Anda di halaman 1dari 5

SERANGAN ASMA PADA ANAK

(J45)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/5
RSUD TIDAR KOTA
MAGELANG
Disusun Oleh Diperiksa Oleh :
KSM Anak Direktur Medik dan Keperawatan
PANDUAN Ditetapkan:
Tanggal Terbit DIREKTUR RSUD
PRAKTIK TIDAR KOTA MAGELANG
KLINIS 1 Januari 2019

dr. Sri Harso, M.Kes, Sp.S


NIP. 19620524 198901 1 001
1. Pengertian Serangan asma dalah episode peningkatan yang progresif dari gejala-gejala batuk, sesak
napas, wheezing, rasa dada tertekan atau berbagai kombinasi dari gejala-gejala tersebut.
1, 2

Tujuan tata laksana serangan asma

- Mengatasi penyempitan saluran napas secepat mungkin


- Mengurangi hipoksemia
- Mengembalikan fungsi paru ke keadaan normal secepatnya
- Mengevaluasi dan memperbarui tata laksana jangka panjang untuk mencegah
kekambuhan

2. Anamnesis Keluhan utama: sesak

Pada anamnesis perlu ditanyakan1, 2:


- Sejak kapan sesak terjadi
- Sudah diberikan terapi apa di rumah
- Kemungkinan faktor pencetus
- Sebelum serangan yang sekarang ini, kapan dan seberapa sering serangan asma
terjadi
- Obat apa yang dipakai selama ini (baik obat pereda maupun obat pengendali)
Faktor risiko serangan berat, antara lain: pernah dirawat di PICU, serangan asma dalam
1 tahun terakhir
3. Pemeriksaan Fisik  Gejala dan tanda serangan asma tergantung pada derajat serangan
 Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengevaluasi:
- Derajat serangan asma: kesadaran, suhu, frekuensi nadi, frekuansi
respirasi, tekanan darah, kemampuan bicara, retraksi dinding dada,
sianosis
- Komplikasi serangan atau penyakit yang menyertai: tanda anafilaksis,
pneumonia, atelectasis, pneumothoraks atau pneumomediastinum

4. Pemeriksaan  Pemeriksaan saturasi oksigen (SpO2) dilakukan dengan menggunakan pulse


Penunjang oximetry.
- SpO2 < 92% merupakan prediktor diperlukannya rawat inap, sedangkan
SpO2 < 90% merupakan tanda segera diperlukannya terapi yangagresif
(C)3
SERANGAN ASMA PADA ANAK
(J45)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
2/5

RSUD TIDAR KOTA


MAGELANG
PANDUAN
PRAKTIK
KLINIS 2
 Foto Rontgen dada tidak rutin dilakukan, dapat dipertimbangkan pada (D)5:
- Serangan berat, atau
- Curiga terjadi komplikasi pneumotoraks, atau
- Ada kondisi lain (misalnya pneumonia atau inhalasi benda asing) yang
menyertai dan/atau ada ancaman henti napas yang tidak membaik dengan
terapi awal . Kecurigaan ini perlu diperhatikan pada anak yang disertai
demam, tidak ada riwayat keluarga dengan asma, dan wheezing unilateral.

5. Kriteria Diagnosis Derajat serangan asma ditentukan berdasarkan kriteria berikut: 2

Serangan asma
Asma serangan ringan
Asma serangan berat dengan ancaman
sedang
henti napas
- Bicara dalam kalimat - Bicara dalam kata - Mengantuk
- Lebih senang duduk - Duduk bertopang lengan - Letargi
daripada berbaring - Gelisah - Suara napas tak
- Tidak gelisah - Frekuensi napas terdengar
- Frekuensi napas meningkat meningkat
- Frekuensi nadimeningkat - Frekuensi nadimeningkat
- Retraksi minimal - Retraksi jelas
- SpO2 (udara kamar): 90 – - SpO2 (udara kamar) <
95% 90%
- PEF > 50% prediksi atau - PEF < 50% prediksi atau
terbaik terbaik

6. Diagnosis - Asma intermiten dengan serangan asma ringan-sedang (J45.21)


- Asma intermiten dengan serangan asma berat (J45.22)
- Asma persisten ringan dengan serangan asma ringan-sedang (J45.31)
- Asma persisten ringan dengan serangan asma berat (J45.32)
- Asma persisten sedang dengan serangan asma ringan-sedang (J45.41)
- Asma persisten sedang dengan serangan asma berat (J45.42)
- Asma persisten berat dengan serangan asma ringan-sedang (J45.51)
- Asma persisten berat dengan serangan asma berat (J45.52)

7. Diagnosis Banding - Inhalasi benda asing


- Bronkiolitis
SERANGAN ASMA PADA ANAK
(J45)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
3/5

RSUD TIDAR KOTA


MAGELANG
PANDUAN
PRAKTIK
KLINIS
8. Tata Laksana Serangan asma ringan-sedang:

1. Oksigen diberikan dengan kanul nasal atau masker untuk mencapai SpO2 94-98%
(A)1, 6
2. Inhalasi B2 agonist kerja pendek (salbutamol)
- Pemberian bisa dilakukan via nebulizer atau via metered dose inhaler (MDI)
dengan atau tanpa spacer (untuk anak < 5 tahun: 2-6 semprot; untuk anak > 5
tahun: 4-12 semprot)
- Pemberian B2 agonist kerja pendek dapat diulang hingga 2 kali dalam 1 jam,
dan pertimbangkan penambahan ipratropium bromida pada pemberian ketiga
(D)2.
3. Kortikosteroid sistemik
- Pemberian kortikosteroid per oral sama efektifnya dengan pemberian intravena
- Prednisolon atau metilprednisolon 1-2 mg /kgBB/hari (maksimum 40 mg/hari)
(A)7
- Selanjutnya diberikan selama 3-5 hari
4. Nilai respon pemberian terapi awal di atas:
- Bila dengan terapi awal menunjukkan respon yang baik (sesak napas dan
wheezing tidak ada lagi; SpO2 > 94% di udara kamar, FEV1 atau PEF 60-80%
nilai prediksi terbaik), pasien diobservasi selama satu jam sebelum
dipulangkan.
- Bila dengan pemberian terapi awal pasien belum menunjukkan perbaikan,
pasien dirawat inap

Serangan asma berat:

1. Oksigen diberikan dengan kanul nasal atau masker untuk mencapai SpO2 94-98%
(A)1, 6
2. Nebulisasi yang diberikan pertama kali adalah agonis β2 dengan penambahan
ipratropium bromida.
3. Pasang jalur intravena
Kortikosteroid sistemik: prednisolon atau metilprednisolon 1-2 mg /kgBB/hari
intravena (maksimum 40 mg/hari) (A)7

5. Aminofilin intravena tidak direkomendasikan untuk diberikan secara rutin pada


serangan asma karena kurang efektif dan kurang aman dibandingkan dengan inhalasi
B2 agonis kerja cepat (A) 8-10.
- Pertimbangkan pemberian aminofilin intravena pada anak dengan serangan asma
berat atau dengan ancaman henti napas yang tidak berespon terhadap dosis
maksimal inhalasi B2 agonis dan kortikosteroid sistemik.
- Penambahan aminofilin pada terapi awal (inhalasi B2 agonis dan kortikosteroid)
berfungsi meningkatkan fungsi paru dalam 6 jam pertama, tetapi tidak
mengurangi gejala, jumlah nebulisasi dan lama rawat inap (I) 10, 11
SERANGAN ASMA PADA ANAK
(J45)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
4/5

RSUD TIDAR KOTA


MAGELANG
PANDUAN
PRAKTIK
KLINIS
-
Perlu diingat bahwa rentang keamaan aminofilin sempit dan efek samping yang
sering adalah mual, muntah, takikardia dan agitasi. Toksisitas yang berat dapat
menyebabkan aritmia, hipotensi, dan kejang. Kematian biasanya berhubungan
dengan kadar amonifilin serum yang tinggi.
- Dosis yang direkomendasikan:
 Loading 5-7 mg/kg diberikan dalam 20 menit dengan monitor EKG,
dilanjutkan dengan pemberian secara drip 1 mg/kg/jam.
Catatan: loading 1 mg/kg akan meningkatkan kadar aminofilin serum 2 mcg/mL. Untuk
efek terapi yang maksimal, target kadar amonifilin serum adalah 10-20 mcg/Ml
(LAKUKAN PEMERIKSAAN KADAR AMINOFILIN DALAM PLASMA).
- Apabila pasien menunjukkan gejala dan tanda ancaman henti napas,
pasien harus langsung dirawat di ruang rawat intensif.

6. Apabila pasien dengan asma persisten, berikan terapi pengontrol (lihat PPK tata
laksana asma jangka panjang)

9. Edukasi  Penghindaran faktor pencetus penting untuk mengendalikan gejala asma


 Jika terindikasi menggunakan obat kontroler, gunakan dengan teratur dan dengan
dosis yang tepat. Ketataan menggunakan obat pengendali sangat penting

10. Prognosis - Ad vitam: baik


- Ad functionam: baik
- Ad sanam: baik
Komplikasi pada serangan asma berat atau ancaman henti napas
- Pneumotoraks
11. Indikator Medis Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan perjalanan penyakit yang berulang
(kurang dari 24 jam)

Perkiraan lama rawat inap


- Serangan asma ringan tidak memerlukan rawat inap
- Serangan asma sedang: 1-2 hari
Serangan asma berat: 3-5 hari
12. Syarat Pasien  Kondisi klinis baik: tidak sesak napas, tidak ada wheezing, tidak memerlukan
Pulang oksigen
 Pasien mampu minum obat per oral atau obat inhalasi
13. Penelaah kritis  Dr. Chrisna Hendarwati,Msi, Med.,Sp.A,
 Dr. Woro Triaksiwi Wulansari, MSc., Sp.A
SERANGAN ASMA PADA ANAK
(J45)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
5/5

RSUD TIDAR KOTA


MAGELANG
PANDUAN
PRAKTIK
KLINIS
14. Daftar Pustaka
1. Global Initiative for Asthma. Global Strategy for Asthma Management and
Prevention,. Available from: http://www.ginasthma.org/: 2014.
2. UKK Repirologi PP IDAI. Pedoman Nasional Asma Anak. Edisi ke 2.
Jakarta 2015.
3. Geelhoed GC, Landau LI, Le Souëf PN. Evaluation of SaO2 as a Predictor of
Outcome in 280 Children Presenting With Acute Asthma. Annals of
Emergency Medicine. 1994;23(6):1236-41.
4. Nowak R, Tomlanovich M, Sarkar D, Kvale P, Anderson J. Arterial blood
gases and pulmonary function testing in acute bronchial asthma. Predicting
patient outcomes. Jama. 1983;249.
5. MG R, DA D. Chest radiograph in the evaluation of first time wheezing
episodes: review of current clinical practice and efficacy. Pediatric
emergency care. 1998;14.
6. K P, M W, B H. Randomised controlled trial of high concentration versus
titrated oxygen therapy in severe exacerbations of asthma. Thorax. 2011;66.
7. Hasegawa T, Ishihara K, Takakura S, Fujii H, Nishimura T, Okazaki M, et
al. Duration of Systemic Corticosteroids in the Treatment of Asthma
Exacerbation; a Randomized Study. Internal Medicine. 2000;39(10):794-7.
8. Goodman DC, Littenberg B, O'Connor GT, Brooks JG. Theophylline in
acute childhood asthma: a meta-analysis of its efficacy. Pediatr Pulmonol.
1996;21(4):211-8.
9. Roberts G, Newsom D, Gomez K, Raffles A, Saglani S, Begent J, et al.
Intravenous salbutamol bolus compared with an aminophylline infusion in
children with severe asthma: a randomised controlled trial. Thorax.
2003;58(4):306-10.
10. Mitra A, Bassler D, Goodman K, Lasserson TJ, Ducharme FM. Intravenous
aminophylline for acute severe asthma in children over two years receiving
inhaled bronchodilators. The Cochrane database of systematic reviews.
2005(2):Cd001276.
11. Yung M, South M. Randomised controlled trial of aminophylline for severe
acute asthma. Archives of disease in childhood. 1998;79(5):405-10.

Ketua Komite Medik Ketua KSM Kesehatan Anak

dr. Mohammad Wahyudi, Sp.PK dr. Chrisna Hendarwati,Msi, Med.,Sp.A


NIP. 19580113 198511 1 001 NIP. 19760530 201406 2 001

Anda mungkin juga menyukai