Anda di halaman 1dari 18

AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

ZAKAT SEBAGAI INSTRUMEN DALAM KEBIJAKAN FISKAL


Oleh: Sugeng Priyono*

Abstrak
Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang mempengaruhi anggaran pendapatan dan
belanja suatu negara. Anggaran pendapatan dan belanja negara merupakan rencana
pendapatan serta pengeluaran yang akan diperoleh dan dibayarkan oleh negara selama
setahun, komponen pendapatan negara dalam perekonomian modern dewasa ini dibedakan
antara pajak dan bukan pajak. Penerimaan dari pajak terdiri atas pajak langsung dan pajak
tidak langsung. Sedangkan penerimaan bukan pajak contohnya adalah bantuan atau
sebenarnya lebih tepat dikatakan sebagai utang luar negeri.
Dalam Islam kita sudah mempelajari jenis-jenis penerimaan baitul maal yang, antara
lain, terdiri atas zakat, infaq, sadaqah, wakaf, fa’i, ghanimah, khums, dan kharaj. Kebijakan
fiskal Islami adalah bagaimana pemerintah memaksimalkan penerimaannya dari jenis-jenis
penerimaan tersebut, yang dalam bahasa modern disederhanakan dalam bentuk ‘pajak’.
Selanjutnya, tugas pemerintah yang Islami-lah bagaimana mengelola pengeluaran dan
belanja negara untuk mencapai tujuan-tujuan yang dikehendaki oleh syariah sesuai dengan
cara-cara yang dibenarkan oleh Allah dan Rasulullah Muhammad

Kata Kunci: Zakat, Kebijakan Fiskal

A. Pendahuluan Tujuan dari dikeluarkannya kebijakan


Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah adalah untuk menjamin
yang mempengaruhi anggaran pendapatan tercapainya tujuan pembangunan ekonomi
dan belanja suatu negara. Anggaran secara menyeluruh, termasuk kestabilan
pendapatan dan belanja negara merupakan dan keadilan, disamping kemakmuran atau
rencana pendapatan serta pengeluaran yang pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dalam
akan diperoleh dan dibayarkan oleh negara ekonomi modern yang mengandalkan
selama setahun, komponen pendapatan mekanisme pasar, hasil utama yang
negara dalam perekonomian modern diperoleh adalah memaksimalkan
dewasa ini dibedakan antara pajak dan kemakmuran. Sayangnya, aspek kestabilan
bukan pajak. Penerimaan dari pajak terdiri dan keadilan, seringkali tidak tersentuh
atas pajak langsung dan pajak tidak oleh perekonomian yang mengandalkan
langsung. Sedangkan penerimaan bukan mekanisme pasar. Karena itu, kebijakan
pajak contohnya adalah bantuan atau pemerintah diperlukan untuk mengoreksi
sebenarnya lebih tepat dikatakan sebagai mekanisme pasar itu sendiri agar dapat
utang luar negeri. memenuhi tujuan-tujuan diluar mengejar
Kebijakan fiskal bersama kebijakan pertumbuhan dan kemakmuran.
lainnya seperti: kebijakan moneter, industri Dalam Islam kita sudah mempelajari
dan perdagangan diperlukan untuk jenis-jenis penerimaan baitul maal yang,
mengoreksi gangguan-gangguan yang antara lain, terdiri atas zakat, infaq,
menghambat jalannya roda perekonomian. sadaqah, wakaf, fa’i, ghanimah, khums, dan
Apalagi seperti kita ketahui, sistem kharaj. Kebijakan fiskal Islami adalah
ekonomi kapitalis atau lebih dikenal bagaimana pemerintah memaksimalkan
dengan sistem ekonomi pasar. Jika terjadi penerimaannya dari jenis-jenis penerimaan
gangguan-gangguan terhadap jalannya tersebut, yang dalam bahasa modern
mekanisme pasar, maka diperlukan disederhanakan dalam bentuk ‘pajak’.
berbagai macam usaha untuk mengoreksi Selanjutnya, tugas pemerintah yang Islami-
aktivitas perekonomian, agar mekanisme lah bagaimana mengelola pengeluaran dan
pasar berjalan secara sempurna. belanja negara untuk mencapai tujuan-

Zakat Sebagai Instrumen ... 125


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

tujuan yang dikehendaki oleh syariah kaya tidak meningkat terlalu tajam.
sesuai dengan cara-cara yang dibenarkan Hal ini pada akhirnya akan memiliki
oleh Allah SWT dan Rasulullah dampak yang positif, yaitu
Muhammad Saw1. Dalam hal ini mengenai menurunnya dampak meningkatkan
peran zakat, infaq, sadaqah dan wakaf harga-harga komoditas.
sebagai bentuk kebijakan fiskal Islami. b. Zakat berfungsi sebagai media
transfer pendapatan sehingga mampu
B. Pembahasan Masalah meningkatkan daya beli orang
1. Pengertian dan Fungsi Zakat miskin. Dalam hal ini diharapkan
Menurut terminologi Syari'ah zakat dengan menerima zakat, maka
berarti kewajiban atas harta atau kewajiban segmen miskin akan meningkat daya
atas sejumlah harta tertentu untuk belinya sehingga mampu berinteraksi
kelompok tertentu dan dalam waktu dengan segmen kaya.
tertentu. Kewajiban atas sejumlah harta
tertentu, berarti zakat adalah kewajiban atas Al-Qur’an telah menjelaskan
harta yang bersifat mengikat dan bukan penentuan alokasi zakat, siapa yang berhak
anjuran. Kewajiban tersebut terkena kepada menerimanya, tetapi tidak dijelaskan
setiap muslim (baligh atau belum, berakal apakah yang zakat itu harus diterima dalam
atau gila) ketika mereka memiliki sejumlah bentuk uang, barang-barang konsumsi atau
harta yang sudah memenuhi batas nisabnya. modal kerja. Hal ini menimbulkan
Kelompok tertentu adalah mustahikin yang pemikiran para ekonom, sehingga
terangkum dalam 8 asnhaf. Waktu untuk melahirkan ide agar zakat memberikan
mengeluarkan zakat adalah ketika sudah dampak yang lebih baik bagi para
berlalu setahun (haul) untuk zakat emas, penerima. Sehingga zakat yang diberikan
perak, perdagangan dll, ketika panen untuk dapat lebih mengarah pada zakat produktif.
hasil tanaman, ketika memperolehnya
untuk rikaz dan ketika bulan Ramadhan 2. Zakat dan Ekonomi Makro
sampai sebelum shalat 'Iid untuk zakat Berdasarkan kemampuan membayar
fitrah. Islam telah mengajarkan hal ini zakat, masyarakat muslim dapat kita
kepada umat muslim untuk melaksanakan kelompokkan menjadi tiga golongan;
amalan zakat. Islam memandang bahwa Pertama, golongan masyarakat Muzakki
kewajiban zakat dibebankan kepada mereka yaitu golongan masyarakat pembayar zakat.
yang kaya. Kedua, golongan masyarakat non-
Peran ganda zakat dalam meningkat- Mustahik/Muzakki yaitu golongan yang
kan keadilan distribusi pendapatan: bukan penerima ataupun pembayar zakat
(golongan middle income). Ketiga,
a. Zakat berfungsi untuk mengurangi
golongan masyarakat Mustahik yaitu
tingkat pendapatan yang siap
golongan masyarakat penerima zakat. Pada
dikonsumsi oleh segmen orang kaya
model konsumsi golongan Mustahik
(Muzakki). Oleh karena itu,
konsumsi sepenuhnya atau sebagian
pengimplementasian zakat
bersumber dari zakat. Disinilah fungsi
diharapkan akan mampu mengerem
pertama dari negara Islami untuk menjamin
tingkat konsumsinya orang kaya
terpenuhinya kebutuhan hidup minimal
sehingga kurva permintaan segmen
(guarantee of a minimum level of living).
Institusi negara yang bernama Baitul Mal-
* Dosen Tetap Prodi Perbankan Syari’ah STAI Al-
lah dalam konsep ekonomi Islam yang
Hidayah Bogor
1
Ade Rahman, Choirul Yazid, Luqyan Tamanni memiliki tugas menjalankan fungsi negara
dkk., Suplemen EKONOMI ISLAM. Diterbitkan tersebut dengan mengambil kekayaan dari
atas kerjasama: Direktorat Jenderal
Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama
RI dan STEI TAZKIA, hlm 149.

126 Zakat Sebagai Instrumen ...


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

kelompok Muzakki untuk dibagikan kepada Karena ada preseden bahwa zakat juga
kelompok Mustahiq2. dikenakan pada tabungan yang mencapai
Dengan tepenuhinya kebutuhan hidup batas minimal terkena zakat (nisab).
minimal maka seluruh masyarakat Islam Dengan tujuan mempertahankan nilai
diharapkan akan menjalankan secara kekayaannya maka tentu investasi menjadi
leluasa segala kewajibannya sebagai hamba salah satu jalan keluar bagi para Muzakki,
Allah , tanpa perlu ada hambatan- sehingga secara otomatis meningkatkan
hambatan yang mungkin memang diluar angka investasi secara keseluruhan. Dan
kemampuannya. investasi adalah bagian penting dalam
Zakat memungkinkan perekonomian pembangunan perekonomian sebuah
terus berjalan pada tingkat yang minimum. bangsa. Disamping itu Monzer Kahf juga
Akibat penjaminan konsumsi kebutuhan mengungkapkan bahwa zakat cenderung
dasar oleh negara melalui Baitul Mal yang menurunkan resiko pembiayaan/kredit
menggunakan akumulasi dana zakat. macet (non-performing financing/NPF),
Bahkan Dr. Metwally mengungkapkan karena salah satu alokasi dana zakat adalah
bahwa Zakat berpengaruh cukup positif menolong orang-orang yang terjebak
pada perekonomian, karena instrumen hutang. Sehingga secara riil, zakat akan
zakat akan mendorong konsumsi dan menekan tingkat pengangguran3.
investasi serta akan menekan penimbunan Selain itu implementasi konsep dan
uang (harta). Karena harta yang tidak di sistem zakat juga akan dapat mengurangi
investasikan akan habis termakan zakat. pengangguran dalam perekonomian melalui
Sehingga zakat memiliki andil dalam tiga mekanisme. Pertama, implementasi
meningkatkan pertumbuhan ekonomi zakat itu sendiri membutuhkan tenaga
secara makro. kerja. Kedua, perubahan golongan
Dalam analisa makro ekonomi, mustahik yang awalnya tidak memiliki
kegiatan belanja (konsumsi) merupakan akses pada ekonomi menjadi golongan
variabel yang sangat positif bagi kinerja yang lebih baik secara ekonomi, yang tentu
perekonomian (economic growth). Ketika saja meningkatkan angka partisipasi tenaga
perekonomian mengalami stagnasi, seperti kerja. Ketiga, multiflier effect munculnya
terjadi penurunan tingkat konsumsi atau usaha/industri pendukung yang akan
bahkan sampai pada situasi under- menambah lapangan kerja. Umer Chapra
consumption, kebijakan utama yang menyatakan bahwa zakat adalah sebuah
diambil adalah bagaimana dapat meng- langkah kemandirian sosial yang diambil
gerakkan ekonomi dengan meningkat-kan dengan dukungan penuh agama untuk
daya beli masyarakat. Sehingga dapat membantu orang-orang miskin yang tidak
dikatakan bahwa kemampuan daya beli dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka
masyarakat menjadi sasaran utama dari sendiri. Selain itu, zakat juga harus
setiap kebijakan ekonomi . memberikan pengaruh yang bermanfaat
Dr. Monzer Kahf, mengungkapkan bagi negara, misalnya sebagai sumber
bahwa zakat memiliki pengaruh yang investasi. Redistribusi zakat dari semua
positif pada tingkat tabungan dan investasi. kekayaan akan mendorong pembayar zakat
Peningkatan tingkat tabungan akibat untuk mencari pendapatan dari harta
peningkatan pendapatan akan menyebab- mereka agar dapat membayar zakat tanpa
kan tingkat investasi juga meningkat. mengurangi harta tersebut. Dalam Islam,

2 3
Taqiyuddin an-Nabhani, Membangun Sistem Monzer Kahf, The Performance of the institution
Ekonomi Alternatif Perspektif Islam, (An- of Zakah in Theory and Practice, The
Nidlam al-Iqtishadi fil Islam), alih bahasa Moh. International Conference on Islamic Economics
Maghfur Wachid, cet. v, Surabaya: Risalah Towards the 21st Century, Kuala Lumpur -
Gusti, 2000. Malaysia, April, 1999.

Zakat Sebagai Instrumen ... 127


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

penimbunan harta dilarang, sehingga Dalam Pembangunan Ekonomi, Jakarta,


meningkatkan investasi yang berarti 2000). Faktor penting yang juga menjadi
menyumbangkan kemakmuran4. pendukung utama dalam mewujudkan zakat
sebagai pilar perekonomian adalah
3. Peran Zakat Sebagai Instrumen wujudnya pelembagaan zakat yang
Kebijakan Fiskal amanah, professional, dan mandiri. Sebab,
Kebijakan fiskal atau yang sering penanganan keseluruhan terhadap zakat
disebut sebagai “politik fiskal” (fiscal tidak mungkin dilakukan tanpa sebuah
policy) bisa diartikan sebagai tindakan yang lembaga yang jelas7.
diambil oleh pemerintah dalam bidang Perkembangan pengelolaan zakat
anggaran belanja negara dengan maksud khususnya di Indonesia telah memper-
untuk mempengaruhi jalannya lihatkan sebuah kemajuan yang berarti,
5
perekonomian . Anggaran belanja negara sejak dikeluarkannya UU No. 38 Tahun
terdiri dari penerimaan dan pengeluaran. 1999 tentang zakat. Peraturan pemerintah
Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang terhadap lembaga pengelolaan zakat juga
diambil pemerintah untuk membelanjakan telah menimbulkan gairah baru dalam
pendapatannya dalam merealisasikan menjalankan optimalisasi zakat. Dompet
tujuan-tujuan ekonomi. Adapun dalam Duafa Republika dan PKPU adalah dua
Islam kebijakan fiskal dan anggaran ini lembaga yang sangat aktif yang dikelola
bertujuan untuk mengembangkan suatu oleh masyarakat. Dua lembaga itu
masyarakat yang didasarkan atas distribusi merupakan wujud dari mulai
kekayaan berimbang dengan nilai-nilai diperhatikannya pengelolaan zakat secara
material dan spiritual pada tingkat yang serius oleh masyarakat, dampak dari 'jalan
sama6. ditempatnya' Baziz yang dikelola
Pengembangan potensi zakat pemerintah. Dikeluarkanya UU. No. 38
diperlukan untuk mengoptimalkan peran tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah
zakat dalam perekonomian sebuah negara, terhadap pengelolaan zakat merupakan
terutama untuk mengatasi masalah angin segar terhadap pengembangan
kemiskinan, ketimpangan pendapatan, dan potensi zakat di masa datang. Respon
pengangguran. Penghimpunan potensi terhadap kebijakan ini haruslah disikapi
zakat dan pendistribusian yang bersifat dengan kesiapan secara menyeluruh
produktif akan menggairahkan kembali terhadap sistem zakat. Kesiapan institusi
perekonomian negara. Bahkan untuk zakat, professional terhadap pengelolaan
Indonesia, optimalisasi peran zakat akan dan akuntabilitas dalam pelaporan, serta
bisa menggerakkan sektor riil terutama dasar syariah sebagai wujud pengelolaan
usaha kecil menengah dan pertanian. adalah hal-hal penting yang harus
Pengembangan sektor inilah yang diperhatikan.
diharapkan mampu menguatkan daya tahan Selain sistem pemungutan dan
fundamental ekonomi Indonesia dari distribusi yang sudah ada perlu dipikirkan
hantaman krisis, sehingga ketergantungan juga mengenai sanksi dan fungsi kontrol
Indonesia terhadap IMF bisa diminimalisasi seperti zaman Abu Bakar. Fungsi kontrol
(Dr. Didin Hafidhuddin, Peran Zakat dari masyarakat dan pemerintah diperlukan,
karena pengelolaan zakat termasuk ke
dalam public finance, yang memiliki
4
M. Umer Chapra, Masa Depan Ilmu Ekonomi, dampak terhadap masyarakat luas.
Jakarta : Gema Insani Press, 2001.
5 Kolektifitas kesadaran dalam menjalankan
Reksoprayitno, Soediyono. 1992. Ekonomi
Makro, Pengantar Analisis Pendapatan Nasional,
Yogyakarta, Liberti, hal. 95.
6
Mannan, MA., 1997, Teori dan praktek Ekonomi
7
Islam, Dana Bhakti wakaf, Seri Ekonomi Islam Didin Hafidhuddin, “Peran Zakat Dalam
No. 02, Edisi Lisensi, Yogyakarta, Hal. 230. Pembangunan Ekonomi”, Jakarta, 2000.

128 Zakat Sebagai Instrumen ...


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

fungsi kontrol akan membuat potensi zakat Disamping menyangkut distribusi


semakin berkembang8. pendapatan yang lebih merata, peran zakat
Ada beberapa hal mengapa zakat dalam kebijakan fiskal Islami dapat pula
selama ini kurang maksimal : ditinjau dari pengaruhnya terhadap alokasi
a. Paradigma masyarakat dalam sumber daya ekonomi dan stabilisasi
memandang kewajiban zakat hanya kegiatan ekonomi. Penelitian-penelitian
berdimensi kesalehan pribadi. Hal ini yang berkaitan dengan dampak kegiatan
tercermin dari penunaian kewajiban zakat dalam sistem ekonomi modern yang
zakat hanya pada zakat firah, konvensional masih sangat kurang dan
sehingga kewajiban zakat maal yang belum menjadi suatu masukan yang berarti
seharusnya sudah sampai batas dalam struktur teori yang ada. Variabel
(nisab), tidak ditunaikan. zakat dan variable-variabel pengeluaran
b. Persoalan fiqih yang selama ini sukarela lain seperti infaq, sadaqah dan
menjadi perdebatan tidak pernah wakaf belum masuk ke dalam analisis
selesai, mulai dari perhitungan, ekonomi dan karenanya tidak dicatat
penentuan, hingga alokasi dengan baik dalam sensus maupun survei
pendistribusian zakat. untuk kepentinga statistik nasional10.
c. Kebijakan pemerintah yang selama Dalam struktur ekonomi konvensional,
ini kurang berpihak pada umat Islam unsur utama dari kebijakan fiskal adalah
adalah salah satu faktor pemicu tidak unsur-unsur yang berasal dari berbagai
adanya political will dari pemerintah jenis pajak sebagai sumber penerimaan
untuk mendukung pengembangan pemerintah dan unsur-unsur yang berkaitan
potensi zakat. dengan variabel pengeluaran pemerintah.
d. Sistem dan mekanisme, baik Tidak ada unsur zakat dalam data Anggaran
pengeloaan ataupun pada saat Pendapatan dan Belanja Pemerintah
pendistribusian, tidak berjalan. (APBN), karena memang kegiatan zakat
Sehingga, potensi zakat hanya belum termasuk dalam catatan statistik
dimanfaatkan untuk kebutuhan resmi pemerintah. Dengan demikian
konsumtif semata. Dengan demikian diperlukan berbagai macam penelitian yang
profesionalitas dan akuntabilitas berkaitan dengan dampak alokasi, distribusi
pengelola zakat menjadi kurang serta stabilisasi kegiatan zakat sebagai
terukur. salah satu usur kebijakan fiskal dalam
sistem ekonomi Islam.
Tujuan utama kegiatan zakat, dalam Tujuan kebijakan fiskal dalam
sudut pandang sistem ekonomi pasar, ekonomi Islam berbeda dari ekonomi
adalah menciptakan distribusi pendapatan konvensional, namun ada kesamaan yaitu
menjadi lebih merata. Dengan zakat, terjadi dari segi sama-sama menganalisis dan
perpindahan harta dari mereka yang membuat kebijakan ekonomi. Tujuan dari
berlebih kepada mereka yang kekurangan. semua aktivitas ekonomi –bagi semua
Ini yang disebut dengan distribusi manusia– adalah untuk memaksimumkan
pendapatan yang lebih merata. Distribusi kesejahteraan hidup manusia, dan
pendapatan yang timpang adalah jika yang kebijakan publik adalah suatu alat untuk
kaya menjadi semakin kaya sedangkan mencapai tujuan tersebut11. Pada sistem
yang miskin tidak terperhatikan sama
sekali, dan menjadi semakin miskin9.
an Agama Islam Departemen Agama RI dan
STEI TAZKIA, hlm 151.
8 10
Didin Hafidhuddin, “Peran Zakat Dalam Adiwarman karim, Ekonomi Makro Islami,
Pembangunan Ekonomi”, Jakarta, 2000. Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2007.
9 11
Ade Rahman, Choirul Yazid, Luqyan Tamanni Muhammad, 2002, Kebijakan Fiskal dan
dkk., Suplemen EKONOMI ISLAM. Diterbitkan Moneter dalam Ekonomi Islam, Salembat
atas kerjasama: Direktorat Jenderal Kelembaga- Empat, Jakarta, Hal. 197-198.

Zakat Sebagai Instrumen ... 129


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

konvensional, konsep kesejahteraan hidup ekonomi pemerintah. Akan tetapi, masih


adalah untuk mendapatkan keuntungan sedikit diantara tulisan-tulisan itu yang
maksimum bagi individu di dunia ini. menjabarkannya dengan fungsi-fungsi
Namun dalam Islam, konsep sebagaimana yang dilakukan oleh ekonomi
kesejahteraannya sangat luas, meliputi modern.
kehidupan di dunia dan di akhirat serta
Penulis bukan bermaksud memberi-
peningkatan spiritual lebih ditekankan
kan penekanan bahwa sesungguhnya
daripada pemilikan material.
ekonomi kapitalis modern saat inilah yang
Kebijakan fiskal dalam ekonomi
paling benar, namun hanya mencoba
kapitalis bertujuan untuk (1) pengalokasian memberikan argumentasi pentingnya
sumber daya secara efisien; (2) pencapaian
peranan zakat dengan meminjam
stabilitas ekonomi; (3) mendorong pemaparan fungsi-fungsi makro ekonomi
pertumbuhan ekonomi; dan (4) pencapaian
modern itu sendiri, sehingga peran penting
distribusi pendapatan yang sesuai12. zakat tidak dapat terbantahkan lagi.
Sebagaimana ditunjukkan oleh Faridi dan
Salama (dua ekonom muslim) bahwa Namun sebelum memasuki berbagai
tujuan ini tetap sah diterapkan dalam sistem pemaparan tentang berbagai persamaan
ekonomi Islam walaupun penafsiran equilibrium income dan melihat bagaimana
mereka akan menjadi berbeda. zakat memainkan peran pentingnya dalam
Jadi Kebijakan fiskal merupakan manajemen kebijakan ekonomi Negara,
salah satu dari piranti kebijakan ekonomi kita akan menyamakan persepsi bahwa
makro13. Munculnya pemikiran tentang Gambar 2 adalah skema baru arus barang
kebijakan fiskal dilatarbelakangi oleh dan uang dalam ekonomi zakat15.
adanya kesadaran terhadap pengaruh
pengeluaran dan penerimaan pemerintah
sehingga menimbulkan gagasan untuk
dengan sengaja mengubah-ubah
pengeluaran dan penerimaan pemerintah
guna memperbaiki kestabilan ekonomi.
Teknik mengubah pengeluaran dan
penerimaan pemerintah inilah yang dikenal
dengan kebijakan fiskal14.

4. Analisis Pengaruh Zakat Dengan


Menggunakan Teori Ekonomi
Modern
Telah banyak tulisan, baik di dalam
maupun di luar negeri yang mencoba Gambar 2. Arus barang dan uang dalam
mengangkat tema zakat sebagai salah satu ekonomi zakat (modifikasi dari ekonomi
instrument dalam pengambilan kebijakan modern)

12
Faridi, F. R, 1981, Zakat and Fiscal Policy,
dalam Studies in Islamic Economics, dalam
Studies in Islamic Economics, diedit oleh
Khushid Ahmad, International Center for
Research in Islamic Economic, King Abdul Aziz
University, jeddah Saudi Arabia, Hal. 52.
13
Wijaya, M Faried. 2000. Ekonomimakro ,
15
Yogyakarta: BPFE , hal. 5-7. Nuruddin Mhd. Ali, Zakat Sebagai Instrumen
14
Suparmoko, M. 2000. Keuangan Negara dalam Dalam Kebijakan Fiskal, Jakarta : Rajagrafindo
Teori dan Praktek , Yogyakarta: BPFE, hal 256. Persada, 2006.

130 Zakat Sebagai Instrumen ...


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

Dalam Gambar 2 terlihat bahwa tidak (Froyen, 2005). Metode ini mengukur
ada perubahan dalam arus barang dan uang, pendapatan nasional dengan menjumlahkan
hanya saja terdapat tambahan baru yaitu pengeluaran-pengeluaran pada barang-
berupa arus uang dari para pembayar zakat barang produksi dan jasa yang halal oleh
(muzakki) kepada badan amil zakat dan konsumen, pengusaha, pemerintah, dan
arus konsumsi para penerima zakat orang-orang asing dalam suatu Negara
(mustahik) untuk memenuhi kebutuhan seperti dalam identitas berikut:
dasar hidup mereka.
Jadi dengan begitu, kita akan melihat GDP = Y = C1 + Cz + I + G + X − M … (1)
bahwa sesungguhnya ada dua jenis rumah Dimana Y adalah total produksi atau
tangga dalam perekonomian zakat. Pertama hasil produksi dalam sebuah perekonomian,
adalah rumah tangga muzakki, yaitu C=C1+Cz adalah pengeluaran pribadi untuk
mereka yang sudah dikategorikan sebagai konsumsi, I adalah investasi, G adalah
wajib zakat karena memenuhi kriteria pengeluaran pemerintah, X dan M adalah
minimalnya, dan rumah tangga mustahik, total ekspor dan impor16.
yaitu mereka yang dikategorikan sebagai Pengeluaran untuk konsumsi pribadi,
penerima zakat karena masih belum C = C1 + Cz, adalah konsumsi oleh rumah
mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. tangga pada barang dan jasa yang siap
Menurut Zarqa (1992), tujuan utama guna. C1 adalah konsumsi individu yang
dari ditarik dan didistribusikannya kembali membayar zakat (muzakki) dan Cz adalah
zakat adalah untuk: (i) menjamin konsumsi individu yang menerima zakat
pemenuhan kenutuhan dasar setiap individu (mustahik). Konsumsi ini tentu saja
dalam suatu Negara, (ii) mengurangi melingkupi konsumsi pada barang bergerak
kesenjangan dalam pendapatan dan dan tidak bergerak, serta jasa yang siap
kesejahteraan, dan (iii) mensucikan hati dan guna. Konsumsi barang bergerak seperti
harta para muzaki. pembelian komputer, mobil, televisi, dan
Oleh karena itu, isu paling mendasar kulkas. Sedangkan untuk barang yang tidak
dalam sebuah perekonomian, yaitu bergerak dan jasa seperti makanan,
pemerataan atau keadilan dalam distribusi: pakaian, bahan baker (bensin), dan jasa-
kekayaan pada masyarakat dalam sebuah jasa pendidikan, kesehatan, transportasi,
Negara, akan dapat terselesaikan dengan restoran, jasa-jasa perbankan, serta jasa-
hadirnya sistem zakat. jasa lainnya seperti travel untuk berlibur.
Hal ini disebabkan pola distribusi Investasi, I, adalah pengeluaran untuk
pendapatan personal yang mempengaruhi investasi pada transaksi-transaksi bisnis
komposisi dan jumlah barang dan jasa yang yang dapat menambah kapasitas produksi,
akan diproduksi. Semakin tinggi tingkat yang demikian itu akan mengangkat
kesenjangan distribusi pendapatan, semakin perekonomian. Transkasi-transaksi ini
tinggi tingkat permintaan terhadap barang- meliputi diantaranya pembelian dan
barang mewah, dan berimplikasi kepada instalasi mesin-mesin dan peralatan baru,
para produsen yang mengalokasikan serta konstruksi dan pembelian gedung-
semakin banyak sumber daya untuk gedung untuk usaha.
memproduksi barang-barang mewah Belanja pemerintah (G) adalah
disebabkan permintaan yang tinggi. pengeluaran pemerintah pada pertahanan
Akibatnya adalah produksi barang-barang nasional dan pengamanan Negara; gaji
keperluan pokok dan mendasar menjadi Pegawai Negeri Sipil, investasi pemerintah,
terabaikan.
a. Pendekatan Model Produksi 16
Pendekatan produksi mengukur arus F.R. Faridi, “A Theory of Fiscal Policy in an
Islamic State, Readings in Public Finance in
produksi terkini akan barang-barang halal Islam”, Islamic Research and Training Institute
dan jasa dalam sebuah perekonomian (IRTI) - Islamic Development Bank (IDB).

Zakat Sebagai Instrumen ... 131


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

sarana-prasarana umum, juga pengeluaran- komponen, TIND dan δ adalah Nol. Asumsi
pengeluaran oleh pemerintah daerah. ini sesungguhnya tidak akan mempengaruhi
Untuk mempermudah pembahasan kesimpulan umum diakhirnya.
maka diasumsikan bahwa Negara ini Dari persamaan (1) sampai dengan
sementara tidak terbuka untuk ekspor, X, (4), dapat disimpulkan bahwa pendapatan
dan impor, M. Sehingga persamaannya nasional, GDP, digunakan untuk:
menjadi:
Y = C1 + S + Z + T … (5)
GDP = Y = C1 + C z + I + G … (2)
Dimana C1 adalah konsumsi individu
yang membayar zakat (muzakki), dan S
b. Pendekatan Model Pendapatan adalah saving/simpanan pihak rumah
Pendekatan pendapatan mengukur
tangga dan perusahaan dalam bentuk
pendapatan yang diterima oleh faktor-
keuntungan yang tidak didistribusikan. Z
faktor produksi yang terklasifikasikan
adalah pembayaran zakat dan T adalah
menjadi tiga bagian yaitu: gaji atau hasil pembayaran pajak bersih setelah dikurangi
profesi, pendapatan dari asset-aset
pembayaran transfer domestik dan subsidi-
(kesejahteraan), serta keuntungan dagang
subsidi.
dan perusahaan.
Gaji dan penerimaan profesi, Yw,
c. Analisa Pengeluaran Agregat
adalah pendapatan yang diterima oleh Sesungguhnya pengeluaran zakat
tenaga kerja atas kontribusinya dalam memiliki kemampuan untuk meningkatkan
memproduksi barang dan jasa yang halal. konsumsi secara agregat ketika marginal
Sedangkan pendapatan dari asset-aset
propensity to consume (MPC) dari para
(kesejahteraan), YA, terdiri atas pendapatan pembayar zakat (muzakki) lebih rendah
dari penyewaan tanah atau bangunan
dari MPC penerima zakat (mustahik). Hal
ataupun dari properti-properti lainnya, serta
ini mengimplikasikan bahwa pengeluaran
termasuk di dalamnya adalah bagi hasil dari
zakat memiliki peran dalam penentuan
simpanan uang pada perbankan syariah17.
GDP; semakin tinggi pengeluaran terhadap
Keuntungan dari perdagangan dan
zakat, semakin tinggi pula penambahan
bisnis perusahaan adalah Yπ. Sehingga jika
pada keseimbangan hasil produksi
kita menggabungkan ketiganya, maka akan
(Metwally, 1983).
didapatkan:
Sedangkan Tahir (1989) mengem-
Y = YW + YA + Yπ … (3) bangkan dan mengenalkan zakat dalam
model makroekonomi Islami yang terfokus
sedangkan GDP kita dapatkan dari dalam proses penentuan hasil produksi
penjumlahan pendapatan-pendapatan ter- agregat dalam hubungannya dengan derajat
sebut dengan pajak-pajak tidak langsung ketidakseimbangan dalam perekonomian
dan depresiasi, sehingga: Islam. Tahir menemukan bahwa hasil
Y = YW + Y A + Yπ + TIND + δ … (4) produksi agregat tergantung kepada
pengeluaran dasar (autonomous),
Dimana TIND adalah pajak-pajak penyebaran dan pemerataan pendapatan,
tidak langsung dan δ adalah depresiasi. serta aliran zakat.
Maka untuk memudahkan analisa kita, kita Yusoff (2006) mencoba memasukkan
dapat mengasumsikan bahwa kedua komponen zakat dalam model makro
ekonomi sederhana untuk menganalisa
17
Ziauddin Ahmed, Munawar Iqbal and Fahim pengaruh zakat pada proses penentuan
Khan (Eds), “Money and Banking In Islam”, keseimbangan pendapatan dan juga untuk
International Center for Research In Islamic mengetahui bagaimana zakat memainkan
Economics, King Abdul Aziz University Jeddah peranannya pada kebijakan manajemen
and Institute of Policy Studies Islamabad,
Pakistan, 1996.
permintaan. Menurutnya zakat sangat baik

132 Zakat Sebagai Instrumen ...


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

untuk dijadikan salah satu instrumen dalam Z E = C z + S z … (9)


memainkan kebijakan fiskal baik pada
discretionary ataupun non-discretionary Dengan menurunkan formula diatas
policy. dan membagi kedua sisi dengan dZE, kita
akan mendapatkan:
d. Konsumsi agregat18 dC z dS z
Konsumsi yang diinginkan oleh para 1= + = MPC z + MPS z
dZ E dZ E
muzakki, C1, adalah:
Dimana MPCz adalah tambahan
C1 = C 01 + c1 (Y − Z − T ), 0 < c1 < 1 … (6)
konsumsi para mustahik untuk setiap
Dimana c1 adalah MPC dari para tambahan zakat yang diterima, dan MPSz
muzakki (MPC1), dan C01 adalah konsumsi adalah tambahan simpanan untuk setiap
autonomus dari muzakki. Sedangkan (Y-Z- zakat yang diterima. Perlu diingat jika
T) adalah pendapatan disposable setelah MPSz = 0 maka MPCz = 1. Tetapi tentu saja
dikurangi zakat dan pajak. ada beberapa mustahik yang MPSz ≠ 0
Sedangkan konsumsi yang diinginkan sehingga MPCz < 1, mereka diantaranya
oleh para mustahik, Cz adalah: adalah para amilin atau administrator dalam
lembaga pengumpul, penyalur, dan
C z = C 0 z + c z Z E , 0 < cz < 1 … (7) pendayagunaan dana zakat tersebut.
Sehingga secara keseluruhan, MPCz tidak
Dimana Cz adalah MPC dari para bisa sama dengan 1, akan tetapi kita
mustahik (MPCz), dan C0z adalah konsumsi meyakini bahwa MPCz akan lebih besar
autonomus dari mustahik, yaitu konsumsi dari MPC para muzakki.
yang harus dipenuhi walaupun mereka Maka akhirnya, konsumsi agregat
tidak menerima zakat dan hanya menerima dalam sebuah Negara adalah:
infak dan shadaqah dari individu-individu
lain. ZE sendiri adalah besarnya zakat yang C = C1 + C z
didistribusikan oleh pemerintah setelah C = C01 + c1 (Y − Z − T ) + C0 z + cz Z E … (10)
zakat itu dikumpulkan. Yusoff (2006)
menyarankan agar memudahkan persamaan e. Zakat yang Dikumpulkan19
maka diasumsikan bahwa para mustahik Dalam ekonomi modern saat ini,
tidak memiliki pendapatan dan asset berbagai hal yang dapat ditarik zakatnya
sehingga benar-benar tergantung dengan berdasarkan kesepakatan mayoritas ulama
zakat tersebut. adalah: pendapatan individu, aset-aset
Jadi jika para mustahik benar-benar seperti simpanan atau deposito di bank, dan
tergantung kepada zakat (untuk sementara keuntungan dari perdagangan atau sebuah
waktu) maka MPC para mustahik, cz, perusahaan.
adalah 1, dan akan menyebabkan
persamaan (7) menjadi: 1) Zakat dari pendapatan individual
Zakat yang dikumpulkan dari
C z = C 0 z + Z E , … (8) pendapatan bulanan setiap individu, Z w ,
Dan dengan menyamakan zakat dapat dituliskan sebagai berikut,
secara horizontal dengan konsumsi (Cz) dan Z w = z w (Yw − C 0 w − C 0 n ) … (11)
simpanan (Sz) para mustahik, maka zakat
yang didistribusikan oleh pemerintah Dimana C0n adalah batas nisab yang
memiliki persamaan: tidak dapat berubah dalam satuan waktu

18 19
Soediyono R. Ekonomi Makro Pengantar Nuruddin Mhd. Ali, Zakat Sebagai Instrumen
Analisis Pendapatan Nasional, Yogyakarta, Dalam Kebijakan Fiskal, Jakarta : Rajagrafindo
BPFE, 2000. Persada, 2006.

Zakat Sebagai Instrumen ... 133


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

tertentu berdasarkan keputusan Majelis Islam sangat menghindari kegiatan


Ulama atau Institusi Negara yang mengumpulkan asset tanpa memberdaya-
menangani segala urusan tentang zakat. gunakannya20.
Sedangkan z w adalah persentase nilai zakat Besarnya zakat yang terkumpul dari
yang telah ditetapkan, misalkan adalah setiap individu, ZA, adalah:
2,5%. C 0 w adalah konsumsi para muzaki Z A = z A ( A1 − C 0 A − C 0 n ) … (12)
untuk memenuhi kebutuhan dasar dan
pokok, bukan kebutuhan sekunder apalagi Substitusi A1 = A0 (1 + rA ) dan jika
tertier. Namun Kahf (1997) menyarankan Y A = rA A0 , maka akan didapatkan:
bahwa kebutuhan individual untuk
memenuhi makanan, tempat tinggal, Z A = z A A0 + z AY A − z A (C 0 A + C 0 n )
pakaian dan obat-obatan, serta buku-buku
Perhatikan bahwa z A A0 sesungguh-
bagi pelajar dan akademisi termasuk
kebutuhan dasar dan pokok. Pendapat ini nya adalah zakat saat asset tersebut belum
tidak banyak diterima oleh banyak ulama diberdayagunakan, sehingga komponen ini
diberbagai Negara, disebabkan kriterianya tidak akan digabungkan dalam perhitungan
yang terlalu luas sehingga memungkinkan GDP Negara, sedangkan z AYA adalah zakat
untuk bertambahnya item-item yang bias setelah asset di berdayagunakan sehingga
dimasukkan dalam kebutuhan dasar dan dapat dimasukan dalam perhitungan GDP.
pokok.
3) Zakat dari keuntungan perusahaan
2) Zakat dari Aset-aset Zakat yang dikumpulkan dari
Yang termasuk dalam asset adalah keuntungan setiap perusahaan, Z π , adalah:
tabungan, rumah-rumah, gedung, dan
ruangan yang disewakan, saham, emas dan Z π = zπ (π − C 0π − C0 n ) … (13)
perak yang disimpan. Misalkan seseorang
memiliki asset yang berjumlah A, dimana Dimana π adalah keuntungan yang
total asset diawal waktu adalah A0 dan diterima sebelum pajak, C0π adalah
tingkat pertumbuhannya sebesar rA. keperluan mendasar dan pokok sebuah
Sehingga nilai asset saat haul, A1, adalah: perusahaan seperti membayar gaji pegawai
dan biaya transaksi perdagangan.
A1 = A0 (1 + rA )

Jika z w adalah persentase nilai zakat Dari semua pemaparan i, ii, dan iii,
total pengumpulan zakat adalah:
yang telah ditetapkan, lebih besar dari
tingkat pertumbuhan asset, rA, maka asset Z = Z w + Z A + Zπ
tersebut belum mampu menghasilkan
pendapatan yang cukup untuk dikeluarkan Dan jika persentase zakat disamakan pada
zakatnya, maka individu tersebut perlu tingkat 2,5%, maka akan didapatkan:
melikuidasi sebagian asetnya untuk Z = z (Y − C 0 E − C 0 N ) + zA0 … (14)
membayar zakatnya. Sedangkan jika z w
dimana z adalah persentase zakat:
lebih kecil dari rA maka asset tersebut telah
menghasilkan pendapatan yang cukup Y = Yw + Yπ + Y A , C 0 E = C 0 w + C 0 A + C 0π ,
untuk dikeluarkan zakatnya. Hal ini dan C 0 N = C 0 n + C 0 n + C 0n .
memberikan sebuah petunjuk bagi setiap
Muslim yang memiliki asset agar asset
tersebut disertakan dalam kegiatan riil
ekonomi yang dapat memberi pendapatan 20
Nuruddin Mhd. Ali, Zakat Sebagai Instrumen
minimal sebesar z w , atau dengan kata lain, Dalam Kebijakan Fiskal, Jakarta : Rajagrafindo
Persada, 2006.

134 Zakat Sebagai Instrumen ...


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

Dalam pembahasan tentang zakat Tw = Tw0 + t w (Yw − Z w ) … (15)


diatas, semua perhitungan dengan asumsi
para ulama di Negara tersebut Total pajak terkumpul dari
memfatwakan agar seluruh pemasukan pendapatan pemberdayaan asset setiap
dikurangi dengan keperluan mendasar dan individu setelah dikurangi zakat, TA ,
pokok terlebih dulu sebelum dikeluarkan adalah:
zakatnya. Sedangkan di Indonesia mungkin
sedikit berbeda, dimana zakat dihitung dan T A = T A0 + t A (Y A − Z A ) … (16)
dibayarkan berdasarkan pendapatan kotor Total pajak terkumpul dari
saat diterima dan sebelum dikurangi untuk pendapatan rutin setiap individu setelah
berbagai macam keperluan. dikurangi zakat, Tπ , adalah
f. Pengumpulan Pajak dalam Tπ = Tπ 0 + t π (Yπ − Z π ) … (17)
perekonomian zakat
Salah satu persoalan laten dalam dimana Tw0 , TA0 , dan Tπ 0 adalah pajak
konsep ekonomi Islam adalah persoalan lump-sum yang tidak bergantung pada
dualisme zakat dan pajak yang harus pendapatan, sedangkan tw , t A , dan t π
ditunaikan warga negara Muslim. Persoalan
ini telah mengundang perdebatan yang secara berurutan adalah tingkat persentase
berlarut-larut hampir di sepanjang sejarah pajak yang dikenakan dan dihitung
Islam itu sendiri. berdasarkan pendapatan rutin individu,
Sebagian besar ulama fiqih asset, dan keuntungan perusahaan. Total
memandang bahwa zakat dan pajak adalah pajak yang terkumpul, T, adalah:
dua entitas yang berbeda dan tidak T = Tw + T A + Tπ
mungkin dipersatukan. Menurut mereka,
T = T0 + t w [Yw − Zw ]+ t A[YA − Z A ] + tπ [Yπ − Zπ ]
zakat adalah kewajiban spiritual seorang
Muslim terhadap Tuhannya, sedangkan … (18)
pajak adalah kewajiban seorang Muslim dimana T0 = Tw0 + TA0 + Tπ 0
terhadap negara. Padahal, kewajiban zakat
dalam Islam memiliki makna yang sangat Dengan menggantikan Z w , Z A , Z π ,
fundamental, selain berhubungan dengan serta menganggap bahwa tingkat persentase
aspek ketuhanan, ia juga terkait dengan pajak tw , t A , dan t π adalah sama dan
ekonomi-sosial. Terbukti, selama ini tingkat persentase zakat z w , z A , z π , juga
perintah zakat dapat dipahami sebagai satu
kesatuan sistem yang tak terpisahkan dalam sama, maka akan kita dapatkan:
pencapaian kesejahteraan masyarakat. Di T = T0 + tY − tzY + tzC 0 N + tzC 0 E + tzA0
samping itu, zakat juga bisa diharapkan … (19)
dapat meningkatkan perekonomian, baik
pada level individu, maupun pada level Dan dengan menggantikan T pada
komunitas sosial masyarakat21. persamaan (10), serta menggantikan
Pemerintah telah mengambil pajak Z = z (Y − C 0 E − C 0 N ) maka akan kita
dari gaji bulanan setiap individu, dapatkan:
pendapatan para pemilik properti, serta
keuntungan dari setiap perusahaan di dalam C = C01 +C0z +(c1 −c1z −c1t +c1zt)Y +(c1z −c1zt)C0E +
suatu Negara. (c1 z − c1 zt )C0 N − c1T0 + cz Z E + c1 ztA0 … (20)
Total pajak terkumpul dari
pendapatan rutin setiap individu setelah Dari persamaan (20), dapat kita
dikurangi zakat, Tw , adalah perhatikan bahwa kosumsi agregat dalam
ekonomi zakat bergantung kepada
pendapatan, tingkat konsumsi untuk
21
Nana Mintarti, Direktur IMZ (www.imz.or.id)

Zakat Sebagai Instrumen ... 135


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

memenuhi kebutuhan dasar dan pokok, akan bertambah, dan meningkatkan


pajak, zakat, dan pemilikan asset oleh tiap kemampuan konsumsi secara agregat22.
individu. Dan jika kita turunkan persamaan
tersebut terhadap faktor-faktor yang g. Model Keynesian
mempengaruhinya, dengan asumsi bahwa Secara ringkas, peranan zakat dapat
0<c1<1, 0<z<1, dan 0<t<1 maka akan kita juga dijelaskan melalui model Keynesian23.
dapatkan: Pertama mari kita asumsikan bahwa selama
ini sumber pemasukan pemerintah hanyalah
∂C
= [c1 − (c1 z + c1 t ) + c1 zt ] > 0 … (20a)
berasal dari Pajak, pinjaman Negara lain
∂Y ataupun lembaga keuangan internasional
yang bunganya sangat besar, serta dari
∂C pencetakan uang dalam negeri yang dapat
= (C1 z + c1 zt ) > 0 … (20b)
∂C 0 E menyebabkan inflasi dan gejala negatif
moneter lainnya.
∂C
Seperti telah diketahui bersama
= − c1 < 0 … (20c) bahwa GDP dipengaruhi oleh konsumsi
∂T0 agregat, investasi, dan belanja pemerintah,

∂C Y = C + I + G , dimana C = a + bYd dan


= c z > 0 … (20d)
∂Z E Yd = Y − T , sehingga
 1 
Y = [ ]
a + bT + G + I ,
1 − b 
∂C dimana
= c1 zt > 0 … (20e)
∂A0
 1 
 1 − b  adalah pengganda bagi Y.
Analisis di atas mengindikasikan
bahwa saat pendapatan bertambah,
konsumsi juga akan meningkat, begitu juga Gambar 2 sebelumnya telah
saat tingkat konsumsi untuk memenuhi menggambarkan bagaimana jika dalam
kebutuhan dasar dan pokok yang ditetapkan sebuah perekonomian terdapat sistem zakat
oleh Ulama disuatu Negara bertambah, telah berjalan dengan baik, maka rumah
maka konsumsi pun akan meningkat. Akan tangga dalam Negara tersebut secara
tetapi, berdasarkan penurunan formula 20c, sederhana akan terbagi menjadi:
pajak memiliki efek negatif terhadap a. Pembayar zakat (Muzaki)
konsumsi. Sedangkan zakat dan pemilikan Secara sederhana, konsumsi para
asset yang diberdayakan memiliki efek muzaki adalah:
C1 = a1 + b1 (λY1 − T − Z )
positif, dimana bertambahnya zakat dan
efektifnya pemberdayaan asset akan
merangsang pertumbuhan tingkat dimana λ adalah proporsi para
konsumsi. muzaki dalam suatu Negara.
Efek dari zakat terhadap pertumbuh- b. Penerima zakat (Mustahik)
an tingkat konsumsi adalah efek langsung, Konsumsi para mustahik adalah:
sedangkan efek asset adalah tidak langsung.
Pertama, pertumbuhan asset pada para C2 = a2 + b2 [(1 − λ)Y2 + Z ] ,
muzakki akan menambah total zakat yang
dibayarkan kepada lembaga zakat yang
mengakibatkan dana zakat yang 22
Adiwarman karim, Ekonomi Makro Islami,
didistribusikan kepada para mustahik pun Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2007.
23
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi
Islam, Ekonomi Islam, Jakarta : Rajagrafindo
Persada, 2008.

136 Zakat Sebagai Instrumen ...


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

dan berdasarkan karakteristik para 5. Dalil Al Qur’an dan Potensi Zakat di


mustahik, maka mustahik akan Indonesia
mengkonsumsi seluruh pendapatan- Zakat merupakan suatu aktivitas
nya termasuk zakat yang diterima, yang bertujuan duniawi dan terlebih juga
sehingga: ukhrawi. Distribusi pendapatan yang lebih
C2 = (1 − λ)Y2 + Z
merata, ekonomi yang lebih stabil dan
alokasi sumber daya yang lebih berpihak
Persamaan GDP yang baru adalah: pada pemenuhan kebutuhan hidup rakyat
banyak, semua itu adalah dampak duniawi
Y = C1 + C2 + I +G dari kegiatan zakat. Demikian juga zakat
Y = a1 +b1λY −b1T −b1Z + (1−λ)Y + Z + I + G berkaitan dengan pahala, yaitu dimensi
kehidupan akhirat24. Dan inilah yang
dengan sedikit modifikasi, akan dihasilkan: membedakan kebijakan fiskal dalam Islam
 1 
[ ]
dengan kebijakan fiskal dalam sistem
Y =  a1 − b1T + (1 − b1 )Z + I + G
 (1 − b1 )λ 
ekonomi pasar.Perhatikan ayat Al Qur’an
berikut:
Perhatikan bahwa pengganda untuk Y “Ambillah zakat dari sebagian harta
 1   1 
mereka, yang dengan zakat itu kamu
berubah dari   
 1 − b   (1 − b1 )λ 
menjadi membersihkan dan mensucikan
mereka dan do’akanlah mereka
yang akan mengurangi pengeluaran karena sesungguhnya do’amu dapat
pemerintah. Misalkan, masyarakat secara memberikan ketenangan bagi
umum menggunakan 75% pendapatannya mereka. Dan Allah Maha Mendengar
untuk konsumsi, dan proporsi orang-orang lagi Maha Mengetahui” (At Taubah:
kaya atau muzaki, λ, adalah 50%. 103).
Pemerintah kemudian menargetkan untuk
meningkatkan GDP sampai 100 triliun pada Disamping itu dampak untuk
tahun berikutnya. pengeluaran-pengeluaran lainnya seperti
Jika tidak terdapat zakat dalam sistem infaq, sadaqah dan wakaf, tercermin pada
tersebut, maka: ayat berikut ini:
 1  “Perumpamaan (nafkah yang
Pengganda Y = 
 1 − b 
= 1 : (1-0.75) = 4; dikeluarkan) oleh orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah
dengan asumsi bahwa C dan I konstan,
adalah seperti sebutir benih yang
maka pengeluaran pemerintah adalah
tumbuh tujuh tangkai, pada tiap-tiap
sebesar (100 triliun : 4) = 25 triliun.
tangkai seratus biji, Allah
Jika dalam perekonomian tersebut
melipatgandakan (pahala) bagi siapa
terdapat elemen zakat, maka:
 1 
yang Dia kehendaki dan Allah Maha
Pengganda Y =   = 1 : [(1-0.75)
 (1 − b1 )λ 
Luas (karunia-Nya) lagi Maha
Mengetahui” (Al Baqarah: 261).
0.5] = 8;
Dalam Al Qur’an terdapat sekitar 30
dalam hal ini pengeluaran pemerintah akan ayat yang berkaitan dengan perintah
berkurang menjadi (100 triliun : 8) = 12.5 mengeluarkan zakat. Dan sebagian besar
triliun untuk mencapai tingkat GDP yang perintah zakat digandengkan dengan
sama.
24
Ade Rahman, Choirul Yazid, Luqyan Tamanni
dkk., Suplemen EKONOMI ISLAM. Diterbitkan
atas kerjasama: Direktorat Jenderal
Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama
RI dan STEI TAZKIA, hlm 150.

Zakat Sebagai Instrumen ... 137


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

perintah mendirikan shalat. Jelas, hal ini sumber pendapatan negara, salah satunya
menunjukkan betapa pentingnya kegiatan dengan mengintegrasikan zakat ke dalam
berzakat dalam Islam. Perintah zakat kebijakan fiskal. Ada beberapa alasan
merupakan perintah yang universal. mengapa zakat perlu diintegrasikan ke
Dengan demikian, dalam konteks kebijakan dalam kebijakan fiskal. Zakat bukanlah
fiskal negara, pajak keagamaan (Islam: bentuk charity biasa atau bentuk
zakat) dapat dikenakan kepada seluruh kedermawanan sebagaimana infak, wakaf,
warga negara, tanpa melakukan dan hibah. Zakat hukumnya wajib
diskriminasi keagamaan. (imperatif) sementara charity atau donasi
Secara historis hal ini pernah hukumnya mandub (sunnah). Satu-satunya
dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khatab lembaga yang mempunyai otoritas untuk
yang juga memungut zakat dari kaum melakukan pemaksaan seperti itu dalam
Nasrani Bani Taghlib. Pada mulanya, Umar sistem demokrasi adalah negara lewat
telah memutuskan untuk menarik jizyah perangkat pemerintahan, seperti halnya
dari mereka, tetapi mereka memprotesnya. pengumpulan pajak. Apabila hal ini
Akhirnya, Umar memerintahkan untuk disepakati, maka zakat akan menjadi salah
memungut zakat dengan melipatgandakan satu sumber penerimaan negara.
jumlah zakat yang harus mereka bayar Potensi zakat yang dapat
(Qardhawi, 1997: 100-102). Lagi pula, dikumpulkan dari masyarakat sangat besar.
mereka memang diperintahkan oleh agama Menurut sebuah sumber, potensi zakat di
mereka untuk berzakat, yaitu berbuat baik Indonesia mencapai hampir 20 triliun per
kepada orang-orang yang melarat. Dengan tahun25. Hasil penelitian Pusat Bahasa dan
demikian, apabila mereka dibebani dengan Budaya UIN Syarif Hidayatullah dan Ford
zakat, maka sesungguhnya mereka hanya Foundation tahun 2005 mengungkapkan,
dibebani dengan sesuatu yang sejak mula jumlah potensi filantropi (kedermawanan)
sudah disyariatkan oleh agama mereka. umat Islam Indonesia mencapai Rp 19,3
Terlebih lagi, dalam pendistribusian dana triliun. Di antara potensi tersebut, Rp 5,1
zakat, Islam tidak mengenal adanya triliun berbentuk barang dan Rp 14,2 triliun
diskriminasi antara Muslim dan non- berbentuk uang. Jumlah dana sebesar itu,
Muslim apabila sesuai dengan kriteria sepertiganya masih berasal dari zakat fitrah
sasaran pendistribusian zakat. Selain (Rp 6,2 triliun) dan sisanya zakat harta Rp
subyek zakat yang berupa individu 13,1 triliun. Salah satu temuan menarik dari
(person), zakat juga dapat dikenakan hasil penelitian tersebut adalah bahwa 61
kepada badan hukum (recht person) persen zakat fitrah dan 93 persen zakat
sebagaimana halnya pajak. Badan-badan maal diberikan langsung kepada penerima.
hukum tersebut seperti perusahaan- Penerima zakat fitrah dan zakat maal
perusahaan yang memiliki kekayaan baik terbesar (70 persen) adalah masjid-masjid.
berupa benda bergerak maupun tidak Badan Amil Zakat (BAZ) pemerintah
bergerak. Zakat yang dikenakan kepada hanya mendapatkan 5 persen zakat fitrah
badan-badan hukum tersebut diambil dari dan 3 persen zakat maal, serta Lembaga
saham dan keuntungan perusahaan- Amil Zakat (LAZ) swasta hanya 4 persen
perusahaan tersebut (Qardhawi, 1997: 490- zakat maal26.
497). Pada kenyataannya, dana zakat yang
Salah satu fungsi kebijakan fiskal berhasil dihimpun dari masyarakat masih
yaitu meningkatkan sumber pendapatan jauh dari potensi yang sebenarnya. Sebagai
negara. Apabila defisit anggaran ditutupi perbandingan, dana zakat yang berhasil
dengan hutang, maka beban anggaran dikumpulkan oleh lembaga-lembaga
negara akan semakin tinggi. Dengan
25
kondisi seperti ini, pemerintah dituntut www.imz.or.id
26
kreatif untuk mencari alternatif sumber- EtiKusmiati.blogspot.com. Jum’at, 06 Agustus
2010

138 Zakat Sebagai Instrumen ...


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

pengumpul zakat baru mencapai beberapa Akibatnya, untuk pembiayaan kebutuhan


puluh milyar. Itu pun bercampur dengan negara ditariklah pajak dari masyarakat
infak, hibah, dan wakaf. Potensi yang karena bersifat dinamis dan dapat diatur
sangat besar itu akan dapat dicapai dan pelembagaannya oleh pemerintah sesuai
disalurkan kalau pelaksanaannya dilakukan dengan tujuan-tujuan pembangunan
oleh negara melalui departemen teknis ekonomi yang telah disusun pemerintah.
pelaksana. Zakat mempunyai potensi untuk Pengembalian zakat ke khittah awalnya ini
turut membantu pencapaian sasaran dapat dilakukan dengan keberanian
pembangunan nasional. Dana zakat yang merumuskan kembali konsep zakat dalam
sangat besar sebenarnya cukup berpotensi Islam28.
untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat Dengan terintegrasinya zakat ke
jika disalurkan secara terprogram dalam dalam kebijakan fiskal tersebut, maka
rencana pembangunan nasional. Dalam pemerintah dapat menetapkan kebijakan
periode tertentu, suatu negara membuat fiskal yang sama-sama menguntungkan,
rencana pembangunan di berbagai bidang baik bagi umat Islam maupun bagi negara.
sekaligus perencanaan anggarannya. Hal ini pada gilirannya akan menyebabkan
Potensi zakat yang cukup besar dan sasaran pergeseran berbagai ketentuan dalam
distribusi zakat yang jelas seharusnya dapat hukum zakat tradisional. Pengaruh
sejalan dengan rencana pembangunan kebijakan fiskal modern terhadap hukum
nasional tersebut. zakat terjadi pada subyek dan obyek, tarif
Agar dana zakat dapat disalurkan dan sasaran pendistribusian zakat. Subyek
secara tepat, efisien dan efektif sehingga zakat dalam kebijakan fiskal juga termasuk
mencapai tujuan zakat itu sendiri seperti badan hukum di samping perorangan.
meningkatkan taraf hidup masyarakat. Sedangkan pengaruh kebijakan fiskal
Pengumpulan dan pendistribusian zakat terhadap obyek zakat adalah bahwa jenis
yang terpisah-pisah, baik disalurkan sendiri kekayaan yang dikeluarkan zakatnya tidak
maupun melalui berbagai charity membuat terbatas pada jenis-jenis harta yang telah
misi zakat agak tersendat. Harus diakui ditentukan oleh Rasulullah Saw. dulu saja,
bahwa berbagai lembaga Organisasi tetapi juga meliputi berbagai jenis
Pengelola Zakat (OPZ) telah berbuat kekayaan lainnya menurut kebijakan
banyak dalam pengumpulan dan pemerintah. Pengaruh kebijakan fiskal
pendistribusian dana zakat dan telah lainnya adalah dalam hal tarif atau
banyak hasil yang dapat dipetik. Namun, prosentase (rasio) dan nisab zakat menjadi
hasil itu dapat ditingkatkan kalau tidak tetap (baku). Tarif yang ditetapkan
pengumpulan dan pengelolaannya itu mungkin saja berupa tarif proporsional,
dilakukan oleh negara melalui perangkat- tarif agresif, dan tarif progresif sesuai
perangkatnya27. Upaya pengintegrasian dengan kebijakan fiskal yang akan dicapai
zakat ke dalam kebijakan fiskal negara oleh pemerintah. Sedangkan pengaruh
adalah dengan melakukan rekonstruksi terhadap sasaran pendistribusian zakat
sejarah terhadap pelaksanaan zakat pada adalah perluasan makna asnaf delapan yang
masa awal Islam. Pada masa awal Islam, telah ditetapkan dalam al-Qur’an surat al-
zakat merupakan ’pungutan’ wajib yang Taubah ayat 60. Hemat penulis, perluasan
ditarik dari masyarakat untuk membiayai makna tersebut bertujuan untuk
pengeluaran negara pada waktu itu. Dalam terpenuhinya pengeluaran pemerintah
perkembangannya, zakat mengalami dalam rangka mencapai kesejahteraan
kestatisan karena terlanjur dibakukan masyarakat.
sehingga tidak dapat beradaptasi dengan
perkembangan perekonomian umat.
28
Nuruddin Mhd. Ali, Zakat Sebagai Instrumen
Dalam Kebijakan Fiskal, Jakarta : Rajagrafindo
27
www.imz.or.id Persada, 2006.

Zakat Sebagai Instrumen ... 139


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

C. KESIMPULAN negara lewat perangkat pemerintahan,


Dari keseluruhan pemaparan dalam seperti halnya pengumpulan pajak.
makalah ini, penulis simpulkan bahwa 2) Potensi zakat yang dapat dikumpul-
peranan zakat di dalam ekonomi makro kan dari masyarakat sangat besar.
suatu Negara sangatlah signifikan sebagai 3) Zakat mempunyai potensi untuk turut
instrumen kebijakan fiskal, terutama dalam membantu pencapaian sasaran
meningkatkan konsumsi agregat untuk pembangunan nasional. Dana zakat
menaikan tingkat pendapatan Negara yang sangat besar sebenarnya cukup
tersebut. Atau dalam kondisi tertentu, hasil berpotensi untuk meningkatkan taraf
pengumpulan zakat, infaq, ataupun hidup masyarakat jika disalurkan
shodaqah yang dikelola resmi oleh lembaga secara terprogram dalam rencana
Negara akan mengurangi jumlah pembangunan nasional.
pengeluaran pemerintah, sehingga 4) Agar dana zakat dapat disalurkan
pengeluaran Negara akan lebih efektif, secara tepat, efisien dan efektif
efisien dan tepat sasaran dalam sehingga mencapai tujuan zakat itu
menciptakan kesejahteraan masyarakat. sendiri seperti meningkatkan taraf
Kebijakan fiskal merupakan tindakan hidup masyarakat.
yang diambil pemerintah untuk 5) Memberikan kontrol kepada pengelola
memperbesar atau memperkecil penerima- negara.
an, memperbesar atau memperkecil
pengeluaran, atau kombinasi keduanya, DAFTAR PUSTAKA
untuk tujuan kestabilan ekonomi. Meng-
Ahmed, Shaikh Mahmud. 1947. Economics
integrasikan zakat sebagai salah satu
of Islam. Delhi: Idarat-i Adabiyat-i.
sumber penerimaan negara, berarti mem-
Ali, Muhamamad Daud. 1988. Sistem
bantu pemerintah meningkatkan pen-
Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf.
dapatan untuk kestabilan ekonomi tersebut.
Jakarta: UI Press.
Pengembangan potensi zakat diperlukan
Ali, Nuruddin Mhd. 2006. Zakat Sebagai
untuk mengoptimalkan peran zakat dalam
Instrumen Dalam Kebijakan Fiskal.
perekonomian sebuah negara, terutama
Jakarta: Rajagrafindo Persada.
untuk mengatasi masalah kemiskinan,
Ash-Shiddieqy, T.M. Hasbi. 1999.
ketimpangan pendapatan, dan penganggur-
Pedoman Zakat. Semarang: Pustaka
an. Penghimpunan potensi zakat dan
Hayam Wuruk.
pendistribusian yang bersifat produktif
Bohari. 2002. Pengantar Hukum Pajak.
akan menggairahkan kembali perekonomi-
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
an negara.
Brotodihardjo, Santoso. 1998. Pengantar
Faktor penting yang juga menjadi
Ilmu Hukum Pajak. Bandung: Refika
pendukung utama dalam mewujudkan zakat
Aditama.
sebagai pilar perekonomian adalah
Chapra, Umer. 2001. Masa Depan Ilmu
wujudnya pelembagaan zakat yang
Ekonomi: Sebuah Tinjauan Islam.
amanah, professional, dan mandiri. Sebab,
terjemahan The Future of Economics
penanganan keseluruhan terhadap zakat
an Islamic Perspective. Jakarta: Gema
tidak mungkin dilakukan tanpa sebuah
Insani Press.
lembaga yang jelas dan legitimate.
Faridi, F.R. 1980. “Zakat and Fiscal
Beberapa alasan mengapa zakat perlu
Policy” dalam Khurshid Ahmad (ed).
diintegrasikan ke dalam kebijakan fiskal:
1980. Studies in Islamic Economics.
1) Zakat hukumnya wajib, satu-satunya Leicester: The Islamic Foundation.
lembaga yang mempunyai otoritas Hafidhuddin, Didin. 2000. “Peran Zakat
untuk melakukan pemaksaan seperti Dalam Pembangunan Ekonomi”,
itu dalam sistem demokrasi adalah Jakarta.

140 Zakat Sebagai Instrumen ...


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

Hasan, Zubair. 1988. “Distributional Al-Qardawi, Yusuf. 1997. Hukum Zakat,


Equity in Islam” dalam Munawar Edisi terjemahan. Bogor: Litera
Iqbal (ed). 1988. Distributive Justice AntarNusa.
and Need Fulfilment in an Islamic Quthb, Sayyid. 1984. Keadilan Sosial
Economy. Leicester: The Islamic dalam Islam. terj. dari al-‘Adalah al-
Foundation. Ijtimāiyyah fi al Islām. Bandung:
Kahf, Monzer. 1995. Ekonomi Islam, Pustaka.
Telaah Analitik terhadap Fungsi Rahman, Ade. Yazid, Choirul. Tamanni,
Sistem Ekonomi Islam. terjemahan Luqyan. Suplemen EKONOMI
dari The Islamic Economy: ISLAM. Jakarta: Diterbitkan atas
Analytical of the Functioning of the kerjasama: Direktorat Jenderal
Islamic Economic System. Kelembagaan Agama Islam
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Departemen Agama RI dan STEI
Khan, Muhammad Akram. 1983. Issues in TAZKIA.
Islamic Economics. Lahore: Islamic Rais, Amin. 1987. Cakrawala Islam.
Publication Ltd. Bandung: Mizan.
Oran, Ahmad dan Salim Rashid, 1989. Reksoprayitno, Soediyono. 1992. Ekonomi
“Fiscal Policy in Early Islam” in Makro, Pengantar Analisis
Sayed Afzal Peerzade. 1996. Pendapatan Nasional. Yogyakarta:
Readings in Islamic Fiscal Policy. Liberti.
Delhi: Adam Publisher and Distributor. www.imz.or.id

Zakat Sebagai Instrumen ... 141


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

142 Zakat Sebagai Instrumen ...

Anda mungkin juga menyukai