan dari apa yang diketahuinya, dan mengetahui cara
memanfaatkan informasi untuk memecahkan masalah, dan mencari sumber-sumber
informasi yang relevan untuk dirinya. Berpikir kritis tidak sama dengan sikap
argumentatif atau mengecam orang lain. Berpikir kritis bersifat netral, objektif, tidak
bias. Meskipun berpikir kritis dapat digunakan untuk menunjukkan kekeliruan atau
alasan-alasan yang buruk, berpikir kritis dapat memainkan peran penting dalam kerja
sama menemukan alasan yang benar maupun melakukan tugas konstruktif. Pemikir kritis
mampu melakukan introspeksi tentang kemungkinan bias dalam alasan yang
dikemukakannya.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis merupakan
kemampuan menelaah atau menganalisis suatu sumber, mengidentifikasi sumber yang
relevan dan yang tidak relevan, mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi, menerapkan
berbagai strategi untuk membuat keputusan yang sesuai dengan standar penilaian.
Menurut Ennis (1996: 364) terdapat 6 unsur dasar dalam berpikir kritis yang disingkat
menjadi FRISCO :
F (Focus) : Untuk membuat sebuah keputusan tentang apa yang diyakini maka harus bisa
memperjelas pertanyaan atau isu yang tersedia, yang coba diputuskan itu
mengenai apa.
S (Situation) : Memahami situasi dan selalu menjaga situasi dalam berpikir akan membantu
memperjelas pertanyaan (dalam F) dan mengetahui arti istilah-istilah kunci,
bagian-bagian yang relevan sebagai pendukung.
Menurut Ennis indikator kemampuan berpikir kritis dapat diturunkan dari aktivitas
kritis siswa meliputi: a) mencari pernyataan yang jelas dari pertanyaan; b) mencari alasan; c)
berusaha mengetahui informasi dengan baik; d) memakai sumber yang memiliki kredibilitas
dan menyebutkannya; e) memerhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan; f) berusaha
tetap relevan dengan ide utama; g) mengingat kepentingan yang asli dan mendasar; h) mencari
alternatif; i) bersikap dan berpikir terbuka; j) mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup
untuk melakukan sesuatu; k) mencari penjelasan sebanyak mungkin; l) bersikap secara
sistematis dan teratur dengan bagian dari keseluruhan masalah
Pada dasarnya keterampilan berpikir kritis menurut Norris dan Ennis (1989) membagi
komponen kemampuan penguasaan pengetahuan menjadi lima keterampilan, yang selanjutnya
disebut keterampilan berpikir kritis, seperti dipaparkan berikut:
1. Keterampilan untuk menolak informasi yang tidak benar dan tidak relevan,
2. Keterampilan untuk mendeteksi kekeliruan dan memperbaiki kekeliruan konsep.
3. Keterampilan untuk mengambil keputusan atau kesimpulan setelah seluruh fakta
dikumpulkan dan mempertimbangkan,
4. Keterampilan untuk mencari solusi baru.
Kemudian 12 indikator tersebut dijabarkan dalam beberapa sub indikator seperti pada
tabel di bawah ini: Tabel 2.1. Dua Belas Indikator Keterampilan Berpikir Kritis Menurut Ennis.
Berpikir kritis dapat terjadi ketika seorang membuat keputusan atau memecahkan suatu
masalah. Ketika seorang mempertimbangkan apakah akan mempercayai atau tidak
mempercayai, melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan, atau mempertimbangkan untuk
bertindak dengan alasan dan kajian yang kuat, maka ia sedang menggunakan cara berpikir
kritis. Karakteristik dari soal berpikir kritis sebagai berikut:
1. Soal berbentuk essay harapannya adalah dengan soal berbentuk essay kita dapat melihat
proses identifikasi masalah, proses yang baik atau strategi penyelesaian yang detail.
2. Soal berbentuk open ended Soal berbentuk open ended mengarahkan siswa untuk penalaran
dan juga memungkinkan strategi penyelesaian yang berbeda antara satu siswa dengan siswa
yang lain
3. Soal mempunyai konteks. konteks masalah dapat meliputi: Personal problems,
troubling emotions, bad habits, financial matters, responsibilities, future
plans, our beliefs and values, personal relationships, key decisions, politics in
our life, opportunities, health, security, our experience, personal fulfillment
4. Konteks/situasi yang beragam akan terlihat bahwa matematika itu luas dan memberikan
keluasaan siswa untuk memandang masalah dari sudut pandang ya ng berbeda
5. Pertanyaan memuat penalaran Hal ini dilakukan agar siswa fokus dalam melihat
permasalahan matematika yang disajikan dan memungkinkan untuk melakukan overview
6. Memuat intertwining Hal ini dilakukan sebagi langkah agas siswa dapat menganalis dan
mengklarifikasi masalah sehingga strategi penyelesaian yang tepat dapat dipilih
KISI-KISI INSTRUMEN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS SOAL URAIAN di SMP
No Kesesuaian Skor
Kritis Soal
1
Jawaban:
2 Saat siang hari matahari menyinari Menyimp mendeduksi 4 Peserta didik mampu
daratan dan lautan. Daratan dan lautan ulkan atau menyimpulkan bahwa
tersebut mendapatkan jatah kalor yang mempertimb daratan akan lebih cepat
sama dari cahaya matahari. Antara angkan hasil panas dengan alasan
daratan dan lautan manakah yang akan deduksi, yang tepat.
lebih panas? menginduksi
atau
mempertimb Peserta didik mampu
Jawaban: angkan hasil menyimpulkan bahwa
induksi, 3 daratan akan lebih cepat
Kalor jenis daratan lebih kecil daripada
membuat panas dengan alasan
kalor jenis air laut. Akibatnya ketika
serta kurang tepat.
dipanaskan oleh cahaya matahari pada
menentukan
siang hari, kenaikan suhu daratan lebih
nilai
besar daripada kenaikan suhu air laut.
pertimbanga Peserta didik mampu
Jadi walaupun mendapat jatah kalor
n, menyimpulkan bahwa
daratan akan lebih cepat
yang sama dari matahri, daratan akan panas dari pada lautan
lebih cepat panas daripada air laut. dengan tanpa alasan.
2
Jawaban: 2
4 Gambarkan gaya tarik partikel pada 3 memberik mendefinisik 4 Peserta didik mampu
jenis zat yaitu zat padat, zat cair dan an an istilah dan menggambarkan gaya tarik
zat gas dengan memberikan penjelasan penjelasan pertimbanga antar partikel pada 3 jenis
masing-masing.... lanjut n definisi
dalam tiga
dimensi, zat dan menjelaskan
mengidentifi masing-masing.
Jawaban:
kasi asumsi
(Ennis, 1985)
D. Rubrik Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis
Keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu kecakapan hidup personal yang
perlu dikembangkan melalui proses pendidikan. Berbagai hasil penelitian menunjukkan
bahwa kemampuan berpikir kritis dapat dilatihkan dengan beragam cara. Pada konteks
belajar di kelas, kemampuan berpikir kritis dapat diintegrasikan bersama penerapan
ragam model pembelajaran.
Selain pengembangan kemampuan berpikir kritis melalui pembelajaran, sisi lain dari
berpikir kritis yang perlu diperhatikan adalah pengukurannya. Salah satu tujuannya, jelas
bahwa untuk mengetahui keberhasilan pengembangan kemampuan tersebut. Ennis (2011)
menyarankan agar asesmen berpikir kritis terus dikembangkan. Selama ini belum ada
kesepakatan pasti mengenai definisi berpikir kritis sehingga peluang pengembangan
asesmen berpikir kritis berdasarkan berbagai definisi terbuka luas.
Menurut Ennis (2001) tes untuk mengukur kemampuan berpikir kritis, dapat
dibedakan menjadi tes spesifik untuk suatu topik dan tes yang umum (untuk semua topik).
Tes berpikir kritis spesifik untuk suatu topik mengukur hanya satu topik atau subjek saja,
sedangkan tes berpikir kritis umum mengunakan konten dari berbagai bidang atau bersifat
umum. Komite National Academy of Education merekomendasikan untuk
mengembangkan tes berpikir tingkat tinggi yang spesifik untuk suatu subjek. Pemahaman
penuh mengenai suatu subjek atau topik menunjukkan bahwa seseorang dapat berpikir
dengan baik pada suatu subjek. Ennis mengatakan bahwa belum ada tes berpikir kritis
yang spesifik untuk suatu subjek yang tujuan utamanya adalah mengukur berpikir kritis
pada suatu bidang atau topik yang spesifik (Ennis 2001).
Pada usulan asesmen berpikir kritis dalam tulisan ini, lebih cenderung pada format tes
essay. Format asesmen ini disusun berdasarkan berbagai pertimbangan, di antaranya bentuk
soal tes yang sering digunakan para pendidik di Indonesia. Reiner dkk. (2002) menjelaskan
bahwa pada umunya para pendidik lebih memilih bentuk pertanyaan essay daripada bentuk
lain karena bentuk essay mendorong siswa untuk menunjukkan respon atau jawaban
daripada hanya memilih jawaban.
Beberapa ahli pendidikan menggunakan tes essay karena mempunyai potensi untuk
mengungkap kemampuan siswa untuk mengungkapkan alasan, menyusun, menganalisis,
mensintesis, dan mengevaluasi. Beberapa kelebihan tes essay adalah sebagai berikut.
1. Dapat digunakan untuk menilai kemampuan berpikir tingkat tinggi atau kemampuan
berpikir kritis,
2. Dapat mengevaluasi proses berpikir dan bernalar siswa, dan
3. Memberikan pengalaman autentik.
Lebih lanjut Reiner dkk., (2002) menyatakan bahwa tes essay merupakan cara yang
efektif untuk menilai hasil pembelajaran yang kompleks yang tidak dapat diases dengan
bentuk tes lainnya yang umum. Pada kenyataannya, beberapa proses berpikir yang
kompleks hanya dapat diasses melalui tes essay. Tes essay berpikir kritis menurut Ennis
(2001) dibagi menjadi tiga macam yaitu, high structure, medium stucture dan minimal
structure. Contoh tes essay high structure adalah Ennis-Weir critical Thinking Essay Test.
Pada tes essay high structure ditunjukkan sebuah topik argumetatif (sebuah surat untuk
editor) dengan paragraf yang diberi nomor, yang sebagian besar masih salah. Selanjutnya
siswa diminta untuk menilai kebenaran setiap paragraf dan keseluruhan topik, serta
mempertahankan penilaian mereka tersebut.
Selanjutnya tes essay medium stucture merupakan tes yang lebih disederhanakan dari
high structure, yaitu dengan memberikan topik argumentatif dan meminta siswa memberi
respon berupa argumen pada topik tersebut dan mempertahankan tanggapan tersebut tanpa
menentukan organisasi respon. Contoh tes essay medium stucture adalah College Board
AP test. Rubrik pensekoran untuk tes essay medium stucture dapat menggunakan penskoran
holistic atau analytic. Rubrik penskoran holistic lebih cepat dan murah, sedangkan rubrik
penskoran analytic memberikan informasi lebih banyak dan lebih bermanfaat untuk suatu
tujuan tertentu. Ketiga adalah tes essay minimal structure yang merupakan bentuk paling
sederhana karena terdiri dari suatu pertanyaan yang harus dijawab atau suatu masalah yang
harus ditangani.
Berdasarkan paparan mengenai asesmen berpikir kritis model tes essay sebelumnya,
diketahui bahwa tes essay minimal structure lebih menjanjikan untuk dikembangkan.
Selain itu, model tes essay tersebut lebih sesuai untuk digunakan di Indonesia karena di
Indonesia asesmen yang umum digunakan adalah dalam bentuk soal essay dengan jumlah
yang banyak.
Adapun Rubrik yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis yaitu
sebagai berikut:
3 Menganalisis argument
3 Mempertimbangkan definisi
Data yang sudah dinilai sesuai rubrik pedoman penskoran kemudian ditentukan
persentase keterpenuhan masing-masing indikator. Berpikir kritis menurut Norris & Ennis,
terdiri dari beberapa indikator, yaitu:
d) penjelasan lebih lanjut terdiri dari: identifikasi istilah, definisi dan asumsi;
e) mengatur strategi dan taktik terdiri dari: penentuan tindakan dan interaksi terhadap
orang lain. Presentase keterpenuhan setiap indikator kemampuan berpikir kritis
berdasarkan rumus sebagai berikut:
𝐴1
𝑃1 = 𝑥 100%
𝑛
81-90 Kritis
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Berpikir kritis telahl diketahui sangat penting untuk kehidupan seseorang. Berpikir
kritis dapat dilatih melalui berbagai cara, salah satunya yaitu dengan memahami soal
berpikir kritis. Untuk melihat keberhasilan dalam upaya memberdayakan keteramplan
berpikir kritis perlu dilakukan suatu penilaian atau asesmen.
2. Rubrik Penilaian Kemampuan Berrpikir Kritis
3 Menganalisis argument
3 Mempertimbangkan definisi
𝐴1
𝑃1 = 𝑥 100%
𝑛
Presentase Kategori
81-90 Kritis
Beyer, B.K. 1995. Critical Thinking. Bloomington IN: Phi Delta Kappa Educational
Foundation.
Chance, P. 1986. Thinking in the classroom: A survey of programs. New York: Teachers
College, Columbia University.
Ennis, R,H. 1989. Evoluting Critical Thinking. Pasific Grove, C.A. Midwest Publication.
Ennis, R. H. 2001. Critical Thinking Assessment.The Ohio State University. 32, (3).
(Online)(http://www3.qcc.cuny.edu/WikiFiles/file/Ennis%20Critical%20Thinking%
20Assessment.pdf), diakses tanggal 15 Oktober 2018.
Finken dan Ennis. 1993. Illinois Critical Thinking Essay Test. Illinois Critical Thinking Project.
Departement of Educational Policy Studies University of Illinois. (online)
(http://www.criticalthinking.net/IllCTEssayTestFinken-Ennis12-1993LowR.pdf),
diakses tanggal 15 Oktober 2018
Hassoubah, Izhab Zaleha. 2004. Developing Creatif and Critical Thinking Skill (Cara Berpikir
Kreatif dan Kritis). Nuansa: Bandung
Mustaji. 2012. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif dalam Pembelajaran.
Nurkhofifah & Mayasar, Tantri. 2018. Profil Kemampuan Berpikir Kritis Pelajaran Fisika
Siswa SMP. Seminar Nasional Quantum, 25 (6pp), 2477-1511.
Reiner, CM, Bothell, TW, Sudweeks, RR, dan Wood, B. 2002. Preparing Effective Essay
Questions: A Self-directed Workbook for Educators. (Online) (https://testing.byu.edu/
handbooks/WritingEffectiveEssayQuestions.pdf, Diakses tanggal 15 Oktober 2018.