Anda di halaman 1dari 29

LANGKAH-LANGKAH MENYUSUN SOAL BERPIKIR KRITIS

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Instrumen Penilaian
Yang dibimbing oleh Bapak Dr. Muhardjito, M.S

Kelompok 9
Offering B

Aan Setya Nugroho 160351606468


Alifia Asterina Putri 160351606469
Hernanda Bayu 1503516064

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Oktober 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah
dan rahmat-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah langkah-langkah
menyusun soal berpikir kritis matakuliah Pengembangan Instrumen Penilaian dengan baik.
Pada kesempatan ini saya juga ingin menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya
kepada:
1. Bapak Dr. Muhardjito, M.S. selaku dosen pembimbing matakuliah Pengembangan
Instrumen Penilaian .
2. Rekan-rekan kelompok yang telah bekerjasama dengan baik dalam menyelesaikan
makalah ini
Makalah ini berisi tentang hasil diskusi kami tentang berpikir kritis. Mengingat makalah
ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan baik dari segi isi, penulisan
maupun bahasa yang digunakan. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran-saran
yang bersifat membangun untuk lebih baik lagi. Demikian, makalah ini saya buat dengan
harapan semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Malang, 29 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ................................................................................................... 1

Kata Pengantar ...................................................................................................... 2

Daftar Isi ............................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 4

A. Latar Belakang .......................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
C. Tujuan ....................................................................................................... 5

Bab II PEMBAHASAN ........................................................................................ 7

A. Pengertian Berpikir Kritis ......................................................................... 7


B. Indikator Berpikir Kritis Menurut Ennis ................................................... 9
C. Karakteristik Soal Berpikir Kritis Menurut Ennis .................................... 9
D. Rubrik Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis ......................................... 9

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 23

A. Kesimpulan ............................................................................................... 23

Daftar Pustaka ...................................................................................................... 25


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berpikir kritis saat ini menjadi salah satu tujuan penting dari pendidikan. Di berbagai
negara, berpikir kritis telah menjadi salah satu kompetensi, tujuan dan sasaran yang ingin
dicapai dalam pendidikan. Berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk
krhidupan dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan. Dewasa ini, Partnership for
21 st Century Skills telah mengidentifikasi bahwa berpikir kritis menjadi salah satu dari
beberapa kemampuan yang dibutuhkan untuk mnyiapkan bahwa berpikir kritis sebagai lintas
disiplin ilmu yang sangat penting untuk sswa dan pekerja (Lai, 2011). Keterampilan berpikir
kritis juga dinyatakan sebagai salah satu modal dasar atau model intelektual yang sangat
penting bagi setiap orang dan merupakan bagian yang fundamental dari kematangan manusia
(Liliasari, 2001).

Permen 22 Tahun 2006 (Standar Isi) menyatakan mata pelajaran matematika diberikan
kepada semua peserta didik untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Oleh karena itu sangat
diperlukan peningkatan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang merupakan salah satu
prioritas dalam pembelajaran matematika sekolah.

Secara umum, keterampilan berpikir terdiri atas empat tingkat, yaitu: menghafal (recall
thinking), dasar (basic thinking), kritis (critical thinking) dan kreatif (creative thinking) (Krulik
& Rudnick, 1999). Tingkat berpikir paling rendah adalah keterampilan menghafal (recall
thinking) yang terdiri atas keterampilan yang hampir otomatis atau refleksif. Tingkat berpikir
selanjutnya adalah keterampilan dasar (basic thinking). Keterampilan ini meliputi memahami
konsep-konsep seperti penjumlahan, pengurangan dan sebagainya termasuk aplikasinya dalam
soal-soal.

Berpikir kritis adalah berpikir yang memeriksa, menghubungkan, dan mengevaluasi


semua aspek dari situasi atau masalah. Termasuk di dalamnya mengumpulkan, mengorganisir,
mengingat, dan menganalisa informasi. Berpikir kritis termasuk kemampuan membaca dengan
pemahaman dan mengidentifikasi materi yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan. Ini juga
berarti mampu menarik kesimpulan dari data yang diberikan dan mampu menentukan
ketidakkonsistenan dan pertentangan dalam sekelompok data. Berpikir kritis adalah analitis
dan refleksif.

Sejak awal 1980-an perhatian terhadap pembelajaran berpikir kritis meningkat


signifikan, dengan beragam asesmen yang dikembangkan. Namun demikian, sejauh yang
dipaparkan oleh Ennis (2001), belum ada kesepakatan tentang hal tersebut. Diantara asesmen
yang tersedia, ada yang formatnya memungkinkan untuk digunakan namun sulit diterapkan
dalam pembelajaran, dan adapula yang disusun dengan kurang hati-hati. Hal ini membuka
peluang pengembangan format asesmen kemampuan berpikir kritis sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan. Ennis (2001) menyarankan agar asesmen berpikir kritis terus dikembangkan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini sebagai berikut.
1. Bagaimana soal berpikir kritis menurut Ennis?
2. Bagaimana rubrik penilaian kemampuan berpikir kritis menurut Ennis?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan kegiatan di atas, maka tujuannya sebagai berikut.
1. Menjelaskan soal berpikir kritis menurut Ennis.
2. Menjelaskan rubrik penilaian kemampuan berpikir kritis menurut Ennis.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Berpikir Kritis


Istilah berpikir kritis (critical thinking) sering disamakan artinya dengan
berpikir konvergen, berpikir logis (logical thinking) dan reasoning. Menurut R. H. Ennis
(1985) menyatakan bahwa , “critical thinking is reasonable, reflective thinking that is
focused on deciding waht to believe or do” yang artinya “berpikir kritis adalah berpikir
secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang
harus dipercayai atau dilakukan”. Berpikir kritis dapat dicapai dengan lebih mudah
apabila seseorang itu mempunyai disposisi dan kemampuan yang dapat dianggap sebagai
sifat dan karakteristik pemikir yang kritis8. Berpikir kritis dapat dengan mudah diperoleh
apabila seseorang memiliki motivasi atau kecenderungan dan kemampuan yang dianggap
sebagai sifat dan karakteristik pemikir kritis.

Selanjutnya Beyer dalam Hassoubah (2004), menyatakan bahwa kemampuan berpikir


kritis ini meliputi keterampilan untuk menentukan kredibilitas suatu sumber,
membedakan antara yang relevan dan yang tidak relevan, membedakan fakta dari
penilaian, mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan,
mengidentifikasi bias yang ada, mengidentifikasi sudut pandang, mengevaluasi bukti
yang ditawarkan. Selanjutnya Tyler dalam Redhana (2003: 13-14) berpendapat bahwa
pengalaman atau pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memperoleh keterampilan-keterampilan dalam pemecahan masalah dapat merangsang
keterampilan berpikir kritis siswa. Pertukaran gagasan yang aktif didalam kelompok kecil
tidak hanya menarik perhatian siswa tetapi juga dapat mempromosikan pemikiran kritis.
Kerjasama dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat dalam diskusi,
bertanggung jawab terhadap pelajaran sehingga dengan begitu mereka menjadi pemikir
yang kritis (Totten dalam Gokhale 2002).

Berpikir kritis tidak sama dengan mengakumulasi informasi. Seorang dengan daya
ingat baik dan memiliki banyak fakta tidak berarti seorang pemikir kritis. Seorang
pemikir kritis mampu menyimpulkan dari apa yang diketahuinya, dan mengetahui cara
memanfaatkan informasi untuk memecahkan masalah, dan mencari sumber-sumber
informasi yang relevan untuk dirinya. Berpikir kritis tidak sama dengan sikap
argumentatif atau mengecam orang lain. Berpikir kritis bersifat netral, objektif, tidak
bias. Meskipun berpikir kritis dapat digunakan untuk menunjukkan kekeliruan atau
alasan-alasan yang buruk, berpikir kritis dapat memainkan peran penting dalam kerja
sama menemukan alasan yang benar maupun melakukan tugas konstruktif. Pemikir kritis
mampu melakukan introspeksi tentang kemungkinan bias dalam alasan yang
dikemukakannya.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis merupakan
kemampuan menelaah atau menganalisis suatu sumber, mengidentifikasi sumber yang
relevan dan yang tidak relevan, mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi, menerapkan
berbagai strategi untuk membuat keputusan yang sesuai dengan standar penilaian.
Menurut Ennis (1996: 364) terdapat 6 unsur dasar dalam berpikir kritis yang disingkat
menjadi FRISCO :

F (Focus) : Untuk membuat sebuah keputusan tentang apa yang diyakini maka harus bisa
memperjelas pertanyaan atau isu yang tersedia, yang coba diputuskan itu
mengenai apa.

R (Reason) : Mengetahui alasan-alasan yang mendukung atau melawan putusan-putusan


yang dibuat berdasarkan situasi dan fakta yang relevan.

I (Inference) : Membuat kesimpulan yang beralasan atau menyungguhkan. Bagian penting


dari langkah penyimpulan ini adalah mengidentifikasi asumsi dan mencari
pemecahan, pertimbangan dari interpretasi akan situasi dan bukti.

S (Situation) : Memahami situasi dan selalu menjaga situasi dalam berpikir akan membantu
memperjelas pertanyaan (dalam F) dan mengetahui arti istilah-istilah kunci,
bagian-bagian yang relevan sebagai pendukung.

C (Clarity) : Menjelaskan arti atau istilah-istilah yang digunakan.

O (Overview) : Melangkah kembali dan meneliti secara menyeluruh keputusan yang


diambil.
B. Indikator Berpikir Kritis Menurut Ennis

Menurut Ennis indikator kemampuan berpikir kritis dapat diturunkan dari aktivitas
kritis siswa meliputi: a) mencari pernyataan yang jelas dari pertanyaan; b) mencari alasan; c)
berusaha mengetahui informasi dengan baik; d) memakai sumber yang memiliki kredibilitas
dan menyebutkannya; e) memerhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan; f) berusaha
tetap relevan dengan ide utama; g) mengingat kepentingan yang asli dan mendasar; h) mencari
alternatif; i) bersikap dan berpikir terbuka; j) mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup
untuk melakukan sesuatu; k) mencari penjelasan sebanyak mungkin; l) bersikap secara
sistematis dan teratur dengan bagian dari keseluruhan masalah

Pada dasarnya keterampilan berpikir kritis menurut Norris dan Ennis (1989) membagi
komponen kemampuan penguasaan pengetahuan menjadi lima keterampilan, yang selanjutnya
disebut keterampilan berpikir kritis, seperti dipaparkan berikut:

1. Memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification), meliputi: memfokuskan


pertanyaan, menganalisis argumen, bertanya dan menjawab pertanyaan yang
membutuhkan penjelasan atau tantangan.
2. Membangun keterampilan dasar (basic support), meliputi: mempertimbangkan kredibilitas
sumber dan melakukan pertimbangan observasi.
3. Penarikan kesimpulan (inference), meliputi: menyusun dan mempertimbangkan deduksi,
menyusun dan mempertimbangkan induksi, menyusun keputusan dan mempertimbangkan
hasilny.
4. Memberikan penjelasan lebih lanjut (advance clarification), meliputi: mengdentifikasi
istilah dan mempertimbangkan definisi, an mengidentifikasi asumsi.
5. Mengatur strategi dan taktik (strategies and tactics), meliputi: menentukan suatu tindakakn
dan berinteraksi dengan orang lain.

Berdasarkan penjelasan indikator-indikator berpikir kritis diatas. Aspek kemampuan


berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut:

1. Keterampilan untuk menolak informasi yang tidak benar dan tidak relevan,
2. Keterampilan untuk mendeteksi kekeliruan dan memperbaiki kekeliruan konsep.
3. Keterampilan untuk mengambil keputusan atau kesimpulan setelah seluruh fakta
dikumpulkan dan mempertimbangkan,
4. Keterampilan untuk mencari solusi baru.
Kemudian 12 indikator tersebut dijabarkan dalam beberapa sub indikator seperti pada
tabel di bawah ini: Tabel 2.1. Dua Belas Indikator Keterampilan Berpikir Kritis Menurut Ennis.

No. Kelompok Indikator Sub Indikator

1. Memberikan 1.Memfokuskan 1. Mengidenifikasi atau merumuskan


penjelasan pertanyaan pertanyaan
sederhana 2. Mengidentifikasi atau merumuskan
kriteria untuk mempertimbangkan
kemungkinan jawaban
3. Menjaga kondisi berpikir

2. Menganalisis 1 Mengidentifikasi kesimpulan.


argument 2 Mengidentifikasi kalimat-kalimat
pertanyaan
3 Mengidentifikasi kalimat-kalimat
bukan pertanyaan
4 Mengidentifikasi dan menangani
suatu ketidaktepatan
5 Melihat struktur dari suatu
argument
6 Membuat ringkasan

3. Bertanya dan 1. Memberikan penjelasan sederhana


menjawab 2. Menyebutkan contoh
pertanyaan
2. Membangun 4. Mempertimbang 1. Mempertimbangkan keahlian
keterampilaan kan apakah 2. Mempertimbangkan kemenarikan
dasar sumber dapat konflik
dipercaya atau 3. Mempertimbangkan kesesuaian
tidak sumber
4. Mempertimbangkan penggunaan
prosedur yang tepat
5. Mempertimbangkan risiko untuk
reputasi
6. Kemampuan untuk memberikan
alasan

5. Mengobservasi 1. Melibatkan sedikit dugaan


dan 2. Menggunakan waktu yang singkat
mempertimbang antara observasi dan laporan
kan laporan 3. Melaporkan hasil observasi
observasi 4. Merekam hasil observasi
5. Menggunakan bukti-bukti yang
benar
6. Menggunakan akses yang baik
7. Menggunakan teknologi
8. Mempertanggungjawabkan hasil
observasi

3. Menyimpulkan 6. Mendeduksi dan 1. Siklus logika Euler


mempertimbang 2. Mengkondisikan logika
kan hasil 3. Menyatakan tafsiran
deduksi
7. Menginduksi 1. Mengemukakan hal yang umum
dan 2. Mengemukakan kesimpulan dan
mempertimbang hipotesis
kan hasil induksi 3. Mengemukakan hipotesis
4. Merancang eksperimen
5. Menarik kesimpulan sesuai fakta
6. Menarik kesimpulan dari hasil
menyelidiki
8. Membuat dan 1. Membuat dan menentukan hasil
menentukan pertimbangan berdasarkan latar
hasil belakang fakta-fakta
pertimbangan 2. Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan berdasarkan akibat
3. Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan berdasarkan
penerapan fakta
4. Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan

4. Memberikan 9. Mendefinisikan 1. Membuat bentuk definisi


penjelasan istilah 2. Strategi membuat definisi
lanjut danmempertimb 3. Bertindak dengan memberikan
angkan suatu penjelasan lanjut
definisi 4. Mengidentifikasi dan menangani
ketidakbenaran yg disengaja
5. Membuat isi definisi

10. Mengidentifikas 1. Penjelasan bukan pernyataan


i asumsi-asumsi 2. Mengonstruksi argumen

5, Mengatur 11. Menentukan 1. Mengungkap masalah


strategi dan suatu tindakan 2. Memilih kriteria untuk
taktik mempertimbangkan solusi yang
mungkin
3. Merumuskan solusi alternative
4. Menentukan tindakan sementara
5. Mengulang kembali
6. Mengamati penerapannya

12. Berinteraksi 1. Menggunakan argument


dengan orang 2. Menggunakan strategi logika
lain 3. Menggunakan strategi retorika
4. Menunjukkan posisi, orasi, atau
tulisan

C. Karakteristik Soal Berpikir Kritis

Berpikir kritis dapat terjadi ketika seorang membuat keputusan atau memecahkan suatu
masalah. Ketika seorang mempertimbangkan apakah akan mempercayai atau tidak
mempercayai, melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan, atau mempertimbangkan untuk
bertindak dengan alasan dan kajian yang kuat, maka ia sedang menggunakan cara berpikir
kritis. Karakteristik dari soal berpikir kritis sebagai berikut:

1. Soal berbentuk essay harapannya adalah dengan soal berbentuk essay kita dapat melihat
proses identifikasi masalah, proses yang baik atau strategi penyelesaian yang detail.
2. Soal berbentuk open ended Soal berbentuk open ended mengarahkan siswa untuk penalaran
dan juga memungkinkan strategi penyelesaian yang berbeda antara satu siswa dengan siswa
yang lain
3. Soal mempunyai konteks. konteks masalah dapat meliputi: Personal problems,
troubling emotions, bad habits, financial matters, responsibilities, future
plans, our beliefs and values, personal relationships, key decisions, politics in
our life, opportunities, health, security, our experience, personal fulfillment
4. Konteks/situasi yang beragam akan terlihat bahwa matematika itu luas dan memberikan
keluasaan siswa untuk memandang masalah dari sudut pandang ya ng berbeda
5. Pertanyaan memuat penalaran Hal ini dilakukan agar siswa fokus dalam melihat
permasalahan matematika yang disajikan dan memungkinkan untuk melakukan overview
6. Memuat intertwining Hal ini dilakukan sebagi langkah agas siswa dapat menganalis dan
mengklarifikasi masalah sehingga strategi penyelesaian yang tepat dapat dipilih
KISI-KISI INSTRUMEN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS SOAL URAIAN di SMP

No Kesesuaian Skor

Aspek Ranah Kognitif antara

Soal & Jawaban Berfikir Indikator Soal Indikator dan

Kritis Soal

C-4 C-5 C-6 Ya Tidak

1 penjelasan memfokuska  4 Peserta didik mampu


sederhana n pertanyaan, mengidentifikasi benda
menganalisis dengan massa jenis
pertanyaan, terkecil merupakan benda
bertanya dan yang paling mudah
menjawab terapung dengan tepat
Nama Massa Jenis (kg / tentang
bahan m3) suatu
penjelasan Peserta didik mampu
Kayu 700
menyatakan bahwa kayu
Fiber glass 2000 adalah benda yang paling
3
mudah terapung dengan
Baja 7850
alasan kurang tepat
Beton 2200

Besi 7800 Peserta didik mampu


menyatakan bahwa kayu
adalah benda yang paling
Diatas adalah bahan-bahan yang bisa mudah terapung tanpa
digunakan untuk pembuatan perahu penjelasan.
2
beserta massa jenisnya. Dari tabel
diatas, dengan massa jenis air laut 1025
kg / m3 bahan manakah yang Peserta didik belum
kemungkinan untuk tenggelamnya mampu menyatakan
paling kecil apabila dilihat dari massa bahwa kayu adalah benda
jenisnya? yang paling mudah
terapung dengan
penjelasan kurang tepat

1
Jawaban:

Perahu yang terbuat dari kayu tentu


sangat ringan untuk dapat terapung di
laut, karena massa jenis kayu lebih
kecil dibandingkan massa jenis air laut,
sehingga perahu yang terbuat dari kayu
akan memiliki kemungkinan
tenggelam paling kecil dibandingkan
bahan lainnya.

2 Saat siang hari matahari menyinari Menyimp mendeduksi  4 Peserta didik mampu
daratan dan lautan. Daratan dan lautan ulkan atau menyimpulkan bahwa
tersebut mendapatkan jatah kalor yang mempertimb daratan akan lebih cepat
sama dari cahaya matahari. Antara angkan hasil panas dengan alasan
daratan dan lautan manakah yang akan deduksi, yang tepat.
lebih panas? menginduksi
atau
mempertimb Peserta didik mampu
Jawaban: angkan hasil menyimpulkan bahwa
induksi, 3 daratan akan lebih cepat
Kalor jenis daratan lebih kecil daripada
membuat panas dengan alasan
kalor jenis air laut. Akibatnya ketika
serta kurang tepat.
dipanaskan oleh cahaya matahari pada
menentukan
siang hari, kenaikan suhu daratan lebih
nilai
besar daripada kenaikan suhu air laut.
pertimbanga Peserta didik mampu
Jadi walaupun mendapat jatah kalor
n, menyimpulkan bahwa
daratan akan lebih cepat
yang sama dari matahri, daratan akan panas dari pada lautan
lebih cepat panas daripada air laut. dengan tanpa alasan.
2

Peserta didik belum


mampu menyimpulkan
bahwa daratan akan lebih
cepat panas dari pada
lautan.

3 Perhatikan pernyataan-pernyataan membang mempertimb  4 Peserta didik mampu


berikut. un angkan mengidentifikasi dan
keterampil apakah menyebutkan pernyataan
1. Kalor dari sebuah lampu dapat
an dasar sumber dapat yang salah dan benar beserta
dirambatkan secara konveksi dan
dipercaya alasannya dengan tepat.
radiasi
atau tidak,
2. Perambatan kalor pada besi secara mengamati
konveksi serta Peserta didik mampu
mempertimb mengidentifikasi pernyataan
3. Aliran udara pada cerobong asap angkan suatu 3 yang salah dengan alasan
secara konveksi 140 laporan hasil yang kurang tepat.
observasi
4. Panas matahari dirambatkan secara
radiasi
Peserta didik mampu
Pernyataan di atas yang salah adalah mengidentifikasi pernyataan
.... yang salah tanpa alasan.

Jawaban: 2

Perambatan kalor pada besi bukan Peserta didik belum mampu


terjadi secara konveksi, namun terjadi mengidentifikasi
secara konduksi. Konduksi terjadi pada pernyataan yang salah,
benda padat. Besi merupakan salah namun mampu menjawab
satu contoh dari konduktor yaitu benda soal tersebut walaupun
1
yang dapat menghantarkan panas salah.
dengan baik.

4 Gambarkan gaya tarik partikel pada 3 memberik mendefinisik  4 Peserta didik mampu
jenis zat yaitu zat padat, zat cair dan an an istilah dan menggambarkan gaya tarik
zat gas dengan memberikan penjelasan penjelasan pertimbanga antar partikel pada 3 jenis
masing-masing.... lanjut n definisi
dalam tiga
dimensi, zat dan menjelaskan
mengidentifi masing-masing.
Jawaban:
kasi asumsi

Peserta didik mampu


3
menggambarkan gaya tarik
antar partikel pada 3 jenis
Zat padat mempunyai gaya tarik antar zat dan mampu
partikel yang kuat. menjelaskan masing-

Zat gas mempunyai gaya tarik antar masing dengan kurang


tepat.
partikel sangat lemah.

Zat cair mempunyai gaya tarik antar


partikel agak lemah. Peserta didik mampu
menggambarkan gaya tarik
antar partikel pada 3 jenis
zat tanpa menjelaskan
2
masing masing.
Peserta didik belum mampu
menggambarkan gaya tarik
antar partikel pada 3 jenis
zat.

5 Perhatikan peristiwa berikut: mengatur menentukan  4 Peserta didik mampu


strategi tindakan, dan mengevaluasi tentang
1. Berlari
dan taktik berinteraksi kegiatan yang dapat
2. Berteduh dibawah pohon dengan orang dilakukan untuk menaikkan
lain suhu tubuh dengan
3. Menyalakan kipas angin
menjawabnya pertanyaan
4. Berjemur di pinggir pantai dengan tepat.

5. Menggunakan pakaian tipis

Peserta didik mampu


mengevaluasi tentang
Agar dapat menaikkan suhu tubuh,
kegiatan yang dapat
maka kegiatan diatas yang dapat
3 dilakukan untuk menaikkan
dilakukan adalah.....dan berikan
suhu tubuh dengan
penjelasannya
menjawab kurang tepat
Jawaban : Peserta didik belum mampu
mengevaluasi tentang
Saat berlari dan berjemur dipinggir
kegiatan yang dapat
pantai, tubuh manusia akan mengalami
dilakukan untuk menaikkan
kenaikan suhu, dengan ditandai
suhu tubuh dengan
munculnya keringat. Sedangkan
menjawab kurang tepat
menyalakan kipas angin, menggunkan
2
baju tipis, berteduh dibawah pohon
dapat menurunkan suhu tubuh.
Peserta didik menjawab
pertanyaan dan penjelasan,
namun salah

(Ennis, 1985)
D. Rubrik Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis

Keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu kecakapan hidup personal yang
perlu dikembangkan melalui proses pendidikan. Berbagai hasil penelitian menunjukkan
bahwa kemampuan berpikir kritis dapat dilatihkan dengan beragam cara. Pada konteks
belajar di kelas, kemampuan berpikir kritis dapat diintegrasikan bersama penerapan
ragam model pembelajaran.

Selain pengembangan kemampuan berpikir kritis melalui pembelajaran, sisi lain dari
berpikir kritis yang perlu diperhatikan adalah pengukurannya. Salah satu tujuannya, jelas
bahwa untuk mengetahui keberhasilan pengembangan kemampuan tersebut. Ennis (2011)
menyarankan agar asesmen berpikir kritis terus dikembangkan. Selama ini belum ada
kesepakatan pasti mengenai definisi berpikir kritis sehingga peluang pengembangan
asesmen berpikir kritis berdasarkan berbagai definisi terbuka luas.

Menurut Ennis (2001) tes untuk mengukur kemampuan berpikir kritis, dapat
dibedakan menjadi tes spesifik untuk suatu topik dan tes yang umum (untuk semua topik).
Tes berpikir kritis spesifik untuk suatu topik mengukur hanya satu topik atau subjek saja,
sedangkan tes berpikir kritis umum mengunakan konten dari berbagai bidang atau bersifat
umum. Komite National Academy of Education merekomendasikan untuk
mengembangkan tes berpikir tingkat tinggi yang spesifik untuk suatu subjek. Pemahaman
penuh mengenai suatu subjek atau topik menunjukkan bahwa seseorang dapat berpikir
dengan baik pada suatu subjek. Ennis mengatakan bahwa belum ada tes berpikir kritis
yang spesifik untuk suatu subjek yang tujuan utamanya adalah mengukur berpikir kritis
pada suatu bidang atau topik yang spesifik (Ennis 2001).

Terdapat banyak publikasi yang mengetengahkan asesmen berpikir kritis, yang


sebagian besar berformat tes pilihan ganda. Tes tersebut memiliki kelebihan dalam hal
efisiensi dan biaya, namun saat ini dianggap kurang komprehensif. Penyusunan tes
pilihan ganda yang baik memerlukan banyak waktu dan membutuhkan serangkaian revisi,
uji coba, dan serangkaian revisi ulang.

Menurut Ennis, asesmen yang dikembangkan untuk kemampuan berpikir kritis


sebaiknya berformat tes open ended dibandingkan dengan tes pilihan ganda, karena tes
open ended dinyatakan lebih komprehensif. Berikut ini beberapa macam asesmen berpikir
kritis berformat tes open ended yang disampaikan Ennis (2011).
1. Tes pilihan ganda dengan penjelasan tertulis
2. Tes essay berpikir kritis

Pada usulan asesmen berpikir kritis dalam tulisan ini, lebih cenderung pada format tes
essay. Format asesmen ini disusun berdasarkan berbagai pertimbangan, di antaranya bentuk
soal tes yang sering digunakan para pendidik di Indonesia. Reiner dkk. (2002) menjelaskan
bahwa pada umunya para pendidik lebih memilih bentuk pertanyaan essay daripada bentuk
lain karena bentuk essay mendorong siswa untuk menunjukkan respon atau jawaban
daripada hanya memilih jawaban.

Beberapa ahli pendidikan menggunakan tes essay karena mempunyai potensi untuk
mengungkap kemampuan siswa untuk mengungkapkan alasan, menyusun, menganalisis,
mensintesis, dan mengevaluasi. Beberapa kelebihan tes essay adalah sebagai berikut.

1. Dapat digunakan untuk menilai kemampuan berpikir tingkat tinggi atau kemampuan
berpikir kritis,
2. Dapat mengevaluasi proses berpikir dan bernalar siswa, dan
3. Memberikan pengalaman autentik.

Lebih lanjut Reiner dkk., (2002) menyatakan bahwa tes essay merupakan cara yang
efektif untuk menilai hasil pembelajaran yang kompleks yang tidak dapat diases dengan
bentuk tes lainnya yang umum. Pada kenyataannya, beberapa proses berpikir yang
kompleks hanya dapat diasses melalui tes essay. Tes essay berpikir kritis menurut Ennis
(2001) dibagi menjadi tiga macam yaitu, high structure, medium stucture dan minimal
structure. Contoh tes essay high structure adalah Ennis-Weir critical Thinking Essay Test.
Pada tes essay high structure ditunjukkan sebuah topik argumetatif (sebuah surat untuk
editor) dengan paragraf yang diberi nomor, yang sebagian besar masih salah. Selanjutnya
siswa diminta untuk menilai kebenaran setiap paragraf dan keseluruhan topik, serta
mempertahankan penilaian mereka tersebut.

Selanjutnya tes essay medium stucture merupakan tes yang lebih disederhanakan dari
high structure, yaitu dengan memberikan topik argumentatif dan meminta siswa memberi
respon berupa argumen pada topik tersebut dan mempertahankan tanggapan tersebut tanpa
menentukan organisasi respon. Contoh tes essay medium stucture adalah College Board
AP test. Rubrik pensekoran untuk tes essay medium stucture dapat menggunakan penskoran
holistic atau analytic. Rubrik penskoran holistic lebih cepat dan murah, sedangkan rubrik
penskoran analytic memberikan informasi lebih banyak dan lebih bermanfaat untuk suatu
tujuan tertentu. Ketiga adalah tes essay minimal structure yang merupakan bentuk paling
sederhana karena terdiri dari suatu pertanyaan yang harus dijawab atau suatu masalah yang
harus ditangani.

Berdasarkan paparan mengenai asesmen berpikir kritis model tes essay sebelumnya,
diketahui bahwa tes essay minimal structure lebih menjanjikan untuk dikembangkan.
Selain itu, model tes essay tersebut lebih sesuai untuk digunakan di Indonesia karena di
Indonesia asesmen yang umum digunakan adalah dalam bentuk soal essay dengan jumlah
yang banyak.

Adapun Rubrik yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis yaitu
sebagai berikut:

Tabel 2.3 . Rubrik Penskoran Kemampuan Berrpikir Kritis

Indikator Berpikir Kritis Skor Indikator Penilaian

Memberikan Penjelasan 1 Hanya memfokuskan pada pertanyaan


Sederhana (MPS)
2 Memilih informasi yang relevan

3 Menganalisis argument

4 Menjawab pertanyaan tentang suatu


penjelasan

Memberikan Penjelasan Lebih 1 Mendefinisikan istilah


Lanjut (MPLL)
2 Mendefinisikan asumsi

3 Mempertimbangkan definisi

4 Menemukan pola hubungan yang


digunakan

Menerapkan Strategi dan Taktik 1 Menentukan tindakan


(MST)
2 Menunjukkan pemecahan masalah
3 Memecahkan masalah menggunakan
berbagai sumber

4 Ketepatan menggunakan tindakan

Sumber : Modifikasi dari Ennis dalam Hassaobah (2008)

Data yang sudah dinilai sesuai rubrik pedoman penskoran kemudian ditentukan
persentase keterpenuhan masing-masing indikator. Berpikir kritis menurut Norris & Ennis,
terdiri dari beberapa indikator, yaitu:

a) memberikan penjelasan secara sederhana terdiri dari: fokus pertanyaan, analisis


argumen, tanya jawab yang membutuhkan tantangan;

b) keterampilan dasar terdiri dari: pertimbangan kredibilitas sumber dan pertimbangan


observasi;

c) kesimpulan terdiri dari: penyusunan dan pertimbangan terkait deduksi, induksi,


kesimpulan dan hasil;

d) penjelasan lebih lanjut terdiri dari: identifikasi istilah, definisi dan asumsi;

e) mengatur strategi dan taktik terdiri dari: penentuan tindakan dan interaksi terhadap
orang lain. Presentase keterpenuhan setiap indikator kemampuan berpikir kritis
berdasarkan rumus sebagai berikut:

𝐴1
𝑃1 = 𝑥 100%
𝑛

𝑃1 = persentase keterpenuhan indicator-i

𝐴1 = jumlah skor per indikator i A

𝑛 = banyak subjek uji coba n

Persentase keterpenuhan kemampuan berpikir kritis kembali dianalisis dengan tiap


indikator guna melihat kategori kemampuan berpikir kritis siswa secara mendalam yang
dibandingkan berdasarkan pedoman penilaian acuan patokan pada Tabel 2. berikut.

Tabel 2. Pedoman Penilaian Acuan Patokan Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis


Presentase Kategori

91-100 Sangat kritis / sangat

81-90 Kritis

66-80 Cukup kritis

56-65 Kurang kritis

0-55 Sangat kurang kritis

Sumber: Ennis, 1989


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Berpikir kritis telahl diketahui sangat penting untuk kehidupan seseorang. Berpikir
kritis dapat dilatih melalui berbagai cara, salah satunya yaitu dengan memahami soal
berpikir kritis. Untuk melihat keberhasilan dalam upaya memberdayakan keteramplan
berpikir kritis perlu dilakukan suatu penilaian atau asesmen.
2. Rubrik Penilaian Kemampuan Berrpikir Kritis

Indikator Berpikir Kritis Skor Indikator Penilaian

Memberikan Penjelasan 1 Hanya memfokuskan pada pertanyaan


Sederhana (MPS)
2 Memilih informasi yang relevan

3 Menganalisis argument

4 Menjawab pertanyaan tentang suatu


penjelasan

Memberikan Penjelasan Lebih 1 Mendefinisikan istilah


Lanjut (MPLL)
2 Mendefinisikan asumsi

3 Mempertimbangkan definisi

4 Menemukan pola hubungan yang


digunakan

Menerapkan Strategi dan Taktik 1 Menentukan tindakan


(MST)
2 Menunjukkan pemecahan masalah

3 Memecahkan masalah menggunakan


berbagai sumber

4 Ketepatan menggunakan tindakan


Skor/Poin Deskriptor

4 Peserta didik mampu mengidentifikasi, menyimpulkan,


menyebutkan, menggambarkan, dan mengevaluasi dengan benar
dan tepat serta argumentasinya jelas

3 Peserta didik mampu mengidentifikasi, menyimpulkan,


menyebutkan, menggambarkan dan mengevaluasi dengan benar
dengan argumentasi kurang tepat.

2 Peserta didik mampu mengidentifikasi, menyimpulkan,


menyebutkan, menggambarkan dan mengevaluasi dengan benar
tanpa argumentasi

1 Peserta didik mampu mengidentifikasi, menyimpulkan,


menyebutkan, menggambarkan dan mengevaluasi dengan salah

0 Tidak ada jawaban

𝐴1
𝑃1 = 𝑥 100%
𝑛

Pedoman Penilaian Acuan Patokan Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis

Presentase Kategori

91-100 Sangat kritis / sangat

81-90 Kritis

66-80 Cukup kritis

56-65 Kurang kritis

0-55 Sangat kurang kritis


DAFTAR PUSTAKA

Angelo, Thomas A. & Cross, Patricia (1995). Classroom Assessment Techniques: A


Handbook for College Teachers, 2nd edition.

Beyer, B.K. 1995. Critical Thinking. Bloomington IN: Phi Delta Kappa Educational
Foundation.

Chance, P. 1986. Thinking in the classroom: A survey of programs. New York: Teachers
College, Columbia University.

Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Ennis, R,H. 1989. Evoluting Critical Thinking. Pasific Grove, C.A. Midwest Publication.

Ennis, R. H. 2001. Critical Thinking Assessment.The Ohio State University. 32, (3).
(Online)(http://www3.qcc.cuny.edu/WikiFiles/file/Ennis%20Critical%20Thinking%
20Assessment.pdf), diakses tanggal 15 Oktober 2018.

Ennis, R. H. 2011. The Nature of Critical Thinking: An Outline of Critical Thinking


Dispositions and Abilities.(online)
(http://faculty.education.illinois.edu/rhennis/documents/TheNatureofCriticalThinkin
g_51711_000.pdf), diakses tanggal 15 Oktober 2018.

Finken dan Ennis. 1993. Illinois Critical Thinking Essay Test. Illinois Critical Thinking Project.
Departement of Educational Policy Studies University of Illinois. (online)
(http://www.criticalthinking.net/IllCTEssayTestFinken-Ennis12-1993LowR.pdf),
diakses tanggal 15 Oktober 2018

Gokhale. Anuradha A. 2002. Collaborative Learning Enhances Critical Thinking. http://


scholar. lib. vt. Edu/ enjournals/ JTE.

Hassoubah, Izhab Zaleha. 2004. Developing Creatif and Critical Thinking Skill (Cara Berpikir
Kreatif dan Kritis). Nuansa: Bandung

Kowiyah.2012.Kemampuan Berpikir Kritis .Jurnal Pendidikan Dasar (5) 3.


Marzano, R. J. et. al. 1989. Dimensions of Thinking: A Framework for Curriculum
and Instruction. Virginia: ASCD.

Mustaji. 2012. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif dalam Pembelajaran.

Nurkhofifah & Mayasar, Tantri. 2018. Profil Kemampuan Berpikir Kritis Pelajaran Fisika
Siswa SMP. Seminar Nasional Quantum, 25 (6pp), 2477-1511.

Reiner, CM, Bothell, TW, Sudweeks, RR, dan Wood, B. 2002. Preparing Effective Essay
Questions: A Self-directed Workbook for Educators. (Online) (https://testing.byu.edu/
handbooks/WritingEffectiveEssayQuestions.pdf, Diakses tanggal 15 Oktober 2018.

Anda mungkin juga menyukai