Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi


Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-
Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang analisis
instrumen elisa (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay).
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini baik
dalam memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya .
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

Makassar, 10 November 2018

Penyusun
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
B. Prinsip Kerja Alat
C. Cara Penggunaan
D. Aplikasi
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kimia farmasi adalah suatu ilmu pengetahuan yang merupakan
gabungan dari ilmu kimia dan farmasi. Bidang ini melibatkan suatu
proses desain, isolasi sintesis, analisis, identifikasi, serta
pengembangan sintesis senyawa baru. Pada proses analisis meliputi
analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Metode yang dapat dilakukan
untuk proses analisis yaitu metode modern dan metode konvensional.
Metode konvensional adalah metode yang menggunakan pereaksi
dalam prosesnya, sementara metode modern melibatkan penggunaan
peralatan canggih.
Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imunitas tubuh
manusia maupun hewan, merupakan disiplin ilmu yang dalam
perkembangannya berakar dari pencegahan dan pengobatan penyakit
infeksi. Sedangkan Serologi ialah ilmu yang mempelajari reaksi antigen
antibody secara invitro. Pemeriksaan serologik sering dilakukan
sebagai upaya menegakkan diagnosis. Walaupun saat ini pemeriksaan
serologik tidak terbatas pada penyakit infeksi, namun untuk menunjang
diagnosis penyakit infeksi memang hal yang sering dilkukan.
memungkinkan dilakukannya pengamatan secara in vitro terhadap
perubahan kompleks antigen-antibodi (Ag-Ab).
ELISA (Enzyme-linked immunosorbent assay) atau 'penetapan
kadar imunosorben taut-enzim' merupakan uji serologis yang umum
digunakan di berbagai laboratorium kesehatan. Uji ini memiliki
beberapa keunggulan seperti teknik pengerjaan yang relatif sederhana,
ekonomis, dan memiliki sensitivitas yang cukup tinggi. ELISA
diperkenalkan pada tahun 1971 oleh Peter Perlmann dan Eva Engvall
untuk menganalisis adanya interaksi antigen dengan antibodi di dalam
suatu sampel dengan menggunakan enzim sebagai pelapor (reporter
label).
ELISA adalah suatu teknik biokimia yang terutama digunakan
dalam bidang imunologi untuk mendeteksi kehadiran antibodi atau
antigen dalam suatu sampel. ELISA telah digunakan sebagai alat
diagnostik dalam bidang medis, patologi tumbuhan, dan juga
berbagai bidang industri. Penggunaan ELISA melibatkan setidaknya
satu antibodi dengan spesifitas yang lebih tinggi dibandingkan metode
imun lainnya. Berdasarkan uraian diatas maka penulis akan membahas
tentang ELISA.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan alat instrumen ELISA (Enzyme-linked
immunosorbent assay)?
2. Bagaimana prinsip penggunaan ELISA (Enzyme-linked
immunosorbent assay)?
3. Bagaimana cara menggunakan ELISA (Enzyme-linked
immunosorbent assay)?
C. Tujuan
Untuk mengetahui karakteristik alat instrumen ELISA (Enzyme-
linked immunosorbent assay) serta prinsip dan cara penggunaannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
ELISA (Enzyme-linked immunosorbent assay) merupakan salah
satu metode yang selama ini banyak digunakan untuk deteksi antibodi
berdasarkan prinsip ikatan antigen-antibodi spesifik. Aplikasi metode ini
digunakan untuk skrining maupun konfirmasi diagnosa untuk penyakit,
akan tetapi pada kondisi tertentu uji ELISA terkadang tidak bisa
dilakukan, hal tersebut dapat terjadi misalnya pada keperluan deteksi
segera di lokasi kejadian penyakit, keterbatasan peralatan laboratorium,
ketidaktersediaan bahan kimia, maupun tidak adanya tenaga
laboratorium yang memiliki keahlian menjalankan tes dan perlunya hasil
tes untuk segera diketahui (Mufidah et al, 2015).
ELISA (Enzyme-linked immunosorbent assay) adalah metode
imunologi yang melibatkan suatu enzim untuk mendeteksi antibodi atau
anti gen dalam suatu sampel. Pemanfaatan ELISA secara luas dapat
digunakan untuk mendeteksi senyawa toksi dalam makanan. Metode ini
digunakan juga untuk berbagai matrik sampel (jagung, pakan, kacang,
hati dan telur) dengan ELISA format indirect dan direct microplate-
ELISA (p-ELISA) untuk mendeteksi aflatoksin B1 (AFB1). ELISA
mempunyai kelebihan dibandingkan dengan alat kromatografi cair
kinerja tinggi (KCKT) yaitu lebih spesifik, murah, mudah, dan sensitif
(Rachmawati et al, 2013).
B. Prinsip
Sebagai teknik serologi, prinsip dasar ELISA adalah reaksi antara
antigen (Ag) dengan antibody (Ab) menjadi molekul Ag-Ab yang lebih
besar dan mudah mengendap. Perbedaannya, penggamatan hasil
reaksi pada serologi biasa berdasarkan endapan molekul Ag-Ab,
sedangkan pada ELISA berdasarkan perubahan warna yang terjadi
pada substrat pereaksi sesuai dengan label atau imunoprob (immuno
probe) konjugat Ab-enzim. Perubahan warna terjadi akibat hidrolisa
enzimatik pada reaksi antara konjugat Ab enzim dengan substratnya,
ehingga hasil ELISA lebih peka dan dapat dikuantifikasi (Suryadi et al,
2009).
Tahapan umum ELISA meliputi penempelan (trapping) Ag atau
Ab pada media reaksi (solid phase), seperti cawan ELISA, diikuti
penambahan konjugat Abenzim, dan diakhiri dengan penambahan
substrat serta bufer penghenti reaksi (blocking buffer). Uraian rinci
tentang berbagai teknik serologi termasuk ELISA dijumpai di pustaka
acuan (Suryadi et al, 2009).
Sebagai uji biokimia analitik, ELISA meliputi deteksi analit
(senyawa spesifik yang terkandung dianalisis secara kuantitatif dan
kualitatif) dalam sampel cair dengan metode yang menggunakan
pereaksi cair selama analisis ini (misalnya urutan teratur dari reaksi
biokimia) yang menghaislkan sinyal dengan jumlah analit dalam
sampel) ayng tetap dalam bentuk cair dalam sumuran. Hal ini berbeda
dengan penggunaan strip, walaupun sampel berupa cairan, dengan
akhir deteksi meliputi analisis kering dengan membaca hasil analisis
pita yang muncul (Sudjadi dan Rohman, 2018).
Sebagai suatu uji campuran, ELISA memisahkan beberapa
komponen campuran reaksi analitik dengan penyerapan komponene
tertentu pada fase padat sehingga tidak bergerak. Pada ELISA,
sampel cair ditambahkan pada fase padat diam dengan ikatan tertentu
dan kemudian dilanjutkan penambahan berbagai pereaksi cair secara
beruruan, didiamkan, dicuci, dan dilanjutkan dengan perubahan warna
(misal, pembentukan warna yang terjadi merupakan hasil reaksi
enzimatik) dalam cairan akhir dalam sumuran yang berhubungan
dnegan jumlah analit.Reaksi enzimatik merupakan proses amplifikasi,
sinyal dihasilkan enzim yang berhubungan dengan pereaksi deteksi
dalam proporsi tertentu sehingga dapat dikuantifikasi dengan tepat.
Oleh karena itu, metode ini dinamakan enzyme linked (Sudjadi dan
Rohman, 2018).
Analit juga dinamakan ligan sebab akan berikatan secara spesifik
dengan pereaksi. Oleh karena itu, ELISA digolongkan dalam uji iaktan
ligan. Pereaksi pengikat ligan dimobilisasi, biasanya dilapisakn dan
dikeringkan pada dasar yang transparan dan kadang-kadang juga
pada dinding sumuran pada lempeng ELISA Seperti pada
immunoassay, digunakan spesifitas reaksi antigen-antibodi sebab hal
itu lebih mudah mendapatkan antibodi-antigen dalam jumlah banyak
sebagai pereaksi. Kemungkinan lain, jika analit itu merupakan antibodi,
yang merupakan antigen target dapat digunakan sebagai pereaksi
(Sudjadi dan Rohman, 2018).
C. Cara penggunaan
Metode ELISA merupakan uji biokimia yang menggunakan
antibodi dan perubahan warna untuk identifikasi suatu substrat,
biasanya antigen, dalam sampel cair. ELISA telah digunakan untuk alat
diagnosa dalam kesehatan dan uji kontrol kualitas pada berbagai
industri. Antigen dalam sampel ditempelkan pada permukaan plastik
dan kemudian ditambahkan antibodi spesifik sehingga mengikat
antigen. Pada antibodi ini telah diikatkan suatu enzim. Pada tahap
terakhir ditambahkan senyawa yang merupakan substrat enzim. Reaksi
yang terjadi umumnya perubahan warna senyawa tersebut yang
merupakan sinyal yang diukur.
Pada ELISA paling tidak menggunakan satu antibodi spesifik
untuk antigen tertentu. Sampel yang diduga mengandung antigen
dengan jumlah yang tidak diketahui dimobilisasi pada piring mikrotiter
polistiren sehingga antigen terserap pada permukaan polistiren,
kemudian ditambahkan sampel sehinga antigen terikat oleh antibodi.
Setelah antigen dimobilisasi, antibodi ditambahkan dan terbentuk
kompleks dengan antigen. Pada antibodi ini telah diikatkan enzim
secara kovalen atau antibodi pertama ini dideteksi oleh antibodi
sekunder yang telah mengikat enzim.
Komponen Perangkat ELISA
Komponen utama perangkat ELISA terdiri atas Ab, Ag, imunoprob,
substrat, reagen penghenti reaksi (blocking reagent), bufer, dan cawan
ELISA. Perangkat ELISA dapat dirakit sendiri oleh peneliti atau
diperoleh secara komersial dari berbagai perusahaan di luar negeri,
seperti Agdia Inc. (Folkhart, Indiana), dan Neogen Inc. (Scotland)
(Sudjadi, 2009).
a. Antibodi (Ab).
Antibodi adalah immunoglobulin (Ig) dari hewan yang diimunisasi
Ag patogen sasaran (AgP). Berdasarkan teknik produksi dan
spesifisitas reaksinya, Ab dibedakan menjadi Ab poliklonal (PAb)
dan Ab monoclonal (MAb), sedangkan menurut bentuk molekulnya
dibedakan menjadi Ab dan F(ab’)2. Ab juga dibedakan menjadi Ab
primer (AbP) dan Ab sekunder (AbS). AbP adalah Ab yang
homolog atau bereaksi dengan AgP, diproduksi dengan
mengimunisasi hewan, seperti mencit dan kelinci, dengan AgP.
AbS atau anti-AbP adalah Ab yang diproduksi dengan
mengimunisasi hewan lain seperti kambing (goat) dengan AbP.
b. Antigen.
Ag yang digunakan sebagai AgP pada teknik ELISA adalah partikel
virus, sel bakteri, propagule jamur, atau senyawa protein dan
polisakarida pathogen yang antigenik, dapat merangsang timbulnya
Ab pada hewan yang diimunisasi. AgP digunakan sebagai control
positif pada uji ELISA. Cara pembuatan Ag virus dab Ag bakteri
dibahas masing-masing secara rinci oleh Brakke serta deBoer dan
Schaad
c. Imunoprob (Immunoprobe).
Imunoprob untuk ELISA dibuat dengan mengkonjugasikan Ab
dengan suatu enzim menjadi ‛konjugat Ab-enzim’. Konjugat ini
dapat dibuat dengan mengkonjugasikan AbP atau AbS dengan
enzim tertentu. Enzim yang digunakan untuk membuat konjugat
beragam, yang paling umum adalah Alkaline Phosphatase (AP) dan
Horse-radishPeroxidase (HRP)).
d. Substrat dan bahan kimia lain.
Senyawa kimia yang digunakan sebagai media (substrate) untuk
reaksi enzimatik berbeda-beda, bergantung pada enzim yang
dugunakan. Enzim AP memerlukan p-nitrophenyl phosphate
(PNPP) yang dilarutkan dalam diethanolamine 10%. Substrat ini
dihidrolisis oleh enzim menjadi p-nitrophenyl (PNP) yang berwarna
kuning. Enzim HRP menggunakan substrat tetramethyl benzidine
(TMB) yang dilarutkan dalam dimethylsulsulfoxide (DMSO),
substrat ini dihidrolisis menjadi enzim menjadi produk berwarna biru
Reagen lain yang diperlukan dalam ELISA adalah bufer, blocking
reagent, dan pelarut substrat. Bufer dasar yang paling sering
digunakan dalam ELISA adalah bufer fosfat (Phosphate-Buffered
Saline, PBS) dan buffer karbonat. Bufer lain, seperti bufer ekstraksi,
buffer pencuci, bufer Ab, bufer konjugat, dan bufer substrat dibuat
dengan menambahkan senyawa kimia tertentu seperti Tween-20,
polyvinylpirrolidone (PVP), dan 2-mercaptoethanol pada bufer
dasar. Senyawa yang sering digunakan untuk blocking reagents
adalah bovine serum albumin (BSA), ovalbumin (OA), gelatin, susu
skim, NaOH, dan asam sulfat (H2SO4).
e. Cawan ELISA.
Tempat reaksi ELISA yang mulamula digunakan adalah cawan
polystyrene berlubang 96 buah yang disebut cawan ELISA (ELISA
plate) atau cawan mikrotiter (microtiter plate). Cawan lain yang
terbuat dari polyvinyl dan bahan plastik lain juga telah digunakan.
Cawan ELISA yang diproduksi oleh berbagai perusahaan dengan
bahan dan merek berbeda memiliki kualitas pengikatan Ab (Ab
binding capacity) ang bervariasi, sehingga pengguna perlu
melakukan uji coba untuk memperoleh hasil optimal. Seiring
dengan perkembangan ELISA, berbagai bahan lain telah digunakan
untuk tempat reaksi, seperti manik-manik plastik (plastic beads),
membrane nitroselulosa (nitrocellulose membrane, NCM), formvar,
dan berbagai jenis kertas juga digunakan sebagai tempat reaksi .
Perkembangan Varian ELISA
Teknik ELISA yang mula-mula diadopsi untuk deteksi patogen
tumbuhan adalah Double Antibody Sandwich ELISA (DAS-ELISA).
Teknik ini disebut DASELISA, karena dalam reaksi, AgP diapit
(sandwiched) oleh dua lapis Ab, yaitu AbP dan Ab pada konjugat
(imunoprob). Tahapan reaksi diawali dengan melekatkan AbP ke
lubang cawan ELISA, diikuti berturut-turut dengan menambahkan AgP,
konjugat AbP-enzim, dan substrat, dan diakhiri dengan penambahan
blocking reagent
Varian ELISA adalah modifikasi atau pengembangan DAS-ELISA
untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensinya, terutama sensitivitas
(akurasi dan kepekaan) dan kecepatan (waktu) reaksi serta efisiensi
biaya. Varian-varian ELISA yang potensial digunakan untuk deteksi dan
identifikasi patogen tumbuhan adalah DAS-ELISA Langsung, DAS-
ELISA Tidak Langsung (Indirect DAS-ELISA, IDAS-ELISA), F(ab’)2
ELISA, Dot Blot ELISA, dan Enzyme-linked Fluorescence Assay (ELFA)
(Suryadi et al, 2009).
a. DAS-ELISA Langsung.
Teknik ini disebut DASELISA Langung, karena pengujian dilakukan
dengan DAS-ELISA menggunakan imunoprob AbP-enzim.
Tahapan reaksinya diawali dengan melekatkan AbP ke lubang
cawan ELISA diikuti secara berturut-turut dengan menambahkan
AgP, konjugat AbP-enzim, substrat, dan diakhiri dengan blocking
reagent. Jika reagen yang pertama kali dimasukkan adalah AgP
dan diikuti langsung dengan konjugat AbP-enzim, maka varian ini
disebut ELISA Langsung, karena AgP tidak diapit AbP.
b. DAS-ELISA Tidak Langsung. Teknik ini dinamakan tidak langsung
karena imunoprob yang digunakan bukan AbP-enzim, tetapi AbS-
enzim. Tahapan reaksinya sama dengan DAS-ELISA Langsung,
bedanya hanya pada imunoprob yang digunakan. DAS-ELISA
Tidak Langsung lebih sensitif dibandingkan DAS-ELISA Langsung
untuk deteksi bakteri patogen tanaman. Teknik DAS-ELISA
Langsung biasanya digunakan untuk deteksi virus tanaman.
c. Dot Blot ELISA.
Tempat reaksi pada teknik ELISA terdahulu adalah cawan ELISA,
sedangkan pada Dot Blot ELISA menggunakan membran plastik
atau kertas. Tahapan umum Dot Blot ELISA diawali dengan
penetesan (dot blotting) Ag atau ekstrak tanaman uji (virus, bakteri,
jamur) pada membran kemudian ditambahkan secara berturut-turut
AbP, imunoprob, substrat, dan blocking reagent. Imunoprob yang
digunakan biasanya Goat Anti-Rabbit (GAR) yang dikonjugasikan
dengan enzim AP atau HRP, sedangkan substratnya adalah
nitroblue tetrazolium/bromochloro indoleacetyl phosphate
(NBT/BCIP) yang berwarna ungu pada reaksi positif. Teknik Dot
Blot ELISA yang menggunakan membrane nitroselulose (NCM)
disebut NCM-ELISA, sedangkan yang menggunakan kertas juga
disebut tissue. Teknik ini mempunyai kepekaan setara dengan
DAS-ELISA, tetapi lebih cepat dan praktis. Di samping itu,
membran yang telah tetesi sampel Ag dapat disimpan beberapa
minggu sebelum pengujian. Di samping NCM, membran plastik lain
telah digunakan pada Dot Blot ELISA di antaranya nylon,
polyvinylidine difluoride (PVDF), diazobenzyloxymethyl (DBM), dan
diazophenyl-thioether (DPT), masingmasing jenis membran
memiliki kelebihan dan kekurangannya. Selain membran plastik,
berbagai jenis kertas seperti kertaS saring, kertas tulis, kertas
fotokopi, kertas tisu dan kertas merang juga telah digunakan.
d. Enzyme-Linked Fluorescent Assay (ELFA).
Sesuai dengan namanya, maka teknik ELFA menggunakan
senyawa kimia yang dapat berfloresensi, seperti methylumbelliferyl
phosphate (MUP) atau 4-methylumbelliferyl β-D-galactopyranoside
(MUG), sebagai pengganti PNPP atau TMB untuk substrat
imunoprob yang menggunakan enzim AP atau HRP. Reaksi ELFA
dapat dilakukan pada cawan ELISA atau membran dan hasil reaksi
Ab-Ag sangat spesifik. MUG lebih disukai daripada MUP, karena
MUP memiliki kelemahan, yaitu dapat mengalami degradasi secara
spontan, sehingga menimbulkan latar belakang (background) yang
mempengaruhi kualitas hasil. Teknik ini memiliki kepekaan setara
dengan teknik Biotin-Avidin ELISA dan 10-25 kali lebih peka
daripada DAS-ELISA
D. Aplikasi
Pemeriksaan serologi banyak digunakan dalam penelitian
epidemiologi karena relatif murah dan dapat diterima oleh kelompok
pasien asimtomatik atau anak-anak yang tidak mau diperiksa dengan
cara invasif seperti gastrokopi (Sudoyo et al, 2007)..
Pada umumnya yang diperiksa adalah antibodi IgG terhadap
kuman Helicobacter pylori. Cara ini sering digunakan untuk penelitian
epidemiologi atau untuk evaluasi sebelum pemberian terapi eradikasi.
Teknik yang dipakai adalah dengan menggunakan ELISA, westernblot,
fiksasi komplemen, dan imunofluoresen. ELISA paling luas
penggunaannya. Studi prevalensi di Indonesia dilaukan dengan
menggunakan metode PHA, sedangkan studi klinik umumnya
menggunakan ELISA (Sudoyo et al, 2007).
Dewasa ini secara komersial telah cukup banyak tes ELISA yang
tersedia dengan cara penggunaan yang relatif sederhana dan ahsil
yang akurat. Yang menjadi masalah adalah sensitivitas dan spesifitas
yang bervariasi secara geografis. Hal ini diduga karena pengaruh faktro
antigen lokal yang berbeda atau akibat titer yang relatif rendah,
misalnya pada kelompok pasien anak atau populasi tertentu. Dengan
demikian dianggap perlu untuk melakukan validasi tes sebelum
digunakan seara meluas disuatu wilayah (Sudoyo et al, 2007)..
Dalam perkembangannya cara ELISA telah dipakai pula untuk tes
di ruang prakter doketer, in office Hp test, dengan cara yang
sederhana, tanpa sentrifugasi, bersifat kualitatid dan hasilnya diperoleh
dalam waktu 5-10 menit. Selain serum, tes ELSA telah dilakukan pada
saliva pasien terutama pada anak. Sensitivitas dan spesifitasnya lebih
rendah dibandingkan dengan serum tetapi diduga kadar antibodi dalam
saliva menurun lebih awal pasca terapi eradikasi sehingga mungkin
dapat digunakan untuk menilasi hasil terapi antimikrobial (Sudoyo et al,
2007).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
ELISA merupakan salah satu metode yang selama ini banyak
digunakan untuk deteksi antibody berdasarkan prinsip ikatan antigen-
antibodi spesifik. Prinsip dasar ELISA adalah reaksi antara antigen
(Ag) dengan antibody (Ab) menjadi molekul Ag-Ab yang lebih besar
dan mudah mengendap. Perbedaannya, penggamatan hasil reaksi
pada serologi biasa berdasarkan endapan molekul Ag-Ab, sedangkan
pada ELISA berdasarkan perubahan warna yang terjadi pada substrat
pereaksi sesuai dengan label atau imunoprob (immuno probe)
konjugat Ab-enzim. Perubahan warna terjadi akibat hidrolisa enzimatik
pada reaksi antara konjugat Ab-enzim dengan substratnya, sehingga
hasil ELISA lebih peka dan dapat dikuantifikasi
B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan
terutama bagi penyusun.
DAFTAR PUSTAKA

Mufidah, T., Wibowo,H., Subekti, D.T., 2015, Jurnal Pengembangan


Metode Elisa dan Teknik Deteksi Cepat dengan Imunostik
Antibodi Anti Aeromonas hydrophila pada Ikan Mas (Cyprinid
carpio) Vol.10.

Rachmawai, S., Widiyanti, P.M, dan Munawar, H., 2013, Pengembangan


Indirect Dipstick ELISA untuk Deteksi Aflatoksin B1 pada Pakan
dan Jagung Vol.30 (2).

Sudjadi dan Rohman, J, 2018, Analisis Derivat Babi, Gadjah Mada


Univeristity Press, Yogyakarta.

Sudoyo, A,W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M.,Setiati, S., 2007,
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V, Interna
Publishing, jakarta.

Suryadi, Y., Manzila, Y dan Machmud, M.,2009, Jurnal Potensi


Pemanfaatan Perangkat Diagnostik ELISA serta Variannya
untuk Deteksi Patogen Tanaman Vol. 5(1).
LAMPIRAN

1. Muhammad Syafrie Basir (15020160069)


‘’Uji Aktifitas Senyawa Metabolit Primer pada Ekstrak Kulit Buah Salak
secara Kuantitatif dalam Menurunkan Penyakit Diabetes Melitus’’
2. Muhammad Azhari S (15020160076)
‘’Optimasi Deteksi Dini Potato Virus Y pada Kentang dengan Teknik
ELISA’’
3. Nurul Ismi Alifiah (15020160087)
‘’Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) dalam
Meningkatkan Sistem Imun dengan Teknik ELISA.’’

Anda mungkin juga menyukai