Anda di halaman 1dari 5

Pemeriksaan analisa gas darah

Deskripsi Analisis gas darah merupakan pemeriksaan untuk mengukur keasaman (pH), jumlah
oksigen dan karbondioksida dalam darah. Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai fungsi kerja paru-
paru dalam menghantarkan oksigen ke dalam sirkulasi darah dan mengambil karbondioksida dari dalam
darah. Analisis gas darah meliputi pemeriksaan PO2, PCO3, pH, HCO3, dan saturasi O2. Manfaat
Mengevaluasi pertukaran gas oksigen dan karbondioksida, fungsi pernafasan (termasuk hipoksia dan
status asam-basa), dan beberapa penyakit pernafasan seperti asma dan penyakit pulmonari obstrukstif
kronik, serta emboli (termasuk emboli lipid) dan pembedahan arteri koroner.

 Abnormalitas Pertukaran Gas o Penyakit paru akut dan kronis o Gagal nafas akut o
Penyakit Jantung o Pemeriksaan Keadaan Pulmoner (rest dan exercise)
 Gangguan Asam Basa o Asidosis metabolik o Alkalosis metabolik Interpretasi Hasil
Analisa Gas Darah (AGD)

A. Interpretasi Hasil Pemeriksaan pH Serum pH menggambarkan keseimbangan asam basa dalam


tubuh. Sumber ion hidrogen dalam tubuh meliputi asam volatil dan campuran asam (seperti asam
laktat dan asam keto). Nilai normal pH serum : < 7.25 - 7.55
1. Umumnya nilai pH akan menurun dalam keadaan asidemia (peningkatan pembentukan asam)

2. Umumnya nilai pH meningkat dalam keadaan alkalemia (kehilangan asam)

3. Bila melakukan evaluasi nilai pH, sebaiknya PaCO2 dan HCO3 diketahui juga untuk
memperkirakan komponen pernafasan atau metabolik yang mempengaruhi status asam basa

B. Interpretasi Hasil Tekanan Parsial Karbon Dioksida (PaCO2 ) PaCO2 menggambarkan tekanan yang
dihasilkan oleh CO2 kyang terlarut dalam plasma. Dapat digunakan untuk menetukan efektifitas
ventilasi dan keadaan asam basa dalam darah. Nilai Normal : 35 - 45 mmHg
1. Penurunan nilai PaCO2 dapat terjadi pada hipoksia, anxiety/ nervousness dan emboli paru. Nilai
kurang dari 20 mmHg perlu mendapatkan perhatiaan khusus.

2. Peningkatan nilai PaCO2 dapat terjadi pada gangguan paru atau penurunan fungsi pusat
pernafasan. Nilai PaCO2 > 60 mmHg perlu mendapat perhatian khusus.

3. Umumnya peningkatan PaCO2 dapat terjadi pada hipoventilasi sedangkan penurunan nilai
menunjukkan hiperventilasi.

4. Biasanya penurunan 1 mEq HCO3 akan menurunkan tekanan PaCO2 sebesar 1.3 mmHg.

C. Interpretasi Hasil Tekanan Parsial Oksigen (PaO2 ) PaO2 adalah ukuran tekanan parsial yang
dihasilkan oleh sejumlah oksigen yang terlarut dalam plasma. Nilai ini menunjukkan kemampuan
paru-paru dalam menyediakan oksigen bagi darah. Nilai Normal (suhu kamar, tergantung umur) ;
75 - 100 mmHg
 Penurunan nilai PaO2 dapat terjadi pada penyakit paru obstruksi kronik (PPOK), penyakit
obstruksi paru, anemia, hipoventilasi akibat gangguan fisik atau neoromuskular dan
gangguan fungsi jantung. Nilai PaO2 kurang dari 40 mmHg perlu mendapatkan perhatian
khusus.
 Peningkatan nilai PaO2 dapat terjadi pada peningkatan penghantaran O2 oleh alat bantu
(contoh; nasal prongs, alat ventilasi mekanik) hiperventilasi dan polisitemia (peningkatan sel
darah merah dan daya angkut oksigen)

D. Interpretasi Hasil Saturasi Oksigen (SaO2) Jumlah oksigen yang diangkut oleh hemoglobin, ditulis
sebagai persentasi total oksigen yang terikat pada hemoglobin. Nilai Normal : 95 - 99 % O2
 Saturasi oksigen digunakan untuk mengevaluasi kadar oksigenasi hemoglobin dan
kecakupan oksigen pada jaringan
 tekanan parsial oksigen yang terlarut di plasma menggambarkan jumlah oksigen yang terikat
pada hemoglobin sebagai ion bikarbonat E. Interpretasi Hasil Pemeriksaan Karbon Dioksida
(CO2) Dalam plasma normal, 95% dari total CO2 terdapat sebagai ion bikarbonat, 5%
sebagai larutan gas CO2 terlarut dan asam karbonat. Kandungan CO2 plasma terutama
adalah bikarbonat, suatu larutan yang bersifat basa dan diatur oleh ginjal. Gas CO2 yang
larut ini terutama bersifat asam dan diatur oleh paru-paru. Oleh karena itu nilai CO2 plasma
menunjukkan konsentrasi bikarbonat. Nilai Normal Karbon Dioksida (CO2) : 22 - 32 mEq/L
 Kandungan CO2 plasma terutama adalah bikarbonat, suatu larutan yang bersifat basa dan
diatur oleh ginjal. Gas CO2 yang larut ini terutama yang bersifat asam dan diatur oleh paru-
paru. oleh karena itu nilai CO2 plasma menunjukkan konsentrasi bikarbonat.
 Peningkatan kadar CO2 dapat terjadi pada muntah yang parah, emfisema, dan
aldosteronisme
 Penurunan kadar CO2 dapat terjadi pada gagal ginjal akut, diabetik asidosis dan
hiperventilasi
 5 . Peningkatan dan penurunan dapat terjadi pada penggunaan nitrofurantoin

E. Anion Gap (AG) Anion gap digunakan untuk mendiagnosis asidosis metabolik. Perhitungan
menggunakan elektrolit yang tersedia dapat membantu perhitungan kation dan anion yang tidak
terukur. Kation dan anion yang tidak terukur termasuk Ca+ dan Mg2+. Anion yang tidak terukur
meliputi protein, posfat sulfat dan asam organik. Anion gap dapat dihitung menggunakan dua
pendekatan yang berbeda. Na+ - (Cl- + HCO3) atau Na + K - (Cl + HCO3) = AG Nilai Normal
Pemeriksaan Anion Gap : 13 - 17 mEq/L
1. Nilai anion gap yang tinggi (dengan pH tinggi) menunjukkan penciutan volume ekstraseluler atau
pada pemberian penisilin dosis besar.
2. Anion gap yang tinggi dengan pH rendah merupakan manifestasi dari keadaan yang sering
dinyatakan dengan singkatan "MULEPAK" yaitu akibat asupan metanoll, uremia, asidosis laktat,
etilen glikol, paraldehid, intoksikasi aspirin dan ketoasidosis.
3. Anion gap rendah dapat terjadi pada hipoalbuminemia, dilution, hipernatremia, hiperkalsemia
yang terlihat atau toksisitas litium.
4. Anion gap yang normal dapat terjadi pada metabolik asidosis akibat diare, asidoses tubular ginjal
atau hiperkalsemia. Faktor-faktor yang berkontribusi pada nilai-nilai analisa gas darah yang
abnormal
a. Obat-obatan dapat meningkatkan pH darah: sodium bikarbonat
b. Kegagalan untuk mengeluarkan semua udara dari spuit akan menyebabkan nilai PaCO2 yang
rendah dan nilai PaO2 meningkat
c . Obat-obatan yang dapat meningkatkan PaCO2 : aldosterone, ethacrynic acid, hydrocortisone,
metolazone, prednisone, sodium bicarbonate, thiazides.
d. Obat-obatan yang dapat menurunkan PaCO2 : acetazolamide, dimercaprol, methicillin sodium,
nitrofurantoin, tetracycline, triamterene
e Obat-obatan yang dapat meningkatkan HCO3-: alkaline salts, diuretics
f. Obat-obatan yang dapat menurunkan HCO3-: acid salts.
g. Saturasi oksigen dipengaruhi oteh tekanan parsial oksigen dalam darah, suhu tubuh, pH darah,
dan struktur hemoglobin.

PROSEDUR PEMERIKSAAN ANALISA GAS DARAH

A. Alat yang diperlukan untuk pengambilan darah arteri adalah :

1. Antiseptik (kapas alkohol)


2. Kassasteril - Spuit yang steril ukuran 3 cc
3. Heparin
4. Kontainer atau es
5. Label spesimen
6. Sarung tangan
7. Pengalas
8. Bengkok
9. Plester dan gunting

B. Persiapan :

1. Cek catatan medis, meliputi:

a) Alasan pengambilan spesimen darah. Rasional mengidentifikasi tipe darah yang dibutuhkan dan
bagaimana mengumpulkannya.
b) Riwayat faktor risiko perdarahan: terapi antikoagulan, gangguan perdarahan, jumlah trombosit
yang rendah. Rasional mengingatkan untuk menyiapkan peralatan tambahan untuk penekanan
pada daerah penusukan setelah dilakukannya tindakan.
c) Faktor kontra indikasi dilakukan penusukan pada arteri atau vena : infus intra vena atau keadaan
setelah radikal mastektomi. Rasional mengidentifikasi daerah yang ddak dapat digunakan
sebagai tempat dilakukannya prosedur tindakan.

2. Siapkan formulir laboratorium.

3. Cuci tangan.
4. Siapkan alat dan bahan. Untuk pengambilan darah arteri : siapkan spuit aspirasi 0,5 ml heparin
dengan perbandingan 1: 1000 unit/ml dari vial; Kemudian lakukan usaha agar heparin menyentuh
semua dinding bagian dalam spuit. Rasional mencegah pembekuan darah. Ini perlu untuk
keakuratan analisa darah.

C. Pelaksanaan

1. Beri salam, panggil pasien dengan namanya.


2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan yang akan dilakukan kepada pasien. Rasional
memberikan informasi pada pasien. Penjelasan pada pasien tantang tujuan dari test ini dan
pemberitahuan bahwa tindakan ini dapat merimbukan rasa sakit nyeri. (catatan : beberapa
institusi mengijinkan diberikan anastesi di area penusukan dengan 1% lidocaine (Xilocaine) akan
mempersiapkan diri pasien, atau pada bayi dioleskan anestesi semprot/salep.
3. Beri kesempatan pada pasien untuk bertanya.
4. Menanyakan keluhan utarna pasien.
5. Memulai tindakan dengan cara yang baik.
6. Jaga privacy pasien.
7. Dekatkan peralatan pada pasien.
8. Atur posisi pasien agar nyaman.
9. Identifikasi tempat penusukan.
10. Posisikan pasien dengan lengan ekstensi dan telapak tangan menghadap ke atas.
11. Letakkan pengalas.
12. Pakai sarung tangan. Palpasi arteri radial dan brakial dengan jari tangan. Tentukan daerah
pulsasi maksimal. Rasional mengidentifikasi dimana letak arteri yang paling dekat dengan
permukaan kulit.
13. Lakukan test Allen. Rasional untuk mengkaji keadekuatan sirkulasi kolateral pada arteri ulnaris.
Sirkulasi kolateral ini penting bila arteri radialis terobstruksi oteh trombus setelah dilakukan
tindakan penusukan. Untuk melakukan test Allen, lakukan penekanan pada kedua denyutan
radialis dan ulnaris dari salah satu pergelangan tangan pasien sampai denyutannya hilang.
Tangan menjadi pucat karena kurangnya sirkulasi ke tangan. Lepaskan tekanan pada arteri
ulnaris. Jika tangan kembali normal dengan cepat (tangan akan kemerahan dalam 10 detik), hasil
test dinyatakan negatif dan penusukan arteri dapat dilakukan pada pergelangan tangan tersebut.
Jika setelah dilakukan pelepasan tekanan pada arteri ulnaris tangan tetap pucat, artinya sirkulasi
ulnaris tidak adekuat. Hasil test dinyatakan positif dan pergelangan tangan yang lain harus di-
test. Bila hasil test pada kedua pergelangan tangan adalah positif, arteri femoralis harus
dieksplorasi.
14. Stabilisasikan arteri radial dengan melakukan hiperekstensi pergelangan tangan; stabilisasi arteri
brakialis dengan melakukan hiperekstensi siku. Rasional mencegah agar arteri tidak
"menghilang" ketika jarum ditusukkan.
15. Disinfeksi daerah penusukan di sekitar pulsasi maksimal dengan kapas alkohol dengan gerakan
sirkuler dari dalam ke luar atau dengan usapan satu arah. Rasional mencegah masuknya
mikroorganisme ke dalam arteri dan sistem vascular
16. Pegang kapas akohol dengan jari tangan dan palpasi pulsasi lagi. Pertahankan jari tangan di
daerah proksimal dan daerah penusukan. Rasional memastkan keakuratan insersi jarum,
mencegah masuknya mikrooganisme dalam darah.
17. Masukkan jarum, dengan sudut 60-90 derajat (sesuai dengan lokasi), langsung ke dalam arteri.
Rasional sudut ini mengoptimalkan curah darah ke dalam jarum.
18. Perhatikan masuknya darah ke dalam spuit yang terlihat seperti "denyutan". Hentikan
menusukkan jarum lebih jauh bila terlihat "denyutan" ini. Rasional mengindikasikan keakuratan
penempatan jarum dalam arteri, pergerakan lebih jauh dapat menempatkan ujung jarum pada
dinding arteri atau ke luar dari arteri. Sampel darah arteri yang baik sebaiknya menggunakan
tekanan hisap minimal, dan secara normal, darah naik ke dalam spuit dengan sendirinya.
19. Pertahankan posisi dan tunggu sampai terkumpul 2 - 4 ml (atau sesuai kebutuhan) darah ke
dalam spuit.
20. Letakkan kapas akohol di atas daerah penusukan dan tarik jarum; lakukan penekanan sesegera
mungkin dengan menggunakan kapas alkohol tersebut. Rasional membatasi jumlah perdarahan
dari daerah penusukan.
21. Pelihara kontinuitas penekanan selama 5' (atau selama 10' bila pasien menerima antikoagulan).
Rasional memastikan waktu yang cukup untuk pembentukan formasi pembekuan; penekanan in
lebih lama dibandingkan ketika dilakukan pengambilan darah vena karena faktor curah darah
dalam arteri.
22. Keluarkan udara dari spuit.
23. Ujung jarum ditusukkan.
24. Pasang label identitas (nama pasien, tanggal, jam, suhu tubuh saat pengambilan, ruangan) di
spuit. Pastikan sampel dianalisis dalam waktu 5-10 menit, atau ditransport dalam freezer.
25. Bersihkan daerah penusukan dengan kapas alkohol.
26. Monitor tempat penusukan terhadap adanya perdarahan dengan melakukan inspeksi; Dan
palpasi. Rasional mengidentifikasi hematoma atau perdarahan.
27. Lakukan balutan tekan (pressure dressing) jika perdarahan berlanjut.
28. Bereskan peralatan.
29. Lepaskan sarung tangan.
30. Evaluasi hasil yang dicapai (subyektif dan obyektif)
31. Beri reinforcement positif pada pasien.
32. Mengakhiri pertemuan dengan baik.
33. Cuci tangan.
34. Dokumentasi. Dokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan, yang perlu didokumentasikan
meliputi: • Waktu dilakukannya prosedur. • Jenis pemeriksaan yang dilakukan • Keadaan kulit
(kemerahan, perdarahan benebihan)

Anda mungkin juga menyukai