Anda di halaman 1dari 21

TUGAS

KEUANGAN INTERNASIONAL

Disusun oleh Kelompok 7 :


Elva Megarani 025130042
Patricia Dyah M
Ulfah Nimas H
Wina Kaiuman
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena dengan rahmat dan perkenan-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Keuangan Internasional
ini dapat diselesaikan sesuai dengan harapan. Makalah ini dibuat
dengan materi yang telah diberika oleh dosen pembimbing yaitu
mengenai “RISK EXPOSURE ON FOREIGN EXCHANGE” yang dimana
terdapat 3 pembahasan yaitu :
1. Type of Risk Exposure
2. The Case of Corporate Risk Exposure
3. The Case of Banking Risk Exposure

Makalah ini dibuat dalam rangka menyelesaikan tugas dan


memperdalam pemahaman masalah Risiko Eksposure Kurs.
Secara garis besar makalah ini kami rangkum degan sebaik
mungkin,ari berbagai sumber terpercaya. Dan kami harapkn
makalah ini dapat dijadikan sarana pengetahuan bagi seluruh
lapisan masyarakat.

Kami menyadari bahwa masih kekurangan yang mendasar


pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca
untuk memberikan kritik dan sarana yang bersifat
membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan yang kami
buat dalam makalah ini.

Jakarta,November 2014

Kelompok 7
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..........................................................i
Daftar isi....................................................................ii

Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang............................................iii
1.2 Rumusan Masalah......................................iiii
1.3 Tujuan dan Manfaat...................................iiiii
Bab 2 Pembahasan
2.1 Definisi Risiko Eksposure Kurs.......................1
2.2 Jenis-Jenis Risiko Eksposure...............
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Eksposure Risiko Kurs
Resiko nilai tukar adalah resiko yang diakibatkan karena adanya perubahan nilai tukar mata
uang asing. Pada umumnya, transaksi-transaksi bisnis yang berhubungan dengan mata uang
asing (valuta asing) biasanya akan menghadapi masalah perubahan nilai kurs mata uang
tersebut.
Kurs adalah nilai suatu mata uang relatif terhadap mata uang lainnya. Mata uang suatu
negara merupakan cerminan kondisi ekonomi suatu negara. Apabila perekonomian suatu
negara membaik, maka mata uang negara tersebut akan menguat terhadap mata uang
negara lain. Jika suatu negara menetapkan kurs mata uangnya terhadap mata uang lain,
maka perubahan kurs tidak lagi terjadi melalui mekanisme pasar.
Pada sistem kurs bebas, apabila mata uang menguat disebut dengan apresiasi dan jika mata
uang melemah disebut depresiasi. Sedangkan pada sistem kurs tetap, apabila mata uang
menguat disebut revaluasi dan jika mata uang melemah disebut devaluasi.
Berikut akan disajikan contoh perhitungan apresiasi dan depresiasi mata uang rupiah (Rp)
terhadap Dolar ($).
Keterangan

Rupiah melemah terhadap $

Rupiah menguat terhadap $


Kurs awal tahun

Rp. 9000

Rp. 9000
Kurs akhir tahun

Rp. 11000
Rp. 7000
Persentase pelemahan/penguatan $ terhadap Rp

(11000-9000)/(9000) x 100%
= 22.22%

(7000-9000)/(9000) x 100 %
= -22.22%
Persentase pelemahan/penguatan Rp terhadap $

(9000-11000)/(11000) x 100%
= -18.18%

(9000-7000)/(7000) x 100 %
= 28.57%

Penjelasan :
Pada kolom kedua, disajikan situasi Rupiah melemah dari Rp. 9000/$ pada awal tahun
menjadi Rp 11000/$ pada akhir tahun. Berarti dolar mengalami apresiasi terhadap rupiah
sebesar 22,22%. Apabila dipandang dari sudut rupiah, berarti Rupiah mengalami depresiasi
terhadap dolar sebesar 18,18%. Sedangkan pada kolom ketiga, disajikan bahwa pada awal
tahun rupiah menguat dari Rp. 9000/$ menjadi Rp. 7000/$ pada akhir tahun. Berarti dolar
mengalami depresiasi terhadap rupiah sebesar 22.22% dan dari sudut pandang rupiah,
berarti rupiah mengalami apresiasi terhadap dolar sebesar 28.57%

B. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Perubahan Kurs

1. Perbedaan Inflasi

Kurs mata uang suatu negara menjadi melemah apabila inflasi di negara tersebut lebih
tinggi daripada inflasi yang terjadi di negara lain. Hubungannya terlihat melalui persamaan
kondisi paritas Purchasing Power Parity (PPP) seperti berikut ini:
et / e0 = (1+ih)t / (1+if)t

keterangan :
et = kurs pada priode t
e0 = kurs pada awal priode
ih = inflasi yang terjadi pada negara domestic (home)
if = inflasi yang terjadi pada negara asing
t = waktu

contoh :
kurs awal adalah Rp.10000$. Inflasi di Indonesia 20% dan Amerika Serikat 5%. Kurs Rp/$
satu tahun mendatang menurut rumus di atas adalah :

e1 = 10000 (1+0,2)1/(1+0,05)1
= Rp. 11.429/$

Dari hasil ini dapat diketahui bahwa kurs di akhir tahun adalah Rp. 11.429/$ dan berarti
rupiah mengalami depresiasi terhadap Dolar ($).

2. Perbedaan Tingkat Bunga


Tingkat bunga ada 2 yaitu :
a. Tingkat bunga nominal
Yaitu tingkat bunga yang bisa diobservasi. Misalnya jika ada informasi tingkat bunga
deposito sebesar 14% perrtahun maka itu merupakan tingkat bunga nominal. Negara yang
tingkat bunga nominalnya tinggi maka mata uangnya cendrung mengalami depresiasi. Hal
ini dijelaskan melalui persamaan kondisi paritas international fisher effect seperti berikut
ini:

et / e0 = (1 + rh)t / (1 + rf)t
Keterangan :
et = kurs pada priode t
e0 = kurs pada awal priode
rh = tingkat bunga nominal di negara domestic (home)
rf = tingkat bunga nominal pada negara asing
t = waktu

contoh : kurs awal adalah Rp.10000$. Inflasi di Indonesia 20% dan Amerika Serikat 5%. Kurs
Rp/$ satu tahun mendatang menurut rumus di atas adalah

e1 = 10000 (1+0,2)1/(1+0,05)1
= Rp. 11.429/$
Berarti menurut prediksi international fisher effect rupiah melemah menjadi Rp. 11.429/$

b. Tingkat bunga riil


yaitu tingkat bunga yang tidak dapat diobservasi secara langsung. Tingkat bunga riil
berpengaruh positif terhadap nilai mata uang. Negara yang mempunyai tingkat bunga riil
biasanya mata uang negara tersebut akan cendrung menguat karena uang akan mengalir ke
negara dengan tingkat keuntungan yang lebih tinggi. Tingkat bunga riil dapat dihitung secara
tidak langsung dengan persamaan :

(1 + R) = (1 + a) (1 + i)

Keterangan : R = tingkat bunga nominal


a = tingkat bunga riil
i = inflasi

persamaan tersebut disederhanakan menjadi :

R=a+i
Tingkat bunga nominal sama dengan tingkat bunga riil ditambah inflasi. Jika inflasi
meningkat, maka tingkat bunga nominal cendrung juga meningkat, sehingga mata uang
negara tersebut menjadi melemah.

3. Independensi bank sentral


Independensi adalah kemampuan bertahan dari tekanan (biasanya) pemerintah yang
sedang berkuasa. Misalnya untuk mengatasi masalah pengangguran. Secara pintas adalah
dengan menambah jumlah uang yang beredar sehingga akan menimbulkan inflasi. Jika
tingkat inflasi lebih tinggi dari pada pertumbuhan ekonomi maka pertumbuhan ekonomi riil
negara tersebut akan negatif . Negara yang mempunyai bank Sentral yang independen akan
bertahan terhadap tekanan dan bisa mengendalikan inflasi sehingga mata uang negara
tersebut cendrung menguat. Sebaliknya, negara yang mempunyai bank sentral yang kurang
independen akan mudah ditekan dan mendorong terjadi inflasi sehingga menurunkan mata
uang negara tersebut.

4. Pertumbuhan Ekonomi
Investor akan tertarik untuk menanamkan modalnya di negara yang memiliki tingkat
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, sehingga menyebabkan naiknya permintaan terhadap
mata uang negara tersebut. Dengan tingginya permintaan terhadap mata uang itu maka
nilai dari mata uang tersebut akan meningkat.

5. Ekspektasi
Mata uang bisa dilihat sebagai sekuritas sehingga bisa digunakan sebagai alat investasi.
Pengaharapan masa mendatang cukup menentukan nilai suatu sekuritas. Jika pengharapan
terhadap suatu mata uang positif, maka mata uang negara tersebut akan menguat dan
begitu sebaliknya.

Berikut ini adalah ringkasan mengenai pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap kurs.

Faktor

Pengaruh terhadap kurs


Inflasi tinggi
Depresiasi
Tingkat bunga nominal tinggi

Depresiasi
Tingkat bunga riil tinggi

Apresiasi
Pertumbuhan ekonomi tinggi

Apresiasi
Independensi bank sentral tinggi

Apresiasi
Ekspektasi positif (negatif)

Apresiasi (Depresiasi)

C. Eksposur Terhadap Perubahan Kurs

Ada 3 eksposur yang dihadapi oleh perusahaan yang berhubungan dengan perubahan kurs
yaitu :
1. Eksposur transaksi
2. Eksposur akuntansi
3. Eksposur operasi

1. Eksposur Transaksi
yaitu eksposur yang terjadi karena perusahaan memasuki kontrak tertentu yang kemudian
memunculkan sejumlah nilai uang yang rentan terhadap perubahan kurs. Contoh seorang
importir Indonesia membeli barang dari Amerika Serikat senilai $1 juta dan pembayarannya
dilakukan 3 bulan mendatang. Pada saat ini kurs Rp/$ adalah Rp. 10.000/$ namun kurs Rp/$
3 bulan mendatang adalah Rp. 12.000/$. Maka importir harus menyediakan rupiah lebih
banyak. Sebaliknya jika kurs Rp/$ menguat pada 3 bulan mendatang, maka importir
tersebut akan memperoleh keuntungan.
Jadi, apabila nilai rupiah melemah, maka importir akan mengalami kerugian, semakin besar
pelemahannya, maka semakin besar kerugian yang diderita. Akan tetapi apabila nilai rupiah
menguat maka importir tersebut akan memeperoleh keuntungan karena menyediakan
rupiah dalam jumlah yang lebih sedikit.
Dari sisi eksportir, jika rupiah melemah, maka eksportir akan memperoleh keuntungan
karena memperoleh banyak rupiah. Sebaliknya apabila rupiah menguat, eksportir tersebut
akan mengalami kerugian karena memperoleh rupiah dalam jumlah yang lebih sedikit.

2. Eksposur Akuntansi
Eksposur akuntansi terjadi karena laporan keuangan dengan mata uang tertentu kemudian
dikonversikan kelaporan keuangan dengan mata uang lain, rentan terhadap perubahan kurs.
Dengan adanya perubahan kurs, maka proses konversi tersebut bisa menghasilkan
keuntungan ataupun kerugian. Misalnya suatu perusahaan multinasional Jepang memiliki
anak perusahaan di Indonesia, berikut neraca anak perusahaan pada awal tahun :

Dalam Rp.

Awal tahun (¥)


Kurs = Rp. 80/¥

Akhir tahun (¥)


Kurs = Rp.100/¥
Kas

1.000.000

12.500
10.000
Piutang Dagang

2.000.000

25.000

20.000
Persediaan

2.000.000

25.000

20.000
Aktiva tetap

5.000.000

62.500

50.000
Total Aset

10.000.000

125.000

100.000
Hutang dagang

2.000.000

25.000

20.000
Hutang jangka panjang

2.000.000

25.000

20.000
Modal saham

6.000.000

75.000

60.000
Total pasiva

10.000.000

125.000

100.000
Total aset adalah Rp.10.000.000. Karena perusahaan ini adalah perusahaan Jepang, maka
harus dikonversikan ke dalam ¥ jepang. Misalkan pada awal tahun kurs adalah Rp 80/¥.
Maka akan terlihat bahwa total aset ¥125.000 dan modal saham ¥ 75.000.
Sedangkan kurs pada akhir tahun adalah Rp.100/¥, maka akan terlihat bahwa total aset
turun menjadi ¥ 10.000 dan modal saham juga turun menjadi ¥ 60.000. penurunan modal
saham menunjukan perusahaan mengalami kerugian sehingga modal sahamnya berkurang
nilainya. Namun nilai ekonomis perusahaan tetap sama antara awal tahun dan akhir tahun
karena kerugian ini semata-mata disebabkan oleh perubahan kurs bukan karena perubahan
nilai ekonomis.

3. Eksposur Operasi
yaitu operasi perusahaan yang rentan terhadap perubahan kurs. Misalnya, Jepang menjual
sepeda motor Honda ke Indonesia. Jika nilai Yen menguat terhadap Rupiah, maka harga
sepeda motor Honda di Indonesia menjadi lebih mahal dibanding sebelumnya. Sehingga
terjadi penurunan daya saing sepeda motor Honda di Indonesia .

Harga Honda (dalam ¥)

Harga Honda (dalam Rp)


Kurs = ¥ 0.0125/Rp

Harga Honda (dalam Rp)


Kurs = ¥ 0.01/Rp
100.000

Rp. 8.000.000

Rp. 10.000.000
Misalkan harga sepeda motor tersebut adalah ¥ 100.000. jika kurs yen/Rp adalah
¥0.0125/Rp maka sepeda motor tersebut akan berharga Rp. 8.000.000 di Indonesia. Apabila
nilai yen menguat terhadap rupiah menjadi ¥0.01/Rp maka harga sepeda motor Honda akan
naik menjadi Rp.10.000.000. Karena harga sepeda motor Honda di Indonesia semakin
mahal, mengakibatkan penjualannya menjadi berkurang dan menurunnya arus kas masuk
Honda dari penjualan di pasar Indonesia, sedangkan Honda tetap melakukan pengeluaran
input dan tenaga kerja. Maka operasi Honda akan terganggu karena pemasukan menjadi
lebih sedikit dengan pengeluaran yang tetap sama.

4. Eksposur Ekonomi
Yaitu nilai perusahaan yang rentan terhadap perubahan kurs.

Eksposur ekonomi = eksposur operasi + eksposur transaksi

Berhubungan dengan contoh diatas, karena penjualan Honda terus berkurang,


mengakibatkan turunnya aliran kas Honda. Menurunnya aliran kas menyebabkan harga
saham Honda akan turun. Dengan demikian berarti harga saham Honda rentan terhadap
perubahan kurs.

D. Manajemen Perubahan Kurs

1. Manajemen Eksposur Transaksi

a) Derivatif
Misalkan importir Indonesia melakukan transaksi pembelian dari eksportir Amerika Serikat.
Dalam hal ini importir membayar $1 juta untuk 3 bulan mendatang. Keadaan ini sangat
rentan terhadap perubahan kurs, apabila rupiah melemah maka ia akan menderita kerugian.
Oleh karena itu dilakukan hedging dengan derivatif dan instrumen money-market.
Importir membutuhkan dolar untuk 3 bulan mendatang, sehingga disebut short $. Apabila
rupiah melemah, maka pemegang Short $ akan mengalami kerugian dan sebaliknya. Sebagai
hedge-nya, importir bisa membeli 3 bulan $ forward. Sedangkan jika kurs rupiah melemah,
maka pemegang posisi long $ akan memeperoleh keuntungan dan ia akan rugi di posisi
spot-nya.
Alternatif dari forward adalah futures, berarti importir itu akan membeli kontrak futures
dengan posisi long futures $. Alternatif lain adalah dengan menggunakan opsi call, karena
apabila harga pasar aset meningkat maka pemegang opsi memperoleh keuntungan.
b) Money-market hedge
Hedging dengan money-market instrument dapat dilakukan apabila instrument derivatif
tidak ada. Contoh : seorang eksportir Indonesia akan memperoleh $1 juta pada 3 bulan
mendatang. Keadaan ini tentu tidak terlepas dari resiko perubahan kurs, sehingga untuk
menghilangkan resiko tersebut dapat dilakukan hedging sebagai berikut :
· Misalkan tingkat bunga dalam $ untuk 3 bulan mendatang adalah 5 %
· T=0 (sekarang) à pinjam sebesar $1 juta / (1,05) = $ 952.381.
Dikonversikan ke rupiah dengan kurs spot Rp. 10.000/$, untuk memperoleh rupiah sekitar
Rp. 9,52 M
· T=3 (3 bulan) à memperoleh $1 juta
Kas tersebut digunakan untuk melunasi hutangnya sehingga ia membayar sebesar $ 952.381
x (1,05) = $ 1 juta.

Ketika ia mengkonversikan $ ke rupiah, maka ia sudah terbebas dari resiko perubahan kurs.
Apapun yang akan terjadi dengan kurs Rp/$ 3 bulan mendatang, tidak akan berpengaruh
terhadap posisinya karena ia sudah menerima Rp. 9,52 M.

c) Risk shifting
Yaitu pengalihan/penggeseran resiko perubahan kurs dari produsen ke konsumen atau dari
konsumen ke produsen. Apabila posisi tawar menawar perusahaan lebih kuat dibandingkan
dengan konsumen (misal satu-satunya penjual atau semua penjual juga mengimpor produk
dari luar negri), berarti resiko telah digeser dari produsen ke konsumen. Sebaliknya apabila
posisi konsumen lebih kuat dibanding produsen maka resiko dapat dialihkan dari konsumen
ke produsen.

d) Netting Exposure
Cara ini dilakukan dengan menggabungkan eksposur yang berlawanan sehingga eksposur
bersihnya adalah nol. Misalnya seseorang meminjam Dolar sekaligus menjual produk ke luar
negri (ekspor), maka orang tersebut mempunyai dolar (long dolar) dan di sisi lain
membutuhkan dolar (short dolar). Gabungan antara kedua keadaan tersebut akan
menhasilkan eksposur bersih nol (atau kecil)
2. Manajemen Eksposur Akuntansi
Eksposur akuntansi terjadi jika perusahaan multinasional mengkonversikan laporan
keuangan dari satu mata uang ke mata uang lainnya. Proses konversi tersebut akan
menimbulkan kerugian ataupun keuntungan. Manajemen terhadap eksposur akuntansi bisa
dilakukan dengan menyesuaikan aset dan kewajiban tergantung prediksi kurs di masa
mendatang.
Apabila kurs melemah, maka sebaiknya aset dikurangi dan kewajiban ditambah. Sebaliknya
apabila kurs menguat maka aset ditambah dan kewajiban dikurangi. Namun cara seperti ini
tidak sepenuhnya dapat menghilangkan resiko karena kita harus menebak kemana arah
pergerakan kurs, jika tebakan salah maka kita akan menderita kerugian.
Alternatif lain adalah dengan menggunakan derivatif untuk mencegah kerugian akibat
perubahan kurs. Misalkan perusahaan Amerika serikat mempunya anak perusahaan di
Indonesia dan memiliki situasi seperti berikut ini :

Dalam Rp.

Awal tahun ($)


Kurs = Rp. 5000/$

Akhir tahun ($)


Kurs = Rp.10.000/$
Kas

1.000.000

200

100
Piutang Dagang
2.000.000

400

200
Persediaan

2.000.000

400

200
Aktiva tetap

5.000.000

1.000

500
Total Aset

10.000.000

2.000

1.000
Hutang dagang

2.000.000
400

200
Hutang jangka panjang

2.000.000

400

200
Modal saham

6.000.000

1.200

600
Total pasiva

10.000.000

2.000

1.000

Jika kurs rupiah melemah dari Rp. 5.000/$ menjadi Rp 10.000/$ maka perusahaan tersebut
akan mengalami kerugian. Hedging yang bisa dilakukan adalah dengan menjual rupiah
forward. Apabila perusahaan bisa mendapatkan partner yang bersedia menjual dolar
forward 1 tahun dengan kurs Rp. 5000/$, maka perusahaan tersebut akan menjual rupiah
forward seharga Rp. 6 juta dengan kurs Rp. 5000/$. Tahun depan nilai modal saham dalam
dolar adalah $1.200, karena perusahaan bisa menjual rupiah dengan kurs Rp. 5000/$
meskipun kurs spot-nya saat ini adalah Rp. 10.000/$.

3. Manajemen Eksposur Operasi

Eksposur operasi terjadi karena perubahan kurs yang mengakibatkan terganggunya operasi
perusahaan. Manajemen eksposur operasi dapat dilakukan dengan cara :
a) Jangka Pendek
Yaitu dengan memanfaatkan situasi perubahan kurs untuk kepentingan perusahaan.
b) Jangka Panjang
Yaitu dengan mengurangi sensitivitas operasi perusahaan terhadap perubahan kurs.
Pengurangan sensitivitas tersebut dapat dilakukan dengan cara seperti berikut ini :
ü Aspek Pemasaran, perusahaan harus membuat sensitivitas konsumen terhadap kurs
menjadi berkurang , misalnya dengan melakukan difrensiasi terhadap produknya agar
menarik konsumen untuk membeli.
ü Mendiversifikasikan pasar luar negri, yaitu menjual produk-produk perusahaan ke
berbagai negara di dunia
ü Aspek Produksi, yaitu dengan mendiversifikasikan inputnya dan memindahkan fasilitas
produksinya
ü Aspek lain, contohnya apabila perusahaan jepang menjual produknya ke Amerika Serikat
dan menerima $. Perusahaan tersebut bisa meminjam dalam $, sehingga eksposur
bersihnya adalah 0

Anda mungkin juga menyukai