Anda di halaman 1dari 43

I.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Secara umum adsorpsi adalah proses penggumpalan zat terlarut


(soluble) yang ada dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda
penyerap, dimana terjadi suatu ikatan kimia fisika antara terlarut
dengan penyerapannya. Adsorbsi dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu ;
a) Adsorbsi fisik, yaitu berhubungan dengan gaya Van der
Waals dan merupakan suatu proses bolak – balik apabila daya tarik
menarik antara zat terlarut dan adsorben lebih besar daya tarik
menarik antara zat terlarut dengan pelarutnya maka zat yang
terlarut akan diadsorbsi pada permukaan adsorben.

b) Adsorbsi kimia, yaitu reaksi yang terjadi antara zat padat


dan zat terlarut yang teradsorbsi.

Kinetika adsorpsi suatu zat dapat diketahui dengan mengukur


perubahan konsentrasi zat teradsorpsi tersebut. Kintika adsorpsi
dipengaruhi oleh kecepatan adsorpsi. Kecepatan ini berbanding
terbalik dengan kuadrat diameter partikel, bertambah dengan kenaikan
konsentrasi zat terlarut bertambah dengan temperatur dan berbanding
terbalik dengan konsistensi berat molekul zat terlarut.
a. Tujuan Praktikum

b. Menentukan nilai ∆ H pada reaksi dari kinetika adsorpsi


dengan adsorben bentonit
c. Menentukan nilai ∆ G pada reaksi dari kinetika adsorpsi
dengan adsorben bentonit
d. Menentukan nilai ∆ S pada reaksi dari kinetika adsorpsi
dengan adsorben bentonit
e. Membandingkan kurva adsorbs pada persamaan
Freundhlich dan persamaan Langmuir pada proses adsorpsi isoterm
larutan
f. Menentukan orde reaksi dari kinetika adsorpsi

II. TINJAUAN PUSTAKA


Adsorpsi adalah penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain.
Fenomena ini melibatkan interaksi fisik, kimia, dan gaya elektrostatik
antara adsorbat dengan adsorben pada permukaan adsorben. Ada dua
macam adsorpsi yaitu adsorpsi secara fisika dan kimia. Dalam adsorpsi
secara fisika, molekul-molekul teradsorpsi pada permukaan dengan
ikatan yang lemah (bersifat reversible, dengan cara menurunkan tekana
gas atau konsentrasi zat terlarut). Sedangkan adsorpsi secara kimia
melibatkan ikatan koordinasi sebagai hasil penggunaan elektron
bersama-sama adsorben dan adsorbat (Osick,1983).

Adsorben adalah zat yang mengadsorpsi zat lain. Dengan


memiliki ukuran partikel yang mirip, kepolarannya sama dengan zat
yang akan diserap dan mempunyai berat molekul besar. Adsorbat
adalah zat yang teradsorpsi zat lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kapasitas adsorpsi antara lain, luas permukaan adsorben, ukuran pori
adsorben, kelarutan zat terlarut, pH, dan temperatur (Castellan,1982).
Methylene blue adalah senyawa kimia aromatic heterosiklik
dengan rumus C16 H 18 N 3 SCl . Senyawa ini berbentuk padatan, tak
berbau, dan berwarna hijau tua yang akan berubah menjadi warna biru
tua dalam fasa cair. Padatan Methylene blue diperoleh dari sigma
Aldrich dan digunakan tanpa pemurnian dengan panjang gelombang
664 nm. Adapun jumlah methylene blue yang teradsorpsi ;

( Co−Ce ) v
Qe= (1.1)
m

Keterangan ;

Qe = jumlah methylene blue yang teradsorpsi pada satuan massa


bentonit (mg/g)

Co = konsentrasi methylene blue sebelum diadsorb (mg/L)

Ce = konsentrasi methylene blue setelah diadsorb (mg/L)

V = volume larutan methylene blue (L)

M = massa adsorben (g)

Adsorpsi isotermal adalah hubungan yang menunjukkan


distribusi adsorben antara fase teradsorbsi pada permukaan adsorben
dengan fase ruah kesetimbangan pada temperatur tertentu. Ada tiga
jenis hubungan matematik yang umumnya digunakan untuk
menjelaskan isoterm. Isotermal ini berdasarkan asumsi bahwa
adsorben mempunyai permukaan yang heterogen dan tiap molekul
mempunyai potensi penyerapan yang berbeda-beda. Persamaan ini
merupakan persamaan yang dikemukakan oleh Freundlich.

Qe=Kf Ce1/ n (1.2)


1
Qe=¿ log(Kf . Ce)
n (1.3)
log ¿

1 1
log Qe= log Kf + logCe (1.4)
n n

Dimana kf dan 1/n adalah konstanta empiris.

Adsorpsi isotermal Langmuir menunjukan bahwa pada


permukaan adsorben terhadap sejumlah situs aktif yang sebanding
dengan luas permukaan adsorben. Teori ini mengasumsikan bahwa
ikatan yang terjadi tidak tergantung pada ikatan yang telah terbentuk
pada situs aktif yang berada didekatnya (Daniel & Alberty, 1995).

qm . ka . Ce
Qe= (1.5)
( 1+ka . Ce )

Ce 1+ka . Ce
= (1.6)
Qe qm . ka

Ce 1 ka . Ce
= + (1.7)
Qe qm . ka qm . ka

Ce 1 1
= + Ce (1.8)
Qe qm . ka qm

Energi bebas dari suatu absorpsi digambarkan dengan


peramaan ;

∆ G=−RT ln ka (1.9)

Perubahan konstanta kesetimbangan dengan suhu ;

d lnka ∆ H
= (1.10)
dT RT2

∆H
ln ka= +Y (1.11)
RT

RT lnka=∆ H−TRY (1.12)


∆ S=RY (1.13)

∆ G=∆ H−T ∆ S (1.14)

Bentonit merupakan istilah dalam dunia perdagangan untuk


clay yang mengandung monmorillonit. Bentonit berbeda dari clay
lainnya karena hampir seluruhnya (75%) merupakan mineral
monmorillonit. Kandungan utama bentonit adalah mineral
monmorilonit dengan rumus kimia Al2O3.4SiO2 x H2O. Warnanya
bervariasi dari putih ke kuning, sampai hijau zaitun, coklat kebiruan.
Bentonit merupakan bahan baku untuk pembuatan bleaching earth,
yang diperoleh dengan aktivasi. (Hymoore, 1996). Bentonit
mempunyai sifat mengadsorpsi, karena ukuran partikel koloidnya
sangat kecil dan memiliki kapasitas permukaan yang tinggi.Bentonit
juga mempunyai struktur berlapis dengan kemampuan mengembang
(swelling) dan memiliki kation-kation yang dapat ditukarkan.
Peningkatan efektifitas penyerapan pada bentonit dapat dilakukan
dengan aktivasi. Proses aktivasi dibedakan menjadi dua cara, yaitu
aktivasi secara fisika adalah pemakaian panas hampir di semua reaksi
yang ada tanpa pemberian zat aditif. Pemanasan diatas suhu 300-
700oC menyebabkan proses pengeluaran molekul air dari rangkaian
kristal sehingga dua gugus OH yang berdekatan saling melepaskan
satu molekul air.

Faktor – faktor yang memengaruhi adsorpsi ;

1. Jenis adsorben

2. Jenis zat yang diadsorpsi

3. Konsentrasi

4. Luas permukaan

5. Suhu

6. Tekanan
III.METODE PERCOBAAN

3.1 Alat

1. Spektrofotometer uv-vis

2. Erlenmeyer 100 mL

3. Pipet volumetri 50 mL

4. Pipet ukur 25 mL

5. Bulp

6. Alumunium foil

7. Gelas kimia 250 mL

8. Kuvet

9. Labu takar 100 mL

10. Labu takar 50 mL

11. Pipet tetes

12. Labu semprot

13. Vortex

14. Tabung reaksi


15. Shaker

16. Centrifuge

3.2 Bahan

1. Aquades

2. Methylene blue

3. Bentonit

4. Asam asetat

5. Karbon aktif

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Pengukuran methylene blue

Methylene Blue

Diencerkan larutan pada konsentrasi (100, 200, 240, 280, 320, 360)ppm pada labu takar 100 mL
Dipipet sebanyak 50mL dari tiap larutan
Di masukan ke dalam Erlenmeyer 100 mL
Ditambahkan bentonit sebanyak 0,2 g pada tiap larutan
Larutan ditutup dengan alumunium foil dan di-shaker selama 30 menit
Diencerkan larutan 100 kali dan kemudian diukur dengan spektrofotometer uv-vis pada panjang gelombang 664 nm
Disentrifuge larutan yang ditutup dengan alumunium foil selama 10 menit dengan v = 6000 rpm
Diencerkan larutan yang telah disentrifuge ke dalam tabung reaksi selama 10-15 menit
Diukur kembali nilai adsorben larutan yang telah diencerkan sebanyak 100 kali
Data

3.3.2 Pembuatan larutan deret standar

Larutan di tabung reaksi

Dibuat larutan deret standar dengan konsentrasi (0,3; 0,5; 1,2; 3; 4; 5) ppm di labu takar 50 mL
Diukur nilai absorbansi larutan dengan spektrofotometer uv-vis dengan panjang gelombang 664 nm
Data

3.3.3 Kinetika adsorpsi

Metilen biru 360 ppm

Disiapkan 5 buah Erlenmeyer 100 mL


Ditambahkan 0,2 g bentonit setiap 5 larutan
Di-shaker tiap 15 menit, 30 menit, 45 menit, 60 menit, 75 menit.
Disentrifuga selama 10 menit dengan v = 6000 rpm
Dituangkan ke dalam tabung reaksi
Di diamkan selama 10 menit
Diukur dengan spektrofotometer uv-vis dengan panjang gelombang 664 nm

Nilai absorbansi

IV. Hasil Percobaan dan perhitungan

4.1 Hasil Percobaan


Tabel 4.1.1 Data absorbansi larutan deret standar

Konsentrasi (ppm) Absorbansi (A)


0,1 0,006
0,3 0,05
0,5 0,072
1 0,147
3 0,574
5 1,048

Tabel 4.1.2. Data absorbansi larutan sampel tanpa absorben

No Sampel (ppm) Absorbansi (A) Abrosbansi


I II
rerata (A)
1 100 0,251 0,254 0,2525
2 200 0,579 0,582 0,5805
3 240 0,591 0,582 0,5865
4 280 0,597 0,601 0,599
5 320 0,753 0,603 0,678
6 360 0,873 0,872 0,8725
Catatan : larutan diencerkan sebanyak 100 kali

Tabel 4.1.3. Data larutan sampel ditambah adsorben pada suhu 25



No Sampel (ppm) Absorbansi (A) Abrosbansi
I II rerata (A)
1 100 0,075 0,076 0,0755
2 200 0,151 0,152 0,1515
3 240 0,354 0,354 0,354
4 280 0,162 0,162 0,162
5 320 0,323 0,323 0,323
6 360 0,726 0,735 0,7305
Sampel 4,5,6 dilakukan pengenceran 10 kali

Tabel 4.1.4. Data larutan sampel ditambah adsorben pada suhu 30



No Sampel (ppm) Absorbansi (A) Abrosbansi
I II rerata (A)
1 100 0,032 0,032 0,032
2 200 0,043 0,042 0,0425
3 240 0,105 0,106 0,1055
4 280 0,164 0,165 0,1645
5 320 0,319 0,319 0,319
6 360 0,21 0,21 0,21

Tabel 4.1.5. Data larutan sampel ditambah adsorben pada suhu 35



No Sampel (ppm) Absorbansi (A) Abrosbansi
I II rerata (A)
1 100 0,006 0,006 0,006
2 200 0,057 0,058 0,0575
3 240 0,098 0,099 0,0985
4 280 0,107 0,106 0,1065
5 320 0,245 0,244 0,2445
6 360 0,398 0,397 0,3975

Tabel 4.1.6. Data larutan sampel ditambah adsorben pada suhu 40


No Sampel (ppm) Absorbansi (A) Abrosbansi


I II rerata (A)
1 100 0,032 0,032 0,032
2 200 0,082 0,082 0,082
3 240 0,078 0,078 0,078
4 280 0,176 0,177 0,1765
5 320 0,208 0,208 0,208
6 360 0,375 0,375 0,375

4.2. Perhitungan

Tabel 4.2.1. Data konsentrasi sampel tanpa adsorben


No Ckontrol (ppm) Absorbansi (A) Caktual (ppm) C0 (ppm)
1 100 0,2525 1,3496 134,96
2 200 0,5805 2,8975 289,75
3 240 0,5865 2,9259 292,59
4 280 0,599 2,9848 298,48
5 320 0,678 3,3577 335,77
6 360 0,8725 4,2756 427,56
Sampel dilakukan pengenceran 100 kali
Tabel 4.2.2. Data konsentrasi sampel dengan adsorben pada suhu 25

No Ckontrol (ppm) Absorbansi (A) Caktual (ppm) Ce (ppm)
1 100 0,0755 0,5143 0,5143
2 200 0,1515 0,8730 0,8730
3 240 0,354 1,8286 1,8286
4 280 0,162 0,9226 9,226
5 320 0,323 1,6823 16,823
6 360 0,7305 3,6054 36,054
Sampel 4,5,6 diencerkan 10 kali

Tabel 4.2.3. Data konsentrasi sampel dengan adsorben pada suhu 30



No Ckontrol (ppm) Absorbansi (A) Caktual (ppm) Ce (ppm)
1 100 0,032 0,3091 0,3091
2 200 0,0425 0,3586 0,3586
3 240 0,1055 0,6559 0,6559
4 280 0,1645 0,9344 0,9344
5 320 0,319 1,6635 1,6635
6 360 0,21 1,1491 1,1491

Tabel 4.2.4. Data konsentrasi sampel dengan adsorben pada suhu 35



No Ckontrol (ppm) Absorbansi (A) Caktual (ppm) Ce (ppm)
1 100 0,006 0,1864 0,1864
2 200 0,0575 0,4268 0,4268
3 240 0,0985 0,6229 0,6229
4 280 0,1065 0,6606 0,6606
5 320 0,2445 1,3119 1,3119
6 360 0,3975 2,0339 2,0339

Tabel 4.2.5. Data konsentrasi sampel dengan adsorben pada suhu 40



No Ckontrol (ppm) Absorbansi (A) Caktual (ppm) Ce (ppm)
1 100 0,032 0,3091 0,3091
2 200 0,082 0,5450 0,5450
3 240 0,078 0,5261 0,5261
4 280 0,1765 0,9910 0,9910
5 320 0,208 1,1396 1,1396
6 360 0,375 1,9277 1,9277

Tabel 4.2.6. Data massa methylene blue yang teradsorb oleh bentonit
pada suhu 25 ℃
No Ckontrol (ppm) Co (ppm) Ce (ppm) Qe (mg/mL)
1 100 134,96 0,5143 33,6114
2 200 289,75 0,8730 72,21
3 240 292,59 1,8286 72,6903
4 280 298,48 9,226 72,3135
5 320 335,77 16,823 79,7367
6 360 427,56 36,0540 97,8765

Tabel 4.2.6. Data massa methylene blue yang teradsorb oleh bentonit
pada suhu 30 ℃
No Ckontrol (ppm) Co (ppm) Ce (ppm) Qe (mg/mL)
1 100 134,96 0,3091 33,6627
2 200 289,75 0,3586 72,3478
3 240 292,59 0,6559 72,9835
4 280 298,48 0,9344 74,3864
5 320 335,77 1,6635 83,5266
6 360 427,56 1,1491 106,6027

Tabel 4.2.7. Data massa methylene blue yang teradsorb oleh bentonit
pada suhu 35 ℃
No Ckontrol (ppm) Co (ppm) Ce (ppm) Qe (mg/mL)
1 100 134,96 0,1864 33,6934
2 200 289,75 0,5450 72,3012
3 240 292,59 0,6229 72,9917
4 280 298,48 0,6606 74,4548
5 320 335,77 1,3119 83,6145
6 360 427,56 2,0339 106,3815

Tabel 4.2.8. Data massa methylene blue yang teradsorb oleh bentonit
pada suhu 40 ℃
No Ckontrol (ppm) Co (ppm) Ce (ppm) Qe (mg/mL)
1 100 134,96 0,3091 33,6627
2 200 289,75 0,5450 72,3012
3 240 292,59 0,5261 73,0159
4 280 298,48 0,9910 74,3722
5 320 335,77 1,1396 83,6576
6 360 427,56 1,9277 106,4080

Tabel 4.2.9. Data perhitungan persamaan Freundlich pada suhu 25



No Ckontrol (ppm) Ce (ppm) Log Ce Log Qe
(ppm) (mg/mL)
1 100 0,5143 - 0,2887 1,5264
2 200 0,8730 -0,0589 1,8583
3 240 1,8286 0,2621 1,8614
4 280 9,226 0,9650 1,8592
5 320 16,823 1,2259 1,9016
6 360 36,054 1,5569 1,9906

Tabel 4.2.10. Data perhitungan persamaan Freundlich pada suhu 30



No Ckontrol (ppm) Ce (ppm) Log Ce Log Qe
(ppm) (mg/mL)
1 100 0,3091 -0,5099 1,5271
2 200 0,3586 -0,4453 1,8594
3 240 0,6559 -0,1831 1,8632
4 280 0,9344 -0,0294 1,8714
5 320 1,6635 0,2210 1,9218
6 360 1,1491 0,0603 2.0277

Tabel 4.2.11. Data perhitungan persamaan Freundlich pada suhu 35



No Ckontrol (ppm) Ce (ppm) Log Ce Log Qe
(ppm) (mg/mL)
1 100 0,1864 -0,7295 1,5275
2 200 0,5450 -0,2636 1,8591
3 240 0,6229 -0,2055 1,8632
4 280 0,6606 -0,1800 1,8718
5 320 1,3119 0,1179 1,9222
6 360 2,0339 0,3083 2,0268
Tabel 4.2.12. Data perhitungan persamaan Freundlich pada suhu 40

No Ckontrol (ppm) Ce (ppm) Log Ce Log Qe
(ppm) (mg/mL)
1 100 0,3091 -0,5099 1,5271
2 200 0,5450 -0,2636 1,8591
3 240 0,5261 -0,2789 1,8634
4 280 0,9910 -0,0032 1,8714
5 320 1,1396 0,0567 1,9225
6 360 1,9277 0,2850 2,0269

Tabel 4.2.13. Data perhitungan persamaan Langmuir pada suhu 25



No Ckontrol (ppm) Ce (ppm) Qe (mg/mL) Ce/Qe (ppm
mL/mg)
1 100 0,5143 33,6114 0,0153
2 200 0,8730 72,21 0,0120
3 240 1,8286 72,6903 0,0251
4 280 9,226 72,3135 0,1275
5 320 16,823 79,7367 0,2109
6 360 36,054 97,8765 0,3683

Tabel 4.2.14. Data perhitungan persamaan Langmuir pada suhu 30



No Ckontrol (ppm) Ce (ppm) Qe (mg/mL) Ce/Qe (ppm
mL/mg)
1 100 0,3091 33,6627 0,0091
2 200 0,3586 72,3478 0,0049
3 240 0,6559 72,9835 0,0089
4 280 0,9344 72,3864 0,0129
5 320 1,6635 83,5266 0,0199
6 360 1,1491 106,6027 0,0107
Tabel 4.2.15. Data perhitungan persamaan Langmuir pada suhu 35

No Ckontrol (ppm) Ce (ppm) Qe (mg/mL) Ce/Qe (ppm
mL/mg)
1 100 0,1864 33,6934 0,0055
2 200 0,5450 72,3012 0,0075
3 240 0,6229 72,9917 0,0085
4 280 0,6606 74,4548 0,0088
5 320 1,3119 83,6145 0,0156
6 360 2,0339 106,3815 0,0191

Tabel 4.2.16. Data perhitungan persamaan Langmuir pada suhu 40



No Ckontrol (ppm) Ce (ppm) Qe (mg/mL) Ce/Qe (ppm
mL/mg)
1 100 0,3091 33,6627 0,0091
2 200 0,5450 72,3012 0,0075
3 240 0,5261 73,0559 0,0072
4 280 0,9910 74,3722 0,0133
5 320 1,1396 83,6576 0,0136
6 360 1,9277 106,4080 0,0181
4.2 Pembahasan

Adsorpsi larutan menggunakan spektrofotometer uv-vis


digunakan untuk mengukur daya serap molekul akibat adanya gaya-
gaya valensi lainnya dari atom-atom atau molekul-molekul pada
permukaan padatan. Larutan deret standar mempunyai nilai absorbansi
yang dijadikan sebagai acuan nilai untuk larutan lain. Nilai absorbansi
larutan lain tidak boleh dibawah dan diatas dari deret standar. Karena
hal ini akan memengaruhi daya serap molekul pada permukaan
padatan. Sehingga akan didapatkan nilai konsentrasi larutan
methylene blue tanpa adsorben (Co) dan dengan adsorben (Ce), serta
nilai massa methylene blue yang teradsorbsi oleh bentonit (Qe).

Data yang dihasilkan berupa grafik linear dengan menunjukan


peningkatan nilai Qe, dimana dapat disimpulkan bahwa daya serap
molekul methylene blue dengan adsorben berbanding lurus dengan
besarnya konsentrasi dan suhu. Karena semakin luas permukaan
adsorben maka daya penyerapannya pun semakin tinggi. Faktor yang
mempengaruhi suhu pada proses adsoprsi adalah viskositas dan
stabilitas thermal senyawa serapan. Jika pemanasan tidak
mempengaruhi sifat-sifat senyawa serapan, seperti terjadi perubahan
warna mau dekomposisi, maka perlakuan dilakukan pada titik
didihnya.

Pengaruh persamaan Freundlich dan Langmuir pada daya serap


adsorben yang dihasilkan. Grafik menunjukan bahwa nilai R dari
persamaan Freundlich lebih kecil dari Langmuir hal ini dapat
dinyatakan bahwa adsorpsi methylene blue lebih cenderung ke
Langmuir. Pada proses isoterm Langmuir permukaan adsorben
terdapat situs aktif yang sebanding dengan luas permukaannya. Situs
aktif ini dapat diadsorpsi dengan ikatan yang dapat terbentuk. Ikatan
ini dapat mencegah terjadinya perpindahan molekul yang telah
teradsorpsi di sepanjang permukaan adsorben.

Energi bebas gibbs ( ∆ G ) yang dihasilkan pada variasi suhu


menunjukan angka negatif sehingga dapat dinyatakan bahwa proses
adsorpsi berlangsung secara spontan. Energi ini merupakan energi
aktivasi yang dibutuhkan untuk mengadsorpsi larutan methylene blue
dengan adsorben bentonit. Nilai perubahan entalpi ( ∆ H ) dan
entropi reaksi ( ∆ S ) yang dihasilkan bernilai positif maka dapat
disimpulkan bahwa proses berlangsung secara endotermik. Karena
daya serap adsorpsi yang semakin besar akan berbanding lurus dengan
suhu yang dibutuhkan, atau dapat dinyatakan bahwa semakin besar
luas permukaan adsorben maka akan semakin besar juga daya
serapnya. Dimana kalor diserap sehingga terjadi perpindahan kalor
dari lingkungan ke sistem atau adsorben.

Laju reaksi adsorpsi dapat ditentukan dari persamaan regresi


linear pada kurva kinetika. Ketika nilai R mendekati 1 maka order
reaksinya satu, begitu juga seterusnya. Dapat disimpulkan dari grafik
yang didapatkan adalah pada orde 1, 2, dan 3 nilai R mendekati 1
sehingga orde reaksi yang dihasilkan merupakan orde 1. Hal ini
menunjukan bahwa proses adsorpsi methylene blue akan semakin
besar ketika jumlahnya semakin besar yang dipengaruhi oleh suhu dan
konsentrasi larutan.
V. Kesimpulan

a. Dari hasil percobaan telah didapat nilai ∆H dari proses


adsorpsi methylene blue dengan adsorben bentonit sebesar 29,7075
kJ/molK.

b. Dari hasil percobaan telah didapat nilai ∆G dari proses


adsorpsi methylene blue dengan adsorben bentonit pada variasi
suhu (25, 30, 35, 40) ℃ secara berturut-turut sebesar -1,0361
kJ/ mol K; -2,2516 kJ/molK; -7,5413 kJ/molK ; -0,6863 kJ/molK.

c. Dari hasil percobaan telah didapat nilai ∆S dari proses


adsorpsi methylene blue dengan adsorben bentonit sebesar 0,10028
kJ/mol K

d. Dari hasil percobaan telah didapatkan pada proses adsorpsi


methylene blue dengan adsorben bentonit lebih cenderung ke
adsorpsi isotermal secara Langmuir.

e. Dari hasil percobaan telah ditentukan laju orde reaksi dari


proses adsorpsi methylene blue dengan adosrben bentonit pada
kinetika adsorpsi adalah orde 1
VI. Daftar Pustaka
Bergaya, et al. 2006. Handbook of Clay Science. United Kingdom :

Elsevier Ltd, Oxford.

Castellan, 1982. Physical Chemistry. Edisi ketiga. Addison-Wesley

Publishing Company.

Daniels, F., Williams, J. W., Mathews,. J. H., Bender, P., Alberty,

R.A., 1986, Experimental Physical Chemistry, Edisi ke-5,

McGraw-Hill Book Company, Inc., New York, Hal : 60-64,

101-104, 257-259, 523-525.

Hymoore, W.J., 1974, Physical Chemistry, Edisi ke-4, Prentice-Hall,

Inc., Indrana, hal : 517-518

Marilyn. L. E, 2012, “Kesetimbangan dan Kinetika Adsorpsi Ion

Cu+pada Zeolit H+”, Riset Geologi dan Pertambangan,

Voll. 22 no. 2(2012) 115-129.

Osick, J. 1983. Adsorption. Ellis Hardwood Ltd. Chicester. England.


LAMPIRAN

 Perhitungan

Menghitung konsentrasi sampel tanpa adsorben dari larutan


deret standar

Telah didapat persamaan regresi linear dari kurva deret standar :

2
y=0,2119 x −0,0335 , dengan R =0,9965

Maka untuk mencari konsentrasi sebenarnya dari larutan deret


standar adalah

y=a+bx

y−a
x=
b
( 0,006 )−(−0,0335 )
x 1=
0,2119

0,0395
x 1= =0,1864 ppm
0,2119

Menghitung nilai Caktual sampel tanpa adsorben

Nilai Co atau Caktual didapatkan dari x yang berada di persamaan


regresi linear deret standar

y=0,2119 x −0,0335

Maka nilai x

y−a
x=
b

Dengan y berupa adsorbansi rerata sampel tanpa adsorben

( 0 ,2525 ) −(−0,0335 )
x 1=
0,2119

0,0286
x 1= =1,3496 ppm
0,2119

Menghitung nilai Caktual sampel dengan adsorben pada suhu


25 ℃

Nilai Co atau Caktual didapatkan dari x yang berada di persamaan


regresi linear deret standar

y=0,211 9 x−0,0335

Maka nilai x

y−a
x=
b

Dengan y berupa adsorbansi rerata sampel dengan adsorben


( 0 ,0755 )−(−0,0335 )
x 1=
0,2119

0,109
x 1= =0,5143 ppm
0,2119

Menghitung nilai Caktual sampel dengan adsorben pada suhu


30 ℃

Nilai Co atau Caktual didapatkan dari x yang berada di persamaan


regresi linear deret standar

y=0,2119 x −0,0335

Maka nilai x

y−a
x=
b

Dengan y berupa adsorbansi rerata sampel tanpa adsorben

( 0 ,032 ) −(−0,0335 )
x 1=
0,2119

0,0655
x 1= =0,3091 ppm
0,2119

Menghitung nilai Caktual sampel dengan adsorben pada suhu


35 ℃

Nilai Co atau Caktual didapatkan dari x yang berada di persamaan


regresi linear deret standar

y=0,2119 x −0,0335

Maka nilai x

y−a
x=
b
Dengan y berupa adsorbansi rerata sampel tanpa adsorben

( 0 ,006 )−(−0,0335 )
x 1=
0,2119

0,0395
x 1= =0,1864 ppm
0,2119

Menghitung nilai Caktual sampel dengan adsorben pada suhu


40 ℃

Nilai Co atau Caktual didapatkan dari x yang berada di persamaan


regresi linear deret standar

y=0,2119 x −0, 0335

Maka nilai x

y−a
x=
b

Dengan y berupa adsorbansi rerata sampel tanpa adsorben

( 0,032 )−(−0,0335 )
x 1=
0,2119

0,0655
x 1= =0,3091 ppm
0,2119

Menghitung nilai Qe yang teradsorb bentonit pada suhu 25


( Co−Ce ) v
Qe=
m

Dengan nilai v merupakan volume sebesar 0,05 L dan m adalah


massa bentonit seberas 0,2 g. Maka nilai Qe yang diperoleh :

( 134,96−0,5143 ) 0,05
Qe 1=
0,2
( 134,4457 ) 0,05
Qe 1=
0,2

6,722 mg
Qe 1= =33,6114
0,2 mL

Menghitung nilai Qe yang teradsorb bentonit pada suhu 30


( Co−Ce ) v
Qe=
m

Dengan nilai v merupakan volume sebesar 0,05 L dan m adalah


massa bentonit seberas 0,2 g. Maka nilai Qe yang diperoleh :

( 134,96−0,3091 ) 0,05
Qe 1=
0,2

( 134,6509 ) 0,05
Qe 1=
0,2

6,7325 mg
Qe 1= =33,6627
0,2 mL

Menghitung nilai Qe yang teradsorb bentonit pada suhu 35


( Co−Ce ) v
Qe=
m

Dengan nilai v merupakan volume sebesar 0,05 L dan m adalah


massa bentonit seberas 0,2 g. Maka nilai Qe yang diperoleh :

( 134,96−0,1864 ) 0,05
Qe 1=
0,2

( 134,7736 ) 0,05
Qe1=
0,2
6,7386 mg
Qe 1= =33,6934
0,2 mL

Menghitung nilai Qe yang teradsorb bentonit pada suhu 40


( Co−Ce ) v
Qe=
m

Dengan nilai v merupakan volume sebesar 0,05 L dan m adalah


massa bentonit seberas 0,2 g. Maka nilai Qe yang diperoleh :

( 134,96−0,3091 ) 0,05
Qe 1=
0,2

( 134,6509 ) 0,05
Qe 1=
0,2

6,7325 mg
Qe 1= =33,6627
0,2 mL

Menghitung nilai Kf pada persamaan Freundlich di suhu 25


Nilai Kf diperoleh dengan menghubungkan persamaan kurva


adsorpsi Freund Lich dengan persamaan :
1 1
log Qe= x log Kf + x log Ce
n n
1 1
sehingga y=log Qe, a = x log Kf , b = , dan x = log Ce .
n n
sehingga,
y = 0,161x + 1,732
1
x log Kf = 1,732
n
log Kf = 1,732/0,161
log Kf = 10,7578
Kf = 5,7253 x 1010

Menghitung nilai Kf pada persamaan Freundlich di suhu 30


Nilai Kf diperoleh dengan menghubungkan persamaan kurva


adsorpsi Freund Lich dengan persamaan :
1 1
log Qe= x log Kf + x log Ce
n n
1 1
sehingga y=log Qe, a = x log Kf , b = , dan x = log Ce .
n n
sehingga,
y = 0,424x + 1,902
1
x log Kf = 1,902
n
log Kf = 1,902/0,424
log Kf = 4,4859
Kf = 30612,5847

Menghitung nilai Kf pada persamaan Freundlich di suhu 35


Nilai Kf diperoleh dengan menghubungkan persamaan kurva


adsorpsi Freund Lich dengan persamaan :
1 1
log Qe= x log Kf + x log Ce
n n
1 1
sehingga y=log Qe, a = x log Kf , b = , dan x = log Ce .
n n
sehingga,
y = 0,411x + 1,910
1
x log Kf = 1,910
n
log Kf = 1,910/0,411
log Kf = 4,6472
Kf = 44381,2980

Menghitung nilai Kf pada persamaan Freundlich di suhu 40


Nilai Kf diperoleh dengan menghubungkan persamaan kurva


adsorpsi Freund Lich dengan persamaan :
1 1
log Qe= x log Kf + x log Ce
n n
1 1
sehingga y=log Qe, a = x log Kf , b = , dan x = log Ce .
n n
sehingga,
y = 0,512x + 1,904
1
x log Kf = 1,904
n
log Kf = 1,904/0,512
log Kf = 3,7188
Kf = 5233,5937

Menghitung nilai ∆G pada persamaan Langmuir di suhu


25 ℃

Diketahui persamaan regresi linear yang didapat dari perhitungan


adalah :

y=0,0102 x+ 0,0 155 dengan nilai R2=0,9864

1 1
Dengan a= dan b=
Qm . Ka Qm

Maka untuk mencari nilai ∆ G :

∆ G=−RTlnKa

Sehingga,
1
b=
Qm

1
0,0102=
Qm

1
Qm= =98,0392
0.0102

1
a=
Qm . Ka

1
0,0155=
98,0392. Ka

1
Ka= =0,6580
(0,015 5)(98,0392)

∆ G=−RTlnKa

J
(
∆ G=− 8,314
mol K )
( 298 K ) ln 0,658 0

J kJ
∆ G=−1036,9886 =−1,0361
mol K molK

Menghitung nilai ∆G pada persamaan Langmuir di suhu


30 ℃

Diketahui persamaan regresi linear yang didapat dari perhitungan


adalah :

y=0,0088 x +0,0036 dengan nilai R2=0,8097

1 1
Dengan a= dan b=
Qm . Ka Qm

Maka untuk mencari nilai ∆ G :

∆ G=−RTlnKa

Sehingga,
1
b=
Qm

1
0,0088=
Qm

1
Qm= =113,6363
0.0088

1
a=
Qm . Ka

1
0,0036=
113,6363. Ka

1
Ka= =2,4444
(0,0036)(113,6363)

∆ G=−RTlnKa

J
(
∆ G=− 8,314
mol K )
( 303 K ) ln2,4444

J kJ
∆ G=−2251,6083 =−2,2516
mol K mol K

Menghitung nilai ∆G pada persamaan Langmuir di suhu


35 ℃

Diketahui persamaan regresi linear yang didapat dari perhitungan


adalah :

y=0,0078 x +0,0038 dengan nilai R2=0,9775

1 1
Dengan a= dan b=
Qm . Ka Qm

Maka untuk mencari nilai ∆ G :

∆ G=−RTlnKa

Sehingga,
1
b=
Qm

1
0,0078=
Qm

1
Qm= =128, 2051
0.0078

1
a=
Qm . Ka

1
0,0038=
128,2051. Ka

1
Ka= =2,0526
(0,0038)(128,2051)

∆ G=−RTlnKa

J
(
∆ G=− 8,314
mol K )
( 308 K ) ln2,0526

J kJ
∆ G=−7541,3971 =−7,5413
mol K mol K

Menghitung nilai ∆G pada persamaan Langmuir di suhu


40 ℃

Diketahui persamaan regresi linear yang didapat dari perhitungan


adalah :

y=0,0069 x +0,0053 dengan nilai R2=0,8912

1 1
Dengan a= dan b=
Qm . Ka Qm

Maka untuk mencari nilai ∆ G :

∆ G=−RTlnKa

Sehingga,
1
b=
Qm

1
0,0069=
Qm

1
Qm= =144,9275
0.0069

1
a=
Qm . Ka

1
0,0053=
144,9275. Ka

1
Ka= =1,3018
(0,0053)(144,9275)

∆ G=−RTlnKa

J
(
∆ G=− 8,314
mol K )
( 313 K ) ln1,3018

J kJ
∆ G=−686,3464 =−0,6863
mol K mol K

Menghitung nilai ∆ H dan ∆ S

Diketahui persamaan regresi linear yang didapat dari perhitungan


adalah :

y=12,062−3573,2 x dengan nilai R2=0,1789

∆S −∆ H
Dengan a= dan b=
R R

Sehingga,

∆S
a=
R
∆S J kJ
12,062= =100,2834 =0,10028
J mol K mol K
8,314
mol K

−∆ H
b=
R

−∆ H
−3573,2=
J
8,314
mol K

J kJ
∆ H=29707,5848 =29,7075
mol K mol K

Menghitung laju reaksi

dc/dt = -k. C

dc/dt = -k. C
dc/dt = -(-0,014) x 0,360 M
dc/dt = 5,04 x10-3 M/s

 Grafik

Anda mungkin juga menyukai