Anda di halaman 1dari 5

Landasan teori

PEMULIHAN KORBAN BENCANA


Bencana
A. Definisi
Bencana dapat didefinisikan dalam berbagai arti baik secara normatif maupun pendapat para ahli.
Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan
dampak psikologis. Pengertian bencana dalam Kepmen Nomor 17/kep/Menko/Kesra/x/95 adalah
adalah Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, manusia, dan atau keduanya
yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan
lingkungan, kerusakan sarana prasarana dan fasilitas umum serta menimbulkan gangguan terhadap
tata kehidupan dan penghidupan masyarakat.
B. Jenis-jenis bencana
Jenis-jenis Bencana Jenis-jenis bencana menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
penanggulangan bencana, yaitu:
a) Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan, dan tanah longsor;
b) Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa
non alam antara lain berupa gagal teknologi,gagal modernisasi. dan wabah penyakit;
c) Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas
masyarakat.
d) Kegagalan Teknologi adalah semua kejadian bencana yang diakibatkan oleh kesalahan desain,
pengoprasian, kelalaian dan kesengajaan, manusia dalam penggunaan teknologi dan atau
insdustriyang menyebabkan pencemaran, kerusakan bangunan, korban jiwa, dan kerusakan
lainnya.
C. Faktor Penyebab Terjadinya Bencana Terdapat
Faktor Penyebab Terjadinya Bencana Terdapat 3 (tiga) faktor penyebab terjadinya bencana, yaitu
(1) Faktor alam (natural disaster) karena fenomena alam dan tanpa ada campur tangan manusia.
(2) Faktor non-alam (nonnatural disaster) yaitu bukan karena fenomena alam dan juga bukan
akibat perbuatan manusia,
(3) Faktor sosial/manusia (man-made disaster) yang murni akibat perbuatan manusia, misalnya
konflik horizontal, konflik vertikal, dan terorisme.
D. Korban bencana
Menurut UU no 24 Tahun 2007, Korban bencana adalah orang atau sekelompok orang yang
menderita atau meninggal dunia akibat bencana.
E. Manajemen Bencana
Menurut UU no 24 Tahun 2007, Manajemen bencana adalah suatu proses dinamis, berlanjut dan
terpadu untuk meningkatkan kualitas langkah-langkah yang berhubungan dengan observasi dan
analisis bencana serta pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini, penanganan darurat,
rehabilitasi dan rekonstruksi bencana. Jenis-jenis manajemen bencana adalah sebagai berikut
1. Tahap Pra Bencana
a Pencegahan (prevention)
Upaya pencegahan dapat berupa pelarangan membakar hutan dalam perladangan, melarang
penambangan batu di daerah yang curam, dan melarang membuang sampah sembarangan.
b. Mitigasi Bencana (Mitigation)
Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana. Kegiatan mitigasi dapat dilakukan melalui pelaksanaan penataan ruang, pengaturan
pembangunan, pembangunan infrastruktur, tata bangunan, dan penyelenggaraan pendidikan,
serta penyuluhan
c. Kesiapsiagaan (Preparedness)
Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian
serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Beberapa bentuk aktivitas
kesiapsiagaan yang dapat dilakukan antara lain penyusunan dan uji coba rencana
penanggulangan kedaruratan bencana, pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem
peringatan dini, penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan dasar,
pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang mekanisme tanggap darurat,
penyiapan lokasi evakuasi, penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran prosedur
tentang tanggap darurat bencana, dan penyediaan dan penyiapan bahan, barang, dserta
peralatan untuk pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana
d. Peringatan Dini (Early Warning)
Menurut UU no 24 Tahun 2007, Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian
peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana
pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang atau Upaya untuk memberikan tanda
peringatan bahwa bencana kemungkinan akan segera terjadi.).
2. Saat Terjadi Bencana
a. Tanggap Darurat (response)
Tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian
bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan yang meliputi kegiatan
penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan,
pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana. Beberapa
aktivitas yang dilakukan pada tahapan tanggap darurat antara lain pengkajianyang dan tepat
terhadap lokasi, kerusakan, dan sumberdaya, penentuan status keadaan darurat bencana,
penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana, pemenuhan kebutuhan dasar,
perlindungan terhadap kelompok rentan. dan pemulihan dengan segera prasaran dan sarana
vital ( UU Nomor 24 Tahun 2007 Pasal 48 tentang Penaanggulangan Bencana).
b. Bantuan Darurat (relief)
Merupakan upaya untuk memberikan bantuan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar
berupa : Pangan, Sandang, Tempat tinggal sementara, kesehatan, sanitasi dan air bersih
3. Tahap Pasca Bencana
a. Pemulihan (recovery)

Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi masyarakat dan


lingkungan hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan,
prasarana, dan sarana dengan melakukan upaya rehabilitasi. Beberapa kegiatan yang terkait
dengan pemulihan adalah perbaikan lingkungan daerah bencana, perbaikan prasarana dan
sarana umum;,
1) Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat,
Merupakan bantuan Pemerintah sebagai stimulan untuk membantu masyarakat
memperbaiki rumahnya yang mengalami kerusakan akibat bencana untuk dapat dihuni
kembali. Bantuan Pemerintah sebagaimana dimaksud dapat berupa bahan material,
komponen rumah atau uang yang besarnya ditetapkan berdasarkan hasil verifikasi dan
evaluasi tingkat kerusakan rumah yang dialami. Bantuan Pemerintah untuk perbaikan
rumah masyarakat sebagaimana dimaksud diberikan dengan pola pemberdayaan
masyarakat dengan memperhatikan karakter daerah dan budaya masyarakat, yang
mekanisme pelaksanaannya ditetapkan melalui koordinasi BPBD. Tujuan pemberian
bantuan perbaikan rumah masyarakat dimaksudkan untuk memperbaiki kondisi rumah
masyarakat agar dapat mendukung kehidupan masyarakat, seperti komponen rumah,
prasarana, dan sarana lingkungan perumahan yang memungkinkan berlangsungnya
kehidupan sosial dan ekonomi yang memadai sesuai dengan standar pembangunan
perumahan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.
2) Pemulihan sosial psikologis, pelayanan kesehatan
bencana, memulihkan kembali kehidupan sosial dan kondisi psikologis pada keadaan
normal seperti kondisi sebelum bencana. Kegiatan membantu masyarakat terkena dampak
bencana sebagaimana dimaksud dilakukan melalui upaya pelayanan sosial psikologis
berupa bantuan konseling dan konsultasi, pendampingan, pelatihan, dan kegiatan
psikososial
3) Rekonsiliasi dan resolusi konflik
Ditujukan untuk membantu masyarakat di daerah bencana dan rawan konflik sosial untuk
menurunkan eskalasi konflik sosial dan ketegangan serta memulihkan kondisi sosial
kehidupan masyarakat. Kegiatan rekonsiliasi dan resolusi konflik sebagaimana dimaksud
dilakukan melalui upaya-upaya mediasi persuasif dengan melibatkan tokoh-tokoh
masyarakat terkait dengan tetap memperhatikan situasi, kondisi, dan karakter serta budaya
masyarakat setempat dan menjunjung rasa keadilan. Pemulihan sosial ekonomi budaya
ditujukan untuk membantu masyarakat terkena dampak bencana dalam rangka
memulihkan kondisi kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya seperti pada kondisi sebelum
terjadi bencana. Kegiatan pemulihan sosial, ekonomi, dan budaya sebagaimana dimaksud
dilakukan dengan membantu masyarakat menghidupkan dan mengaktifkan kembali
kegiatan sosial, ekonomi, dan budaya melalui layanan advokasi dan konseling, bantuan
stimulan aktivitas, dan pelatihan.
4) Pemulihan keamanan dan ketertiban
Pemulihan keamanan dan ketertiban ditujukan untuk membantu masyarakat dalam
memulihkan kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat di daerah terkena dampak
bencana agar kembali seperti kondisi sebelum terjadi bencana. Kegiatan pemulihan
keamanan dan ketertiban dilakukan melalui upaya antara lain mengaktifkan kembali fungsi
lembaga keamanan dan ketertiban di daerah bencana, meningkatkan peranserta masyarakat
dalam kegiatan pengamanan dan ketertiban, serta mengkoordinasi instansi/lembaga yang
berwenang di bidang keamanan dan ketertiban.
5) Pemulihan fungsi pelayanan publik.
Pemulihan fungsi pelayanan publik ditujukan untuk memulihkan kembali fungsi pelayanan
kepada masyarakat pada kondisi seperti sebelum terjadi bencana. Kegiatan pemulihan
fungsi pelayanan publik sebagaimana dimaksud dilakukan melalui upaya-upaya antara lain
rehabilitasi dan pemulihan fungsi prasarana dan sarana pelayanan public, mengaktifkan
kembali fungsi pelayanan publik pada instansi/lembaga terkait, dan pengaturan kembali
fungsi pelayanan publik.
6) Pemulihan fungsi pemerintahan ditujukan untuk memulihkan fungsi pemerintahan kembali
seperti kondisi sebelum terjadi bencana. Kegiatan pemulihan fungsi pemerintahan
dilakukan melalui upaya antara lain mengaktifkan kembali pelaksanaan kegiatan tugas-
tugas pemerintahan secepatnya, penyelamatan dan pengamanan dokumen-dokumen negara
dan pemerintahan, konsolidasi para petugas pemerintahan, pemulihan fungsi-fungsi dan
peralatan pendukung tugas-tugas pemerintahan, dan pengaturan kembali tugas-tugas
pemerintahan pada instansi/lembaga terkait.
b. Rehabilitasi (rehabilitation)

Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat
sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan sasaran utama untuk
normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan
masyarakat pada wilayah pascabencana. Rehabilitasi dilakukan melalui kegiatan : perbaikan
lingkungan daerah bencana, perbaikan prasarana dan sarana umum, pemberian bantuan
perbaikan rumah masyarakat, pemulihan sosial psikologis, pelayanan kesehatan, rekonsiliasi
dan resolusi konflik, pemulihan sosial ekonomi budaya, pemulihan keamanan dan ketertiban,
pemulihan fungsi pemerintahan, dan pemulihan fungsi pelayanan publik.
c. Rekonstruksi (reconstruction)

Rekonstruksi adalah perumusan kebijakan dan usaha serta langkah- langkah nyata yang
terencana baik, konsisten dan berkelanjutan untuk membangun kembali secara permanen
semua prasarana, sarana dan sistem kelembagaan, baik di tingkat pemerintahan maupun
masyarakat, dengan sasaran utama tumbuh berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan
budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran dan partisipasi masyarakat sipil
dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat di wilayah pasca bencana. Lingkup pelaksanaan
rekonstruksi terdiri atas program rekonstruksi fisik dan program rekonstruksi non fisik.

Anda mungkin juga menyukai