DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan penggunaan Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif lain (NAPZA) merupakan
masalah yang menjadi keprihatinan dunia international di samping masalah HIV/AIDS,
kekerasan (violence), kemiskinan, pencemaran lingkungan, pemanasan global dan
kelangkaan pangan. Sejak tahun 1987, PBB mengeluakan laporan tahunan konsumsi
narkoba di dunia. Saat ini, sekitar 25 juta orang mengalami ketergantungan NAPZA. Di
Indonesia pengguna NAPZA mencapai 3,8 juta jiwa. Yang menjadi lebih memprihatinkan
adalah sebagian besar pengguna tersebut ternyata adalah usia produktif, dan sebagian besar
di antaranya adalah remaja dan dewasa awal (20-30 tahun). 70 persen dari total pengguna
NAPZA di Indonesia anak usia sekolah, 4 persen lebih siswa SMA dan selebihnya
mahasiswa. Hal ini bila tidak segera ditanggulangi merupakan ancaman bagi kesejahteraan
generasi yang akan datang, di mana anak sebagai generasi muda merupakan penerus cita-
cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional yang perlu
untuk dilindungi (BNN, 2012).
Menurut perkiraan UNODC (United Nations Office on Drugs and Crime), sekitar 200 juta
orang di seluruh dunia menggunakan NAPZA jenis narkotika dan psikotropika secara
illegal. Kanabis merupakan jenis NAPZA yang paling sering di gunakan, diikuti dengan
Amfetamin, Kokain, dan Opioida. Penyalahgunaan NAPZA jenis ini di dominasi oleh pria,
dan juga lebih terlihat di kalangan kaum muda dibandingkan katagori usia lebih tua.
Sebanyak 2,7% dari populasi dunia dan 3,9% dari seluruh orang berusia 15 tahun keatas
telah menggunakan Kanabis paling sedikit sekali antara tahun 2000 dan 2001 (Depkes,
2008).
Penyalahgunaan narkoba di Indonesia sudah sampai ke tingkat yang sangat
mengkhawatirkan, fakta di lapangan menunjukkan bahwa 50% penghuni LAPAS
(Lembaga Pemasyarakatan) disebabkan oleh kasus narkoba. Berita criminal di media
massa, baik media cetak maupun elektronik dipenuhi oleh berita tentang penyalahgunaan
narkoba.
Maraknya penyalahgunaan NAPZA tidak hanya dikota-kota besar saja, tapi sudah sampai
ke kota-kota kecil diseluruh wilayah Republik Indonesia, mulai dari tingkat sosial ekonomi
menengah bawah sampai tingkat sosial ekonomi atas. Dari data yang ada, penyalahgunaan
NAPZA paling banyak berumur antara 15–24 tahun. Tampaknya generasi muda adalah
sasaran strategis perdagangan gelap NAPZA. Oleh karena itu kita semua perlu
mewaspadai bahaya dan pengaruhnya terhadap ancaman kelangsungan pembinaan
generasi muda. Sektor kesehatan memegang peranan penting dalam upaya
penanggulangan penyalahgunaan NAPZA, melalui upaya Promotif, Preventif, Terapi
dan Rehabilitasi.
Peran penting sektor kesehatan sering tidak disadari oleh petugas kesehatan itu sendiri,
bahkan para pengambil keputusan, kecuali mereka yang berminat dibidang kesehatan jiwa,
khususnya penyalahgunaan NAPZA. Bidang ini perlu dikembangkan secara lebih
profesional, sehingga menjadi salah satu pilar yang kokoh dari upaya penanggulangan
penyalahgunaan NAPZA. Kondisi diatas mengharuskan pula Puskesmas sebagai ujung
tombak pelayanan kesehatan dapat berperan lebih proaktif dalam upaya penanggulangan
penyalahgunaan NAPZA di masyarakat.
Dari hasil identifikasi masalah NAPZA dilapangan melalui diskusi kelompok terarah yang
dilakukan Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat bekerja sama dengan Direktorat Promosi
Kesehatan – Ditjen Kesehatan Masyarakat Depkes-Kesos RI dengan petugas-petugas
puskesmas di beberapa propinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Timur, Bali
ternyata pengetahuan petugas puskesmas mengenai masalah NAPZA sangat minim sekali
serta masih kurangnya buku yang dapat dijadikan pedoman.
B. Manfaat
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian napza
2. Untuk mengetahui jenis napza yang disalahgunakan
3. Untuk mengetahui penyalahgunaan dan ketergentungan
4. Untuk mengetahui penyalahgunaan napza
5. Untuk mengetahui gejala klinis penyalahgunaan napza
6. Untuk mengetahui peralatan yang digunakan dalam napza
7. Untuk mengetahui cara terapi dan rahabilitasinya
8. Untuk mengetahui presentase kasus narkoba
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Napza
NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat yang bila
masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf
pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya
karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap
NAPZA. Istilah NAPZA umumnya digunakan oleh sektor pelayanan kesehatan, yang
menitik beratkan pada upaya penanggulangan dari sudut kesehatan fisik, psikis, dan sosial.
NAPZA sering disebut juga sebagai zat psikoaktif, yaitu zat yang bekerja pada otak,
sehingga menimbulkan perubahan perilaku, perasaan, dan pikiran.
NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya, meliputi
zat alami atau sintetis yang bila dikonsumsi menimbulkan perubahan fungsi fisik dan
psikis, serta menimbulkan ketergantungan (BNN, 2004).
NAPZA adalah zat yang memengaruhi struktur atau fungsi beberapa bagian tubuh orang
yang mengonsumsinya. Manfaat maupun risiko penggunaan NAPZA bergantung pada
seberapa banyak, seberapa sering, cara menggunakannya, dan bersamaan dengan obat atau
NAPZA lain yang dikonsumsi (Kemenkes RI, 2010).
NAPZA (Narkotika, Psikoropika, Zat Adiktif) atau NARKOBA (Narkotika dan Obat
Berbahaya) sudah tidak asing lagi bagi masyarakat, kedua istilah ini sering dipakai untuk
menyebutkan jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan mental dan perilaku. Menurut
UU RI no 5/1997, Psikotropika adalah obat baik alamiah maupun buatan, bukan narkotika
yang bersifat atau berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan yang
menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika merupakan
bahan alami atau buatan yang digunakan untuk pengobatan dan perkembangan ilmu
pengetahuan. Efek yang dapat ditimbulkan oleh psikotropika adalah depresant
(menenangkan), stimulant (memberi penguatan), dan halusinogen (menimbulkan dunia
hayalan). Zat adiktif adalah zat yang apabila dikonsumsi secara teratur, sering dan dalam
jumlah yang banyak dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi). Zat adiktif yang
dimaksud disini adalah zat yang berpengaruh psikoaktif diluar yang disebut narkotika dan
psikotropika.
Kokain mempunyai dua bentuk yaitu : kokain hidroklorid dan free base.
Kokain berupa kristal pitih. Rasa sedikit pahit dan lebih mudah larut
dari free base. Free base tidak berwarna/putih, tidak berbau dan rasanya
pahit.
Nama jalanan dari kokain adalah koka,coke, happy dust, charlie, srepet,
snow salju, putih. Biasanya dalam bentuk bubuk putih.
Cara pemakaiannya: dengan membagi setumpuk kokain menjadi beberapa
bagian berbaris lurus diatas permukaan kaca atau benda-benda yang
mempunyai permukaan datar kemudian dihirup dengan menggunakan
penyedot deperti sedotan. Atau dengan cara dibakar bersama tembakau
yang sering disebut cocopuff. Ada juga yang melalui suatu proses menjadi
bentuk padat untuk dihirup asapnya yang populer disebut freebasing.
Penggunaan dengan cara dihirup akan berisiko kering dan luka pada sekitar
lubang hidung bagian dalam.
Efek rasa dari pemakaian kokain ini membuat pemakai merasa segar,
kehilangan nafsu makan, menambah rasa percaya diri, juga dapat
menghilangkan rasa sakit dan lelah.
c) Kanabis
Nama jalanan yang sering digunakan ialah : grass. Cimeng,ganja dan
gelek,hasish,marijuana,bhang. Ganja berasal dari tanaman kanabis sativa
dan kanabis indica. Pada tanaman ganja terkandung tiga zat utama yaitu
tetrehidro kanabinol,kanabinol dan kanabidiol.
Cara penggunaannya adalah dihisap dengan cara dipadatkan mempunyai
rokok atau dengan menggunakan pipa rokok. Efek rasa dari kanabis
tergolong cepat,sipemakai : cenderung merasa lebih santai,rasa gembira
berlebih (euforia), sering berfantasi. Aktif berkomonikasi,selera makan
tinggi,sensitif,kering pada mulut dan tenggorokan
d) Amphetamines
Nama generik amfetamin adalah D-pseudo epinefrin berhasil disintesa
tahun 1887, dan dipasarkan tahun 1932 sebagai obat. Nama jalannya: seed,
meth, crystal, uppers, whizz dan sulphate.
Bentuknya ada yang berbentuk bubuk warna putih dan keabuan,digunakan
dengan cara dihirup. Sedangkan yang berbentuk tablet biasanya diminum
dengan air. Ada dua jenis amfetamin :
i. MDMA (methylene dioxy methamphetamin), mulai dikenal sekitar
tahun 1980 dengan nama Ekstasi atau Ecstacy. Nama lain : xtc, fantacy
pils, inex, cece, cein. Terdiri dari berbagai macam jenis antara
lain: white doft, pink heart, snow white, petir yang dikemas dalam
bentuk pil atau kapsul
ii. Methamfetamin ice, dikenal sebagai SHABU. Nama lainnya shabu-
shabu. SS, ice, crystal, crank.
Cara penggunaan : dibakar dengan menggunakan kertas alumunium foil
dan asapnya dihisap, atau dibakar dengan menggunakan botol kaca yang
dirancang khusus (bong).
e) LSD (Lysergic Acid)
Termasuk dalam golongan halusinogen,dengan nama jalanan : acid, trips,
tabs, kertas. Bentuk yang bisa didapatkan seperti kertas berukuran kotak
kecil sebesar seperempat perangko dalam banyak warna dan gambar, ada
juga yang berbentuk pil, kapsul.
Cara menggunakannya dengan meletakkan LSD pada permukaan lidah dan
bereaksi setelah 30-60 menit sejak pemakaian dan hilang setelah 8-12 jam
Efek rasa ini bisa disebut tripping. Yang bisa digambarkan seperti
halusinasi terhadap tempat. Warna dan waktu. Biasanya halusinasi ini
digabung menjadi satu. Hingga timbul obsesi terhadap halusinasi yang ia
rasakan dan keinginan untuk hanyut didalamnya, menjadi sangat indah atau
bahkan menyeramkan dan lama-lama membuat paranoid.
f) Sedatif-Hipnotik (Benzodiazepin)
Digolongkan zat sedatif (obat penenang) dan hipnotika (obat tidur). Nama
jalanan dari Benzodiazepin : BK, Dum, Lexo, MG, Rohyp. Pemakaian
benzodiazepin dapat melalui : oral,intra vena dan rectal Penggunaan
dibidang medis untuk pengobatan kecemasan dan stres serta sebagai
hipnotik (obat tidur).
g) Solvent/ Inhalansia
Adalah uap gas yang digunakan dengan cara dihirup.Contohnya : Aerosol,
aica aibon, isi korek api gas, cairan untuk dry cleaning, tiner,uap bensin.
Biasanya digunakan secara coba-coba oleh anak dibawah umur golongan
kurang mampu/ anak jalanan.
Efek yang ditimbulkan: pusing, kepala terasa berputar, halusinasi ringan,
mual, muntah, gangguan fungsi paru, liver dan jantung.
h) Alkohol
Merupakan salah satu zat psikoaktif yang sering digunakan manusia.
Diperoleh dari proses fermentasi madu, gula, sari buah dan umbi-umbian.
Dari proses fermentasi diperoleh alkohol dengan kadar tidak lebih dari
15%, dengan proses penyulingan di pabrik dapat dihasilkan kadar alkohol
yang lebih tinggi bahkan mencapai 100%.
Nama jalanan alkohol: booze, drink. Konsentrasi maksimum alkohol
dicapai 30-90 menit setelah tegukan terakhir. Sekali diabsorbsi, etanol
didistribisikan keseluruh jaringan tubuh dan cairan tubuh. Sering dengan
peningkatan kadar alkohol dalam darah maka orang akan menjadi euforia,
mamun sering dengan penurunannya pula orang menjadi depresi.
C. Penyalahgunaan Dan Ketergantungan
Penyalahgunaan dan Ketergantungan adalah istilah klinis/medik-psikiatrik yang
menunjukan ciri pemekaian yang bersifat patologik yang perlu di bedakan dengan tingkat
pemakaian psikologik-sosial, yang belum bersifat patologik.
1. Penyalahgunaan Napza adalah penggunaan salah satu atau beberapa jenis NAPZA
secara berkala atau teratur diluar indikasi medis,sehingga menimbulkan gangguan
kesehatan fisik, psikis dan gangguan fungsi sosial.
2. Ketergantungan Napza adalah keadaan dimana telah terjadi ketergantungan fisik dan
psikis, sehingga tubuh memerlukan jumlah NAPZA yang makin bertambah (toleransi),
apabila pemakaiannya dikurangi atau diberhentikan akan timbul gejala putus zat
(withdrawal syamptom). Oleh karena itu ia selalu berusaha memperoleh NAPZA yang
dibutuhkannya dengan cara apapun, agar dapat melakukan kegiatannya sehari-hari
secara “normal”.
3. Ketergantungan Napza
a. Pemakaian coba-coba (experimental use), yaitu pemakaian NAPZA yang
tujuannya ingin mencoba,untuk memenuhi rasa ingin tahu. Sebagian pemakai
berhenti pada tahap ini, dan sebagian lain berlanjut pada tahap lebih berat.
b. Pemakaian sosial/rekreasi (social/recreational use): yaitu pemakaian NAPZA
dengan tujuan bersenang-senang,pada saat rekreasi atau santai. Sebagian pemakai
tetap bertahan pada tahap ini,namun sebagian lagi meningkat pada tahap yang lebih
berat.
c. Pemakaian Situasional (situasional use) : yaitu pemakaian pada saat mengalami
keadaan tertentu seperti ketegangan, kesedihan, kekecewaan, dan sebagainnya,
dengan maksud menghilangkan perasaan-perasaan tersebut.
d. Penyalahgunaan (abuse): yaitu pemakaian sebagai suatu pola penggunaan yang
bersifat patologik/klinis (menyimpang) yang ditandai oleh intoksikasi sepanjang
hari, tak mapu mengurangi atau menghentikan, berusaha berulang kali
mengendalikan, terus menggunakan walaupun sakit fisiknya kambuh. Keadaan ini
akan menimbulkan gangguan fungsional atau okupasional yang ditandai oleh tugas
dan relasi dalam keluarga tak terpenuhi dengan baik,perilaku agresif dan tak wajar,
hubungan dengan kawan terganggu, sering bolos sekolah atau kerja, melanggar
hukum atau kriminal dan tak mampu berfungsi secara efektif.
e. Ketergantungan (dependence use) : (dependence use) : yaitu telah terjadi toleransi
dan gejala putus zat, bila pemakaian NAPZA dihentikan atau dikurangi
dosisnya. Agar tidak berlanjut pada tingkat yang lebih berat (ketergantungan),
maka sebaiknya tingkat-tingkat pemakaian tersebut memerlukan perhatian dan
kewaspadaan keluarga dan masyarakat. Untuk itu perlu dilakukan penyuluhan pada
keluarga dan masyarakat.
D. Gejala Klinis Penyalahgunaan Napza
E. Peralatan Yang Digunakan
F. Terapi Dan Rehabilitasi
G. Persentase
BAB III
KASUS
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
B. Saran