Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH MANAJEMEN PERPAJAKAN

ASSETS TAXATION

Dosen Pengampu:

Veni Soraya Dewi, S.E. M.Si.

Disusun oleh:

Ani Puji Astuti (18.0102.0016)

Alwin Nadella (18.0102.0020)

Nur Muhammad Ikhsan (16.0102.0120)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG

TAHUN 2019
A. AKUISISI

Akuisisi merupakan perusahan yang menggabungkan diri dengan perusahaan lain. Dengan
akuisisi, perusahaan mampu mencapai pertumbuhan lebih cepat daripada harus membangun unit usaha
sendiri di samping motif ekonomi (mendapat keuntungan). Berikut beberapa pengertian menurut para ahli
:

1. Menurut PSAK No. 2 paragraf 08 tahun 1999

Akuisisi (acqusition) adalah suatu penggabungan usaha di mana salah satu perusahaan yaitu
pengakuisisi (acquirer) memperoleh kendali atas aktiva neto dan operasi perusahaan yang diakuisisi
(acquiree), dengan memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban, atau mengeluarkan saham.

2. Michael A. Hitt

Akuisisi yaitu memperoleh atau membeli perusahaan lain dengan cara membeli sebagian besar
saham dari perusahaan sasaran.

3. P.S Sudarsanan

Sebuah perjanjian, di mana sebuah perusahaan membeli aset atau saham perusahaan lain, dan
para pemegang saham dari perusahaan lain menjadi sasaran akuisisi akan berhenti menjadi pemilik
perusahaan.

4. Marcell Go

Akuisisi sering juga disebut sebagai investasi peranan modal. Akuisisi adalah penguasaan
sebagian saham dari perusahaan subsidiary, melalui pembelian saham hak suara perusahaan subsidiary,
dalam jumlah material (lebih dari 50%).

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka akuisisi dapat disimpulkan sebagai pengambilalihan
kepemilikan suatu perusahaan oleh perusahaan lain yang dilakukan dengan cara membeli sebagian atau
seluruh saham perusahaan, di mana perusahaan yang diambil alih tetap memiliki hukum sendiri dengan
maksud untuk pertumbuhan usaha. Akuisisi juga memiliki beberapa manfaat, berikut manfaat akuisisi
menurut Shapiro (1991 : 933) dalam Christina (2003 : 12), sebagai berikut :

a. Peningkatan tingkat pertumbuhan yang lebih cepat dalam bisnis sekarang daripada melakukan
pertumbuhan secara internal.

b. Mengurangi tingkat persaingan dengan membeli beberapa badan usaha guna menggabungkan kekuatan
pasar dan pembatasan persaingan.
c. Memasuki pasar baru penjualan dan pemasaran sekarang yang tidak dapat ditembus.

d. Menyediakan managerial skill, yaitu adanya bantuan manajerial mengelola aset-aset badan usaha.

Setelah mengetahui manfaat dari akuisisi sendiri, maka kita juga harus mengertahui beberapa
klasifikasi dari akuisisi sebagai berikut :

a. Berdasarkan Bentuk Dasar atau Objek Akuisisi

Terdapat tiga prosedur dasar yang tepat dilakukan perusahaan untuk mengambil alih perusahaan
lain, yaitu :

1. Merger atau Konsolidasi

Istilah merger sering digunakan untuk menunjukkan penggabungan dua perusahaan atau lebih,
dan kemudian tinggal nama salah satu perusahaan yang bergabung. Sedangkan konsolidasi menunjukkan
penggabungan dari dua perusahaan atau lebih, dan dari perusahaan-perusahaan yang bergabung tersebut
hilang, kemudian muncul nama baru dari perusahaan gabungan.

2. Akuisisi Saham

Cara kedua untuk mengambil alih perusahaan lain adalah membeli saham perusahaan tersebut,
baik dibeli secara tunai, ataupun menggantinya dengan sekuritas lain (saham atau obligasi).

3. Akuisisi Aset

Suatu perusahaan dapat mengakuisisi perusahaan lain dengan jalan membeli aktiva perusahaan
tersebut. Cara ini akan menghindarkan perusahaan dari kemungkinan memiliki pemegang saham
minoritas, yang dapat terjadi pada peristiwa akuisisi saham. Akuisisi aset dilakukan dengan cara
pemindahan hak kepemilikan aktiva-aktiva yang dibeli.

b. Berdasarkan Keterkaitan dengan Jenis Usaha


1. Akuisisi Horizontal

Akuisisi horizontal adalah akuisisi yang dilakukan oleh suatu perusahaan atas perusahaan target
yang memiliki bidang usaha yang sama, sehingga merupakan pesaing usaha, baik pesaing yang
memproduksi produk yang sama maupun daerah pemasaran yang sama. Tujuan akuisisi ini yaitu untuk
memperbesar persaingan pada pasar atau membunuh pesaing.

2. Akuisisi Vertikal
Akuisisi vertikal adalah akusisi dilakukan antara suatu perusahaan dengan perusahaan yang masih
dalam satu mata rantai produksi, yakni suatu perusahaan yang bergerak dalam produksi dari hulu ke hilir.
Tujuan akuisisi ini yaitu untuk memperoleh kepastian adanya pasokan dan penjualan barang.

3. Akuisisi Konglomerat

Akuisisi konglomerat adalah akuisisi perusahan yang tidak terkait dengan perusahaan-perusahaan
lain baik secara horizontal maupun secara vertikal. Tujuan Akuisisi ini agar perusahaan yang diakuisisi
dapat menunjang perusahaan yang mengakuisisi secara keseluruhan serta untuk memantapkan kondisi
portofolio grup perusahaan.

Dilihat dari segi akuntansinya, apabila dua atau lebih badan usaha diselenggarakan bersama atau
digabungkan dengan tujuan untuk melanjutkan usaha-usahanya yang terdahulu, hal tersebut bisa
dikatakan sebagai bentuk akuisisi. Sebagai akibat adanya kombinasi tersebut, maka prosedur pencatatan
akuntansinya terdiri dari dua macam metode yaitu metode pembelian (by purchase) dan metode
penyatuan kepentingan (by pooling of interest).

Untuk mendapatkan pencatatan keuangan yang baik selama proses akuisisi, ada baiknya setiap
perusahaaan mulai memiliki software akuntansi seperti Jurnal. Dengan menggunakan Jurnal, pencatatan
keuangan perusahaan akan mudah diakses oleh beberapa pihak secara bersamaan namun juga
memungkinkan untuk memiliki data keuangan secara lengkap dengan penyajian yang bisa diatur sesuai
kebutuhan laporan yang diinginkan. Jurnal, memberi efisiensi laporan keuangan secara aman dan mudah

B. DEPRESIASI DAN AMORTISASI ASET


1. Penyusutan

Penyusutan atas pengeluaran untuk pembelian, pendirian, penambahan, perbaikan, atau


perubahan harta berwujud, kecuali tanah yang berstatus hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha,
dan hak pakai, yang dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar
selama masa manfaat yang telah ditentukan bagi harta tersebut.

Penyusutan atas pengeluaran harta berwujud selain bangunan, dapat juga dilakukan dalam
bagian-bagian yang menurun selama masa manfaat, yang dihitung dengan cara menerapkan tarif
penyusutan atas nilai sisa buku, dan pada akhir masa manfaat nilai sisa buku disusutkan sekaligus, dengan
syarat dilakukan secara taat peraturan. Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali
untuk harta yang masih dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan selesainya
pengerjaan harta tersebut. Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, Wajib Pajak diperkenankan
melakukan penyusutan mulai pada bulan harta tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan atau pada bulan harta yang bersangkutan mulai menghasilkan.

Apabila Wajib Pajak melakukan penilaian kembali aktiva, maka dasar penyusutan atas harta
adalah nilai setelah dilakukan penilaian kembali aktiva tersebut. Untuk menghitung penyusutan, masa
manfaat dan tarif penyusutan harta berwujud ditetapkan sebagai berikut:

Tabel Tarif dan Masa Manfaat Penyusutan Fiskal

Kelompok Harta Masa Tarif - Metode garis Tarif - Metode Saldo


Berwujud Manfaat Lurus Menurun

I. Bukan Bangunan

Kelompok 1 4 tahun 25% 50%

Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%

Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%

Kelompok 4 20 tahun 5% 10%

II. Bangunan

Tidak Permanen 10 tahun 10%

Permanen 20 tahun 5%

Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusutan atas harta berwujud yang dimiliki dan digunakan
dalam bidang usaha tertentu diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
1. Apabila terjadi pengalihan atau penarikan harta atau penarikan harta karena sebab lainnya,
maka jumlah nilai sisa buku harta tersebut dibebankan sebagai kerugian dan jumlah harga
jual atau penggantian asuransinya yang diterima atau diperoleh dibukukan sebagai
penghasilan pada tahun terjadinya penarikan harta tersebut.
2. Apabila hasil penggantian asuransi yang akan diterima jumlahnya baru dapat diketahui
dengan pasti di masa kemudian, maka dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak jumlah
sebesar kerugian dibukukan sebagai beban masa kemudian tersebut.
3. Apabila terjadi pengalihan harta yang memenuhi syarat sebagai bantuan, sumbangan, zakat,
hibah dan/atau warisan yang diakui berdasarkan perundang-undangan perpajakan, yang
berupa harta berwujud, maka jumlah nilai sisa buku harta tersebut tidak boleh dibebankan
sebagai kerugian bagi pihak yang mengalihkan. Ketentuan lebih lanjut mengenai kelompok
harta berwujud sesuai dengan masa manfaat diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
2. Amortisasi

Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh harta tak berwujud dan pengeluaran lainnya
termasuk biaya perpanjangan hak guna bangunan, hak guna usaha, hak pakai, dan muhibah (goodwill)
yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun yang dipergunakan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar atau dalam
bagian-bagian yang menurun selama masa manfaat, yang dihitung dengan cara menerapkan tarif
amortisasi atas pengeluaran tersebut atau atas nilai sisa buku dan pada akhir masa manfaat diamortisasi
sekaligus dengan syarat dilakukan secara taat peraturan.

Amortisasi dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk bidang usaha tertentu
yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan. Untuk menghitung amortisasi, masa
manfaat dan tarif amortisasi ditetapkan sebagai berikut:

Masa Manfaat dan Tarif Amortisasi

Kelompok Harta Tak Masa Tarif Amortisasi - Tarif Amortisasi -


Berwujud Manfaat Garis Lurus Saldo Menurun

Kelompok 1 4 tahun 25% 50%


Masa Manfaat dan Tarif Amortisasi

Kelompok Harta Tak Masa Tarif Amortisasi - Tarif Amortisasi -


Berwujud Manfaat Garis Lurus Saldo Menurun

Kelompok 8 tahun 12,5% 25%

Kelompok 16 tahun 6,25% 12,5%

Kelompok 20 tahun 5% 10%

Pengeluaran untuk biaya pendirian dan biaya perluasan modal suatu perusahaan dibebankan pada
tahun terjadinya pengeluaran atau diamortisasi. Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan
pengeluaran lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun di bidang penambangan minyak
dan gas bumi dilakukan dengan menggunakan metode satuan produksi. Amortisasi atas pengeluaran
untuk memperoleh hak penambangan selain dengan menggunakan metode satuan produksi, hak
pengusahaan hutan, dan hak pengusahaan sumber alam serta hasil alam lainnya yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, dilakukan dengan menggunakan metode satuan produksi setinggi-
tingginya 20% (dua puluh persen) setahun.

Pengeluaran yang dilakukan sebelum operasi komersial yang mempunyai masa manfaat lebih dari
1 (satu) tahun, dikapitalisasi dan kemudian diamortisasi. Apabila terjadi pengalihan harta tak berwujud
atau hak guna bangunan, hak guna usaha, hak pakai, muhibah (goodwill), hak pengusahaan hutan, hak di
bidang penambangan minyak dan gas bumi dan hak pengusahaan sumber alam serta hasil alam lainnya
yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, maka nilai sisa buku harta atau hak-hak tersebut
dibebankan sebagai kerugian dan jumlah yang diterima sebagai penggantian merupakan penghasilan pada
tahun terjadinya pengalihan tersebut.

Apabila terjadi pengalihan harta yang memenuhi syarat sebagai bantuan, sumbangan, zakat, hibah
dan/atau warisan yang diakui berdasarkan perundang-undangan perpajakan, yang berupa harta tak
berwujud, maka jumlah nilai sisa buku harta tersebut tidak boleh dibebankan sebagai kerugian bagi pihak
yang mengalihkan.

C. REVALUASI AKTIVA TETAP


Revaluasi diambil dari kata re dan valuasi (value), dimana re berarti berulang atau
kembali sedangkan valuasi yang berasal dari kata value yang berarti nilai sehingga valuasi dapat
diartikan sebagai proses penilaian. Jadi arti kata dari revaluasi itu sendiri adalah penilaian
kembali.

Revaluasi aktiva tetap adalah penilaian kembali aktiva tetap perusahaan yang diakibatkan
adanya kenaikan nilai aktiva tersebut di pasaran atau karena rendahnya nilai aktiva tetap dalam
laporan keuangan perusahaan yang disebabkan oleh devaluasi atau sebab lain. Hal ini
mengakibatkan nilai aktiva tetap dalam laporan keuangan tidak mencerminkan nilai yang wajar.
Atau dapat juga dikatakan revaluasi aktiva tetap merupakan penilaian kembali aktiva tetap yang
tercatat di dalam buku perusahaan dan masih digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan.
Tujuan revaluasi adalah agar nilai yang tercantum di dalam buku perusahaan / laporan keuangan
perusahaan sesuai dengan nilai wajar yang berlaku pada saat dilakukannya revaluasi.

Revaluasi aktiva tetap dapat digunakan sebagai sarana bagi pemerintah atau Direktorat
Jenderal Pajak untuk meningkatkan penerimaan negara yang berasal dari Pajak Penghasilan
Badan, sedangkan bagi wajib pajak sendiri penilaian kembali aktiva dapat dijadikan sebagai
sarana untuk melakukan perencanaan perpajakannya dengan tujuan untuk menghemat
pembayaran pajak penghasilan badan.

 Sudut Pandang Revaluasi Aktiva Tetap

1. Berdasarkan PSAK

PSAK 16 adalah standar akuntansi keuangan resmi di Indonesia yang menggunakan IAS
16 - Property, Plant and Equipment sebagaiacuanutama dan dikeluarkan oleh DSAK (Dewan
Standar Akuntansi Keuangan) Ikatan Akuntan Indonesia. Dalam PSAK nomor 16 disebutkan
bahwa penilaian kembali asset tetap pada umumnya tidak diperkenankan karena Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) menganut penilaian asset berdasarkan harga perolehan atau harga
pertukaran. Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan
pemerintah.

Revaluasi atau penyajian kembali (restatement) aset dan kewajiban menimbulkan


kenaikan atau penurunan ekuitas. Meskipun memenuhi definisi penghasilan dan beban menurut
pemeliharaan modal tertentu, kenaikan dan penurunan ini tidak dimasukkan ke dalam laporan
laba rugi. Sebagai alternatif pos ini dimasukkan ke dalam ekuitas sebagai penyesuaian
pemeliharaan modal atau cadangan revaluasi.

2. Menurut Peraturan Menteri Keuangan ( PMK )

Kebijakan Revaluasi Aktiva Tetap bukanlah instrument baru karena Menteri Keuangan
pernah meluncurkan instrumen yang sama pada tahun pada tahun 2008 yaitu melalui PMK
Nomor: 79/PMK.03/2008 tentang Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan Untuk Tujuan
Perpajakan (PMK 79/2008). Dengan diterbitkannya peraturan ini adalah diharapkan dapat
menambah setoran tunai pajak penghasilan yang berasal dari aset yang dimiliki oleh para wajib
pajak. Selain itu peraturan ini juga bertujuan untuk menjaga stabilitas ekonomi makro serta
membuat perusahaan dapat menampilkan nilai aset yang wajardalam laporan keuangan mereka.
Akan tetapi fasilitas ini hanya berlaku hingga akhir tahun 2016 saja karena itu diharapkan wajib
pajak dapat memanfaatkan betul fasilitas yang diberikan oleh dirjen pajak.

PMK 191 Tahun 2015 merupakan pengembangan dari PMK Nomor 79/PMK.03/2008.
PMK 191 Tahun 2015 berisi antara lain antara lain:

a. Aktiva yang dapat di-revaluasi adalah sebagian atau seluruh active tetap berwujud yang
terletak atau berada di Indonesia, dimiliki, dan dipergunakan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasila yang merupakan Objek Pajak.
b. Penilaian kembali harus dilakukan oleh kantor jasa penilai publik (KJPP) atau ahli penilai
yang memperoleh izin dari pemerintah. Dalam hal nilai pasar atau nilai wajar yang
ditetapkan oleh kantor jasa penilai publik atau ahli penilai ternyata tidak mencerminkan
keadaan sebenarnya, Direktorat Jenderal Pajak dapat menetapkan kembali nilai pasar atau
nilai wajar aktiva tetap yang bersangkutan.
c. Penilaian kembali aktiva tetap dilakukan berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar aktiva
tetap yang berlaku pada saat penlaian kembali aktiva tetap.

Selisih lebih revaluasi = Nilai Pasar – Nilai Buku Fiskal

(Catatan : Perlu diperhatikan bahwa revaluasi untuk tujuan perpajakan tidak mengenal istilah
selisih kurang dan selisih lebih merupakan obyek pajak penghasilan yang akan diberikan insentif
pengurangantarif).
 Pelaksanaan Revaluasi Aktiva Tetap
a. Syarat dilakukannya Revaluasi Aktiva Tetap

Menurut Peraturan Menteri Keuangan (PMK) no. 191/2015 ,syarat yang harus dipenuhi
adalah sebagai berikut :

1. Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk Usaha Tetap (BUT), tidak termasuk
perusahaan yang memperoleh ijin menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa Inggris
dan mata uang Dolar Amerika Serikat.
2. Telah memenuhi semua kewajiban pajaknya sampai dengan masa pajak terakhir sebelum
masa pajak dilakukannya penilaian kembali.
3. Mendapat persetujuan Diretur Jenderal Pajak.
b. Prosedur Melakukan Revaluasi Aktiva Tetap

WP mengajukan surat permohonan beserta lampirannya ke kantor kanwil Direktorat


Jendral Pajak dimanadomisili WP terdaftar. Persyaratan untuk WP telah melakukan penilaian
kembali aktiva yang dilakukan KJPP atau ahli penilaian sebagai berikut :

1. Surat permohonan
2. SSP Pelunasan PPh
3. Daftar aktiva yang dinilai kembali
4. Laporan keuangan
5. Fotokopi izin usaha KJPP/ ahli penilai
6. Laporan penilaian kembali oleh KJPP/ ahli penilai

Persyaratan untuk WP yang belum melakukan penilaian kembali aktiva yang dilakukan
KJPP atau ahli penilaian sebagai berikut :

 Saat Permohonan :

1. Surat Permohonan

2. SSP PPh atas perkiraan penilaian dilunasi sebelum pengajuan permohonan

3. Daftar aktiva tetap yang akan dinilai

 Saat Pengajuan Dokumen Kelengkapan :


1. SSP kurang bayar dilunasi sebelum pengajuan dokumen

2. Laporan keuangan

3. Foto kopi izin usaha KJPP/ ahli penilai

4. Laporan penilaian kembali oleh KJPP/ ahli penilai

5. Daftar aktiva tetap hasil penilaian kembali

c. Pemberlakuan tarif

Dalam hal ini PMK 191 Tahun 2015 memberlakukan tarif insentif revaluasi aktiva tetap
yang terbagi menjadi 3 macam dan ketiganya bersifat final. Pembagian tarif ini disesuaikan
dengan saat wajib pajak melakukan pemanfaatan insentif perpajakan revaluasi. Tarif tersebut
adalah :

 3%, untuk permohonan sampai dengan 31 Desember 2015 dan penilaian kembali selesai
paling lambat 31 Desember 2016.
 4%, untuk permohonan periode 1 Januari 2016 sampai dengan 30 Juni 2016 dan
penilaiankembaliselesai paling lambat 30 Juni 2017.atau
 6%, untuk permohonan periode 1 Juli 2016 sampai dengan 31 Desember 2016 dan
penilaian kembali selesai paling lambat 31 Desember 2017.

Tarif tersebut dikenakan atas selisih lebih nilai aktiva tetap hasil penilaian kembali atau
hasil perkiraan penilaian kembali oleh Wajib Pajak berdasarkan Kantor Jasa Penilai Publik atau
ahli penilai di atas nilai buku fiscal semula. Adapun hal yang perlu diperhatikan oleh Wajib
Pajak lainnya adalah Wajib Pajak wajib melunasi Pajak Penghasilan (PPh) Final terkait
dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap dilakukan sebelum diajukannya permohonan dan
dilengkapinya dokumen dalam hal permohonan diajukan dengan menggunakan nilai perkiraan
penilaian kembali dari Wajib Pajak.

d. Ketentuan Khusus

Pelunasan Pajak Penghasilan (PPh) Final terkait dilakukannya penilaian kembali aktiva
tetap dilakukan sebelum diajukannya permohonan dan dilengkapinya dokumen. Wajib Pajak
dapat melakukan penilaian sendiri terlebih dahulu berdasarkan perkiraan untuk dapat melunasi
perkiraan pajak terutang karena penilaian kembali aktiva tetap dan pengajuan permohonan.
Meski demikian, hasil perkiraan penilaian wajib pajak tetap harus dilakukan penilaian kembali
oleh kantor jasapenilai public (atau ahli penilai dalam batas waktu yang ditentukan).

Tambahan Obyek PPh final = Nilai Aktiva KJPP – Nilai Aktiva Hasil Perkiraan Sendiri.

Dalam hal Wajib Pajak telah memperoleh izin menyelenggarakan pembukuan dengan
Bahasa Ingris dan mata uang Dollar, selisih lebih penilaian kembali (dasar pengenaan pajak /
DPP) dikonversi ke dalam rupiah dengan KURS KMK pada saat pembayaran Pajak Penghasilan.

 Manfaat Revaluasi Aktiva Tetap

Dapat menciptakan performance of balance sheet yang lebih baik, sebagai akibat
meningkatnya nilai aktiva dan modal. Meningkatkan kepercayaan para pemegang saham, karena
kenaikan nilai aktiva dapat dicatat sebagai tambahan nilai saham (saham bonus). Meningkatkan
kepercayaan kreditur, sebagai dampak membaiknya beberapa rasio keuangan perusahaan,
khususnya yang ditunjukkan oleh debt to assets ratio dan debt to equity ratio. Meningkatkan
nilai perusahaan (mark-up) sehingga memudahkan perusahaan dalam proses pencarian dana,
baik melalui pinjaman bank maupun peniualan saham (go public).

Meningkatkan biaya penyusutan aktiva tetap di masa dating sehingga deductible expense
di masa dating semakin besar dan beban pajak semakin kecil. Meningkatkan keakuratan
penghitungan penghasilan maupun biaya sehingga mencerminkan kemampuan perusahaan yang
sebenarnya dalam menghasilkan laba.

D. PENJUALAN ASET TETAP

Aktiva tetap adalah asset atau harta yang menjadi sumber ekonomi perusahaan serta
memiiki nilai relative tinggi , manfaatnya lebih dari satu periode digunakan untuk kegiatan
operasional perusahaan. Karakteristik aset tetap : digunakan dalam kegiatan operasional, tidak
untuk di perjual belikan. Jenis aset tetap : gedung, tanah, peralatan, kendaraan.

 Contoh Soal

Peralatan yang diperoleh pada awal tahun dengan biaya Rp 91.000.000, disusutkan dengan
menggunakan metode garis lurus berdasarkan estimasi masa kegunaan sembilan tahun dan
estimasi nilai residu sebesar Rp 10.000.000. Dari data-data tersebut maka dapat dihitung :
Jumlah penyusutan untuk tahun pertama:

= (Rp 91.000.000 – Rp 10.000.000) : 9 = Rp 9.000.000

Diasumsikan peralatan dijual pada akhir tahun kedua dengan harga sebesar Rp 78.000.000, laba
atau rugi atas penjualan peralatan tersebut adalah :

Laba = Rp 78.000.000 – (Rp 91.000.000 – (Rp 9.000.000 X 2) = Rp 5.000.000

Laba penjualan asset tetap sering muncul pada laporan laba rugi suatu entitas. Seperti yang kita
ketahui, suatu transaksi yang masuk dalam akun asset tetap memang tidak untuk diperjual
belikan. Namun, terkadang perusahaan memiliki kebijakan tentang pengolahan asset tetapnya.

Perusahaan akan melakukan penjualan asset tetapnya dikarenakan beberapa hal. Sebagai contoh
perusahaan yang akan menggunakan mesin produksi jenis baru dan yang lebih produktif.
Sebagai dampak dari kebijakan tersebut, maka perusahaan akan menjual mesin produksi
lamanya. Penjualan dilakukan karena mesin memang sudah tidak digunakan lagi oleh perusahaan
dan sebagai kompensasi yang digunakan sebagai pengurang biaya perolehan mesin baru.

Seperti yang kita ketahui, perpajakan mengatur bagaimana akuntansi dalam asset tetap.
Perpajakan mengatur jenis penyusutan dan masa manfaat dariaset tetap. Sedangkan secara
akuntansi sudah diatur tersendiri perhitungan penyusutan dan masa manfaatnya berdasarkan
asumsi yang memadai.

E. Transaksi Pihak-pihak yang Memiliki Hubungan Istimewa


1. Hubungan Istimewa Menurut PSAK
PSAK No. 7 mengatur tentang pengungkapan pihak-pihak yang mempunyai
hubungan istimewa dan transaksi antara perusahaan pelapor dengan pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa. Pihak-pihak yang mempunya hubungan istimewa adalah
pihak-pihak yang dianggap mempunyai hubungan istimewa bila satu pihak mempunyi
kemampuan untuk mengendalikan pihak lain atau mempunyai pengaruh signifikan atas
pihak lain dalam mengambil keputusan keuangan dan operasional.
Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa merupakan hal yang normal
bagi sebuah usaha. Misalnya, perusahaan seringkali melaksanakan kegiatannya secara
terpisah melalui anak perusahaan dan atau perusahaan afiliasi, memperoleh kepentingan
dalam perusahaan lain untuk tujuan investasi atau untuk alasan perniagaan dalam
proporsi yang cukup untuk mengendalikan atau melaksanakan pengaruh yang signifikan
dalam pengambilan keputusan keuangan dan operasi perusahaan penerima investasi.
2. Pihak-Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa
Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah orang atau entitas yang
terkait dengan entitas tertentu dalam menyiapkan laporan keuangan (entitas pelapor) :
a. Orang atau anggota keluarga terdekat yang terkait dengan entitas pelapor, yang
memiliki pengendalian atau pengendalian bersama atas entitas pelapor, dan memiliki
pengaruh signifikan terhadap entitas pelapor.
b. Suatu entitas terkait dengan entitas pelapor, yaitu entitas dan entitas pelapor adalah
anggota dari kelompok usaha yang sama (artinya perusahaan induk, perusahaan
anak, terkait dengan suatu entitas).
3. Yang Tidak Dianggap Sebagai Pihak-Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa
Dalam pernyataan ini, pihak-pihak berikut bukan sebagai pihak-pihak yang memiliki
hubungan istimewa :
a. Dua entitas yang memiliki direkrur yang sama
b. Entitas pelayanan publik, pelanggan, dan pemasok.
F. Perbedaan Antara Perlakuan Akuntansi dan Pajak atas Aset dan Implikasinya
terhadap Laporan Keuangan
Perlakuan antara akuntansi dan perpajakan terhadap suatu transaksi bisnis, dapat
menimbulkan perbedaan dalam menentukan jumlah pajak yang terutang. Hal ini
disebabkan perbedaan prinsip yang digunakan dalam mencatat atau melaporkan
penghasilan. Perbedaan antara prinsip akuntansi dan prinsip pajak digolongkan menjadi
dua:

1. Beda Tetap : Perbedaan pengakuan suatu penghasilan atau biaya berdasarkan


ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan dengan prinsip akuntansi
yang sifatnya permanen. Beda tetap tidak memiliki dampak terhadap laporan
keuangan. Beda tetap biasanya terjadi karena peraturan perpajakan mengharuskan
hal-hal berikut harus dikeluarkan dari perhitungan PKP.
a. Penghasilan yang telah dikenakan PPh bersifat final
b. Pengahsilan yang bukan objek pajak
c. Sanksi perpajakan
2. Beda Waktu : Perbedaan waktu pengakuan pendapatan dan beban tertentu
menurut akuntansi dengan ketentuan perpajakan. Beda waktu memiliki dampak
terhadap laporan keuangan karena dalam beda waktu terjadi pergeseran
pengakuan pendapatan dan beban antara satu tahun pajak ke tahun pajak lainnya,
jadi ada konsekuensi pajak yang harus diakui dimasa datang. Beda waktu
biasanya timbul karena perbedaan metode yang dipakai antara akuntansi dengan
perpjakan dalam hal :
a. Penyisihan utang tak tertagih, dimana menurut perpajakan penyisihan
piutang tak tertagih tidk diperkenankan
b. Penyusutan dan amortisasi, menurut perpajakan metode penyusutan hanya
metode garis lurus dan saldo menurun
c. Penilaian persediaan, menurut perpajakan metode penilaian persediaan
hanya metode FIFO dan AVERAGE
DAFTAR PUSTAKA

Agoes S, Trisnawati E. 2013. Akuntansi Perpajakan : Edisi 3. Jakarta : Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai