Anda di halaman 1dari 48

Bab I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Pekan ASI Sedunia (PAS) selalu dijadikan momen untuk memberikan


dukungan bagi para ibu sebagai sosok pahlawan untuk anak, keluarga dan
masyarakat melalui air susu ibu (ASI). Setiap tanggal 1-6 Agustus diperingati
Hari ASI Sedunia yang dilaksanakan selama satu pekan untuk mengingatkan
masyarakat betapa pentingnya ASI bagi tumbuh kembang bayi. Terdapat 170
negara yang telah menyelenggarakan pekan ASI sedunia, termasuk Indonesia.
(AIMI, 2019)

Rata-rata angka pemberian ASI eksklusif di dunia beru berkisar 38%. Jika
dibandingkan dengan target WHO yang mencapai 50%, maka angka tersebut
masih jauh dari target. Indonesia menduduki peringkat ke tiga terbawah dari 51
negara di dunia yang mengikuti penilaian status kebijakan dan program
pemberian makan bayi dan anak (Infant-Young Child Feeding) (IBFAN, 2013).
Meksipun 96% perempuan Indonesia menyusui amak mereka namun hanya 42%
dari bayi yang berusia di bawah 6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif. Pada
saat anak-anak mendekati ulang tahunnya yang kedua, hanya 55% yang masih
diberi ASI. Hal ini menunjukkan pemberian ASI sebagai makanan pertama bayi
masih kurang, padahal anak gizi kurang hingga buruk dan tumbuh pendek
(stunting) dapat dicegah sedini mungkin dengan pemberian ASI eksklusif dan
MPASI yang benar (AIMI, 2019).

Definisi pemberian ASI atau menyusui eksklusif menurut WHO


adalah adalah memberikan hanya ASI pada bayi dan tidak memberi bayi
makanan atau minuman lain, termasuk air putih, kecuali obat-obatan dan
vitamin atau mineral tetes; ASI perah juga diperbolehkan, yang dilakukan
sampai bayi berumur 6 bulan.2
Dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian anak, United
Nation Childrens Fund (UNICEF) dan World Healt Organization (WHO)
merekomendasikan sebaikanya anak hanya disusui ASI selama paling sedikit 6

1
bulan yang sebelumnya didahului dengan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) segera
setelah lahir. Zat kekebalan yang terdapat pada ASI antara lain akan melindungi
bayi dari penyakit diare dan menurunkan kemungkinan bayi terkena penyakit
infeksi telinga, batuk, pilek, dan penyakit alergi. 3 Pemberian ASI eksklusif dapat
mencegah lebih dari 823.000 (13%) kematian anak, 50 – 6-% kematian anak di
bawah 5 tahun disebabkan oleh malnutrisi dan 20.000 kematian ibu setiap tahun.
Tetapi, tidak menyusui dikaitkan dengan tingkat kecerdasan yang lebih rendah
dan mengakibatkan kerugian ekonomi sekitar $ 302 miliar per tahunnya. Aksi
yang dilakukan bersama sangat diperlukan agar mencapai sasaran dari World
Health Assembly (WHA), yaitu minimal pemberian 50% ASI Eksklusif selama
usia 6 bulan saat mencapai tahun 2025.4

Upaya perbaikan gizi melalui penerapan pemberian ASI Eksklusif telah


diamanatkan melalui Undang-Undang No.36 Tahun 2009 pasal 128 dan 129,
bahwa bayi berhak mendapatkan ASI Eksklusif, serta Peraturan Pemerintah RI
No. 33 Bab II pasal 3, pasal 4, pasal 5 menyebutkan bahwa Pemerintah,
Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota bertanggung jawab dalam
program pemberian ASI Eksklusif. Selanjutnya pada Bab III pasal 6
menyebutkan bahwa setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI
Eksklusif kepada bayi yang dilahirkan.4 Tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan
wajib melakukan inisiasi menyusui dini, menempatkan ibu dan bayi dalam satu
ruang rawat. Selain itu, ada juga keharusan penyediaan ruang menyusui di tempat
kerja dan fasilitas umum serta pembatasan promosi susu formula.5

Hasil Riskesdas menunjukkan proses mulai menyusui atau IMD


mengalami kenaikan dari 34,5% pada tahun 2013 menjadi 58,2% pada
tahun 2018. Cakupan IMD nasional sebesar 58,2% sedangkan Provinsi
Jawa Barat berada di atas angka cakupan IMD Nasional.6,7
Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) 2017
menunjukkan cakupan ASI ekslusif bayi 0-6 bulan sebesar 52% dengan
median lama pemberian asi eksklusif adalah 3 bulan. Diantara anak umur
di bawah 2 tahun, 57% mendapat ASI dalam 1 jam setelah lahir, 61%
segera diletakkan di dada ibu setelah lahir dan 60% terjadi kontak kulit
dengan ibu segera setelah lahir.3 Pada data cakupan proporsi pemberian

2
ASI pada bayi umur 0-6 bulan menurut Riskesdas tahun 2018, data
nasional berada pada 37,3% ASI eksklusif, 9,3% ASI parsial dan 3,3 %
ASI predominan. Provinsi Jawa Barat sendiri masih berada di bawah nilai
rata-rata nasional.4
Berdasarkan pusdatin Kemenkes RI tahun 2016 presentasi bayi baru lahir
mendapat inisiasi menyusu dini (IMD) kurang dari 1 jam sebesar 51,32% , dan
lebih dari 1 jam sebesar 6,65 % dari target 100 %. Dimana angka cakupan inisiasi
menyusu dini (IMD) kurang dari 1 jam tertinggi pada Provinsi Sumatra Selatan
yaitu sebesar 62,26 % dan inisiasi menyusu dini (IMD) lebih dari 1 jam tertinggi
pada Provinsi DI Yogyakarya yaitu sebesar 20,20 % dan 3,30%. Sedangkan
presentasi bayi 0-6 bulan yang mendapat ASI eksklusif yaitu sebesat 35,27% dari
target 90 %. Dimana cakupan ASI eksklusif tertinggi pada Provinsi DI
Yogyakarta yaitu sebesar 61,45%.8

Menurut Upaya Pelayanan Kesehatan Profil Kesehatan Provinsi Jawa


Barat Tahun 2016 cakupan ASI Eklusif Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat
tahun 2016 sebanyak 349.968 bayi umur 0-6 bulan dari 754.438 jumlah bayi 0-6
bulan (46,4%) gambaran ini masih dibawah cakupan nasional 52,3% terlebih
Target nasional sebesar 90%, walaupun demikian tedapat 2 Kab/Kota yang telah
melampaui target nasional , yaitu Kota Bandung 97,4% dan Kota Sukabumi
85,1%. Sementara di Kabupaten Karawang, cakupan ASI Eksklusif tahun 2018
sebesar 31,2% .8

Salah satu indikator untuk mencapai target cakupan pemberian ASI


eksklusif adalah dengan melaksanakan secara konsisten Sepuluh Langkah
Menuju Keberhasilan Menyusu (10 LMKM) di fasilitas pelayanan kesehatan.
Menurut data dari Ditjen BUK sampai dengan tahun 2012 diperkirakan baru 40
% Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang sepenuhnya telah
melaksanakan kebijakan dan penerapan Sepuluh langkah Menuju keberhasilan
Menyusu (10 LMKM).6

Berdasarkan hal-hal di atas, maka perlu melakukan evaluasi terhadap


Program ASI Eksklusif di wilayah kerja UPTD Puskesmas DTP Rengasdengklok,
Kabupaten Karawang. Evaluasi ini diharapkan dapat menjadi bahan

3
pertimbangan bagi instansi terkait yaitu Puskesmas Rengasdengklok dalam upaya
meningkatkan pencapaian ASI Eksklusif selanjutnya, sebagaimana yang telah
ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten dan Provinsi, serta Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat


dirumuskan masalahnya:
1.2.1 Berdasarkan Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
2017 menunjukkan angka kematian bayi sebesar 2,4%, sedangkan
angka kematian balita 3,6%.
1.2.2 Kemenkes RI tahun 2016 presentasi bayi baru lahir mendapat
inisiasi menyusu dini (IMD) kurang dari 1 jam sebesar 51,32% ,
dan lebih dari 1 jam sebesar 6,65 % dari target 100 %. Sedangkan
presentasi bayi 0-6 bulan yang mendapat ASI eksklusif yaitu
sebesar 35,27% dari target 90 %.
1.2.3 Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang, cakupan
ASI Eksklusif tahun 2019 sebesar 75,04 % dan masih belum
mencapai target.
1.2.4 Menurut data dari Ditjen BUK sampai dengan tahun 2012
diperkirakan baru 40 % Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan yang sepenuhnya telah melaksanakan kebijakan dan
penerapan Sepuluh Langkah Menuju keberhasilan Menyusu (10
LMKM).

1.3. Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Diketahuinya penyebab masalah dan penyelesaian pada pelaksanaan


program gizi indikator ASI Eksklusif di wilayah kerja UPTD Puskesmas
DTP Rengasdengklok pada bulan Januari 2019 – Oktober 2019 dengan
pendekatan sistem.

4
1.3.2 Tujuan khusus

1.3.2.1 Diketahuinya cakupan pencatatan dan pelaporan ASI eksklusif di UPTD


Puskesmas DTP Rengasdengklok, Kabupaten Karawang pada bulan
Januari 2019 – Oktober 2019.

1.3.2.2 Diketahuinya cakupan penyuluhan ASI eksklusif di UPTD Puskesmas


DTP Rengasdengklok, Kabupaten Karawang pada bulan Januari 2019 –
Oktober 2019.

1.3.2.3 Diketahuinya cakupan bayi yang mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
di UPTD Puskesmas DTP Rengasdengklok, Kabupaten Karawang pada
bulan Januari 2019 – Oktober 2019.

1.3.2.4 Diketahuinya cakupan pojok ASI di UPTD Puskesmas DTP


Rengasdengklok, Kabupaten Karawang pada bulan Januari 2019 –
Oktober 2019.

1.3.2.5 Diketahuinya cakupan pelatihan kader ASI di UPTD Puskesmas DTP


Rengasdengklok, Kabupaten Karawang pada bulan Januari 2019 –
Oktober 2019

1.4.Manfaat
1.4.1 Bagi evaluator
1.4.1.1 Mengaplikasikan teori yang sudah didapatkan.
1.4.1.2 Meningkatkan pengetahuan mengevaluasi suatu program.
1.4.1.3 Meningkatkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan sistematis
dalam mengidentifikasi masalah kesehatan masyarakat.
1.4.2 Bagi perguruan tinggi

1.4.2.1 Menjadikan UKRIDA sebagai universitas yang menjadikan


dokter-dokter yang dapat berperan serta dalam masalah kesehatan
masyarakat dibidang kesehatan

1.4.3 Bagi puskesmas yang dievaluasi

5
1.4.3.1 Mengetahui dan menganalisis masalah-masalah yang timbul
dalam pelaksanaan program ASI eksklusif disertai pemecahan
masalah.

1.4.3.2 Memberi masukan dalam meningkatkan peran serta masyarakat


dalam melaksanakan program ASI eksklusif secara optimal.

1.4.3.3 Membantu puskesmas dalam upaya memenuhi tolok ukur cakupan


program.

1.4.4 Bagi masyarakat

1.4.4.1 Meningkatkan pembinaan peran serta masyarakat dalam


kegiatan ASI eksklusif

1.4.4.2 Memperoleh pengetahuan dan informasi tentang ASI


eksklusif, sehingga dapat mengubah perilaku masyarakat
untuk mengikuti program ASI eksklusif.

1.5. Sasaran

Semua bayi berusia 0 – 6 bulan di seluruh wilayah kerja UPTD Puskesmas


DTP Rengasdengklok Kabupaten Karawang bulan Januari 2019 – Oktober 2019

6
Bab II
Materi dan Metode

2.1. Materi

Materi yang akan dievaluasi berdasarkan laporan hasil dari kegiatan


Puskesmas mengenai program ASI eksklusif di UPTD Puskesmas DTP
Rengasdengklok, Kabupaten Karawang bulan Januari 2019 – Oktober 2019,
yaitu:

a. Pencatatan dan pelaporan program ASI Eksklusif.


b. Penyuluhan mengenai ASI eksklusif secara perorangan dan
penyuluhan kelompok dalam Kelas Ibu Hamil.
c. Penerapan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
d. Pelatihan kader ASI.
e. Pojok ASI Eksklusif.

2.2 Metode

Evaluasi program ini dilaksanakan dengan pengumpulan data, analisis data


dan pengolahan data dengan menggunakan pendekatan sistem sehingga dapat
dicari masalah yang ada pada program ASI Eksklusif dengan cara
membandingkan cakupan program ASI Eksklusif di UPTD Puskesmas DTP
Rengasdengklok Kabupaten Karawang pada bulan Januari 2019 - Oktober 2019
terhadap tolok ukur yang telah ditetapkan dan menemukan penyebab masalah
dengan menggunakan pendekatan sistem yang kemudian dibuat usulan dan saran
sebagai pemecahan masalah tersebut berdasarkan penyebab masalah yang
ditemukan.

7
Bab III
Kerangka Teoritis

3.1. Bagan pendekatan sistem

Gambar 1. Teori Sistem.7

Gambar di atas menerangkan sistem adalah gabungan dari elemen-elemen


yang saling dihubungkan dengan suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai
satu kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan.
Bagian atau elemen tersebut dapat dikelompokkan dalam enam unsur, yaitu:9

1. Masukan (input), adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat


dalam sistem dan dibutuhkan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut,
terdiri dari tenaga (man), dana (money), sarana (material), metode
(method), mesin atau alat yang digunakan (machine), jangka alokasi
waktu (minute), lokasi masyarakat (market) dan informasi
(information).

8
2. Proses (process), adalah kumpulan bagian atau elemen yang ada di
dalam sistem dan berfungsi untuk mengubah masukan menjadi
keluaran yang direncanakan. Terdiri dari unsur perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan
pemantauan (controlling).

3. Keluaran (output), adalah kumpulan bagian atau elemen yang


dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam sistem.

4. Lingkungan (environment), adalah dunia di luar sistem yang tidak


dikelola oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem,
terdiri dari lingkungan fisik dan non fisik.

5. Umpan balik (feed back), adalah kumpulan bagian atau elemen yang
merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dari
sistem tersebut, berupa pencatatan dan pelaporan yang lengkap,
monitoring dan rapat bulanan.

6. Dampak (impact), adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dari


suatu sistem.

3.2. Tolok Ukur

Tolok ukur merupakan nilai acuan atau standar yang telah ditetapkan
dan digunakan sebagai target yang harus dicapai pada tiap-tiap variabel sistem
yang meliputi masukan, proses, keluaran, lingkungan dan umpan balik pada
program ASI Eksklusif seperti yang tertera pada lampiran. Tolok ukur digunakan
sebagai pembanding atau cakupan minimal yang harus dicapai dalam program
ASI eksklusif.

9
Bab IV
Penyajian Data

4.1. Sumber data

Sumber data dalam evaluasi ini berupa data sekunder yang berasal dari :

1. Profil Puskesmas Kecamatan Rengasdengklok Kabupaten Karawang tahun


2018.

2. Laporan bulanan bayi yang mendapat ASI eksklusif di Puskesmas


Rengasdengklok Kabupaten Karawang pada bulan Januari 2019 - Oktober
2019.

3. Laporan bulanan penyuluhan ASI eksklusif di Puskesmas Rengasdengklok


Kabupaten Karawang pada bulan Januari 2019 - Oktober 2019.

4. Laporan bulanan bayi yang mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di


Puskesmas Rengasdengklok Kabupaten Karawang pada bulan Januari
2019 - Oktober 2019.

5. Laporan bulanan pelatihan kader ASI di Puskesmas Rengasdengklok


Kabupaten Karawang pada bulan Januari 2019 - Oktober 2019.

4.2. Data Umum

4.2.1. Data Geografis

Puskesmas Rengasdengklok merupakan Puskesmas induk yang berada di


wilayah Kecamatan Rengasdengklok. Mulai Januari tahun 2009 dipecah menjadi
dua wilayah kerja yaitu Puskesmas Rengasdengklok (enam Desa) dan Puskesmas

10
Kalangsari (tiga desa ). Puskesmas Rengasdengklok memiliki luas wilayah kerja
1.575 ha, terdiri dari tanah darat dengan luas 315 ha, dan tanah sawah dengan luas
1.260 ha. Lokasi gedung Puskesmas Rengasdengklok terletak di Jalan Tugu
Proklamasi RT 022/ RW 012, Rengasdengklok, Karawang.

Berikut nama – nama desa yaitu :

1. Desa Dewisari jarak dari puskesmas 3 km, dapat dicapai semua jenis
kendaraan.

2. Desa Kertasari jarak dari puskesmas 2 km, dapat dicapai semua jenis
kendaran.

3. Desa Rengasdengklok utara jarak dari puskesmas 1 km, dapat dicapai


semua jenis kendaraan.

4. Desa Rengasdengklok selatan jarak dari puskesmas 150 m,lokasi


puskesmas berada di wilayah desa Rengasdengklok selatan dapat di
capai semua jenis kendaraan.

5. Desa Amansari jarak dari puskesmas 4 km.dapat dicapai semua jenis


kendaraan.

6. Desa Dukuh karya jarak dari puskesmas 4 km, dapat oleh semua
kendaraan.

Batas – batas wilayah kerja Puskesmas Rengasdengklok sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Puskesmas Medang asem Kec.


Jayakerta.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Puskesmas Kalangsari Kec.


Rengasdengklok.

- Sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Citarum Kabupaten Bekasi.

- Sebelah Timur berbatasan dengan Puskesmas Kutawaluya Kec.


Kutawaluya.

11
4.2.2. Data Demografis

Tabel 1. Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas DTP Rengasdengklok Kabupaten
Karawang tahun 2018.

Jumlah Penduduk
DESA TOTAL
L P
Dukuh Karya 2.590 2.563 5.153
Aman Sari 5.436 5.400 10.836
Rengasdengklok Selatan 12.512 11.899 24.411
Rengasdengklok Utara 10.824 11.250 22.074
Kertasari 5.929 5.641 11.570
Dewi Sari 5.321 4.323 9.644
Puskesmas 42.612 41.076 83.688

Tabel 2. Jumlah KK di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas DTP Rengasdengklok Kabupaten


Karawang tahun 2018.

12
Tabel 3. Sasaran Ibu Hamil dan Ibu Nifas di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas DTP
Rengasdengklok Kabupaten Karawang tahun 2018.

Desa Bumil Bufas


Dukuh Karya 101 96
Aman Sari 211 201
Rengasdengklok Selatan 485 464
Rengasdengklok Utara 420 401
Kertasari 230 220
Dewi Sari 170 162
Puskesmas 1.617 1.544

Tabel 4. Sasaran Bayi dan Balita di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas DTP Rengasdengklok
Kabupaten Karawang tahun 2018.

1. Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk


Pertumbuhan Penduduk Jumlah penduduk wilayah UPTD Puskesmas
DTP Rengasdengklok Kecamatan Rengasdengklok pada tahun 2018
sebanyak : 83.688 jiwa,terdiri dari Laki-laki : 42.612 dan perempuan :
41.076 Jiwa.

2. Sosial Ekonomi
Jumlah KK miskin tahun 2018 berdasarkan data dari Kecamatan
Rengasdengklok menurut kepesertaan Jamkesmas yaitu : 38.884 jiwa yang
tersebar di Enam Desa. Perbandingan tingkat sosial ekonomi penduduk
Puskesmas Rengasdengklok Kecamatan Rengasdengklok sebagian besar

13
bermata pencaharian sebagai perdagangan (72,43 %) selebihnya bergerak
dibidang pertanian 13,27 %, pegawai negeri 5,09 %, TNI / Polisi 0,04 %,
lain-lain 9,17 %.

3. Tingkat Pendidikan
Data persentase tingkat pendidikan menunjukkan bahwa pendidikan SMP
46,79 % merupakan pendidikan dengan persentase tertinggi dibandingkan
dengan tamatan pendidikan lainnya, sedangkan pendidikan dengan
persentase terkecil adalah penduduk dengna tamatan Akademi / Perguruan
Tinggi 0,85 %.

4. Agama
Agama yang dianut sebagian besar penduduk kecamatan Rengasdengklok
adalah islam 96,30 % dan sebagian kecil lainnya adalah agama Hindu
0,01 %.

4.2.3 Data Fasilitas Kesehatan

Jenis sarana kesehatan yang tersedia di wilayah kerja Puskesmas


Rengasdengklok, antara lain sebagai berikut :
No Sarana Kesehatan Jumlah
1 Puskesmas 1
2 Praktek dr perorangan 10
3 Praktek Bidan 32
4 Praktek drg 3
5 Apotek 12
6 Toko Obat 2
7 Posyandu 57
8 Posbindu 6

Tabel 5. Data fasilitas kesehatan Puskesmas Rengasdengklok

Tabel 6. Jumlah Posyandu di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas DTP Rengasdengklok Kabupaten
Karawang tahun 2018.

14
4.3 Data Khusus

4.3.1 Masukan

a. Tenaga

- Penanggung jawab program : 1 orang


- Petugas gizi kesehatan : 1 orang
- Konselor ASI : 1 orang
- Kader ASI : 57 orang
- Bidan desa : 11 orang
- Bidan PONED dan KIA : 5 orang

b. Dana

- APBD : Ada.
- BOK : Ada.

c. Sarana
Infocus : Ada
Layar proyektor : Ada
Leaflet : Ada
Lembar balik : Tidak ada
Posyandu : Ada
Poster : Ada
Buku KIA/KMS : Ada
Ruang Pojok Asi : Tidak ada
Buku pedoman tenaga pelaksana gizi : Ada

15
4.3.2 Metode

a. Penyuluhan

Penyuluhan perorangan diberikan oleh petugas kesehatan


Puskesmas kepada setiap ibu dan/atau anggota keluarga dari bayi
yang bersangkutan sejak pemeriksaan kehamilan sampai dengan
periode pemberian ASI eksklusif selesai.

Penyuluhan kelompok (dilakukan di posyandu setiap bulan


dalam kelas ibu hamil). Petugas kesehatan puskesmas melakukan
wawancara dengan ibu hamil dan keluarganya dan ibu yang
mempunyai bayi usia 0-6 bulan. Pemberian informasi dan edukasi
melalui komunikasi dua arah (sesi tanya jawab). Petugas
membahas mengenai berbagai manfaat ASI Eksklusif bagi ibu dan
bayi serta metode penyimpanan serta pemberian ASI eksklusif
yang baik. Petugas memberikan motivasi kepada ibu untuk
memberikan ASI Eksklusif hingga bayi berusia 6 bulan dan
melanjutkan hingga ke usia 2 tahun didampingi dengan MP-ASI.
Petugas memberikan motivasi dan mengajarkan cara memberi ASI
perah pada ibu bekerja yang mempunyai bayi usia 0- 6 bulan.
Petugas memberikan lembar balik/kuesioner berisi pertanyaan
sekitar materi untuk melihat tingkat pengetahuan ibu sesudah
penyuluhan.

b. Inisiasi Menyusu Dini


Tenaga Kesehatan dan penyelenggara Fasilitas Pelayanan
Kesehatan wajib melakukan inisiasi menyusu dini terhadap bayi
yang baru lahir kepada ibunya minimal selama 1 (satu) jam.
Inisiasi menyusu dini dilakukan dengan cara meletakkan bayi
secara tengkurap di dada atau perut ibu sehingga kulit bayi
melekat pada kulit ibu; dan menerapkan rawat gabung ibu dengan
bayinya sepanjang waktu 24 (dua puluh empat) jam.

c. Pojok ASI

16
Puskesmas harus menyediakan satu ruangan pojok ASI Eksklusif yang
digunakan untuk tujuan mempromosikan program ASI Eksklusif
dengan diawasi oleh seorang konselor ASI yang telah dilatih dan
memiliki kemampuan untuk memberikan konsultasi kepada ibu-ibu
dalam proses menyusu dan memerah ASI. Ruang pojok ASI haruslah
diselenggarakan pada bangunan yang permanen, dapat merupakan
ruang tersendiri atau merupakan bagian dari tempat pelayanan
kesehatan yang ada di tempat kerja dan tempat sarana umum.

d. Pelatihan Kader
Pelatihan kader ASI dilakukan oleh tenaga kesehatan mengenai
ASI Eksklusif yang dilakukan minimal satu kali per tahun. Pelatihan
boleh dilakukan oleh dokter, bidan, konselor ASI Eksklusif atau
bagian promosi kesehatan.

e. Pencatatan dan Pelaporan


Membuat Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu
Puskesmas (SP2TP) terutama tentang cakupan ASI Eksklusif.
Pelaporan 2 kali per tahun yaitu Februari dan Agustus pada laporan
tahunan Puskesmas kepada Dinas Kesehatan.

4.3.3. Proses

4.3.3.1.Perencanaan (Planning)

Perencanaan tertulis mengenai :

a. Penyuluhan
Penyuluhan perorangan dilakukan saat melakukan kunjungan rumah
dan pemeriksaan kehamilan di pelayanan kesehatan. Sedangkan
penyuluhan kelompok dilakukan saat kelas ibu hamil. Penyuluhan
pada posyandu yang dilaksanakan sebanyak satu bulan sekali yang
dibantu oleh kader.

b. Inisiasi Menyusui Dini

17
Dilakukan Inisiasi Menyusu Dini terhadap bayi baru lahir kepada
ibunya minimal selama 1 (satu) jam oleh bidan desa atau bidan
PONED dengan memberikan pengarahan pada ibu yang baru saja
melahirkan untuk meletakkan bayi secara tengkurap di dada atau perut
ibu sehingga kulit bayi melekat/ kontak pada kulit ibu.

c. Pojok ASI Eksklusif


Akan disediakan suatu ruangan tertutup yang khusus untuk ibu
menyusui di Puskesmas beroperasi setiap hari selama 24 jam dengan
persyaratan sesuai ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 15 tahun 2013 yang didampingi seorang dan seorang
petugas puskesmas yang dapat mempromosikan usaha ASI eksklusif
serta menjadi konselor ASI pada hari bekerja jam 08.00-12.00.

d. Pelatihan kader mengenai ASI Eksklusif


Dilakukan penjadwalan pelatihan kader oleh konselor ASI mengenai
program ASI Eksklusif yang disediakan oleh petugas Program Gizi
dengan anggaran operasional yang tersedia setiap satu tahun sekali.

e. Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dilakukan setiap bulan pada saat bayi berkunjung ke
posyandu oleh bidan desa di KMS kemudian direkapitulasi pada
register bayi pada kunjungan bulan Februari dan Agustus. Dibuat
kebijakan tertulis tentang pencatatan yang berasal dari fasilitas
kesehatan dan bidan swasta yang turut terlibat dalam program ASI
Eksklusif. Dibuat laporan dalam bentuk Laporan Bulanan.
Pelaporan dilakukan 2 kali per tahun yaitu Februari dan Agustus pada
laporan tahunan Puskesmas kepada Dinas Kesehatan.

4.3.3.2. Pengorganisasian (Organizing)

Dibuat bagan pengorganisasian program ASI eksklusif, tenaga


pelaksana gizi sebagai koordinator program (programmer), kemudian
programmer melakukan koordinasi dengan konselor ASI untuk kemudian
melimpahkan tugas kepada pelaksana program. Terdapat struktur tertulis dan

18
pembagian tugas yang teratur dalam melaksanakan tugasnya. Pengorganisasian
dalam program ASI eksklusif dibagi berdasarkan jabatan:

a. Kepala Puskesmas

• Sebagai penanggung jawab daripada program

• Monitoring pelaksanaan kegiatan gizi keluarga

• Melakukan evaluasi data hasil pelaksanaan kegiatan gizi


keluarga di wilayah kerja Puskesmas Rengasdengklok.

b. Koordinator dan Pelaksana Bagian Gizi

• Sebagai koordinator dan pelaksana program.

• Melakukan pencatatan hasil keberhasilan program dan


melaporkan hasil pencatatan kepada kepala puskesmas dalam
waktu tiap bulan.

Kepala UPTD Puskesmas


Rengasdengklok Koordinator dan pelaksana
Konselor ASI
dr. Hj. Cucu Siti Minpalah, program gizi
MKes Geuis, Amd.Keb
Hj. Nurjanah, Amd, Keb

Bidan desa, bidan PONED,


bidan puskesmas, bidan
swasta

Gambar 2. Bagan coordinator Gizi Puskesmas Rengasdengklok.

c. Konselor ASI

• Sebagai orang yang dipilih oleh puskesmas yang dikirim untuk


mengikuti pelatihan konselor ASI oleh dinas kesehatan.

19
• Mampu melatih kader-kader posyandu yang dipilih sebagai
kader ASI pada satu wilayah.

d. Bidan PONED dan Bidan Desa

• Sebagai pelaksana kegiatan penyuluhan perorangan dan


kelompok mengenai ASI eksklusif.

• Melakukan pencatatan bayi yang berkunjung ke Posyandu dan


merekapitulasi data untuk dilaporkan ke koordinator dan
pelaksana gizi keluarga.

4.3.3.3.Pelaksanaan (Actuating)

a. Penyuluhan

Penyuluhan perorangan belum dilakukan saat melakukan kunjungan


rumah maupun saat pemeriksaan kehamilan di pelayanan kesehatan.
Sedangkan penyuluhan kelompok sudah dilakukan saat kelas ibu hamil.
Membahas mengenai berbagai manfaat ASI eksklusif bagi ibu dan bayi
serta metode penyimpanan serta pemberian ASI eksklusif yang baik.
Memberikan motivasi kepada peserta ASI eksklusif untuk meneruskan
pemberian hingga 6 bulan dan melanjutkan sehingga ke usia 2 tahun sesuai
dengan keadaan pribadi dan keluarganya.

b. Inisiasi Menyusui Dini

Sudah dilakukan Inisiasi Menyusu Dini terhadap bayi baru lahir kepada
ibunya minimal selama 1 (satu) jam oleh bidan desa atau bidan PONED.

c. Pojok ASI

20
Tidak tersedia ruangan khusus untuk pojok ASI

d. Pelatihan Kader

Ada pelatihan kader yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.

e. Pencatatan dan Pelaporan

Sudah dilakukan pencatatan informasi ASI di KMS setiap bulan pada saat
bayi berkunjung ke posyandu oleh bidan desa kemudian direkapitulasi
pada register bayi pada kunjungan bulan Februari dan Agustus. Sudah
dibuat laporan dalam bentuk laporan bulanan. Sudah dilakukan
perencanaan pelaporan 2 kali per tahun yaitu Februari dan Agustus pada
laporan tahunan Puskesmas kepada Dinas Kesehatan.

4.3.2.4. Pengawasan (Controlling)

 Pertemuan / Rapat (Lokakarya Mini Bulanan)


Tiap bulan diadakan satu kali rapat di Puskesmas Rengasdengklok dan
dipimpin oleh kepala Puskesmas untuk mengetahui apakah program
berjalan sesuai dengan rencana.

 Penilaian mengenai seluruh hasil kegiatan yang digunakan untuk


menentukan program tahun depan, diadakan satu tahun sekali.

4.3.3. Keluaran (Output)

4.3.3.1. Cakupan ASI Eksklusif

Cara menghitung cakupan ASI Eksklusif adalah dengan digunakan


pedoman surveilans gizi dan pedoman penilaian kinerja puskesmas
provinsi Jawa Barat. Data diambil dari setiap bidan desa. Definisi
operasional cakupan ASI Eksklusif menurut buku surveilans gizi adalah
seperti berikut:

21
1. Bayi umur 0–6 bulan adalah seluruh bayi umur 0 hari sampai 5 bulan
29 hari.
2. Bayi mendapat ASI Eksklusif adalah bayi 0–6 bulan yang diberi ASI
saja tanpa makanan atau cairan lain kecuali obat, vitamin dan mineral.
3. Bayi umur 0–6 bulan yang ada di suatu wilayah adalah jumlah seluruh
bayi umur 0 hari sampai 5 bulan 29 hari yang tercatat pada register
pencatatan pemberian ASI pada bayi umur 0-6 bulan di suatu wilayah.
4. Persentase bayi umur 0–6 bulan mendapat ASI Eksklusif adalah
jumlah bayi 0–6 bulan yang diberi ASI saja tanpa makanan atau cairan
lain kecuali obat, vitamin dan mineral dibagi jumlah seluruh bayi
umur 0 – 6 bulan yang datang dan tercatat dalam register
pencatatan/KMS di wilayah tertentu dikali 100%.
5. Jumlah Bayi Usia 6 Bulan yang Mendapat ASI Eksklusif yang
Tercatat Dalam Register Pencatatan di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Rengasdengklok Periode Januari 2019 sampai dengan
Agustus 2019 (tabel 4.1):

Tabel 7. Jumlah bayi 0-6 bulan yang mendapat ASI eksklusif di wilayah kerja UPTD Puskesmas
DTP Rengasdengklok bulan Februari 2019 dan Agustus 2019
Desa Februari 2019 Agustus 2019
Dukuh karya 24 31
Aman sari 57 49
Rengasdengklok 135 102
selatan
Rengasdengklok utara 118 78
Kertasari 88 95
Dewi sari 43 22
Total 465 377

Tabel 8. Jumlah bayi usia 0-6 bulan yang gagal ASI eksklusif di wilayah kerja UPTD Puskesmas
DTP Rengasdengklok bulan Februari 2019 dan Agustus 2019.

22
Desa Februari 2018 Agustus 2018
Dukuh karya 24 12
Aman sari 45 43
Rengasdengklok 52 53
selatan
Rengasdengklok 48 48
utara
Kertasari 43 51
Dewi sari 30 29
Total 238 236

Bayi 0−6 bulan yang Mendapat Asi Eksklusif

Jumlah bayi0−6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif diWilayah


kerj a UPTD Puskesmas RDK bln februari− Agsustus2019
¿ x 100
Jumlah bayi0−6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif + Jumlah bayi
0−6 bulan yang gagal ASI Eksklusif

842
¿ ( 1320 ) x 100 =63,78
 Target: 70 % per tahun (Berdasarkan PKP Puskesmas Rengasdengklok)
 Cakupan belum mencapai target sebesar 63,78 %.
70 −63,78
 Besarnya masalah : ( 70 )
×100 =8,8

a. Cakupan Penyuluhan ASI Eksklusif di Puskesmas Kecamatan


Rengasdengklok Kabupaten Karawang Tahun 2019

Cakupan penyuluhan perorangan : Tidak ada data.

Cakupan penyuluhan berkelompok :

23
Table 10. Data posyandu UPTD Puskesmas DTP Rengasdengklok tahun 2019

Desa Jumlah Posyandu Jumlah Kader Aktif

Dukuhkarya 5 20

Amansari 8 25

Renasdengklok Selatan 16 45

Rengasdengklok Utara 12 40

Kertasari 8 25

Dewisari 8 20

Jumlah 57 175
Sumber: Profil desa se Kec. Rengasdengklok tahun 2019

Tabel 11. Catatan Penyuluhan Kelompok mengenai ASI eksklusif di Kelas Ibu Hamil

Bulan Jumlah kelas bumil Jumlah ibu hamil yang hadir


Januari 2 45
Februari 1 30
Maret 2 60
April 4 75
Mei 2 45
Juni 1 30
Juli 3 45
Agustus 6 90
September 4 60
Oktober Tidak dilaksanakan -
Jumlah 25 480

Jumlah penyuluhankelompok mengenai ASI eksklusif


dalam kelas ibu hamil
selama bulanJanuari 2019−Oktober 2019
x 100
Jumla h posyandu diUPTD Puskesmas Rengasdengklok

( 2557 ) ×100 =43,85


 Sasaran : 12 kali penyuluhan dalam 12 bulan

24
 Target: 100% per tahun (Berdasarkan PKP Puskesmas Rengasdengklok).

 Cakupan sebesar 43,85 % belum mencapai target.

 Besarnya masalah adalah ( 100 −43,85


100 )× 100 =56,15

b. Cakupan bayi yang mendapat Inisiasi Menyusui Dini (IMD) di UPTD


Puskesmas DTP Kecamatan Rengasdengklok Kabupaten Karawang
bulan Januari - Oktober 2019

Tabel 12. Catatan Jumlah Bayi Lahir Hidup dan Jumlah yang Mendapatkan Inisiasi
Menyusui Dini Bulan Januari 2019 - Oktober 2019

Jumlah Bayi lahir Hidup


Bulan Jumlah Bayi lahir Hidup
mendapat IMD
Januari 115 95
Februari 123 74
Maret 123 93
April 118 87
Mei 127 93
Juni 122 87
Juli 123 70
Agustus 104 83
September 115 79
Oktober 122 68
Jumlah 1192 829

Jumlah Bayi Lahir Hidup mendapat IMD


padabulan januari−oktober 2019
Persentase ( ) cakupan IMD= x 100
jumlah bayi lahir hidup padabulan ja nuari−oktober 2019
829
¿ ( 1192 ) x 100 =69,54

 Target: 50% per tahun atau 41,6% per 10 bulan (berdasarkan PKP Puskesmas
Rengasdengklok).

25
 Cakupan sebesar 69,54 % sudah mencapai target.

c. Cakupan pelatihan kader ASI di Puskesmas Kecamatan Rengasdengklok


Kabupaten Karawang Tahun 2019

tidak ada data pencatatan dan pelaporan.

4.3.5 Lingkungan
4.3.5.1 Lingkungan Fisik
 Lokasi Puskesmas : di tiap desa sudah terdapat masing-masing
bidan desa, sehingga mudah dijangkau oleh warga desa.

 Transportasi : tersedia

 Fasilitas Kesehatan lain : tersedia. Namun pencatatan dan pelaporan


tentang IMD dan ASI eksklusif pada praktek bidan swasta belum
dilakukan.

4.3.5.2.Lingkungan non-fisik

 Sosial ekonomi

Banyak ibu menyusui yang bekerja. Hal tersebut akan mempengaruhi


waktu seorang ibu yang telah melahirkan untuk melanjutkan proses
pemberian ASI secara Eksklusif kepada anaknya.

 Sosial budaya

Masih terdapat kepercayaan masyarakat yang salah mengenai ASI


sehingga pemberian ASI saja dianggap tidak cukup untuk memenuhi
nutrisi bagi bayi hingga usia 6 bulan sehingga diberi MP-ASI sebelum
waktunya. Nutrisi dan Gizi ibu yang kurang serta cara menyusui yang
salah membuat ASI ibu tidak lancar. Kurangnya pengetahuan dan
dukungan keluarga terhadap ibu untuk dapat memberikan ASI Eksklusif.

4.3.6 Umpan balik

26
 Pencatatan dan pelaporan bulanan lengkap, sesuai dengan waktu
yang ditentukan akan dapat digunakan sebagai masukan dalam evaluasi
Program Gizi.

 Rapat kerja yang membahas laporan kegiatan untuk mengevaluasi


program yang telah dijalankan.

 Tidak tersedia ruangan khusus untuk kegiatan Pojok ASI eksklusif.


Ruangan kegiatan Pojok ASI masih bergabung dengan ruang programmer
Gizi

4.3.7 Dampak

- Dampak Langsung
Memenuhi kebutuhan asupan gizi bayi 0-6 bulan: Belum dapat dinilai.
- Dampak Tidak Langsung
Mengurangi angka kesakitan dan kematian anak: Belum dapat dinilai.

27
Bab V
Pembahasan Masalah

5.1 Masalah menurut variabel keluaran


Tabel 13. Masalah menurut variabel keluaran
No Variabel Tolok Ukur Pencapaian (%) Besar Masalah
(%) (%)

Cakupan ASI
1. 70 % 63,78% 8,8%
eksklusif
Cakupan Penyuluhan
2. 100 % 43,85 % 56,15%
ASI eksklusif
3. Cakupan Pojok ASI - - -
Cakupan Pelatihan
4. - -
Kader

5.2. Masalah Menurut Variabel Masukan


No Variabel Tolak Ukur Pencapaian Masalah
1. Tenaga Tenaga Petugas Gizi Ada 1 orang tenaga sebagai (-)
(Man) Keluarga sebagai koordinator dan 1 pelaksana Program
koordinator dan Gizi
pelaksana Program Gizi
Keluarga
Terdapat petugas terpilih Terdapat 1 petugas terpilih sebagai (-)
sebagai Konselor ASI Konselor ASI
Terdapat kader aktif yang Kader sudah aktif 22 orang tapi tidak (+)
terlatih dan kelompok ada kelompok pendukung ASI
pendukung asi
2. Dana BOK Ada (-)
(Money APBD Ada (-)
3. Sarana Infokus Ada (-)
(Material) Layar Ada (-)
Leaflet Tidak ada (+)
Lembar balik Ada (-)
Poster Ada (-)
Materi PPT Ada (-)
Alat tulis Ada (-)

28
Ruang Pojok ASI Tidak ada (+)
4. Metode Melaksanakan 10 Belum melaksanakan 10 (+)
(Method) Langkah Menuju Langkah Menuju
Keberhasilan Menyusui Keberhasilan Menyusui

Dilakukan Inisiasi Sudah dilakukan IMD (-)


Menyusui Dini (IMD) terhadap setiap bayi baru
terhadap bayi baru lahir lahir paling singkat 1 (satu)
kepada ibunya paling jam oleh bidan desa atau
singkat selama 1 (satu) bidan PONED
jam oleh bidan desa atau
bidan PONED
Ruangan khusus untuk Tidak terdapat ruangan (+)
menyusui dan didampingi khusus untuk menyusui
oleh dua konselor ASI
yang bertugas untuk
konseling dan wawancara
Pelatihan kader dilakukan Pelatihan kader dilakukan (-)
oleh konselor ASI oleh konselor ASI

Dilakukan penyuluhan Belum dilakukan penyuluhan (+)


perorangan pada saat perorangan pada saat kunjungan
kunjungan rumah dan rumah dan pemeriksaan kehamilan di
pemeriksaan kehamilan fasilitas pelayanan kesehatan,
di fasilitas pelayanan sedangkan penyuluhan kelompok
kesehatan, sedangkan sudah dilakukan pada saat kelas ibu
penyuluhan kelompok hamil dan pada saat posyandu namun
dilakukan pada saat kelas sangat jarang
ibu hamil

5.3. Masalah Menurut Variabel Proses


No Variabel Tolak Ukur Pencapaian Masalah
1 Perencanaan Penerapan 10 LMKM Sudah direncanakan (-)
penerapan 10 LMKM
Terdapat kebijakan tertulis Sudah terdapat kebijakan (-)
pelatihan kader ASI tertulis pelatihan kader ASI
eksklusif eksklusif
Terdapat kebijakan tertulis Sudah terdapat kebijakan (-)
pembuatan pojok ASI tertulis pembuatan pojok ASI
Melakukan Inisiasi Sudah direncanakan untuk (-)
Menyusu Dini segera melakukan IMD segera
setelah bayi lahir setelah bayi lahir
Melakukan Inisiasi Sudah direncanakan untuk (-)
Menyusu Dini segera melakukan IMD segera
setelah bayi lahir setelah bayi lahir
Penyuluhan perorangan Belum dilakukannya (+)
dilakukan setiap kali penyuluhan perorangan setiap
melakukan kunjungan melakukan kunjungan rumah
rumah dan pemeriksaan
kehamilan di fasilitas
pelayanan kesehatan,
sedangkan penyuluhan
kelompok dilaksanakan
dikelas ibu hamil setiap satu
bulan sekali

29
Pencatatan dilakukan setiap Sudah direncanakan (+)
bulan dan direkapitulasi SP2TP dan
pada bulan Februari dan perencanaan
Agustus dan dibuat laporan pelaporan 2 kali per
bulanan yang akan tahun kepada Dinas
dilaporkan ke dinas Kesehatan yaitu
kesehatan setiap tahun pada bulan Februari
dan Agustus setiap
tahunnya namun
belum sesuai
dengan waktu yang
telah ditentukan
2 Pengorganisasian Dibentuk struktur Struktur organisasi sudah (-)
organisasi, kepala dibentuk dan jelas, dalam
puskesmas sebagai pelaksanaannya sudah
penanggungjawab program, berjalan sesuai dengan
melimpahkan kekuasaan struktural organisasi.
kepada koordinator program
(programmer), kemudian
melakukan koordinasi
dengan pelaksana program
3 Pelaksanaan Diterapkan pelaksanaan 10 Belum diterapkan (+)
LMKM sepenuhnya 10
LMKM
Dilakukan IMD segera Sudah dilakukan (-)
setelah bayi lahir IMD segera setelah
bayi lahir
Mengoperasionalkan pojok Belum tersedianya tempat (+)
ASI pada hari kerja dengan
dua orang konselor ASI
Dilakukan pelatihan kader Telah dilakukan pelatihan (-)
minimal setahun sekali kader pada tahun 2018 oleh
konselor ASI
Dilakukan penyuluhan Penyuluhan perorangan belum (+)
perorangan di setiap dilaksanakan dengan baik,
kunjungan rumah dan sedangkan penyuluhan
pemeriksaan kehamilan di kelompok tidak rutin
fasilitas pelayanan dilaksanakan setiap bulan
kesehatan, sedangkan
penyuluhan kelompok
dilaksanakan saat kelas ibu
hamil setiap satu bulan
sekali
Dibuat Pencatatan dan Tidak semua kegiatan (-)
Pelaporan dilakukan pencatatan secara
baik dan benar
4 Pengawasan Dilakukan pertemuan/rapat Sudah dilakukan pengawasan (-)
bulanan dan juga tahunan program dalam bentuk
yang dipimpin oleh kepala lokakarya mini bulanan
puskesmas untuk
mengetahui apakah program
berjalan sesuai dengan
rencana

5.4. Masalah Menurut Variabel Lingkungan


No Variabel Tolak Ukur Pencapaian Masalah

30
1. Fisik Lokasi Mudah dijangkau oleh masyarakat ke bidan desa dan (-)
terdapat pustu di wilayah kerja Puskesmas
Rengasdengklok
Transportasi Tersedia sarana transportasi sehingga memudahkan (-)
masyarakat dalam memperoleh informasi mengenai
ASI Eksklusif
Fasilitas Tersedia fasilitas kesehatan (-)
kesehatan
2. Non- Sosial Masih banyak yang memberikan MP ASI (+)
Fisik Budaya sebelum waktunya pada bayi, mengganti
ASI dengan susu formula. Serta kurangnya
dukungan keluarga terhadap ibu untuk
memberikan ASI eksklusif.
Sosial Sebagian besar penduduk bermata pencaharian (+)
Ekonomi sebagai buruh tani dan termasuk penduduk miskin.
Hal tersebut akan mempengaruhi waktu seorang ibu
yang telah melahirkan untuk melanjutkan proses
pemberian ASI secara Eksklusif kepada anaknya
Pendidikan Tingkat pengetahuan manfaat pemberian ASI yang (+)
masih belum maksimal.

31
Bab VI
Perumusan Masalah

6.1. Masalah menurut keluaran

5.1.1 Cakupan ASI eksklusif bulan Januari 2019 – Oktober 2019 sebesar
63,78% dari tolok ukur 70% dengan besar masalah 8,8%.
5.1.2 Cakupan penyuluhan mengenai ASI eksklusif bulan Januari 2019 -
Oktober 2019 sebesar 43,85 % dari tolok ukur 100 % dengan besar
masalah 56,15 %.
6.2. Masalah-masalah (Dari Unsur Lain) Penyebab
6.2.1. Masukan
1. Belum berjalan secara maksimalnya konselor ASI.
2. Belum dilakukan penyuluhan perorangan pada saat kunjungan rumah
dan pemeriksaan kehamilan di fasilitas pelayanan kesehatan,
sedangkan penyuluhan kelompok sudah dilakukan pada saat kelas ibu
hamil namun tidak semua ibu hamil/ibu menyusui hadir.
3. Belum melaksanakan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui.
4. Tidak tersedianya leaflet di puskesmas.

6.2.2. Proses
1. Belum terlaksana semua 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui
yaitu:
1. Belum terdapat pelatihan sepenuhnya kepada staf pelayanan kesehatan
dalam menerapkan 10 LMKM. Pelatihan dilakukan secara periodik dan
diselenggarakan di fasilitas kesehatan atau tempat pelatihan lain yang
memadai.
2. Belum dilakukan penjelasan kepada keluarga bayi supaya tidak
memberikan dot atau kempeng kepada bayi. Tidak terdapat kebijakan

32
tertulis tentang larangan promosi dot atau kempeng baik di fasilitas
pelayanan kesehatan dan di masyarakat
3. Belum dibentuk kelompok pendukung ASI sehingga ibu belum dirujuk
kepada kelompok tersebut ketika pulang dari Sarana Pelayanan kesehatan.
1. Belum adanya penjadwalan tetap pelatihan kader ASI yang dapat
membina ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan untuk memberikan
ASI eksklusif. Belum adanya kelompok pendukung ASI.
2. Tidak semua kegiatan dilakukan pencatatan dan pelaporan secara baik
dan benar
3. Direncanakan SP2TP dan perencanaan pelaporan 2 kali per tahun
kepada Dinas Kesehatan yaitu pada bulan Februari dan Agustus setiap
tahunnya namun pengumpulan data belum sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan.

6.2.3. Lingkungan
1. Sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai buruh tani dan
termasuk penduduk miskin. Hal tersebut akan mempengaruhi waktu
seorang ibu yang telah melahirkan untuk melanjutkan proses
pemberian ASI secara Eksklusif kepada anaknya.
2. Beberapa ibu tidak melanjutkan pemberian ASI karena merasa air
susunya kurang, tidak keluar, merasa anaknya tidak mau diberikan
ASI ataupun beberapa ibu merasa payudaranya sakit sehingga
menghentikan pemberian ASI kepada anaknya, sehingga masih
banyak ibu yang memberikan MP-ASI sebelum waktunya pada bayi
atau mengganti ASI dengan susu formula.
3. Mayoritas penduduk mempunyai tingkat pengetahuan tentang ASI
yang masih rendah, sehingga menyebabkan kurang tahu akan manfaat
pemberian, cara pemberian ASI dan cara penyimpanannya yang baik.
4. Tingkat sosial budaya yang rendah dan kebiasaan mengenai kesadaran
dan perilaku gizi masyarakat yang belum baik. Serta kurangnya
dukungan keluarga terhadap ibu untuk memberikan ASI eksklusif.

33
5. Tokoh masyarakat dan para orang tua ibu menyusui belum berperan
dalam mendukung program ASI eksklusif untuk bayi usia 0-6 bulan

Bab VII
Prioritas Masalah

7.1. Masalah menurut keluaran


Prioritas masalah dilakukan dengan menggunakan metode sederhana. Dari
rumusan masalah, langkah berikutnya adalah membuat prioritas masalah
dari keluaran. Dengan menggunakan salah satu teknik misalnya metode
sederhana, ditentukan hanya dua prioritas masalah saja yang harus
diselesaikan. Jika pada tahapan perumusan masalah hanya ada dua
masalah saja, maka pada keadaan ini tidak terdapat tahapan prioritas
masalah tapi langsung dilakukan penyelesaian masalah. Oleh itu, pada
evaluasi program ini tidak dilakukan prioritas masalah karena jumlah
masalah tidak lebih dari dua.

7.2. Masalah menurut keluaran


1. Cakupan ASI ekslusif periode Januari 2019 sampai dengan Agustus 2019
sebesar 63,78% dari tolak ukur 70%.
2. Cakupan Penyuluhan Kelompok mengenai ASI eksklusif di posyandu
periode Januari 2019 sampai dengan Agustus 2019 sebesar 43,85% dari
tolak ukur 100%.

7.3. Prioritas masalah dilakukan dengan menggunakan metode sederhana


Tidak dilakukan prioritas masalah (skoring) karena jumlah
masalah tidak lebih dari dua.

34
Bab VIII
Penyelesaian Masalah

8.1. Masalah Pertama

Cakupan ASI eksklusif bulan Januari 2019 - Oktober 2019 sebesar 63,78 % dari
tolok ukur 70% dengan besar masalah 8,8%.

Masih terdapat banyak mitos mengenai ASI, seperti bayi lapar seandainya
hanya diberikan ASI, susu kuning (kolostrum) harus dibuang dan
sebagainya. Belum terlaksana semua 10 Langkah Menuju Keberhasilan
Menyusui yaitu:
1. Belum terdapat pelatihan sepenuhnya kepada staf pelayanan kesehatan
dalam menerapkan 10 LMKM. Pelatihan dilakukan secara periodik dan
diselenggarakan di fasilitas kesehatan atau tempat pelatihan lain yang
memadai.
2. Belum dilakukan penjelasan kepada keluarga bayi supaya tidak
memberikan dot atau kempeng kepada bayi. Tidak terdapat kebijakan
tertulis tentang larangan promosi dot atau kempeng baik di fasilitas
pelayanan kesehatan dan di masyarakat
3. Belum dibentuk kelompok pendukung ASI sehingga ibu belum dirujuk
kepada kelompok tersebut ketika pulang dari Sarana Pelayanan kesehatan.
4. Belum tersedia ruangan pojok ASI yang beroperasi dan berjalan dengan
baik.
5. Belum tahunya masyarakat mengenai pemberian ASI perah kepada bayi
terutama pada ibu menyusui yang bekerja sehingga tidak bisa memberikan
ASI secara langsung.
6. Belum terlibatnya kader dan tokoh masyarakat secara aktif untuk
mendorong pemberian ASI Eksklusif 0-6 bulan kepada bayi.

35
7. Belum ada penjadwalan pelatihan kader ASI secara tetap dan belum
berjalan secara maksimal konselor ASI yang bertugas membimbing kader-
kader.
8. Ibu kembali bekerja sebagai buruh tani, sehingga banyak pemberian MP-
ASI sebelum waktunya, atau mengganti ASI dengan susu formula.

Penyelesaian Masalah:
1. Melakukan penyuluhan ASI eksklusif secara rutin dan menyeluruh di setiap
desa di wilayah kecamatan Batujaya.
2. Meningkatkan kerjasama lintas sektoral terutama tokoh masyarakat sekitar
untuk mendorong ibu agar memberikan ASI eksklusif
3. Melaksanakan pelatihan kader ASI yang berkesinambungan sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat yang di pimpin oleh konselor ASI.
Membentuk kelompok pendukung ASI yang di ambil dari warga desa.
4. Memberikan pelatihan kepada ibu-ibu yang datang ke posyandu yang
sedang hamil dan sedang menyusui anaknya mengenai cara menyusui
yang baik dan benar sambil dilakukan dilakukan pemantauan dan
penyuluhan juga dilakukan tanya jawab setelah diberikan penyuluhan dari
bidan, kader dan pesertanya.
5. Melakukan penyuluhan dan pelatihan kepada ibu menyusui untuk
melakukan pemerasan ASI bagi ibu yang bekerja. Selain itu juga diberikan
penyuluhan mengenai cara menyimpan dan mengetahui pemberian ASI
perah kepada bayi 0-6 bulan.
6. Memberikan penyuluhan dan penyebaran informasi terutama kepada kader
dan tokoh masyarakat mengenai manfaat dan peran ASI eksklusif terhadap
pertumbuhan dan perkembangan bayi dibandingkan jika diberikan MP-
ASI sebelum waktunya.
7. Penyebaran leaflet tentang ASI eksklusif di berbagai tempat yang mudah
ditemui oleh pasien seperti ruang administrasi, ruang tunggu, BPU,
ataupun di ruang PONED. Hal ini dapat menarik perhatian pengunjung
puskesmas untuk membaca.

36
8. Pelaporan data harus senantiasa selalu tindak lanjuti agar data yang masuk
dapat sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan guna untuk evaluasi.

8.2 Masalah 2: Cakupan Penyuluhan Kelompok mengenai ASI eksklusif di


posyandu periode Januari 2019 sampai dengan Oktober 2019 sebesar 55,5% dari
tolak ukur 100%.

Penyebab Masalah:
1. Kurangnya kegiatan penyuluhan secara berkelompok atau perorangan
terhadap ibu bekerja yang mempunyai bayi 0-6 bulan tentang langkah-
langkah memberikan ASI.
2. Masih belum adanya pelatihan kader ASI yang dilakukan oleh
konselor ASI.
3. Masih kurangnya peran serta kader dalam suatu wilayah dalam
mempromosikan pemberian ASI.

Penyelesaian Masalah:
1. Menambahkan jadwal kegiatan penyuluhan mengenai promosi dan
advokasi tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu terutama saat
diadakan posyandu
2. Meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dan para kader dalam
melakukan konseling ASI.
3. Membina puskesmas untuk memberdayakan konselor atau motivator ASI
yang telah dilatih untuk memberi pengertian terhadap masyarakat
pentingnya ASI pertama yang mengandung kolostrum.

Bab IX
Penutup

37
9.1 Kesimpulan

Dari hasil penilaian Program ASI Eksklusif yang dilakukan


dengan pendekatan sistem di UPTD Puskesmas Rengasdengklok,
Kabupaten Karawang periode Januari 2019 sampai dengan Oktober 2019,
didapatkan beberapa permasalahan dalam Program ASI Eksklusif yang
mampu mempengaruhi keberhasilan program ini. Adapun dari hasil
evaluasi Program ASI Eksklusif di UPTD Puskesmas Rengasdengklok,
Kabupaten Karawang periode Januari 2019 sampai dengan Oktober 2019
didapatkan:
1. Cakupan ASI ekslusif periode Januari 2019 sampai
dengan Agustus 2019 sebesar 63,78% dari tolak ukur 70%.
2. Cakupan Penyuluhan Kelompok mengenai ASI eksklusif di posyandu
periode Januari 2019 sampai dengan Agustus 2019 sebesar 43,85% dari
tolak ukur 100%.

9.2 Saran

Saran untuk UPTD Puskesmas Rengasdengklok:


1. Merencanakan dan pengembangan penyuluhan kelompok mengenai
manfaat ASI baik dalam posyandu.
2. Menjalankan pelatihan kader sesuai dengan perencanaan sehingga dapat
membantu dalam menyampaikan informasi ASI Ekslusif pada masyarakat.
3. Mensosialisasikan mengenai 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui
(LMKM) kepada semua petugas kesehatan.
4. Melakukan pembuatan leaflet untuk keperluan penyuluhan.
Apabila saran penyelesaian masalah ini dapat diterima dan dilaksanakan
dengan baik oleh petugas-petugas kesehatan, maka diharapkan dapat membantu
keberhasilan program ASI Eksklusif di UPTD Puskesmas Rengasdengklok dan
masalah-masalah yang sama untuk program ini tidak akan terulang untuk periode
berikutnya

Daftar Pustaka

38
1. AIMI (2019). “SIaran Pers ASI Sedunia” (online) (https://aimi-
asi.org/layanan/lihat/siaran-pers-pekan-menyusui-sedunia-2019 diakses 11
November 2019).

2. Ferdiansyah   R.   Acara   puncak   pekan   asi   sedunia   (pas)   tahun   2014.   8

September   2014.   Diakses   [11   November   2019].   Tersedia:

http://gizi.depkes.go.id/acara­puncak­pekan­asi­sedunia­tahun­ 2014. 
3. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Gizi Masyarakat. Managemen laktasi buku panduan bagi bidan
dan petugas kesehatan di puskesmas. Jakarta; 2002.

4. Kementrian Kesehatan RI (2019). “Pekan ASI Sedunia Tahun 2019.”


(online) (http://promkes.kemkes.go.id/pekan-asi-sedunia-tahun-2019
diakses 11 November 2019).

5. Kementerian Kesehatan RI Dirjen Bina Gizi dan kesehatan ibu dan Anak.
Materi penyuluhan pemberian air susu ibu dan makanan pendamping asi.
Direktorat Bina Gizi; 2014.

6. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, Situasi dan analisis

ASI eksklusif; Jakarta, Kementerian Kesehatan RI, 2014.

7. Kementerian  Kesehatan  Republik  Indonesia. Hasil Utama RISKESDAS

2018.   Kementerian   Kesehatan   :   Badan   Penelitian   dan   Pengembangan

Kesehatan. Diakses [7 Oktober 2019]. Diunduh :


http://www.depkes.go.id/resources/download/info_terkini/materi_rakorpop
_2018/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf
8. Jumlah Bayi yang Diberi ASI Eksklusif Menurut Jenis Kelamin,
Kecamatan, dan Puskesmas Kabupaten/Kota Karawang Tahun 2016;
Karawang, Profil Expos, 2016.

9. Susanto D H. Pedoman evaluasi program. Bagian Ilmu Kesehatan


Masyarakat dan Kedokteran. Komunitas Universitas Krida Wacana, 23
Mei 2013:h.5-9

39
Lampiran

Lampiran I

Data Geografi dan Demografi UPTD Puskesmas DTP Rengasdengklok

Gambar 3. Peta Kabupaten Karawang.

Sumber: www.karawanginfo.com

Gambar 4. Peta wilayah kerja Puskesmas Rengasdengklok

40
Tabel 1. Distribusi Penduduk di Tiap Desa di UPTD Pukesmas DTP Rengasdengklok Tahun 2018.

Jumlah Penduduk
DESA TOTAL
L P
2.590
Dukuh Karya 2.563 5.153

Aman Sari 5.436 5.400 10.836

Rengasdengklok Selatan 12.512 11.899 24.411

Rengasdengklok Utara 10.824 11.250 22.074

Kertasari 5.929 5.641 11.570

Dewi Sari 5.321 4.323 9.644

Puskesmas 42.612 41.076 83.688

Sumber: Data Profil Puskesmas Rengasdengklok.

Tabel 2. Jumlah KK di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Rengasdengklok


tahun 2018.

Sumber: Profil desa se Kec. Rengasdengklok tahun 2018.

Tabel 3. Jumlah ibu bersalin, ibu hamil pada kecamatan rengasdengklok tahun 2018

Desa Bumil Bufas

41
Dukuh Karya 101 96
Aman Sari 211 201
Rengasdengklok Selatan 485 464
Rengasdengklok Utara 420 401
Kertasari 230 220
Dewi Sari 170 162
Puskesmas 1.617 1.544

Sumber: Profil desa se Kec. Rengasdengklok tahun 2018.

Tabel 4. Sasaran Bayi dan Balita tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Rengasdengklok tahun 2018.

Sumber: Profil desa se Kec. Rengasdengklok tahun 2018.

Tabel 5. Jumlah Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan


Rengasdengklok tahun 2019.

42
Sumber: Profil desa se Kec. Rengasdengklok tahun 2018.

Grafik 1. Persentase Pekerjaan Penduduk di Kecamatan Rengasdengklok Tahun 2018.


1

72.43

13.27 9.17 5.09 0.04


Pe d a ga n g Pet a n i L ai n -l ai n PNS T N I / Po l r i

Sumber: Profil desa se Kec. Rengasdengklok tahun 2018.

Grafik 2. Persentase Pendidikan Penduduk di Kecamatan Rengasdengklok Tahun 2018.

46.79
30.04
19.3
0.85
SD SMP SMA Sarja

Sumber: Profil desa se Kec. Rengasdengklok tahun 2018.

Grafik 3. Persentase Agama Penduduk di Kecamatan Rengasdengklok Tahun 2018.

43
96.3

1.9 1.68 1.1 0.01


Isl am Budha K r i ste n P ro te sta n K ato l i k L a i n -l ai n

Sumber: Profil desa se Kec. Rengasdengklok tahun 2018.

Tabel 7. Jumlah bayi 0-6 bulan yang mendapat ASI eksklusif di wilayah kerja UPTD Puskesmas
DTP Rengasdengklok bulan Februari 2019 - Oktober 2019

Desa Februari 2019 Agustus 2019


Dukuh karya 24 31
Aman sari 57 49
Rengasdengklok 135 102
selatan
Rengasdengklok utara 118 78
Kertasari 88 95
Dewi sari 43 22
Total 465 377

Tabel 8. Jumlah bayi usia 0-6 bulan yang gagal ASI eksklusif di wilayah kerja UPTD Puskesmas
DTP Rengasdengklok bulan Februari 2018 - Agustus 2018.

Desa Februari 2018 Agustus 2018


Dukuh karya 24 12
Aman sari 45 43
Rengasdengklok 52 53
selatan
Rengasdengklok 48 48
utara
Kertasari 43 51
Dewi sari 30 29
Total 238 236

Tabel 7. Jumlah bayi 0-6 bulan yang datang dan tercatat dalam register pencatatan/KMS di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Rengasdengklok bulan februari 2019 dan Agustus 2019.
Desa Jumlah bayi usia 0-6 bulan yang Jumlah bayi usia 0-6 bulan yang
dating dan tercatat KMS bulan dating dan tercatat KMS bulan
februari 2019 Agustusi 2019
Dukuh karya 52 53
Aman sari 71 97
Rengasdengklok 305 296
selatan

44
Rengasdengklok utara 164 140
Kertasari 184 185
Dewi sari 119 66
Total 895 837

Sumber: Laporan Bulanan jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif

Tabel 6. Data posyandu UPTD Puskesmas DTP Rengasdengklok tahun 2018.

Desa Jumlah Posyandu Jumlah Kader Aktif

Dukuhkarya 5 20

Amansari 8 25

Renasdengklok Selatan 16 45

Rengasdengklok Utara 12 40

Kertasari 8 25

Dewisari 8 20

Jumlah 57 175

Sumber: Profil desa se Kec. Rengasdengklok tahun 2018.

Tabel 10. Catatan Penyuluhan Kelompok mengenai ASI eksklusif di Kelas Ibu Hamil bulan
Januari 2019 – Oktober 2019

Bulan Jumlah kelas bumil Jumlah ibu hamil yang


hadir
Januari 2 45
February 1 30
Maret 2 60
April 4 75
Mei 2 45
Juni 1 30
Juli 3 45
Agustus 6 90
September 4 60
Oktober Tidak dilaksanakan

45
Jumlah 25 480

Sumber: Data laporan Kelas Ibu Hamil dan Balita UPTD Puskesmas Rengasdengklok tahun 2019.

Tabel 11. Catatan Jumlah Bayi Lahir Hidup dan Jumlah yang Mendapatkan Inisiasi
Menyusui Dini Bulan Januari 2019 - Oktober 2019

Jumlah Bayi lahir Hidup


Bulan Jumlah Bayi lahir Hidup
mendapat IMD
Januari 115 95
Februari 123 74
Maret 123 93
April 118 87
Mei 127 93
Juni 122 87
Juli 123 70
Agustus 104 83
September 115 79
Oktober 122 68
November
Desember
Jumlah 1192 829

Lampiran II

Tolok Ukur Variabel

Tabel 12. Tolok Ukur Menurut Variabel Keluaran.

No Variabel Tolok Ukur


(%)
1. Cakupan Asi Eksklusif 70
2. Cakupan Penyuluhan Kelompok mengenai ASI eksklusif di 100
kelas ibu hamil
3. Cakupan bayi lahir hidup yang mendapat inisiasi menyusui 50
dini (IMD)

Tabel 13. Tolok Ukur Menurut Variabel Masukan.

N Variabel Tolok Ukur


o

46
1. Tenaga (Men)  Tersedianya Tenaga Petugas Gizi Keluarga sebagai koordinator dan
pelaksana Program Gizi Keluarga.
2. Dana (Money)  Tersedianya dana yang berasal dari BOK dan APBD.
3. Sarana  Infocus
(Material)
 Layar proyeksi
 Leaflet
 Lembar balik
 Posyandu
 Poster
 Buku KIA/KMS
 Buku pedoman tenaga pelaksana gizi

Masalah menurut variabel Proses

Tabel 14. Masalah menurut variabel proses


No Variable Tolok ukur
1 Perencanaan  Dilakukan penyuluhan perorangan setiap hari dan kelompok di
setiap posyandu dalam kelas ibu hamil
 Melakukan Inisiasi menyusu dini segera setelah bayi lahir

Dibuat ruangan khusus untuk ibu menyusu sebagai pojok ASI


dengan satu petugas sebagai fasilitator
 Dilakukan pelatihan kader
 Penerapan 10 LMKM
 Pencatatan dilakukan setiap bulan dan direkapitulasi pada bulan
februari dan agustus dan dibuat laporan ke dinas kesehatan setiap
tahun
2 Pengorganisasian  Dibentuk struktur organisasi, kepala puskesmas sebagai
penanggungjawab program, melimpahkan kekuasaan kepada
coordinator program (programme) kemudian melakukan
koordinasi dengan pelaksana program
3 Pelaksanaan  Dilakukan penyuluhan perorangan setiap hari dan kelompok di
setiap posyandu dalam kelas ibu hamil
 Melakukan Inisiasi menyusu dini segera setelah bayi lahir

 Dibuat ruangan khusus untuk ibu menyusu sebagai pojok ASI


dengan satu petugas sebagai fasilitator
 Dilakukan pelatihan kader
 Penerapan 10 LMKM
 Pencatatan dilakukan setiap bulan dan direkapitulasi pada bulan
februari dan agustus dan dibuat laporan ke dinas kesehatan setiap
tahun

47
4 Pengawasan Pertemuan/rapat bulanan dan juga tahunan dipimpin oleh kepala
puskesmas untuk mengetahui apakah program berjalan sesuai
dengan rencana

Masalah menurut variabel lingkungan

Tabel 15. Masalah menurut variabel lingkungan


No Variable Tolok ukur
1 Lokasi Mudah dijangkau
2 Transportasi Tersedia
3 Fasilitas kesehatan Tersedia

4 Pendidikan Baik
5 Sosial ekonomi Baik
6 Sosial Budaya Baik

48

Anda mungkin juga menyukai