Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH TUTORIAL

DIARE Pada An. VF


Mata Kuliah : Keperawatan Anak
Dosen Pembimbing : Dwi Sulistyono, BN., M.Kep

Disusun Oleh :
Akhsan Imam Munanda (17.0601.0062)
Aisah Widiyaningsih (17.0601.0063)
Rizkiyanna Anggreani (17.0601.0064)
Linda Oktaviani (17.0601.0067)
Emy Kurniyasari (17.0601.0068)
Miftahul Hanipa (17.0601.0069)

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2019
KASUS
An. VF, umur 32 hari dirawat di rung IKA I sejak tanggal 2 September 2011 jam 23.45
dengan keluhan diare sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit alasan masuk bahwa 3 hari
sebelum masuk rumah sakit 5-6 kali sehari, konsistensi cair, ada ampas, berwarna kunung,
ada lender, bau amoniak, tampak darah dalam feses. Sejak 1 hari sebelummasuk rumah sakit
disertai muntah dan pasien dan pasien tidak demam. Pada saat dilakukan pengkajian tanggal
3 oktober 2011 diperoleh Data: An. VF masih diare kurang lebih 5 kali berwarna kehitama,
ada ampas. An. VF juga pilek dan kesulitan bernafas disertai dengan suara “grok-grok”. Bayi
tidak diberi ASI sejak lahir dan hanya diberi susu formula sampai dengan sekarang. Berat
badan lahir 3,5 kg dan berat badan sekarang 3 kg. Kesadaran anak komposmetius, Suhu: 36,7
C, nadi : 110X/menit, Frekuensi pernafasan : 26 X/menit. Pemeriksaan mata didapatkan
konjungtiva anemis, selera tidak ikterik. Mulut terdapat keputihan disekitar bibir, lidah dan
paltum, mungkin karena susu dan bisa menyebabkan jamur. Pemeriksaan dada didapatkan :
dada simetris, vesikuler, BJ I BJ IIdalam batas normal, tidak ada murmur. Tunrgor kulit baik.
Daerah anus kemerahan dan anak selalu menangis saat buang air besar (BAB).
Hasil Pemeriksaan laboratorium tanggal 2 Oktober 2011 didapatkan data : Hb :8,4 g/dl, Ht :
26%, eritrosit : 2,9 juta/dl. Terapi tanggal 2 oktober 2011 : Zinkin 1 x10 mg peroral, Probi 2 x
1,5 sachet peroral. Terpasang infus mikrodrip 2A/DS ½ saline 500 cc/24 jam. Anak hanya
mendapatkan susu formula, ASI hanya keluar sedikit, dan tidak diberikan ke Bayi. Putting
ibu menonjol tetapi kecil, ibu sudah berusaha untuk memberikan ASI nya tetapi anak tidak
mau menghisap. Anak dianjurkan untuk beli susu soya tapi tidak diberikan.
Learning Outcome Scenario 1 :
1. Mahasiswa memahami tentang Pengkajian pada anak dengan gangguan system
pencernaan
2. Analisa Data
3. Menegakkan Diagnosa Keperawatanh
4. Menentukan tujuan dan intervensi
5. Implementasi
6. Evaluasi

STEP 1
1. Emy (bau amuniak)
2. Linda (konsistensi cair)
3. Miftahul (infus mikrodrip)
4. Rizkiyanna (ikterik)
5. Aisah (Mur-mur)
6. Ahsan (Compos mentis)
7. Aisah (susu formula)
8. Linda (Jamur)
9. Rizkiyanna (grok-grok)

STEP 2
1. Soal nomor 1
(Miftahul) bau yang di akibatkan oleh pembuangan sisa-sisa metabolisme dari zat
amuniak
(Rizkiyanna) bau tajam berkhas dari senyawa-senyawa yang bergas
(Aisah) senyawa kausrik dan dapat merusak kesehatan
2. Soal nomor 2
(Miftahul) zat pembuangan pencernaan yang bersifat cair karena sifat humeus status pada
tubuh.
(Emy) bab dengan konsistensi cair
3. Soal nomor 3
(Linda) tetesan mikro
(Rizkiyanna) infus yang dipakai untuk pasien anak anak dengan debit cairan yang sedikit.
4. Soal nomor 4
(Emy) suatu kondisi tubuh yang kuning
(Linda) perubhan warna menjadi kuning pada bayi neonatus
(Miftahul) perubahan kekuningan pada sklera diakibatkan oleh berlebihnya produksi
bilirubin pada hepar
(Ahsan) perubahan warna seklera
(Aisah) warna kuning pada kulit
5. Soal nomor 5
(Rizkiyanna) tuberlensi atau aliran darah tidak normal
6. Soal nomor 6
(Linda) tingkat kesadaran
(Rizkiyanna) kesadaran penuh yang akan dirinya maupun dengan lingkungannya
7. Soal nomor 7
(Akhsan) Campuran susu atau makanan pengganti susu
8. Soal nomer 8
(Miftahul) suatu mkroorganisme yang berada dalam kingdom fungsi dimana bisa bersifat
parasit
(Akhsan) jenis tumbuhan yang tidak berdaun dan tidak berbuah
9. Soal nomor 9
(Emi) suatu bunyi yang berasal dari sputum
(Miftahul) suara yang diakibatkan oleh wheezing pada paru-paru
(Aisah) bunyi nafas pada bayi yang terjadi akibat produksi lendir yang berlebih

STEP 3
1. Linda
Apa yang dilakukan perawat pada kondisi bayi tersebut?
2. Mifahul
Diagnosa keperawatan pada kasus tersebut?
3. Rizkiyanna
Bagaimana penanganan yang dilakukn perawat untuk mengatasi anak yang tidak mau
menghisap puting ibu?
4. Akhsan
Diit yang tepat yang sesuai pada kasus tersebut?
5. Aisah
Cara menangani diare sesuai dengan kasus tersebut?
6. Emy
Apakah benar bayi yang baru lahir jika diberikan susu formula dapat mempengaruhi
tumbuh kembang bayi? Jelaskan
7. Miftahul
Evaluasi yang dapat diberikan sesuai dengan kasus tersebut?
8. Linda
Apa penyebab diare pada anak ?
9. Aisah
Terapi non farmakologi yang dapat diberikan sesuai kasus tersebut?
10. Rizkiyanna
tanda dan gejala pada diare?
11. Emy
Manifestasi klink pada kasus tersebut?
12. Akhsan
Patofisiologi diare pada kasus tersebut?

STEP 4
1) soal nomor 1 step 3
(Miftahul) pemberian terapi farmakologi
(Aisah) pemberian diit yang sesuai
(Emy) pemeriksaan fisik
(Akhsan) pemeriksaan laboratorium
(Rizkiyanna) memenuhi kebuthan cairan yang cukup pada bayi
2) Soal nomor 2 step 3
(Emy) resiko defisien cairan
(Aisah) diare
(Linda) defisit volume cairan
(Rizkiyanna) intoleransi aktivitas
(Akhsan) ansietas
(Rizkiyanna) resiko hipertermia
3) Soal nomer 3 step 3
(linda) dekatkan payudara ibu dengan mulut bayi
(Aisah) dengan posisi yng benar agar bayi mau mengisap payudara
(Emi) dengan cara di paksa dan pastikan kondisi bayi dengan nyaman
(Miftahul) dengan cara perawat mengajarknn ibu untuk teknik pelekatan yang benar
dalam menyusui
(Akhsan) posisi dan waktu yang tepat saat bayi tidak rewel
4) Soal nomer 4 step 3
(Emy) dengan memberian ASI
(Rizkiyanna) dengan pemenuhan kebutuhan cairan
5) Soal nomer 5 step 3
(Linda) Diberikan nutrisi secara parenteral
(Akhsan) dengan cara memberikan mkrodrip
6) Soal nomer 6 step 3
(miftahul) bisa,karena kandungan susu formula dan ASI berbeda kandunga ASI yang
bermanfaat bagi bayi terutama bagi pertumbuhan
(Aisah) Bisa, karena bisa mengganggu sistem imun serta pembentukan pematangan
fungsi organ.
7) Soal nomer 7 step 3
(linda) dengan memenuhi kebutuhan cairan
(Emy) dengan memberikan diit
(Rizkiyanna) dengan cara agar bayi dapat menghisap payudara ibu
(Aisah) dengan terapi non farmakologi
(Akhsan) memonitoring eliminasi
8) Soal nomer 8 step 3
(Miftahul) Adanya aktifitas mikroorganisme pada susu formula yang dikonsumsi
(Emy) Terdapat infeksi bakteri atau parasite
(Rizkiyanna) Akibat adanya zat terlarut yang tidak dapat diserap didalam feses
9) Soal nomer 9 step 3
(Miftahul) Modifikasi lingkungan pada ibu agar proses menyusui bisa berjalan
(Emy) Anjurkan ibu mengkonsumsi makanan tinggi kalori
(Rizkiyanna) Anjurkan ibu untuk makanan tinggi protein
(Linda) Anjurkan ibu untuk memnerikan ASI eklusif pada bayi
(Akhsan) Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi air putih dengan cukup
10) Soal nomer 10 step 3
(Linda) Bayi sering diare dan demam
(Aisah) Bayi mengalami demem
(Emy) Kesulitan dalam bernafas
(Akhsan) Bayi mengalami muntah
(Miftahul) Feses ada darahnya
11) Soal nomer 11 step 3
(Linda) Konjungtiva anemis
(Miftahul) Turgor kulit elastis
(Akhsan) Mulut kering
(Aisah) Bayi tampak Lemas
(Rizkiyanna) Adanya demam
12) Patofisiologi Demam

STEP 5
1. Diit Yang Tepat Pada Kasus Tersebut.
2. Cara menangani diare sesuai denga kasus tersebut.
3. Penyebab diare pada anak.
4. Terapi non farmakologi yang dapat di berikan sesuai kasus.
5. Tanda dan gejala diare.
6. Patofisiologi diare.

STEP 6
Menjawab LO dari Step 5
1. Diit yang tepat diberikan pada Bayi sesuai dengan kasus diatas :
a. Akhsan
- Diet BRAT (Banana,Rice,Applesauce,Toast) diet Pisang, Beras, Apel yang
dihalusksan, dan Roti. Pola makanan ini baik untuk penderita diare karena
memiliki kandungan serat, protein dan lemak yang rendah, sehingga baik bagi
organ pencernaan yang bermasalah.
- Konsumsi makanan berkuah
- Konsumsi cairan yang tepat
Referensi:
World Health Organization (2013). Diarrhoea.
Hafifah, C. N (2017). Ikatan Dokter Anak Indonesia. Bagaimana Memberi Makan
Anak Saat Sedang Diare.
Kaneshiro, N. (2015). National Institutes of Health, U.S. National Library of
b. Miftahul hanipa
Rehidrasi menggunakan oralit osmolaritas rendah
1. memberikan larutan Oralit
Berikan dengan sendok atau gelas
Berikan sedikit-sedikit sampai habis atau hingga anak tidak kelihatan haus
Bila muntah, dihentikan sekitar 10 menit, kemudian lanjutkan dengan sabar sesendok
setiap 2 atau 3 menit.
Walau diare berlanjut, Oralit tetap diteruskan
Zinc selama 10 hari berturut-turut
2. Cara Pemberian Obat Zinc
Pastikan semua anak yang menderita diare mendapat obat Zinc selama 10 hari
berturut-turut.
Larutkan tablet dalam 1 sendok air minum atau ASI (tablet mudah larut kira-kira 30
detik, segera berikan ke anak).
Bila anak muntah sekitar setengah jam setelah pemberian obat Zinc, ulangi pemberian
dengan cara potong lebih kecil dilarutkan beberapa kali hingga 1 dosis penuh.
Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus, tetap berikan obat
Zinc segera setelah anak bisa minum atau makan.
Pemberian ASI dan makanan

2. Cara menangani diare sesuai dengan kasus tersebut


a. Aisah
1. Mengusahakan lingkungan yang bersih dan sehat
2. Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh makanan
3. Menjaga alat alat makanan
Refensi : Ngastiah, editor Setiawan, S Kep. Buku Keperawatan anak sakit EGS.
Jakarta, 1997
b. Akhsan
bayi yang mengalami diare, pada umumnya perlu dirawat di rumah sakit
menggunakan infus. Dokter kemungkinan akan memberikan antibiotik atau obat anti-
parasit untuk menangani infeksi bakteri atau parasit. Oralit mungkin juga turut
diberikan. Oralit adalah cairan yang mengandung elektrolit-elektrolit untuk mencegah
terjadinya dehidrasi.
Referensi: World Health Organization WHO (2017). Diarrhoeal disease. The United
Nations Children's Fund UNICEF (2018). Diarrhoeal disease.
Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia (2011). Situasi Diare di Indonesia.
c. Linda
1. Beri cairan
Saat diare bayi akan kehilangan cairan dari tubuhnya sehingga bisa menyebabkan
dehidrasi, jika bayi masih meminum susu ASI, maka berilah ASI secara regular.
2. Beri makanan sederhana
Jangan beri bayi sereal kompleks atau makanan bayi saat diare. Sebagai
penggantinya beri makanan yang dimasak sendiri seperti bubur, apel kukus, atau
pisang
3. Jika bayi yang meminum susu formula, sebaiknya turunkan tingkat kekentalan
susu atau diganti dengan susu bebas laktosa sementara waktu. Hal ini bertujuan
untuk meringankan kerja usus sehingga diare tidak semakin parah.
Refrensi: Departemen Kesehatan RI.2009. Tatalaksana Penderita Diare. Diaskes 4
juli 2016
d. Rizkiyanna
1. Melakukan pencegahan diare dengan memberikan ASI lebih sering dan lebih lama
dari biasanya. Jika ASI tidak keluar, bisa memberikan alternatif susu formula
yang bebas atau rendah kandungan laktosa.
2. Mencuci tangan penjaga bayi sampai bersih jika habis membersihkan pantat bayi
atau feses bayi.
3. Membuang diapers atau popok sekali pakai setelah terkontaminasi feses dengan
dibungkus oleh plastik terlebih dahulu.
4. Menganjurkan ibu pasien untuk memberikan kompres hangat pada perut pasien
5. Mengkaji input dan output bayi yaitu ASI ,susu formulaInfus dan mengkaji output
BAB bayi.
6. Mengobsevasi tanda vital sign pada bayi
7. Membersihkan dan meceboki bayi setelah selesai BAB dan mengganti celana.
Referensi : Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare Edisi ketiga, Depkes RI,
Direktorat Jenderal PPM dan PL tahun 2007
e. Miftahul hanipa
Dengan cara menyusun Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE) yaitu:
1. Rehidrasi menggunakan oralit osmolaritas rendah
2. Zinc selama 10 hari berturut-turut
3. Pemberian ASI dan makanan
4. Pemberian antibiotik sesuai indikasi
5. Nasihat pada ibu/ pengasuh anak
3. Penyebab diare pada kasus diatas
a. Aisah
1. Alergi (seperti alergi susu sapid an alergi makanan)
2. Konsumsi susu formula
3. Hawa dingin
4. Antibiotik
5. Keracunan makanan (jika sudah mendapatkan MPASI)
6. Defisiensi enzim
Referensi : Adisasmito, W. 2007. Faktor Risiko Diare Pada Bayi dan Balita di
Indonesia Systematic Review Penelitian Akademik Bidang Kesehatan Masyarakat.
Makara, Jurnal Kesehatan, Vol. 11 No. 1.

b. Akhsan
Diare pada bayi memang sering di alami biasanya dapat disebabkan karena
terkontaminasi kuman. Kontaminasi kuman dapat berasal dari makanan yang
dimakan atau dapat berasal dari tangan yang kotor. Mengingat bayi dalam tahap
berkembang biasanya jg dapat efek dari kuman yang didapat ketika bayi suka
memasukan apapun kemulut. Keracunan terhadap apapun ataupun alergi terhadap
hal tertentu dapat menjadi salah satu penyebabnya. Gejala yang dapat terjadi pada
bayi biasanya mulai dari bab cair disertai dengan lesu, lemah, tanda-tanda
dehidrasi, demam, hingga muntah.
Referensi:
WebMD (2018). Diarrhea in Children: Causes and Treatments.
WebMD (2018 WebMD (2015). The Truth About Baby Poop.
MedicineNet (2016). Medical Definition of Oral rehydration salts.
Mahoney, T. Parents. Is Your Baby Dehydrated?
c. Linda
1. Tidak memberikan Asi secara penuh 4-6 bulan pertaama pada kehidupan.
Pada balita yang tidak diberi ASI resiko menderita diarelebih besar dari pada
balita yg diberikan asi.
2. Penggunaa botol susu.penggunaan botol ini memudahkan pencernaan terkena
oleh kuman karena botol susah dibersihkan, penggunaan botol yang tidak
bersih atau sudah dipake selama berjam- jamdibiarkan dilingkungan yg panas,
sering menyebabkan infeksi usus yang parah karena botol dapat tercemar oleh
kuman kuman bakteri penyebab diare..
3. Menggunakan air minum yang tercemar
Refrensi: Parents. Your Baby's Diarrhea.). Diarrhea in Babies.
Zamosky, L.
d. Rizkiyanna
Penyebab diare pada bayi adalah Infeksi. Faktor paling umum yang menyebabkan
bayi diare adalah infeksi seperti bakteri, virus, atau parasit yang dapat menyebar
melalui makanan atau minuman yang tercemar atau kontak dengan tinja penderita.
Siklus penyebaran kuman bisa melalui tinja, lalat, makanan, peralatan makan, dan
jari tangan.
1. Penurunan daya tahan tubuh. Ibu yang tak memberikan ASI hingga usia 2
tahun atau lebih biasanya akan membuat daya tahan tubuh bayi kurang
sempurna. Bayi dengan kekurangan gizi akan mudah mengalami infeksi atau
terserang virus.
2. Faktor lingkungan dan perilaku. Diare atau cirit birit bisa disebabkan oleh
lingkungan atau perilaku, seperti pemberian makanan pendamping (MP) ASI
terlalu dini (di bawah umur 6 bulan), botol susu kurang bersih, air yang
tercemar, tidak mencuci tangan dengan bersih, dan sebagainya.
3. Keracunan makanan.
4. Alergi terhadap makanan tertentu.
5. Alergi terhadap obat-obatan tertentu.
6. Terlalu banyak mengonsumsi jus buah.
7. Intoleransi laktosa.

Referensi : Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare Edisi ketiga, Depkes RI,


Direktorat Jenderal PPM dan PL tahun 2007

e. Miftahul hanipa

Mekanisme yang menyebabkan timbulnya diare adalah gangguan osmotik,


gangguan sekresi, dan gangguan motilitas usus

Pada diare akut, mikroorganisme masuk ke dalam saluran cerna, kemudian


mikroorganisme tersebut berkembang biak setelah berhasil melewati asam
lambung, mikroorganisme membentuk toksin (endotoksin), lalu terjadi
rangsangan pada mukosa usus yang menyebabkan terjadinya hiperperistaltik dan
sekresi cairan tubuh yang mengakibatkan terjadinya diare

f. Emy
Penyebab diare pada bayi antara lain:
1. Tidak memberikan air susu ibu(ASI Eksklusif), memberikan makanan
pendamping MP ASI terlalu dini akan mempercepat bayi kontak terhadap
kuman
2. Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan resiko terkena penyakit diare
karena sangat sulit untuk membersihkan botol susu
3. Tidak menerapkan kebiasaan cuci tangan paka sabun sebelum memberi
ASI/makan, setelah buang air besar (BAB) dan setelah membersihkan BAB
anak
4. Penyimpanan makanan yang tidak higienis
4. Terapi nan formakologi yang dapat diberikan kepada kasus diatas
a. akhsan:
Pemberian edukasi sebagai langkah pencegahan, meliputi :
1. Higiene perorangan dan sanitasi lingkungan.
2. Mengkonsumsi makanan yang sehat.
3. Menghindari makanan yang merangsang peristaltik usus, seperti makanan padat,
pedas, produk susu dan makanan berserat.
4. Imunisasi
Referensi: Medicine. MedlinePlus. When your child has diarrhea. Vyas, S. (2017).
Kids Health, Nemours Foundation. Diarrhea. NHS Choices UK (2016). Diarrhoea.
b. linda oktaviani
1. Jika ingin memberikan susu formula pada bayi rebus air minum terlebih dahulu
2. Gunuakan air bersih untuk memasak
3. Bila tidak tahan laktosa sebaiknya berikan rendah laktosa
4. Minum yang banyak bila perlu infus untuk mencegah terjadinya dehidrasi
Refrensi : Rucoba, R. (2016). Healthline. The Meal Plan to Relieve Toddler Diarrhea.
c. Rizkiyanna
Pemberian edukasi kepada ibu dan keluarga, meliputi :
1. Higiene perorangan dan sanitasi lingkungan.
2. Ibu Mengkonsumsi makanan yang sehat dan tidak pedas karena dapat
mempengaruhi kondisi pada bayi saat di lakukan pemberian ASI.
3. Ibu harus menghindari makanan yang merangsang peristaltik usus, seperti
makanan padat, pedas, produk susu dan makanan berserat.
4. Imunisasi.
Referensi : Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare Edisi ketiga, Depkes RI,
Direktorat Jenderal PPM dan PL tahun 2007
d. Miftahul hanipa
Pada dasarnya terapi harus diberikan secara farmakologi agar tidak menimbulkan
bahaya yang meumungkinkan pada kematian.
Adapun tujuan dari penalataksanaan diare terutama pada balita adalah:
1. Mencegah dehidrasi.
2. Mengobati dehidrasi.
3. Mencegah ganngguan nutrisi dengan memberikan makan selama dan sesudah diare.
4. Memperpendek lamanya sakit dan mencegah diare menjadi berat.

5. Tanda dan gejala diare


a. Aisah
1. Muntah
2. Badan lemah
3. Panas
4. Tidak adanya nafsu makan ataupun minum
5. Darah dan lender dalam kotoran
6. Bayi rewel
7. Feses berlendir, berdarah
8. mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi
virus
Referensi : Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare Edisi ketiga, Depkes RI,
Direktorat Jenderal PPM dan PL tahun 2007.
Depkes RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Penerbit : Kementerian Kesehatan RI,
Jakarta.
b. Akhsan
1. Mengalami muntah-muntah.
2. Terlihat lesu.
3. Tinja berwarna hitam, putih, atau merah karena mengandung darah.
4. Terdapat darah atau nanah pada tinja bayi.
5. Demam di atas 39°C.
6. Adanya tanda-tanda dehidrasi.
Referensi: World Health Organization WHO (2017). Diarrhoeal disease.
The United Nations Children's Fund UNICEF (2018). Diarrhoeal disease.
c. Linda Oktaviani
Gejala klinis yang bisa ditemukan pada diare adalah diare yang dapat bercampur
darah, lender, lemak dan berbuih, rasa sakit diperut, rasa kembung dan demam
Refrensi : Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia (2011). Situasi Diare di Indonesia.
d. Rizkiyanna
1. Peningkatan frekuensi defekasi dan kandungan cairan dalam feses.
2. Mual,Muntah,mata cekung,turgor kulit kering,dehidrasi,selaput bibir dan mulut
kering
3. Kram abdomen,distensi,bunyi bergemuruh di usus (borborigmus),anoreksia dan
rasa haus
4. Kontraksi anus yang spasmodic dan nyeri
5. Gejala lainnya adalah feses caiir mengindikasikan penyakit pada usus kecil
6. Feses semi padat,lunak,yang di sebabkan oleh gangguan pada usus besar
7. Feses berlemak dan banyak,yang meunjukan malabsorpsi usus
8. Terdapat darah,lender,dan nanah dalam feses,yang menunjukan colitis atau
enteritis inflamasi
9. Nafsu makan menurun
10. Badan terasa lemas
11. Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah,
12. suhu tubuh biasanya meningkat, kemudian timbul diare.
13. Tinja cair dan mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama
berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu.
14. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi
Referensi : Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare Edisi ketiga, Depkes RI,
Direktorat Jenderal PPM dan PL tahun 2007
e. Miftahul hanipa
1. Feses lembek
2. Sakit perut
3. Kram perut
4. Mual dan muntah
5. Saki kepala
6.Kehilangan nafsu makan
7. Demam
f. Emy
1. Mengalami muntah-muntah
2. Terlihat lesu
3. Tinja warna hitam, putih atau merah karena mengandung darah
4. Terdapat darah atau nanah pada tinja bayi
5. Sakut perut
6. Demam diatas 39℃
7. Adanya tanda-tanda dehidrasi

6. Patofisiologi Diare pada kausu tersebut


a. Aisah
Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare adalah yang pertama gangguan osmotic,
akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebih ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare. Kedua adanya rangsangan tertentu (toksin) pada
dinding usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Ketiga gangguan
mobilitas usus, terjadi hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan
usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltic usus
menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebih yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula.
Pathway
b. Akhsan
1. Diare adalah ketidakseimbangan antara absorpsi air dan sekresi air atau elektrolit.
Pada keadaan normal, absorpsi air dan elektrolit lebih besar di bandingkan
ekskresi.
2. Empat mekanisme yang menyebabkan ketidakseimbangan dan elektrolit, adalah :
3. Perubahan transfor aktif yang berakibat pada pengurangan absorpsi sodium (Na)
dan peningkatan sekresi klorida
4. Perubahan motilitasnsaluran pencernaan.
5. Peningkatan osmolaritas luminal saluran pencernaan
6. Peningkatan tekanan hidrostatik jaringan
Referensi : Kaneshiro, N. US National Library of Medicine. MedlinePlus (2017).
Diarrhea in infants.
c. Rizkiyanna
Patofisiologi diare adalah Penyebab tersering diare pada anak adalah disebabkan oleh
rotavirus. Virus ini menyebabkan 40-60% dari kasus diare pada bayi dan anak Setelah
terpapar dengan agen tertentu, virus akan masuk ke dalam tubuh bersama dengan
makanan dan minuman. Kemudian virus itu akan sampai ke sel-sel epitel usus
halus dan akan menyebabkan infeksi dan merusakkan sel-sel epitel tersebut. Sel-sel
epitel yang rusak akan digantikan oleh sel enterosit baru yang berbentuk kuboid atau
sel epitel gepeng yang belum matang sehingga fungsi sel-sel ini masih belum bagus.
Hal ini menyebabkan vili-vili usus halus mengalami atrofi dan tidak dapat menyerap
cairan dan makanan dengan baik. Cairan dan makanan tadi akan terkumpul di usus
halus dan akan meningkatkan tekanan osmotik usus. Hal ini menyebabkan banyak
cairan ditarik ke dalam lumen usus dan akan menyebabkan terjadinya hiperperistaltik
usus. Cairan dan makanan yang tidak diserap tadi akan didorong keluar melalui anus
dan terjadilah diare.
Menurut Departemen Kesehatan RI, 2007 faktor resiko yang menyebabkan
beratnya disentri antara lain : gizi kurang, usia sangat muda, tidak mendapat ASI,
menderita campak dalam 6 bulan terakhir, mengalami dehidrasi serta bakteri
Shigellayang menghasilkan toksin dan atau resisten ganda terhadap antibiotik.
Pemberian antibiotika dimana kuman penyebab telah resisten terhadap antibiotika
tersebut akan memperberat manifestasi klinis dan memperlambat sekresi kuman
penyebab dalam feses penderita.
Shigella menghasilkan sekelompok eksotoksin yang dinamakan
shigatoxin(St), kelompok toksin ini mempunyai 3 efek : neurotoksik, sitotoksik, dan
enterotoksik Infeksi Shigella dysentery dan shigella flexneri menurunkan imunitas,
antaralain disebabkan peningkatan aktifitas sel T supresor dan penekanan
kemampuan fatogositosis makrofag. Infeksi Shigella menimbulkan kehilangan
protein melalui usus yang tercermin dengan munculnya hipoalbuminemia juga
disertai penurunan nafsu makan. Rangkaian pathogenesis ini akan mempermudah
munculnya Kurang Energi Protein (KEP) dan infeksi sekunder.
Referensi : World Health Organization WHO (2017).Diarrhoel Disease.The United
Nasions Children’s Fund UNICEF (2018).
Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare Edisi ketiga, Depkes RI, Direktorat Jenderal
PPM dan PL tahun 2007
d. Mifhaul hanipa
Dasar dari semua diare adalah gangguan transportasi larutan usus, perpindahan air
melalui membran usus berlangsung secara pasif dan hal ini ditentukan oleh aliran
larutan secara aktif maupun pasif, terutama natrium, klorida, dan glukosa
Referensi :
Suriadi, Rita Yuliani., 2006, Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2. Jakarta :
Sagung setia.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, Jakarta : EGC.
Alimul aziz, 2006. Pengantar ilmu keperawatan anak, Surabaya: salemba Medika.
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
Kampus II Jln. Mayjend Bambang Soegeng Mertoyudan Magelang 56172
Telp (0293) 326945 web: www.ummgl.ac.id email:tatausahafikes@gmail.com
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Kelompok 6

Semester/Tingkat : 4/2

Tempat Praktek :

Tanggal Pengkajian : 3 Okter 2011

DATA KLIEN

A. DATA UMUM
1. Nama inisial klien : An. Vf
2. Umur : 32 hari
3. Alamat : Ciputat
4. Agama : Islam
5. Tanggal masuk RS/RB : 2 September 2011
6. Nomor Rekam Medis : 1229001
7. Bangsal : IKA 1

B. PENGKAJIAN 13 DOMAIN NANDA


1. HEALTH PROMOTION
a. Kesehatan Umum:
- Alasan masuk rumah sakit:
An. Vf mengalami diare sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit 5-6 kali
sehari, konsisten cair, ada ampas, berwarna kuning, ada lender, bau amoniak,
tampak darah dalam feses serta sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit
disertai muntah dan tidak demam
- Tekanan darah : mmHg
- Nadi : 110 x/ menit
- Suhu : 36,70C
- Respirasi : 26 x/ menit
b. Riwayat masa lalu (penyakit, kecelakaan,dll):
Tidak mempunyai riwayat penyakit masa lalu

c. Riwayat pengobatan
No Nama obat/jamu Dosis Keterangan

1.

2.

d. Kemampuan mengontrol kesehatan:


- Yang dilakukan bila sakit : Ibu dari An. Vf membawa ke rumah sakit terdekat.
- Pola hidup (konsumsi/alkohol/olah raga, dll)
Tidak mengkonsumsi alkohol
e. Faktor sosial ekonomi (penghasilan/asuransi kesehatan, dll):
Ibu dari An. Vf berpenghasilan 3 juta/bulan
f. Pengobatan sekarang:
No Nama obat Dosis Manfaat Keterangan

1. Infus 2A/DS ½ Infus


mikrodrip
2. Zinkin 1 x 10 mg Peroral

3. Probi 2 x 1,5 Peroral


sachet
4. Saline 500 cc/jam

2. NUTRITION
a. A (Antropometri) meliputi BB, TB, LK, LD, LILA, IMT:
1) BB biasanya: BB awal 3,5 kg dan BB terakhir 3 kg
2) Tinggi Badan : 50 cm
IMT : usia tahun x 2) + 8 = (1/12 x 2) + 8 = 1/6 + 8 = 8,17
b. B (Biochemical) meliputi data laboratorium yang abormal:
Hb: 8,4 g/dl
Eritrosit : 2,9 juta/dl
Ht: 26%
c. C (Clinical) meliputi tanda-tanda klinis rambut, turgor kulit, mukosa bibir,
conjungtiva anemis/tidak:
Rambut : Hitam
Konjungtiva : Anemis
Mukosa bibir : Kering
Turgor kulit : Baik
d. D (Diet) meliputi nafsu, jenis, frekuensi makanan yang diberikan selama di rumah
sakit:
An. Vf hanya diberi susu formula
e. E (Enegy) meliputi kemampuan klien dalam beraktifitas selama di rumah sakit:
An Vf dalam aktifitas masih dalam pengawasan Ibunya karena An Vf masih
berusia 32 hari
f. F (Factor) meliputi penyebab masalah nutrisi: (kemampuan menelan,
mengunyah,dll) :
An. Vf mengalami gangguan dalam menelan sebab saat Ibu An. Vf memberi ASI,
An. Vf tidak mau menghisap.
g. Cairan masuk

Infus : ½ saline 500 cc/24 jam : 250 cc/24jam


Cairan : 150 cc
Air metabolisme : 8 cc/kgBB/hari
h. Cairan keluar
Urine : tidak terkaji karena menggunakan popok
Muntah : 200 cc
IWL : (30- Usia (tahun)) x cc/kgBB/hari
: (30- 1/12) x 8 cc/3 kg/24 jam
: 718cc/3kg/24 jam = 239cc/kg/24 jam
i. Penilaian Status Cairan (balance cairan)

Cairan masuk – Cairan keluar = 408 cc – 439 = -31

j. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Tidak ada jejas
Auskultasi : bising usus 13x/menit
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Timpani

3. ELIMINATION
a. Sistem Urinary
1) Pola pembuangan urine (Frekuensi , jumlah, ketidaknyamanan)
An. Vf menggunakan popok
2) Riwayat kelainan kandung kemih
An. Vf tidak mempunyai riwayat kandung kemih
3) Pola urine (jumlah, warna, kekentalan, bau)
Wrna urin kuning jernih, bau khas urin
4) Distensi kandung kemih/retensi urine
An. Vf tidak mempunyai distensi kandung kemih atau retensi urine
b. Sistem Gastrointestinal
1) Pola eliminasi
An. Vf BAB 5 x sehari berlendir, tampak darah dalam feses
2) Konstipasi dan faktor penyebab konstipasi
An. Vf tidak mengalami konstipasi
c. Sistem Integument
1) Kulit (integritas kulit / hidrasi/ turgor /warna/suhu)
Disekitar Mulut An. Vf terdapat keputihan di sekitar bibir, turgor kulit pada n.
Vf elastis, warna sawo matang, Suhu 36,7 C.

4. ACTIVITY/REST
a. Istirahat/tidur
1) Jam tidur : Kurang dari 4 jam
2) Insomnia : tidak mengalami insomnia
3) Pertolongan untuk merangsang tidur:
An. Vf tidak dilakukan rangsangan tidur
b. Aktivitas
1) Pekerjaan : Belum bekerja
2) Kebiasaan olah raga : Belum berolahraga
3) ADL
a) Makan : Dibantu orang tua
b) Toileting : Dibantu orang tua
c) Kebersihan : Dibantu orang tua
d) Berpakaian : Dibantu orang tua
4) Bantuan ADL :
5) Kekuatan otot :
5 5

5 5

6) ROM : Pasif
7) Resiko untuk cidera : Tidak ada
c. Cardio respons
1) Penyakit jantung : Tidak ada penyakit jantung
2) Edema esktremitas : Tidak ada edema esktremitas
3) Tekanan darah dan nadi
a) Berbaring :-
b) Duduk :-
4) Tekanan vena jugularis:
Tidak Terkaji
5) Pemeriksaan jantung
a) Inspeksi : Tidak ada jejas
b) Palpasi : Tidak terdapat gumpalan pada area jantung
c) Perkusi : Redup
d) Auskultasi : S1 dan S2 terdengar reguler

d. Pulmonary respon
1) Penyakit sistem nafas : Tidak mengalami gangguan sistem nafas
2) Penggunaan O2 : An. Vf tidak menggunkan alat bantu saat bernafas
3) Kemampuan bernafas : Kemampuan bernafas An. Vf normal
4) Gangguan pernafasan (batuk, suara nafas, sputum, dll)
An. Vf tidak mengalami gangguan pernafasan
5) Pemeriksaan paru-paru
a) Inspeksi : Bentuk dada Simetris
b) Palpasi : Ekspansi dada normal
c) Perkusi : Sonor
d) Auskultasi : Normal

5. PERCEPTION/COGNITION
a. Orientasi/kognisi
1) Tingkat pendidikan : Tidak terkaji
2) Kurang pengetahuan : Ibu dari An. Vf mengetahui tentang kondisi
anaknya
3) Pengetahuan tentang penyakit: Ibu dari An. Vf mengetahui tentang penyakit
anaknya
4) Orientasi (waktu, tempat, orang) : Cukup
b. Sensasi/persepi
1) Riwayat penyakit jantung : An Vf tidak mempunyai riwayat penyakit
jantung
2) Sakit kepala : An. Vf tidak sakit kepala
3) Penggunaan alat bantu : An. Vf tidak menggunakan alat bantu
4) Penginderaan : Baik
c. Communication
1) Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia
2) Kesulitan berkomunikasi : An. Vf mengalami kesulitan dalam
berkomunikasi

6. SELF PERCEPTION
a. Self-concept/self-esteem
1) Perasaan cemas/takut : An.V terlihat rewel dan menangis terus
2) Perasaan putus asa/kehilangan: Ibu tidak merasa putus asa karena sudah
berusaha agar An.V mau untuk menyusu ASI
3) Keinginan untuk mencederai : Tidak ada keinginan untuk mencederai
4) Adanya luka/cacat : Tidak ada luka atau cacat

7. ROLE RELATIONSHIP
a. Peranan hubungan
1) Status hubungan : Anak
2) Orang terdekat : Ibu
3) Perubahan konflik/peran : Tidak ada perubahan konflik peran
4) Perubahan gaya hidup : Tidak ada perubahan gaya hidup
5) Interaksi dengan orang lain : Tidak ada perubahan interaksi dengan orang
lain.
6)
8. SEXUALITY
a. Identitas seksual
1) Masalah/disfungsi seksual : Tidak ada masalah disfungsi seksual
2) Periode menstruasi : Tidak ada
3) Metode KB yang digunakan : Tidak ada
4) Pemeriksaan SADARI : Tidak ada
5) Pemeriksaan papsmear : Tidak ada

9. COPING/STRESS TOLERANCE
a. Coping respon
1) Rasa sedih/takut/cemas : Ibu An.V merasa cemas akan kondisi anaknya
yang tidak mau menyusu ASI
2) Kemampan untuk mengatasi : Ibu An.V mengatasinya dengan berdoa dan
berusaha agar An.V mau untuk menyusu
3) Perilaku yang menampakkan cemas ; Ibu An.V cemas saat An.V tidak mau
menyusu ASI

10. LIFE PRINCIPLES


a. Nilai kepercayaan
1) Kegiatan keagamaan yang diikuti : Tidak ada
2) Kemampuan untuk berpartisipasi : Tidak ada
3) Kegiatan kebudayaan : Tidak ada
4) Kemampuan memecahkan masalah : Ibu An.V berdoa agar anak bisa di
berikan kesembuhan

11. SAFETY/PROTECTION
a. Alergi : An.V tidak mempunyai alergi
b. Penyakit autoimune : An.V tidak mempunyai penyakit
autoimune
c. Tanda infeksi : An.A tidak mempunyai tanda-tanda
infeksi
d. Gangguan thermoregulasi : An.A tidak mengalami gangguan
thermoregulasi
e. Gangguan/resiko (komplikasi immobilisasi, jatuh, aspirasi, disfungsi neurovaskuler
peripheral, kondisi hipertensi, pendarahan, hipoglikemia, Sindrome disuse, gaya
hidup yang tetap)
Tidak ada gangguan thermoregulasi

12. COMFORT
a. Kenyamanan/Nyeri
1) Provokes (yang menimbulkan nyeri) :
2) Quality (bagaimana kualitasnya) :
3) Regio (dimana letaknya) :
4) Scala (berapa skalanya) :
5) Time (waktu) :
b. Rasa tidak nyaman lainnya : An.A menangis saat BAB
c. Gejala yang menyertai :

13. GROWTH/DEVELOPMENT
a. Pertumbuhan dan perkembangan : Tidak ada
b. DDST (Form dilampirkan) : Tidak ada
c. Terapi Bermain (SAB dilampirkan)
C. DATA LABORATORIUM

Tanggal & Jenis Hasil Harga Interpretasi


Satuan
Jam Pemeriksaan Pemeriksaan Normal
2 Oktober HB 8,4 g/dl 11-14 g/dl
2011 Ht 26 % 35-47
Eritrosit 2,9 juta/dl 42-46
ANALISA DATA

NO DATA
Tgl/Hari DATA SUBJEKTIF (GEJALA) DATA OBJEKTIF (TANDA)
1. DS : DO :
- Diare selama 3 hari sehari 5-6 x - Konsistensi cairan
- Bayi hanya diberi susu formula - Putting ibu tampak menonjol dan
- ASI hanya keluar sedikit kecil
- Bayi tidak mau menyusu pada - ASI tampak keluar sedikit
putting ibu
2. DS : DO :
- Keluarga px mengatakan An VF - Konjungtiva anemis
mengalami diare selama 3 hari 5-6 - Keputihan pada lidah dan
X/ hari konsistensi cair, warna - Konsistensi cairan
kehitaman da nada ampas - Tampak darah dalam feses
- Keluarga Pasien An. VF muntah
dan demam

3. DS : DO :
- Ibu anak mengatakan An Vf tidak - Terdapat keputihan sekitar lidah
mau minum ASI karena putting dan
ibu kecil - BB bayi turun dari 3,5 kg- 3kg
- Tampak darah dalam feses
DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO Tgl/Hari Symptom Etiologi Problem Prioritas


1. DS : Penyalahgunaan Diare 1
- Diare selama 3 hari sehari Laksatif
5-6 x
- Bayi hanya diberi susu
formula
- ASI hanya keluar sedikit
- Bayi tidak mau menyusu
pada putting ibu
DO :
- Konsistensi feses cair

2. DS : Hambatan mengatasi Defisien Volume 2


- Keluarga px mengatakan cairan Cairan
An VF mengalami diare
selama 3 hari 5-6 X/ hari
konsistensi cair, warna
kehitaman da nada ampas
- Keluarga Pasien An. VF
muntah dan tidak demam
DO :
- Konjungtiva anemis
- Keputihan pada lidah dan
palatum
- Konsistensi feses cair
- Tampak darah dalam feses
3. DS : Asupan Cairan Ketidakseimbangan 3
- Ibu mengatakan An Vf nutrisi kurang dari
tidak mau minum ASI kebutuhan tubuh
karena putting ibu kecil.
- Ibu An Vf BAB
konsistensi cair
DO :
- Terdapat keputihan sekitar
lidah dan palatum
- BB bayi turun dari 3,5 kg-
3kg
INTERVENSI KEPERAWATAN

No Tanggal Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi (NIC) Rasional


dan jam Keperawatan Hasil (NOC)
1. 2 Diare Berhubungan Setelah dilakukan - Monitor tanda Untuk mengetahui
vital sign
oktober dengan tindakan keperawatan Tanda tanda vital
2011 penyalahgunaan selama 3x24 jam diare pada anak
laktasif berhubungan dengan
penyalahgunaan Untuk
- Berikan kompres
laktasif dapat segera mengurangi nyeri
hangat pada perut
teratasi dengan apabila diare
bayi
kriteria hasil : secara terus
1.Keparahan Bayi menerus
baru lahir 0708
-Diare berkurang dari Untuk mengetahui
- Kaji frekuensi
(1-4) frekuensi muntah
muntah dan diare
-Muntah berkurang dan diare pada
dari (3-1) anak
-Menangis berkurang
dari (4-3)
2. 2 Defisien Volume Setelah dilakukan - Monitor vital Untuk mengetahui
oktober Cairan tindakan keperawatan sign setiap 15 Tanda tanda vital
2011 berhubungan selama 3x24 jam diare menit – 1 jam pada anak
dengan hambatan berhubungan dengan
mengatasi cairan penyalahgunaan - Pertahankan Untuk memenuhi
laktasif dapat segera catatan intake kebutuhan cairan
teratasi dengan dan output yang pada bayi
kriteria hasil : akurat
1. Hidrasi (0602) :
- Kehilangan - Monitor status Untuk mengetahui
BB (4-2) hidrasi ( status cairan pda
- Diare (1-4) kelembaban bayi
membran
mukosa, nadi
adekuat,
tekanan darah
ortostatik ), jika
diperlukan
- Kolaborasi Untuk pemenuhan
pemberian kebutuhan cairan
cairan IV pasien

3. 2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan - Monitor status - Untuk


oktober nutrisi kurang dari tindakan keperawatan hidrasi (misalnya, mengetahui
2011 kebutuhan tubuh selama 2x24 jam diare membrane pasien
berhubungan berhubungan dengan mukosa lembab, mengalami
dengan asupan penyalahgunaan denyut nadi dehidrasi atau
cairan laktasif dapat segera adekuat, tekanan tidak
teratasi dengan darah ortostatik) mengalami
kriteria hasil : dehidrasi
1. Status Nutrisi bayi
1020 - Berikan terapi Iv - Untuk
- Intake nutrisi yang sudah di mengganti
terpenuhi dari (1-3) tentukan kebutuhan
- Intake cairan cairan
intravena terpenuhi pasien
dari (1-3)
- Anjurkan ibu - Untuk
untuk mengganti
memberikan ASI kebutuhan
sedikit tapi sering nutrisi dan
cairan
pada bayi

- Untuk
- Berikan pijat melancark
Oksitosin pada an
ibu produksi
ASI pada
ibu

- Kolaborasi - Untuk
dengan dokter membantu
tentang mengatasi
pemberian obat kebutuhan
nutrisi dan
cairan
pasien
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Inisial : An.VF Diagnosa Medis :


Nomor Rekam Medis : 2256677 Bangsal : IKA 1
No Tanggal Diagnosa Implementasi Respon (Data Subyektif Paraf
dan jam keperawatan dan Obyektif)

1. 3 Diare Berhubungan - Monitor tanda S : ibu pasien


vital sign
oktober dengan mengatakan anak
2011 penyalahgunaan masih rewel
08.00 laktasif O
Nadi : 110 x/ menit
Suhu : 36,70C
Respirasi : 26 x/
menit
- Berikan kompres
S : ibubayi
hangat pada perut
mengatakan anak
bayi
sedikit tenang
O : bayi terlihat rileks
- Kaji frekuensi
dan tenang
muntah dan diare

S : ibu bayi
mengatakan bayi
sudah tidak muntah
O : frekuensi diare 4-
5x
2. 3 Defisien Volume - Monitor vital S : ibu pasien
oktober Cairan sign setiap 15 mengatakan anak
2011 berhubungan menit – 1 jam masih rewel
08.00 dengan hambatan O:
mengatasi cairan Nadi : 110 x/ menit
Suhu : 36,70C
Respirasi : 26 x/
- Pertahankan menit
catatan intake S : bayi masih
dan output yang menangisdan tidak
akurat mau disusui ibu
O : pemberian caira
secara parenteral

- Monitor status S :ibu pasien


hidrasi ( mengatakan anak
kelembaban maih tidak mau
membran minum ASI
mukosa, nadi O : membrane
adekuat, mukosa kering, N :
tekanan darah 110/menit
ortostatik ), jika
diperlukan

- Kolaborasi S : ibu bayi


pemberian mengatakan ASI
cairan IV hanya keluar sedikit
O : cairan IV di
berikan secara
parenteral
3. 3 Ketidakseimbangan - Monitor status S :ibu pasien
oktober nutrisi kurang dari hidrasi (misalnya, mengatakan anak
2011 kebutuhan tubuh membrane maih tidak mau
08.00 berhubungan mukosa lembab, minum ASI
dengan asupan denyut nadi O : membrane
cairan adekuat, tekanan mukosa kering, N :
darah ortostatik) 110/menit

- Berikan terapi Iv S : ibu bayi


yang sudah di mengatakan ASI
tentukan hanya keluar sedikit
O : cairan IV di
berikan secara
parenteral berupa
mikrodrip 2A/DS ½
saline 500 cc/24 jam

- Anjurkan ibu S : ibu bayi


untuk mengatakan ASI
memberikan ASI hanya kelur sedikit
sedikit tapi sering O : putting ibu terlihat
kecil menonjol dan
ASI hanya keluar
sedikit

- Berikan pijat S : ibu mengatakan


Oksitosin pada cemas karena tidak
ibu bisa menyusui
anaknya
O : ASI yang keluar
masih sedikit

- Kolaborasi S : ibu mengataka


dengan dokter anak blm mau
tentang menyusui
pemberian obat O : terapi obat Zinkin
1 x10 mg peroral,
Probi 2 x 1,5 sachet
peroral
4. 4 Diare Berhubungan - Monitor tanda S : ibu pasien
vital sign
oktober dengan mengatakan anak
2011 penyalahgunaan sudah tidak rewel
08.00 laktasif O
Nadi : 110 x/ menit
Suhu : 36,70C
Respirasi : 26 x/
menit

- Berikan kompres
S : ibubayi
hangat pada perut
mengatakan anak
bayi
sedikit tenang
O : bayi terlihat rileks
dan tenang

- Kaji frekuensi
S : ibu bayi
muntah dan diare
mengatakan bayi
sudah tidak muntah
O : frekuensi diare 3
-4x
5. 4 Defisien Volume S : bayi sedikit mau
oktober Cairan - Pertahankan disusui ibu
2011 berhubungan catatan intake O : pemberian cairan
08.00 dengan hambatan dan output yang secara parenteral
mengatasi cairan akurat

- Monitor status S :ibu pasien


hidrasi ( mengatakan mau
kelembaban minum ASI walapun
membran sebentar
mukosa, nadi O : membrane
adekuat, mukosa kering, N :
tekanan darah 110/menit
ortostatik ), jika
diperlukan

- Kolaborasi S : ibu bayi


pemberian mengatakan ASI
cairan IV hanya keluar sedikit
O : cairan IV di
berikan secara
parenteral
6. 4 Ketidakseimbangan - Monitor status S : ibu pasien
oktober nutrisi kurang dari hidrasi (misalnya, mengatakan anak mau
2011 kebutuhan tubuh membrane minum ASI
08.00 berhubungan mukosa lembab, O : membrane
dengan asupan denyut nadi mukosa kering, N :
cairan adekuat, tekanan 110/menit
darah ortostatik)

- Berikan terapi Iv S : ibu bayi


yang sudah di mengatakan ASI
tentukan hanya keluar sedikit
O : cairan IV di
berikan secara
parenteral berupa
mikrodrip 2A/DS ½
saline 500 cc/24 jam

- Anjurkan ibu S : ibu bayi


untuk mengatakan ASI
memberikan ASI hanya keluar sedikit
sedikit tapi sering O : putting ibu terlihat
kecil menonjol dan
ASI hanya keluar
sedikit

- Berikan pijat S : ibu mengatakan


Oksitosin pada cemas karena tidak
ibu bisa menyusui
anaknya
O : ASI yang keluar
masih sedikit

- Kolaborasi S : ibu mengataka


dengan dokter anak blm mau
tentang menyusui
pemberian obat O : terapi obat Zinkin
1 x10 mg peroral,
Probi 2 x 1,5 sachet
peroral
7. 5 Diare Berhubungan - Monitor tanda S : ibu pasien
vital sign
oktober dengan mengatakan anak
2011 penyalahgunaan sudah tidak rewel
08.00 laktasif O
Nadi : 114 x/ menit
Suhu : 36,00C
Respirasi : 26 x/
menit

S : ibu bayi
- Kaji frekuensi
mengatakan bayi
muntah dan diare
sudah tidak muntah
O : frekuensi diare 2
- 3x
8. 5 Defisien Volume S : bayi sedikit mau
oktober Cairan - Pertahankan disusui ibu
2011 berhubungan catatan intake O : pemberian cairan
08.00 dengan hambatan dan output yang secara parenteral
mengatasi cairan akurat

- Monitor status S :ibu pasien


hidrasi ( mengatakan mau
kelembaban minum ASI walapun
membran sebentar
mukosa, nadi O : membrane
adekuat, mukosa kering, N :
tekanan darah 110/menit
ortostatik ), jika
diperlukan

- Kolaborasi S : ibu bayi


pemberian mengatakan ASI
cairan IV hanya keluar sedikit
O : cairan IV di
berikan secara
parenteral
9. 5 Ketidakseimbangan S : ibu pasien
oktober nutrisi kurang dari - Berikan terapi Iv mengatakan anak mau
2011 kebutuhan tubuh yang sudah di minum ASI
08.00 berhubungan tentukan O : membrane
dengan asupan mukosa kering, N :
cairan 114/menit

- Berikan pijat S : ibu mengatakan


Oksitosin pada cemas karena tidak
ibu bisa menyusui
anaknya
O : ASI yang keluar
masih sedikit

- Kolaborasi S : ibu mengataka


dengan dokter anak blm mau
tentang menyusui
pemberian obat O : terapi obat Zinkin
1 x10 mg peroral,
Probi 2 x 1,5 sachet
peroral
EVALUASI
Nama Inisial : An.VF Diagnosa Medis :
Nomor Rekam Medis : 2256677 Bangsal : IKA 1

No Tanggal Diagnosa Evaluasi Paraf


dan jam Keperawatan (Subjective,Objective,AssessmentAnalysis,Plan)
1. 3 Diare Berhubungan S : Ibu An. Vf mengatakan anak masih rewel
oktober dengan O : Pasien tampak masih rewel
2011 penyalahgunaan - Nadi : 110 x/ menit
08.00 laktasif - Suhu : 36,70C
- Respirasi : 26 x/ menit
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Interfensi
- Monitor tanda vital sign
- Berikan kompres hangat pada perut bayi
- Kaji frekuensi muntah dan diare
2. 3 Defisien Volume S : Ibu An. Vf mengatakan anak masih rewel serta Ibu
oktober Cairan An. Vf mengatakan anak tidak mau disusui ASI
2011 berhubungan O : Pasien tampak masih rewel
08.00 dengan hambatan - Nadi : 110 x/ menit
mengatasi cairan - Suhu : 36,70C
- Respirasi : 26 x/ menit
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Monitor vital sign setiap 15 menit – 1 jam
- Pertahankan catatan intake dan output yang
akurat
- Monitor status hidrasi ( kelembaban membran
mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik),
jika diperlukan
- Kolaborasi pemberian cairan IV
3. 3 Ketidakseimbangan S : Ibu An. Vf mengatakan anak masih tidak mau
oktober nutrisi kurang dari minum ASI
2011 kebutuhan tubuh O : membrane mukosa An. Vf tampak kering
08.00 berhubungan - Nadi : 110 x/ menit
dengan asupan - Suhu : 36,70C
cairan - Respirasi : 26 x/ menit
A : Masalah Belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Monitor status hidrasi (misalnya, membrane
mukosa lembab, denyut nadi adekuat, tekanan
darah ortostatik)
- Berikan terapi Iv yang sudah di tentukan
- Anjurkan ibu untuk memberikan ASI sedikit tapi
sering
- Berikan pijat Oksitosin pada ibu
- Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat

4. 4 Diare Berhubungan S : Ibu An. Vf mengatakan anak sudah tidak rewel dan
oktober dengan sudah tidak muntah
2011 penyalahgunaan O : An. Vf terlihat rileks dan tenang, Frekuensi diare
laktasif An. Vf 3-4 x
- Nadi : 110 x/ menit
- Suhu : 36,70C
- Respirasi : 26 x/ menit
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Monitor tanda vital sign
- Berikan kompres hangat pada perut bayi
- Kaji frekuensi muntah dan diare

S : Ibu An. Vf mengatakan bayi sedikit mau disusui


5. 4 Defisien Volume
serta Ibu An. Vf mengatakan ASI hanya keluar sedikit
oktober Cairan
O : tampak pemberian cairan secara parenteral,
2011 berhubungan membrane mukosa kering
dengan hambatan - Nadi : 110 x/ menit
mengatasi cairan - Suhu : 36,70C
- Respirasi : 26 x/ menit
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Pertahankan catatan intake dan output yang
akurat
- Monitor status hidrasi ( kelembaban membran
mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik),
- Kolaborasi pemberian cairan IV
6. 4 Ketidakseimbangan S : Ibu An. Vf mengatakan anak mau minum ASI, Ibu
oktober nutrisi kurang dari mengatakan ASI hanya keluar sedikit, serta Ibu
2011 kebutuhan tubuh mengatakan cemas karena tidak bisa menyusui anak.
berhubungan O : membrane mukosa kering, Nampak pemberian
dengan asupan cairan IV secara parental.
cairan - Nadi : 110 x/ menit
- Suhu : 36,70C
- Respirasi : 26 x/ menit
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Monitor status hidrasi (misalnya, membrane
mukosa lembab, denyut nadi adekuat, tekanan
darah ortostatik)
- Berikan terapi Iv yang sudah di tentukan
- Anjurkan ibu untuk memberikan ASI sedikit tapi
sering
- Berikan pijat Oksitosin pada ibu
- Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian
obat
7. 5 Diare Berhubungan S : Ibu An. Vf mengatakan anak sudah tidak rewel serta
Oktober dengan mengatakan bayi sudah tidak rewel
2011 penyalahgunaan O : Frekuensi diare 2-3 x
laktasif - Nadi : 114 x/ menit
- Suhu : 36,00C
- Respirasi : 26 x/ menit
A : Masalah Belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Monitor tanda vital sign
- Kaji frekuensi muntah dan diare

8. 5 Defisien Volume S : Ibu An. Vf mengatakan bayi sedikit mau disusui


Oktober Cairan serta mengatakan mau minum ASI walapun sebentar
2011 berhubungan O : pemberian cairan secara parenteral, memberan
dengan hambatan mukosa bibir kering
mengatasi cairan A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Pertahankan catatan intake dan output yang
akurat
- Monitor status hidrasi ( kelembaban membran
mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik )
- Kolaborasi pemberian cairan IV
9. 5 Ketidakseimbangan S : Ibu An. Vf mengatakan anak mau minum ASI, ibu
Oktober nutrisi kurang dari mengatakan cemas karena tidak bisa menyusui anaknya
2011 kebutuhan tubuh O : membrane mukosa kering, N : 114/menit, terapi
berhubungan obat Zinkin 1 x10 mg peroral, Probi 2 x 1,5 sachet
dengan asupan peroral
cairan A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi intervensi
- Berikan terapi Iv yang sudah di tentukan
- Berikan pijat Oksitosin pada ibu
- Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian
obat

Anda mungkin juga menyukai