Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan
A.Konsep Medis
1. Pengertian Vullnus
Kulit merupakan bagian tubuh yang paling luar yang berguna melindungi diri
dari trauma luar serta masuknya benda asing. Apabila kulit terkena trauma, maka
Vulnus laseratum adalah luka robek akibat terkena mesin, kayu atau benda lainya
yang menyebabkan robeknya jaringan dan ada juga yang menyebutnya vulnus
laseratum adalah luka yang bentuknya tidak beraturan. Vulnus/luka adalah hilang atau
2. Etiologi
Trauma tumpul yang menyebabkan luka tertutup (vulnus occlusum) & luka terbuka
(vulnus avertum)
Zat-zat kimia
Radiasi
Sengatan listrik
Ledakaperubahan suhu
3. Fase Vullnus
(menurut Soejarto Reksoprodjo, dkk, 1995 ; 415) proses yang terjadi secara alamiah
1) Fase inflamsi atau “ lagphase “ berlangsung sampai 5 hari. Akibat luka terjadi
lalim, trombosam, bahan kimia tertentu dan asam amoini tertentu yang
pendarahan. Sel radang keluar dari pembuluh darah secara diapedisis dan menuju
dareh luka secara khemotaksis. Sel mast mengeluarkan serotonin dan histamine yang
2) Fase proferasi atau fase fibriflasi. berlangsung dari hari ke 6-3 minggu. Tersifat oleh
proses preforasi dan pembentukan fibrosa yang berasal dari sel-sel parenkim. Serat –
serat baru dibentuk, diatur, mengkerut yang tidak perlu dihancurkan dengan
demikian luka mengkerut/mengecil. Pada fase ini luka diisi oleh sel radang, fibrolas,
permukaan tidak rata, disebut jaringan granulasi. Epitel sel basal ditepi luka lepas
dari dasarnya dan pindah menututpi dasar luka. Proses migrasi epitel hanya berjalan
kepermukaan yang rata dan lebih rendah, tak dapat naik, pembentukan jaringan
granulasi berhenti setelah seluruh permukaan tertutup epitel dan mulailah proses
bila tanda-tanda radang sudah hilang. Parut dan sekitarnya berwarna pucat, tipis,
4. Problem Three
Etiologi vullnus
Traumatik jaringan
5. Manifestasi Klinis
Apabila seseorang terkena luka maka dapat terjadi gejala setempat (local) dan gejala
a) Gejala Lokal
Nyeri terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf sensoris. Intensitas atau derajat
rasa nyeri berbeda-beda tergantung pada berat / luas kerusakan ujung-ujung saraf
Ganguan fungsi, fungdi anggota badan akan terganggu baik oleh karena rasa
b) Gejala umum
terjadi seperti syok akibat nyeri dan atau perdarahan yang hebat.
6. Klasifikasi
7. Komplikasi
2.Komplikasi lanjut lanjut seperti : keloid dan parut hipertrifik dan kontraktur
8. Pemeriksaan Diagnostik
MRI
CT scan
Ultrasonografi
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Pengkajian Primer
Airway
Adanya sumbatan / obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat
Suction / hisap
Guedel airway
Breathing
sulit dan/ atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi/aspirasi, whezing,
Circulation
bunyi jantung normal pada tahap dini, distrimia, kulit dn membran mukosa pucat,
Disability
Menilai kesadaran dengan cepat, apakah sadar, hanya respon terhadap nyeri
atau sama sekali tidak sadar, tidak menganjurkan mengukur GCS. Adapun cara
A (awake)
V: respon bicara
P : respon nyeri
b) Pengkajian sekunder
1. Identitas
- Sumber kecelakaan
4. Pemeriksaan fisik
Sirkulasi
Integritas ego
Neurosensori
Tanda : Sangat sensitif terhadap sentuhan dan gerakan, pusing, nyeri pada daerah
cidera, kemerah-merahan
Nyeri / kenyamanan
Tanda :
- Wajah meringis, respon menarik pada rangsangan nyeri yang hebat, gelisah,
tidakbisa tidur
2. Diagnosa keperawatan
3. Intervensi
Kriteria Hasil :
Intervensi
saraf
fungsi saraf
ketergantungan farmakologis
R/ ADP memberikan obat tepat waktu mencegah fluktuasi pada intensitas nyeri
Kriteria Hasil :
Intervensi
1. kaji ulang ukuran, warna, kedalaman luka, perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar
luka
R/ kain nilon/membran silikon mengandung kolagen porcine peptida yang melekat pada
R/ bleb berisi cairan mencegah graft melekat pada jaringan di bawahnya meningkatkan resiko
kegagalan graft
Kriteria Hasil :
- Meningkatkan kekuatan dan fungsi yang sakit dan / kompensasi bagian tubuh
Intervensi
R/ akan lebih mudah untuk membuat partisipasi bila pasien menyadari kemungkinan adanya
penyembuhan
2. lakukan latihan rentang gerak secara konsisten, diawali dengan gerakan pasif kemudian
aktif
3. instruksikan dan bantu dalam mobilisasi, contoh tongkat, walker secara tepat
kebutuhan individu
4. Implementasi
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang digunakan sebagai alat
untuk menilai keberhasilan dari asuhan keperawatan dan proses ini berlangsung terus
Carpenito, L.J. (2012). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2. Jakarta : EGC
Doengoes, Marylin E., (2004), Nursing Care Plans, USA Philadelphia: F.A Davis Company.
Darling, V.H. & Thorpe, M.R. (2003). Perawatan Mata. Yogyakarta : Yayasan Essentia
Media.
Ilyas, Sidarta. (2000). Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI Jakarta.
Doengoes, Marylin E., 1989, Nursing Care Plans, USA Philadelphia: F.A Davis Company.
Darling, V.H. & Thorpe, M.R. (2000). Perawatan Mata. Yogyakarta : Yayasan Essentia
Media.
Ilyas, Sidarta. (2010). Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI Jakarta.