Abstrak
Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang mempengaruhi anggaran pendapatan dan
belanja suatu negara. Anggaran pendapatan dan belanja negara merupakan rencana
pendapatan serta pengeluaran yang akan diperoleh dan dibayarkan oleh negara selama
setahun, komponen pendapatan negara dalam perekonomian modern dewasa ini dibedakan
antara pajak dan bukan pajak. Penerimaan dari pajak terdiri atas pajak langsung dan pajak
tidak langsung. Sedangkan penerimaan bukan pajak contohnya adalah bantuan atau
sebenarnya lebih tepat dikatakan sebagai utang luar negeri.
Dalam Islam kita sudah mempelajari jenis-jenis penerimaan baitul maal yang, antara
lain, terdiri atas zakat, infaq, sadaqah, wakaf, fa’i, ghanimah, khums, dan kharaj. Kebijakan
fiskal Islami adalah bagaimana pemerintah memaksimalkan penerimaannya dari jenis-jenis
penerimaan tersebut, yang dalam bahasa modern disederhanakan dalam bentuk ‘pajak’.
Selanjutnya, tugas pemerintah yang Islami-lah bagaimana mengelola pengeluaran dan
belanja negara untuk mencapai tujuan-tujuan yang dikehendaki oleh syariah sesuai dengan
cara-cara yang dibenarkan oleh Allah dan Rasulullah Muhammad
tujuan yang dikehendaki oleh syariah kaya tidak meningkat terlalu tajam.
sesuai dengan cara-cara yang dibenarkan Hal ini pada akhirnya akan memiliki
oleh Allah SWT dan Rasulullah dampak yang positif, yaitu
Muhammad Saw1. Dalam hal ini mengenai menurunnya dampak meningkatkan
peran zakat, infaq, sadaqah dan wakaf harga-harga komoditas.
sebagai bentuk kebijakan fiskal Islami. b. Zakat berfungsi sebagai media
transfer pendapatan sehingga mampu
B. Pembahasan Masalah meningkatkan daya beli orang
1. Pengertian dan Fungsi Zakat miskin. Dalam hal ini diharapkan
Menurut terminologi Syari'ah zakat dengan menerima zakat, maka
berarti kewajiban atas harta atau kewajiban segmen miskin akan meningkat daya
atas sejumlah harta tertentu untuk belinya sehingga mampu berinteraksi
kelompok tertentu dan dalam waktu dengan segmen kaya.
tertentu. Kewajiban atas sejumlah harta
tertentu, berarti zakat adalah kewajiban atas Al-Qur’an telah menjelaskan
harta yang bersifat mengikat dan bukan penentuan alokasi zakat, siapa yang berhak
anjuran. Kewajiban tersebut terkena kepada menerimanya, tetapi tidak dijelaskan
setiap muslim (baligh atau belum, berakal apakah yang zakat itu harus diterima dalam
atau gila) ketika mereka memiliki sejumlah bentuk uang, barang-barang konsumsi atau
harta yang sudah memenuhi batas nisabnya. modal kerja. Hal ini menimbulkan
Kelompok tertentu adalah mustahikin yang pemikiran para ekonom, sehingga
terangkum dalam 8 asnhaf. Waktu untuk melahirkan ide agar zakat memberikan
mengeluarkan zakat adalah ketika sudah dampak yang lebih baik bagi para
berlalu setahun (haul) untuk zakat emas, penerima. Sehingga zakat yang diberikan
perak, perdagangan dll, ketika panen untuk dapat lebih mengarah pada zakat produktif.
hasil tanaman, ketika memperolehnya
untuk rikaz dan ketika bulan Ramadhan 2. Zakat dan Ekonomi Makro
sampai sebelum shalat 'Iid untuk zakat Berdasarkan kemampuan membayar
fitrah. Islam telah mengajarkan hal ini zakat, masyarakat muslim dapat kita
kepada umat muslim untuk melaksanakan kelompokkan menjadi tiga golongan;
amalan zakat. Islam memandang bahwa Pertama, golongan masyarakat Muzakki
kewajiban zakat dibebankan kepada mereka yaitu golongan masyarakat pembayar zakat.
yang kaya. Kedua, golongan masyarakat non-
Peran ganda zakat dalam meningkat- Mustahik/Muzakki yaitu golongan yang
kan keadilan distribusi pendapatan: bukan penerima ataupun pembayar zakat
(golongan middle income). Ketiga,
a. Zakat berfungsi untuk mengurangi
golongan masyarakat Mustahik yaitu
tingkat pendapatan yang siap
golongan masyarakat penerima zakat. Pada
dikonsumsi oleh segmen orang kaya
model konsumsi golongan Mustahik
(Muzakki). Oleh karena itu,
konsumsi sepenuhnya atau sebagian
pengimplementasian zakat
bersumber dari zakat. Disinilah fungsi
diharapkan akan mampu mengerem
pertama dari negara Islami untuk menjamin
tingkat konsumsinya orang kaya
terpenuhinya kebutuhan hidup minimal
sehingga kurva permintaan segmen
(guarantee of a minimum level of living).
Institusi negara yang bernama Baitul Mal-
* Dosen Tetap Prodi Perbankan Syari’ah STAI Al-
lah dalam konsep ekonomi Islam yang
Hidayah Bogor
1
Ade Rahman, Choirul Yazid, Luqyan Tamanni memiliki tugas menjalankan fungsi negara
dkk., Suplemen EKONOMI ISLAM. Diterbitkan tersebut dengan mengambil kekayaan dari
atas kerjasama: Direktorat Jenderal
Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama
RI dan STEI TAZKIA, hlm 149.
kelompok Muzakki untuk dibagikan kepada Karena ada preseden bahwa zakat juga
kelompok Mustahiq2. dikenakan pada tabungan yang mencapai
Dengan tepenuhinya kebutuhan hidup batas minimal terkena zakat (nisab).
minimal maka seluruh masyarakat Islam Dengan tujuan mempertahankan nilai
diharapkan akan menjalankan secara kekayaannya maka tentu investasi menjadi
leluasa segala kewajibannya sebagai hamba salah satu jalan keluar bagi para Muzakki,
Allah , tanpa perlu ada hambatan- sehingga secara otomatis meningkatkan
hambatan yang mungkin memang diluar angka investasi secara keseluruhan. Dan
kemampuannya. investasi adalah bagian penting dalam
Zakat memungkinkan perekonomian pembangunan perekonomian sebuah
terus berjalan pada tingkat yang minimum. bangsa. Disamping itu Monzer Kahf juga
Akibat penjaminan konsumsi kebutuhan mengungkapkan bahwa zakat cenderung
dasar oleh negara melalui Baitul Mal yang menurunkan resiko pembiayaan/kredit
menggunakan akumulasi dana zakat. macet (non-performing financing/NPF),
Bahkan Dr. Metwally mengungkapkan karena salah satu alokasi dana zakat adalah
bahwa Zakat berpengaruh cukup positif menolong orang-orang yang terjebak
pada perekonomian, karena instrumen hutang. Sehingga secara riil, zakat akan
zakat akan mendorong konsumsi dan menekan tingkat pengangguran3.
investasi serta akan menekan penimbunan Selain itu implementasi konsep dan
uang (harta). Karena harta yang tidak di sistem zakat juga akan dapat mengurangi
investasikan akan habis termakan zakat. pengangguran dalam perekonomian melalui
Sehingga zakat memiliki andil dalam tiga mekanisme. Pertama, implementasi
meningkatkan pertumbuhan ekonomi zakat itu sendiri membutuhkan tenaga
secara makro. kerja. Kedua, perubahan golongan
Dalam analisa makro ekonomi, mustahik yang awalnya tidak memiliki
kegiatan belanja (konsumsi) merupakan akses pada ekonomi menjadi golongan
variabel yang sangat positif bagi kinerja yang lebih baik secara ekonomi, yang tentu
perekonomian (economic growth). Ketika saja meningkatkan angka partisipasi tenaga
perekonomian mengalami stagnasi, seperti kerja. Ketiga, multiflier effect munculnya
terjadi penurunan tingkat konsumsi atau usaha/industri pendukung yang akan
bahkan sampai pada situasi under- menambah lapangan kerja. Umer Chapra
consumption, kebijakan utama yang menyatakan bahwa zakat adalah sebuah
diambil adalah bagaimana dapat meng- langkah kemandirian sosial yang diambil
gerakkan ekonomi dengan meningkat-kan dengan dukungan penuh agama untuk
daya beli masyarakat. Sehingga dapat membantu orang-orang miskin yang tidak
dikatakan bahwa kemampuan daya beli dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka
masyarakat menjadi sasaran utama dari sendiri. Selain itu, zakat juga harus
setiap kebijakan ekonomi . memberikan pengaruh yang bermanfaat
Dr. Monzer Kahf, mengungkapkan bagi negara, misalnya sebagai sumber
bahwa zakat memiliki pengaruh yang investasi. Redistribusi zakat dari semua
positif pada tingkat tabungan dan investasi. kekayaan akan mendorong pembayar zakat
Peningkatan tingkat tabungan akibat untuk mencari pendapatan dari harta
peningkatan pendapatan akan menyebab- mereka agar dapat membayar zakat tanpa
kan tingkat investasi juga meningkat. mengurangi harta tersebut. Dalam Islam,
2 3
Taqiyuddin an-Nabhani, Membangun Sistem Monzer Kahf, The Performance of the institution
Ekonomi Alternatif Perspektif Islam, (An- of Zakah in Theory and Practice, The
Nidlam al-Iqtishadi fil Islam), alih bahasa Moh. International Conference on Islamic Economics
Maghfur Wachid, cet. v, Surabaya: Risalah Towards the 21st Century, Kuala Lumpur -
Gusti, 2000. Malaysia, April, 1999.
12
Faridi, F. R, 1981, Zakat and Fiscal Policy,
dalam Studies in Islamic Economics, dalam
Studies in Islamic Economics, diedit oleh
Khushid Ahmad, International Center for
Research in Islamic Economic, King Abdul Aziz
University, jeddah Saudi Arabia, Hal. 52.
13
Wijaya, M Faried. 2000. Ekonomimakro ,
15
Yogyakarta: BPFE , hal. 5-7. Nuruddin Mhd. Ali, Zakat Sebagai Instrumen
14
Suparmoko, M. 2000. Keuangan Negara dalam Dalam Kebijakan Fiskal, Jakarta : Rajagrafindo
Teori dan Praktek , Yogyakarta: BPFE, hal 256. Persada, 2006.
Dalam Gambar 2 terlihat bahwa tidak (Froyen, 2005). Metode ini mengukur
ada perubahan dalam arus barang dan uang, pendapatan nasional dengan menjumlahkan
hanya saja terdapat tambahan baru yaitu pengeluaran-pengeluaran pada barang-
berupa arus uang dari para pembayar zakat barang produksi dan jasa yang halal oleh
(muzakki) kepada badan amil zakat dan konsumen, pengusaha, pemerintah, dan
arus konsumsi para penerima zakat orang-orang asing dalam suatu Negara
(mustahik) untuk memenuhi kebutuhan seperti dalam identitas berikut:
dasar hidup mereka.
Jadi dengan begitu, kita akan melihat GDP = Y = C1 + Cz + I + G + X − M … (1)
bahwa sesungguhnya ada dua jenis rumah Dimana Y adalah total produksi atau
tangga dalam perekonomian zakat. Pertama hasil produksi dalam sebuah perekonomian,
adalah rumah tangga muzakki, yaitu C=C1+Cz adalah pengeluaran pribadi untuk
mereka yang sudah dikategorikan sebagai konsumsi, I adalah investasi, G adalah
wajib zakat karena memenuhi kriteria pengeluaran pemerintah, X dan M adalah
minimalnya, dan rumah tangga mustahik, total ekspor dan impor16.
yaitu mereka yang dikategorikan sebagai Pengeluaran untuk konsumsi pribadi,
penerima zakat karena masih belum C = C1 + Cz, adalah konsumsi oleh rumah
mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. tangga pada barang dan jasa yang siap
Menurut Zarqa (1992), tujuan utama guna. C1 adalah konsumsi individu yang
dari ditarik dan didistribusikannya kembali membayar zakat (muzakki) dan Cz adalah
zakat adalah untuk: (i) menjamin konsumsi individu yang menerima zakat
pemenuhan kenutuhan dasar setiap individu (mustahik). Konsumsi ini tentu saja
dalam suatu Negara, (ii) mengurangi melingkupi konsumsi pada barang bergerak
kesenjangan dalam pendapatan dan dan tidak bergerak, serta jasa yang siap
kesejahteraan, dan (iii) mensucikan hati dan guna. Konsumsi barang bergerak seperti
harta para muzaki. pembelian komputer, mobil, televisi, dan
Oleh karena itu, isu paling mendasar kulkas. Sedangkan untuk barang yang tidak
dalam sebuah perekonomian, yaitu bergerak dan jasa seperti makanan,
pemerataan atau keadilan dalam distribusi: pakaian, bahan baker (bensin), dan jasa-
kekayaan pada masyarakat dalam sebuah jasa pendidikan, kesehatan, transportasi,
Negara, akan dapat terselesaikan dengan restoran, jasa-jasa perbankan, serta jasa-
hadirnya sistem zakat. jasa lainnya seperti travel untuk berlibur.
Hal ini disebabkan pola distribusi Investasi, I, adalah pengeluaran untuk
pendapatan personal yang mempengaruhi investasi pada transaksi-transaksi bisnis
komposisi dan jumlah barang dan jasa yang yang dapat menambah kapasitas produksi,
akan diproduksi. Semakin tinggi tingkat yang demikian itu akan mengangkat
kesenjangan distribusi pendapatan, semakin perekonomian. Transkasi-transaksi ini
tinggi tingkat permintaan terhadap barang- meliputi diantaranya pembelian dan
barang mewah, dan berimplikasi kepada instalasi mesin-mesin dan peralatan baru,
para produsen yang mengalokasikan serta konstruksi dan pembelian gedung-
semakin banyak sumber daya untuk gedung untuk usaha.
memproduksi barang-barang mewah Belanja pemerintah (G) adalah
disebabkan permintaan yang tinggi. pengeluaran pemerintah pada pertahanan
Akibatnya adalah produksi barang-barang nasional dan pengamanan Negara; gaji
keperluan pokok dan mendasar menjadi Pegawai Negeri Sipil, investasi pemerintah,
terabaikan.
a. Pendekatan Model Produksi 16
Pendekatan produksi mengukur arus F.R. Faridi, “A Theory of Fiscal Policy in an
Islamic State, Readings in Public Finance in
produksi terkini akan barang-barang halal Islam”, Islamic Research and Training Institute
dan jasa dalam sebuah perekonomian (IRTI) - Islamic Development Bank (IDB).
sarana-prasarana umum, juga pengeluaran- komponen, TIND dan δ adalah Nol. Asumsi
pengeluaran oleh pemerintah daerah. ini sesungguhnya tidak akan mempengaruhi
Untuk mempermudah pembahasan kesimpulan umum diakhirnya.
maka diasumsikan bahwa Negara ini Dari persamaan (1) sampai dengan
sementara tidak terbuka untuk ekspor, X, (4), dapat disimpulkan bahwa pendapatan
dan impor, M. Sehingga persamaannya nasional, GDP, digunakan untuk:
menjadi:
Y = C1 + S + Z + T … (5)
GDP = Y = C1 + C z + I + G … (2)
Dimana C1 adalah konsumsi individu
yang membayar zakat (muzakki), dan S
b. Pendekatan Model Pendapatan adalah saving/simpanan pihak rumah
Pendekatan pendapatan mengukur
tangga dan perusahaan dalam bentuk
pendapatan yang diterima oleh faktor-
keuntungan yang tidak didistribusikan. Z
faktor produksi yang terklasifikasikan
adalah pembayaran zakat dan T adalah
menjadi tiga bagian yaitu: gaji atau hasil pembayaran pajak bersih setelah dikurangi
profesi, pendapatan dari asset-aset
pembayaran transfer domestik dan subsidi-
(kesejahteraan), serta keuntungan dagang
subsidi.
dan perusahaan.
Gaji dan penerimaan profesi, Yw,
c. Analisa Pengeluaran Agregat
adalah pendapatan yang diterima oleh Sesungguhnya pengeluaran zakat
tenaga kerja atas kontribusinya dalam memiliki kemampuan untuk meningkatkan
memproduksi barang dan jasa yang halal. konsumsi secara agregat ketika marginal
Sedangkan pendapatan dari asset-aset
propensity to consume (MPC) dari para
(kesejahteraan), YA, terdiri atas pendapatan pembayar zakat (muzakki) lebih rendah
dari penyewaan tanah atau bangunan
dari MPC penerima zakat (mustahik). Hal
ataupun dari properti-properti lainnya, serta
ini mengimplikasikan bahwa pengeluaran
termasuk di dalamnya adalah bagi hasil dari
zakat memiliki peran dalam penentuan
simpanan uang pada perbankan syariah17.
GDP; semakin tinggi pengeluaran terhadap
Keuntungan dari perdagangan dan
zakat, semakin tinggi pula penambahan
bisnis perusahaan adalah Yπ. Sehingga jika
pada keseimbangan hasil produksi
kita menggabungkan ketiganya, maka akan
(Metwally, 1983).
didapatkan:
Sedangkan Tahir (1989) mengem-
Y = YW + YA + Yπ … (3) bangkan dan mengenalkan zakat dalam
model makroekonomi Islami yang terfokus
sedangkan GDP kita dapatkan dari dalam proses penentuan hasil produksi
penjumlahan pendapatan-pendapatan ter- agregat dalam hubungannya dengan derajat
sebut dengan pajak-pajak tidak langsung ketidakseimbangan dalam perekonomian
dan depresiasi, sehingga: Islam. Tahir menemukan bahwa hasil
Y = YW + Y A + Yπ + TIND + δ … (4) produksi agregat tergantung kepada
pengeluaran dasar (autonomous),
Dimana TIND adalah pajak-pajak penyebaran dan pemerataan pendapatan,
tidak langsung dan δ adalah depresiasi. serta aliran zakat.
Maka untuk memudahkan analisa kita, kita Yusoff (2006) mencoba memasukkan
dapat mengasumsikan bahwa kedua komponen zakat dalam model makro
ekonomi sederhana untuk menganalisa
17
Ziauddin Ahmed, Munawar Iqbal and Fahim pengaruh zakat pada proses penentuan
Khan (Eds), “Money and Banking In Islam”, keseimbangan pendapatan dan juga untuk
International Center for Research In Islamic mengetahui bagaimana zakat memainkan
Economics, King Abdul Aziz University Jeddah peranannya pada kebijakan manajemen
and Institute of Policy Studies Islamabad,
Pakistan, 1996.
permintaan. Menurutnya zakat sangat baik
18 19
Soediyono R. Ekonomi Makro Pengantar Nuruddin Mhd. Ali, Zakat Sebagai Instrumen
Analisis Pendapatan Nasional, Yogyakarta, Dalam Kebijakan Fiskal, Jakarta : Rajagrafindo
BPFE, 2000. Persada, 2006.
Jika z w adalah persentase nilai zakat Dari semua pemaparan i, ii, dan iii,
total pengumpulan zakat adalah:
yang telah ditetapkan, lebih besar dari
tingkat pertumbuhan asset, rA, maka asset Z = Z w + Z A + Zπ
tersebut belum mampu menghasilkan
pendapatan yang cukup untuk dikeluarkan Dan jika persentase zakat disamakan pada
zakatnya, maka individu tersebut perlu tingkat 2,5%, maka akan didapatkan:
melikuidasi sebagian asetnya untuk Z = z (Y − C 0 E − C 0 N ) + zA0 … (14)
membayar zakatnya. Sedangkan jika z w
dimana z adalah persentase zakat:
lebih kecil dari rA maka asset tersebut telah
menghasilkan pendapatan yang cukup Y = Yw + Yπ + Y A , C 0 E = C 0 w + C 0 A + C 0π ,
untuk dikeluarkan zakatnya. Hal ini dan C 0 N = C 0 n + C 0 n + C 0n .
memberikan sebuah petunjuk bagi setiap
Muslim yang memiliki asset agar asset
tersebut disertakan dalam kegiatan riil
ekonomi yang dapat memberi pendapatan 20
Nuruddin Mhd. Ali, Zakat Sebagai Instrumen
minimal sebesar z w , atau dengan kata lain, Dalam Kebijakan Fiskal, Jakarta : Rajagrafindo
Persada, 2006.
perintah mendirikan shalat. Jelas, hal ini sumber pendapatan negara, salah satunya
menunjukkan betapa pentingnya kegiatan dengan mengintegrasikan zakat ke dalam
berzakat dalam Islam. Perintah zakat kebijakan fiskal. Ada beberapa alasan
merupakan perintah yang universal. mengapa zakat perlu diintegrasikan ke
Dengan demikian, dalam konteks kebijakan dalam kebijakan fiskal. Zakat bukanlah
fiskal negara, pajak keagamaan (Islam: bentuk charity biasa atau bentuk
zakat) dapat dikenakan kepada seluruh kedermawanan sebagaimana infak, wakaf,
warga negara, tanpa melakukan dan hibah. Zakat hukumnya wajib
diskriminasi keagamaan. (imperatif) sementara charity atau donasi
Secara historis hal ini pernah hukumnya mandub (sunnah). Satu-satunya
dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khatab lembaga yang mempunyai otoritas untuk
yang juga memungut zakat dari kaum melakukan pemaksaan seperti itu dalam
Nasrani Bani Taghlib. Pada mulanya, Umar sistem demokrasi adalah negara lewat
telah memutuskan untuk menarik jizyah perangkat pemerintahan, seperti halnya
dari mereka, tetapi mereka memprotesnya. pengumpulan pajak. Apabila hal ini
Akhirnya, Umar memerintahkan untuk disepakati, maka zakat akan menjadi salah
memungut zakat dengan melipatgandakan satu sumber penerimaan negara.
jumlah zakat yang harus mereka bayar Potensi zakat yang dapat
(Qardhawi, 1997: 100-102). Lagi pula, dikumpulkan dari masyarakat sangat besar.
mereka memang diperintahkan oleh agama Menurut sebuah sumber, potensi zakat di
mereka untuk berzakat, yaitu berbuat baik Indonesia mencapai hampir 20 triliun per
kepada orang-orang yang melarat. Dengan tahun25. Hasil penelitian Pusat Bahasa dan
demikian, apabila mereka dibebani dengan Budaya UIN Syarif Hidayatullah dan Ford
zakat, maka sesungguhnya mereka hanya Foundation tahun 2005 mengungkapkan,
dibebani dengan sesuatu yang sejak mula jumlah potensi filantropi (kedermawanan)
sudah disyariatkan oleh agama mereka. umat Islam Indonesia mencapai Rp 19,3
Terlebih lagi, dalam pendistribusian dana triliun. Di antara potensi tersebut, Rp 5,1
zakat, Islam tidak mengenal adanya triliun berbentuk barang dan Rp 14,2 triliun
diskriminasi antara Muslim dan non- berbentuk uang. Jumlah dana sebesar itu,
Muslim apabila sesuai dengan kriteria sepertiganya masih berasal dari zakat fitrah
sasaran pendistribusian zakat. Selain (Rp 6,2 triliun) dan sisanya zakat harta Rp
subyek zakat yang berupa individu 13,1 triliun. Salah satu temuan menarik dari
(person), zakat juga dapat dikenakan hasil penelitian tersebut adalah bahwa 61
kepada badan hukum (recht person) persen zakat fitrah dan 93 persen zakat
sebagaimana halnya pajak. Badan-badan maal diberikan langsung kepada penerima.
hukum tersebut seperti perusahaan- Penerima zakat fitrah dan zakat maal
perusahaan yang memiliki kekayaan baik terbesar (70 persen) adalah masjid-masjid.
berupa benda bergerak maupun tidak Badan Amil Zakat (BAZ) pemerintah
bergerak. Zakat yang dikenakan kepada hanya mendapatkan 5 persen zakat fitrah
badan-badan hukum tersebut diambil dari dan 3 persen zakat maal, serta Lembaga
saham dan keuntungan perusahaan- Amil Zakat (LAZ) swasta hanya 4 persen
perusahaan tersebut (Qardhawi, 1997: 490- zakat maal26.
497). Pada kenyataannya, dana zakat yang
Salah satu fungsi kebijakan fiskal berhasil dihimpun dari masyarakat masih
yaitu meningkatkan sumber pendapatan jauh dari potensi yang sebenarnya. Sebagai
negara. Apabila defisit anggaran ditutupi perbandingan, dana zakat yang berhasil
dengan hutang, maka beban anggaran dikumpulkan oleh lembaga-lembaga
negara akan semakin tinggi. Dengan
25
kondisi seperti ini, pemerintah dituntut www.imz.or.id
26
kreatif untuk mencari alternatif sumber- EtiKusmiati.blogspot.com. Jum’at, 06 Agustus
2010