Anda di halaman 1dari 5

Resa Masela K.

13/349658/EK/19545

SUMMARY TEORI AKUNTANSI


CHAPTER 9 – UNIFORMITY AND DISCLOSURE

A. APA YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN METODE AKUNTANSI?


Chapter ini berfokus untuk membatasi pilihan metode akuntansi yang untuk suatu
kejadian atau sebuah transaksi yang sama. Contohnya adalah pemilihan antara LIFO dan FIFO,
straight line dan accelerate depreciation method, dan purchase dan pooling of interests. Lalu,
apa yang menyebabkan sebuah perusahaan memilih sebuah metode akuntansi? Field, Lys, dan
Vincent mengungkapkan bahwa terdapat 3 alasan yang mendasari pilihan manajemen: (1)
meminimalisir agency cost; (2) signaling kepada pihak luar tentang informasi yang ingin
disampaikan oleh manajemen; (3) berkaitan dengan eksternalitas. Pemilihan metode akuntansi
bukan disebabkan karena metode tersebut menggambarkan realitas ekonomi sebenarnya secara
lebih akurat, namun karena adanya konsekuensi ekonomi yang mempengaruhi situasi agency
yang mendasari pemilihan tersebut.

(1) Meminimalisir agency cost


Contoh: perusahaan memilih operating lease dari pada capital lease, sebab biaya leasing
akan dicatat sebagai operating expense sehingga tidak mempengaruhi pos aset dan utang
pada balance sheet.
(2) Signaling
Contoh: manajemen dapat memilih metode akuntansi yang akan memberikan informasi
kepada pemegang saham tentang future cash flow. Tentu saja, pemilihan metode tersebut
tidak terlepas dari upaya manajemen untuk meningkatkan gaji dan bonus.
(3) Eksternalitas
Contoh: eksternalitas dalam konteks ini adalah upayaa manajemen untuk mempengaruhi
pihak eksternal. Contohnya, manajemen lebih memilih metode LIFO untuk meminimalisir
pajak penghasilan.

B. UNIFORMITY
Pada literatur akuntansi, konsep uniformity seringkali tampak tumpang tindih dengan
konsep comparability. Uniformity dipandang sebagai konsep yang mempengaruhi
comparability. Karena comparability terhubung dengan uniformity, tingkat komparabilitas
yang dapat dipercaya oleh user tergantung pada tingkat uniformity yang ada pada laporan
keuangan.
Menurut SFAC No. 8, comparability adalah karakteristik kualitatif yang
memungkinkan user untuk mengidentifikasi dan memahami persamaan dan perbedaan antar
item. Langkah awal untuk menilai uniformity adalah dengan menganalisis kejadian yang
terjadi.

Sifat dan Kompleksitas Kejadian


Transaksi merupakan kejadian ekonomi atau finansial yang dicatat dalam akun
perusahaan. Kejadian (events) didefinisikan dalam SFAC No. 6 sebagai “terjadinya
konsekuensi pada sebuah entitas”. Transaksi dapat terjadi secara eksternal (dengan pihak luar
perusahaan, misalnya customer dan supplier), namun juga terjadi dalam internal perusahaan.
Seluruh traansaksi yang terjadi harus dicatat oleh perusahaan. Aspek dari kejadian yang harus
dipertimbaangkan adalah tingkat kompleksitasnya. Pada lingkungan bisnis yang kompleks,
maka suatu event disertai oleh batasan dan kondisi yang kompleks. Contoh kompleksitas event
dalam sebuah situasi adalah: kontrak pembangunan jangka panjang dimana tidak adanya
Resa Masela K. 13/349658/EK/19545

kepastian pembayaran. Namun, ada banyak pula kejadian yang tidak memiliki variabel
ekonomi signifikan yang menyebabkan perbedaan pencatatan. Kejadian tersebut disebut
dengan simple events. Contoh: pembayaran tanpa adanya diskon.
Ada beberapa transaksi kompleks yang dapat diatasi dengan mudah. Contoh dari
kejadian kompleks tersebut adalah ketika pembeli membayar biaya angkut. Ketika pembeli
yang membayar, maka biaya tersebut akan termasuk dalam nilai aset bukan biaya. Apabila
penjual yang membayar, maka biaya tersebut akan menjadi biaya angkut. Terdapat banyak
kejadian kompleks yang jauh lebih rumit dari pada contoh tersebut, dan disebut sebagai effect
of circumstances atau relevant circumstances yang rumit.

Relevant Circumstances: Meskipun dalam suatu variabel terdapat perbedaan ekonomi di antara
kejadian yang relatif sama, bagaimapun juga, tetap saja ada perbedaan. Contoh: dalam kasus
leasing, seluruh elemen yang masuk dalam pertimbangan dicantumkan dalam kontak. Oleh
karena itu, seluruh elemen tersebut diketahui pada awal leasing.

Terminology of Relevance: Relevant circumstance merupakan suatu keadaan signifikan yang


secara ekonomi dapat mempengaruhi suatu kejadian yang serupa. Terdapat 2 jenis relevant
circumstances: (1) Present magnitude  kondisi yang diketahui pada saat terjadinya suatu
event, contoh: prosentase kepemilikan saham di perusahaan lain; (2) Future contingencies 
faktor-faktor yang diketahui setelahnya, contoh: pola penggunaan dan manfaat aset tetap
(meskipun kita dapat menentukan pola penggunaannya, namun peristiwa-peristiwa di masa
yang akan datang dapat mengubah pola tersebut).

The Role of Management in Relevant Circumstances: Relevant circumstance memiliki aspek


penting dalam masalah uniformity, sehingga muncul pertanyaan mengenai apakah manajemen
harus mempunyai pilihan dalam menentukan relevant circumstance (situasi relevan) tersebut.
Pemilihan situasi yang dilakukan oleh manajemen mungkin dapat dikatakan valid. Namun,
pemilihan tersebut mungkin juga dipengaruhi oleh berbagai motif, misalnya memaksimalkan
laba jangka pendek untuk memperoleh kompensasi, meminimalisir laba jangka pendek untuk
menghindari intervensi pemerintah, smoothing income jika investor lebih puas dengan
perusahaan yang memiliki risiko rendah dari pada perusahaan yang memiliki pendapatan
fluktuatif. Karena manajemen memiliki potensi untuk mendistorsi pengukuran pendapatan,
maka Cadenhead mendukung untuk membatasi relevant circumstance menjadi elemen yang
ada di dalam kendali manajemen, yang disebut sebagai environmental condition.
Environmental condition berbeda antara perusahaan satu dan lainnya sehingga dapat
menyebabkan pengukuran cost yang berlebihan, atau tingkat verifiabilitas yang rendah 
tergantung pada metode akuntansi yang digunakan. Jika environmental condition memiliki
salah satu dari kedua kualitas tersebut, maka kondisi tersebut disebut circumstantial variable.

Finite dan Rigid Uniformity


Uniformity mempengaruhi comparability. Terdapat dua jenis uniformity:
1. Finite Uniformity : berusaha untuk menyamakan metode akuntansi dengan relevant
circumstance pada situasi yang secara umum sama atau mirip. Finite dalam konteks ini
Resa Masela K. 13/349658/EK/19545

berarti terbatas. Contoh: SFAS No. 3  jika lessee memiliki long term lease sebesar
75% atau lebih dari estimasi usia ekonomis aset, maka aset tersebut harus dikapitalisasi.
Karena menentukan kriteria yang layak untuk dijadikan sebagai relevant
circumstance, maka terdapat alternatif jenis uniformity yang disebut sebagai rigid
uniformity.

2. Rigid Uniformity : menentukan suatu metode untuk semua transaksi yang serupa tanpa
memperhatikan relevant circumstance. Contoh: SFAS No. 2  Seluruh R&D cost
harus di-expense dengan segera, tanpa perlu adanya judgement, walaupun ada
kemungkinan untuk munculnya future benefit.
Namun, dalam kenyataannya, meningkatkan comparability dapat bersifat
counterproductive, yang berarti dapat merusak atau memperlemah relevansi atau
reliabilitas. Jika ingin mempertahankan komparabilitas antara dua ukuran, maka salah
satunya harus diperoleh dengan metode yang menghasilkan informasi yang kurang
relevan atau reliable.

Finite uniformity lebih representationally faithful daripada rigid uniformity.


Contohnya, apabila sebuah aset tetap digunakan secara penuh pada tahun-tahun awal
kepemilikan, maka penggunaan metode depresiasi akselerasi lebih faithful representation
daripada metode garis lurus. Pendekatan finite uniformity lebih relevan untuk digunakan,
namun kurang dapat diverifikasi dari pada rigid uniformity pada kasus R&D cost.
Sterling meyakini bahwa representational faithfulness merupakan karakteristik utama
dari kebermanfaatan yang tidak dapat ditukar dengan verifiabilitas, meskipun beberapa
pengukuran dari kualitas relevan kurang presisi. Oleh karena itu, Sterling menentang
penggunaan historical cost sebagai pendekatan untuk mengukur current value. Saat ini, kita
sudah memasuki era fair value (SFAS No. 157), sehingga sulit untuk menyatakan bagaimana
konsep uniformity akan terpengaruh. Uniformity akan menjadi sebuah isu untuk penggunaan
metode pengukuran yang berbeda dalam menentukan fair value.

Status Uniformity
Finite dan rigid uniformity, hingga tahap tertentu, merupakan kondisi yang ideal.
Namun, saat ini, muncullah mixed system yang merupakan gabungan antara kedua jenis
uniformity tersebut. Berikut ini adalah yang mendasari munculnya mixed system:
1. Standar, yang merupakan contoh dari finite uniformity, dapat diperbaiki dan
ditingkatkan dengan relevant circumstance yang layak.
2. Alasan yang dapat muncul dalam rigid uniformity:
- Keinginan untuk menjadi konservatif
- Ketidakmampuan dalam menentukan relevant circumstance
- Keinginan untuk meningkatkan verifiabilitas pengukuran
- Adanya alokasi yang harus dilakukan
- Persepsi tentang cost untuk mengimplementasikan relevant circumstance melebihi
benefit yang dihasilkan
3. Muncul masalah uniformity yang lain, yaitu flexibility, yang membentuk banyak
peraturan akuntansi. Fleksibilitas diaplikasikan pada situasi di mana tidak adanya
Resa Masela K. 13/349658/EK/19545

relevant circumstance, namun ada lebih dari satu metode akuntansi yang
memungkinkan, dan metode tersebut dapat dipilih oleh perusahaan. Contohnya,
investment tax credit  benefit dapat dimanfaatkan pada tahun bersangkutan dengan
segera, atau didistribusikan ke umur aset.

Berikut ini adalah contoh dari rigid uniformity, finite uniformity, dan flexibility:

1. Finite Uniformity
Untuk kasus sewa jangka panjang, ada dua perlakuan yang dapat dipilih perusahaan,
yaitu sebagai capital lease atau operating lease, tergantung pada prosentase
penggunaan aset terhadap usia ekonomis aset tersebut. Untuk kasus kepemilikan saham
biasa, karena variasi persentase kepemilikan yang berbeda-beda, metode yang dapat
digunakan adalah konsolidasi penuh, ekuitas, atau metode nilai pasar.

2. Rigid Uniformity
Dalam kasus R&D cost, meskipun adanya kemungkinan manfaat masa depan yang
muncul dari proporsi biaya tersebut, SFAS No. 2 mengharuskan biaya tersebut untuk
segera dibebankan.

3. Flexibility
Akuntansi untuk depresiasi aset merupakan salah satu contoh flexibility. Pemilihan
metode tergantung pada keputusan manajemen, tidak perlu disesuaikan dengan pola
penggunaan aset tersebut. Contoh lainnya adalah treasury shares yang dibeli oleh
perusahaan untuk dijual kembali. Ada 2 metode yang dapat digunakan untuk treasury
shares, yaitu par value dan cost method. Contoh selanjutnya adalah akuntansi dalam
mencatat inventory dan perhitungan COGS.

Memformulasikan kebijakan akuntansi


Bagaimana konsep finite uniformity, rigid uniformity, dan flexibility dapat digunakan
dalam pembuatan kebijakan akuntansi? Sebisa mungkin, flexibility harus dihilangkan.
- Jika relevant circumstance dapat diketahui dan diukur serta diimplementasikan
secara cost-effective, maka yang harus digunakan adalah finite uniformity.
- Jika suatu event sederhana, maka digunakan rigid uniformity.
- Jika suatu event kompleks, namun tidak dapat diketahui relevant circumstance-nya
secara cost-effective, maka yang harus digunakan adalah rigid uniformity.

Kebergunaan Alokasi Akuntansi


Alokasi merupakan pembagian biaya atau pendapatan yang timbul dalam suatu periode,
yang dapat diaplikasikan untuk beberapa periode. Contoh: depresiasi, deplesi, COGS, dan
amortisasi premium/diskon obligasi. Tidak ada cara yang pasti benar untuk mengalokasikan
cost karena tidak ada satu pun metode alokasi yang dapat dibuktikan secara ilmiah lebih baik
dari pada metode lainnya. Untuk alasan ini, seluruh alokasi dalam akuntansi disimpulkan
sebagai arbitrary. Pada kenyataannya, banyak alokasi, seperti depresiasi dan COGS, yang
tergolong dalam flexibility.
Resa Masela K. 13/349658/EK/19545

C. DISCLOSURE / PENGUNGKAPAN
Pengungkapan berkaitan dengan informasi yanga ada pada laporan keuangan dan
komunikasi tambahan (termasuk catatan kaki, diskusi manajemen dan analisis operasi untuk
tahun depan, ramalan finansial dan operasional, rangkuman aturan akuntansi yang signifikan,
dan lain-lain). Pelaporan keuangan sangatlah kompleks sehingga diperlukan informasi
tambahan untuk meningkatkan pemahaman pengguna laporan keuangan tentang kondisi
perusahaan yang sebenarnya.

Fungsi Pengungkapan oleh SEC


Pengungkapan yang diintepretasikan oleh SEC memiliki 2 aspek:
(1) Protective disclosure  melindungi investor dari perlakuan akuntansi yang tidak adil.
(2) Informative disclosure  informasi yang disajikan bermanfaat untuk tujuan analisis
investasi.
Pada awal pembentukan SEC, SEC lebih menekankan pada protective disclosure
dibandingkan informative disclosure. Walaupun positive dan informative disclosure tampak
tumpang tindih, namun, seiring berjalannya waktu, SEC mulai menekankan pentingnya
informative disclosure pada tahun 1970. Hal ini disebabkan karena pengungkapan yang
menjunjung keadilan bagi investor saja tidak cukup karena pada akhirnya banyak pengguna
laporan keuangan yang tidak memahami isi dari laporan keuangan tersebut. Oleh karena itu,
diperlukan pengungkapan-pengungkapan yang dapat meningkatkan pemahaman pengguna,
sehingga informasi yang disajikan dapat bermanfaat dalam pengambilan keputusan investasi.
Pergeseran ke informative disclosure ini diduga disebabkan oleh penelitian efisiensi pasar.

Imperfection of the Disclosure Process

Anda mungkin juga menyukai