Dosen :
Dr. Made Heny Urmila Dewi, SE., M.Si
Oleh :
Kelompok 10
I Putu Gede Krisna Pratama Putra (1707532013)
Ida Bagus Ghana Manuaba (1707532016)
Nyoman Diantha Anggriawan (1707532031)
Om Swastyastu,
Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan petunjuk dan rahmat-Nya karena penulis dapat menyelesaikan Tugas Paper
yang berjudul “Aspek-Aspek Pembangunan Daerah” dengan tepat waktu.
Paper ini dibuat untuk memenuhi nilai pada mata kuliah Perekonomian Indonesia di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana. Dalam kesempatan ini, penulis ingin
berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran untuk melakukan dan
menyelesaikan tugas ini.
Dengan membaca Tugas Paper ini penulis berharap teman-teman mahasiswa serta
pembaca dari masyarakat umum dapat memahami materi perdagangan luar negeri dan neraca
pembayaran Indonesia. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan Tugas Paper ini masih
terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, baik dari segi kata-kata, bahasa, atau dalam
pemaparan materi. Saran dan kritik penulis harapkan agar Tugas Paper ini dapat menjadi lebih
baik lagi.
Akhir kata semoga Tugas Paper ini dapat bermanfaat bagi teman-teman mahasiswa dan
masyarakat umum.
Penulis
1
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................................. 1
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 17
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut.
(Lincolin Arsyad, 1999).
Masalah pokok dalam pembangunan daerah berada pada penekanan terhadap kebijakan-
kebijakan pembangunan yang berdasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan
(endogenous development) dengan menggunakan potensi sumberdaya manusia, kelembagaan,
dan sumberdaya fisik secara lokal (daerah). Sehingga kita peru melakukan pengambilan
inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk
menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang kegiatan ekonomi.
Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses, yaitu proses yang mencakup
pembentukan-pembentukan institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif, perbaikam
kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik,
identifikasi pasar-pasar baru, dan pengembangan perusahaan-perusahan baru.
Ada beberapa indikator untuk menganalisis derajat kesenjangan dalam pembangunan
ekonomi antarprovinsi, yaitu produk domestik regional bruto (PDRB) per provinsi dalam
pembentukan PDB nasional, PDRB atau pengeluaran konsumsi rumah tangga rata-rata per
kapita, indeks pembangunan manusia (IPM), kontribusi sektoral terhadap pembentukan PDRB,
dan tingkat kemiskinan.
5
2. PDRB Rata-rata per Kapita antar Provinsi
Karena tujuan dari pembangunan ekonomi adalah miningkatkan kesejahteraan masyarakat
dan ini umum diukur dengan pendapatan rata-rata per kapita, maka distribusi PDB Nasional
menurut provinsi menjadi indikator yang tidak berarti dalam mengukur ketimpangan
pembangunan ekonomi regional jika tidak dikombinasikan dengan tingkat PDRB rata-rata per
kapita.
Jika PDRB per kapita di atas 2 juta rupiah dianggap tinggi dan sebaliknya di bawah 2 juta
dianggap rendah, dan pertumbuhan PDB per kapita tinggi jika di atas 3%, dan rendah jika lebih
kecil dari 3%.
Hasil perhitungan Tadjoeddin dkk. (2001) menunjukkan bahwa PDRB dari 7 daerah pusat
migas di Indonesia, yakni Aceh Utara, kepulauan Riau dan Bengkalis, Kutai, Bulungan dan
Balikpapan, dan Fakfak (Papua) menguasai 72% dari PDB migas nasional. Hasil perhitungan
ini menunjukkan bahwa semua daerah ini dengan jumlah penduduk yang hanya 9% dari total
populasi Indonesia menyumbang 33% dari PDB Nasional.
6
telah terjadi ketimpangan sedang. Dan bila 40% penduduk berpendapatan rendah menikmati
lebuh dari 17% dari seluruh pendapatan penduduk, tingkat ketimpangan rendah.
Tampak juga bahwa daerah-daerah di pulau Jawa memiliki tingkat kesejahteraan yang lebih
baik jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di luar pulau Jawa. Namun demikian, beberapa
provinsi di pulau Jawa juga memiliki pengeluaran C makanan yang relatif rendah dibandingkan
dengan provinsi lainnya, seperti Bali, Kalimantan Timur, sulawesi Utara, Sulawesi Selatan,
Maluku dan Irian Jaya.
Pengeluaran konsumsi rumah tangga terdiri dari semua pengeluaran atas pembelian barang
dan jasa dikurangi dengan hasil penjualan neto dari barang bekas atau apkiran. Pengeluaran
konsumsi rumah tangga juga meliputi nilai barang dan jasa yang dihasilkan untuk konsumsi
sendiri, seperti hasil kebun, peternakan, kayu bakar dan biaya hidup lainnya serta barang-
barang dan jasa.
Di samping itu, pengeluaran untuk pemeliharaan kesehatan, pendidikan, rekreasi,
pengangkutan dan jasa-jasa lainnya termasuk dalam konsumsi rumah tangga. Pembelian rumah
tidak termasuk pengeluaran konsumsi, tetapi pengeluaran atas rumah yang ditempati seperti
sewa rumah, rekening air, listrik, telepon dan lain-lain merupakan konsumsi rumah tangga.
7
2. Sumber Pendanaan Dana Cadangan
Pembentukan Dana Cadangan Daerah bersumber dari kontribusi tahunan penerimaan
APBD, kecuali dari Dana Alokasi Khusus, Pinjaman Daerah dan Dana Darurat yang berasal
dari Pemerintah. Dengan demikian, pemenuhannya bersumber dari Penerimaan Pendapatan
Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak.
Sumber pendanaan ini sama dengan sumber pendanaan untuk belanja operasional
(recurrent expenditures) sehingga menimbulkan terjadinya persaingan yang lebih ketat
dalam mengalokasikan sumberdaya yang terbatas. Pemda belum diberikan kewenangan
untuk menggunakan “kebijakan fiskal” seperti kebijakan pajak dan retribusi untuk mendanai
program/kegiatan tertentu seperti halnya di negara2 maju. Secara faktual, kebijakan pajak
bumi dan bangunan (PBB) masih ditangani oleh Pusat, meskipun sesungguhnya sangat
potensial bagi pembangunan daerah.
Harus pula dipahami bahwa dana cadangan tidak boleh dibentuk dari pinjaman daerah.
Hal ini tersirat dari pengertian dan tujuan ditariknya pinjaman daerah, yakni untuk mendanai
program dan kegiatan berupa investasi yang menghasilkan aliran kas masuk (cash inflow)
dan digunakan nantinya untuk pelayanan publik. Aliran kas masuk ini nantinya digunakan
untuk mendanai pembayaran pokok pinjaman dan bunga dari pinjaman yang bersangkutan.
8
Jenis Dan Jangka Waktu Pinjaman
1. Pinjaman Jangka Pendek
Merupakan Pinjaman Daerah dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun anggaran
dan Kewajiban pembayaran kembali Pinjaman Jangka Pendek yang meliputi pokok
pinjaman, bunga, dan/atau kewajiban lainnya seluruhnya harus dilunasi dalam tahun
anggaran yang berkenaan.
2. Pinjaman jangka Menengah
Merupakan pinjaman daerah dalam jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran dan
kewajiban pembayaran kembali pinjaman (pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain) harus
dilunasi dalam kurun waktu yang tidak melebihi sisa masa jabatan kepala daerah yang
bersangkutan.
3. Pinjaman Jangka Panjang
Kewajiban pembayaran kembali Pinjaman Jangka Panjang yang meliputi pokok
pinjaman, bunga, dan/atau kewajiban lain seluruhnya harus dilunasi pada tahun anggaran
berikutnya sesuai dengan persyaratan perjanjian pinjaman yang bersangkutan.
9
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat. Menurut Yani, pajak daerah merupakan iuran wajib yang
dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang
seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan
daerah (2009).
Jadi, pemerintah daerah dalam hal meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
haruslah dapat dengan bijak menyaring apa saja yang dapat dimasukkan kedalam penerimaan
PAD, dan ditentukan dalam Peraturan Daerah dan dibutuhkan sosialisasi dari pemda untuk
memberikan informasi dan pemahaman yang seluas-luasnya mengenai PAD dan pentingnya
bagi pembangunan daerah dan kesejahteraan kepada masyarakat. Transparansi anggaran harus
dilaksanakan guna meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah daerah yang
bersangkutan.
10
3. Lain-lain Pendapatan 28.658.972.813 24.888.089.425 23.298.920.289
yang Sah
B. PEMBIAYAAN 22 279 863 464 26 118 294 258 26 621 586 834
DAERAH
TOTAL/JUMLAH 297 851 059 459 349 611 545 050 358 180 434 309
11
6. Pinjaman Daerah dilakukan berdasarkan kesepakatan bersama antara pemberi
pinjaman dan Pemerintah Daerah sebagai penerima pinjaman yang dituangkan
dalam perjanjian pinjaman.
7. Pendapatan daerah dan/atau barang milik daerah tidak boleh dijadikan jaminan
pinjaman daerah.
8. Proyek yang dibiayai dari Obligasi Daerah beserta barang milik daerah yang
melekat dalam proyek tersebut dapat dijadikan jaminan Obligasi Daerah.
9. Seluruh penerimaan dan pengeluaran dalam rangka Pinjaman Daerah dicantumkan
dalam APBD.
12
3) Pinjaman Jangka Panjang
Kewajiban pembayaran kembali Pinjaman Jangka Panjang yang meliputi pokok
pinjaman, bunga, dan/atau kewajiban lain seluruhnya harus dilunasi pada tahun
anggaran berikutnya sesuai dengan persyaratan perjanjian pinjaman yang
bersangkutan.
5. Penggunaan Pinjaman
Penggunaan Pinjaman Daerah telah diatur sebagaimana jenis pinjamannya, yaitu:
1) Pinjaman Jangka Pendek dipergunakan hanya untuk menutup kekurangan arus kas.
2) Pinjaman Jangka Menengah dipergunakan untuk membiayai pelayanan publik
yang tidak menghasilkan penerimaan.
3) Pinjaman Jangka Panjang digunakan untuk membiayai kegiatan investasi prasarana
dan/atau sarana dalam rangka penyediaan pelayanan publik yang (i) menghasilkan
penerimaan langsung, (ii) menghasilkan penerimaan tidak langsung, (iii)
memberikan manfaat ekonomi dan sosial.
4) Khusus Pinjaman Jangka Panjang dalam bentuk Obligasi Daerah digunakan untuk
membiayai kegiatan investasi prasarana dan/atau sarana dalam rangka penyediaan
pelayanan publik yang menghasilkan penerimaan bagi APBD yang diperoleh dari
pungutan atas penggunaan prasarana dan/atau sarana tersebut.
7. Larangan Penjaminan
1) Daerah tidak dapat memberikan jaminan atas pinjaman pihak lain;
2) Pendapatan daerah dan/atau barang milik daerah tidak boleh dijadikan jaminan;
3) Proyek yang dibiayai dari Obligasi Daerah beserta barang milik daerah yang
melekat dalam proyek tersebut dapat dijadikan jaminan Obligasi Daerah.
13
8. Pembayaran Kembali Pinjaman
1) Seluruh kewajiban pinjaman daerah yang jatuh tempo wajib dianggarkan dalam
APBD tahun anggaran yang bersangkutan;
2) Dalam hal daerah tidak memenuhi kewajiban membayar pinjamannya kepada
Pemerintah, kewajiban membayar pinjaman tersebut diperhitungkan dengan DAU
dan/atau Dana Bagi Hasil yang menjadi hak daerah tersebut.
9. Pelaporan Pinjaman
1) Pemerintah daerah wajib melaporkan posisi kumulatif pinjaman dan kewajiban
pinjaman kepada Pemerintah setiap semester dalam tahun anggaran berjalan;
2) Dalam hal daerah tidak menyampaikan laporan, Pemerintah dapat menunda
penyaluran Dana Perimbangan.
14
22 Kalimantan Selatan 66,414,905.96 14,746,202.67
15
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Pembangunan Daerah merupakan suatu usaha yang sistematik dari berbagai pelaku,
baik umum, pemerintah, swasta, maupun kelompok masyarakat lainnya pada tingkatan
yang berbeda untuk menghadapi saling ketergantungan dan keterkaitan aspek fisik, sosial
ekonomi. Otonomi daerah pada dasarnya merupakan upaya untuk mewujudkan tercapainya
salah asatu tujuan negara, yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pemerataan
pelaksanaan pembangunan dan hasil-hasilnya. Kebijakan mengenai otonomi daerah
tentunya diiringi dengan adanya asas desentralisasi. Desentralisasi merupakan
pengotonomian, yakni proses memberikan otonomi kepada masyarakat dalam wilayah
tertentu.
Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses, yaitu proses yang mencakup
pembentukan-pembentukan institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif,
perbaikam kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih
baik, identifikasi pasar-pasar baru, dan pengembangan perusahaan-perusahan baru. Ada
beberapa indikator untuk menganalisis derajat kesenjangan dalam pembangunan ekonomi
antarprovinsi, yaitu produk domestik regional bruto (PDRB) per provinsi dalam
pembentukan PDB nasional, PDRB atau pengeluaran konsumsi rumah tangga rata-rata per
kapita, indeks pembangunan manusia (IPM), kontribusi sektoral terhadap pembentukan
PDRB, dan tingkat kemiskinan.
Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber pendapatan daerah yang berasal dari
kegiatan ekonomi daerah itu sendiri. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu
pilar kemandirian suatu daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, sumber PAD terdiri dari pajak
daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah, dan lain-lain pendapatan
daerah yang sah.
16
DAFTAR PUSTAKA
17