Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MATA KULIAH

PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI

Dosen:

Dr. Ir. Triyono Sudarmadji, M.Agr

Dr. Ir. Wahjuni Hartati, MP

Dikerjakan Oleh :

SURYA PRANATA

1812016028

PROGRAM STUDI S2 ILMU LINGKUNGAN


UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA
2019
Berlatih membuat tulisan tentang pengendalian erosi, revegetasi lahan kritis, tata ruang wilayah
DAS,

PENGENDALIAN EROSI
Proses sedimen meliputi proses erosi, angkutan (transport), pengendapan (deposition) dan
pemadatan dari sedimen itu sendiri. Dimulai dari jatuhnya hujan yang menghasilkan energi
kinetik yang merupakan permulaan dari proses erosi. Begitu tanah menjadi partikel halus, lalu
menggelinding bersama aliran, sebagian akan tertinggal diatas tanah sedangkan bagian yang
lainnya masuk ke saluran drainase terbawa aliran menjadi sedimen. Sedimentasi yang terjadi
menyebabkan saluran menjadi dangkal dan kapasitas saluran menjadi berkurang sehingga tidak
dapat menampung lagi debit limpasan yang terjadi.
Pengendalian erosi merupakan hal yang mutlak dilakukan selama kegiatan penambangan dan
setelah penambangan. Erosi dapat mengakibatkan berkurangnya kesuburan tanah, terjadinya
endapan lumpur dan sedimentasi di alur-alur sungai. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
erosi oleh air adalah : curah hujan, kemiringan lereng (topografi), jenis tanah, tata guna tanah
(perlakuan terhadap tanah) dan tanaman penutup tanah.

Beberapa cara untuk mengendalikan erosi dan air limpasan adalah sebagai berikut :
1. Meminimasikan areal terganggu dengan ;
2. Membatasi/mengurangi kecepatan air limpasan dengan :
3. Meningkatkan infiltrasi (peresapan air tanah)
4. Pengelolaan air yang keluar dari lokasi penambangan

Pengendalian erosi selengkapnya supaya mengacu pada pedoman teknis yang telah ditetapkan
melalui Keputusan Direktur Jendral Pertambangan Umum No. 693.K/008/DJP/1996 tentang
Pedoman Teknis Pengendalian Erosi Pada Kegiatan Pertambangan Umum.

Pencegahan Erosi dengan Pembuatan Teras Pasangan Batu Pada jenis tata guna lahan pertanian
lahan kering pada daerah perbukitan selain dibuat teras bangku dan Tipe bangunan teras
pasangan batu seperti Gambar 4. Gambar 4.

Di daerah pemukiman, di setiap pertemuan saluran-saluran drainase antara drainase jalan utama
dan drainase dari lereng-lereng bukit yang memiliki laju endapan sedimen yang besar, dibuat
kolam endapan sedimen seperti pada Gambar 4. Gunanya untuk menampung sedimen agar tidak
masuk pada saluran drainase di sepanjang ruas jalan utama.
REVEGETASI LAHAN KRITIS
Revegetasi umumnya dilakukan dalam tiga tahap, mulai dari penanaman vegetasi penutup tanah
(cover crops), kemudian penanaman pohon cepat tumbuh (fast growing species) dan terakhir
menanam tanaman sisipan dengan jenis pohon lokal klimaks (climax species) (Darmawan &
Irawan, 2009).
Kriteria pemilihan jenis yang berpotensi untuk revegetasi lahan pasca tambang adalah
pohon yang bersifat intoleran, yaitu tahan hidup pada tempat terbuka. Jenis-jenis pohon yang
intoleran umumnya ditemukan pada hutan-hutan sekunder dan sebagian merupakan jenis-jenis
pionir. Permenhut No P.4/Menhut-II/2011 mengatur mengenai pemilihan spesies, penyusunan
rancangan teknis dan pelaksanaan reklamasi.
Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki dan menata kegunaan lahan
yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan umum, agar dapat berfungsi dan
berdaya guna sesuai dengan peruntukannya (Kepmen ESDM No. 1211. Ll0081M. PE/199S.
Upaya reklamasi pada lahan pertambangan yang masuk dalam Kawasan Budidaya Kehutanan
(KBK) mengacu pada aturan yang telah dikeluarkan oleh Kementerian Kehutanan yang
mensyaratkan penanaman jenis pohon lokal (Permenhut No P.4/Menhut-II/2011). Karena jika
menggunakan jenis pohon non lokal akan merubah ekosistem dari kondisinya semula sehingga
dikhawatirkan akan menyebabkan hilangnya sebagian jenis tumbuhan maupun hewan.
Sementara reklamasi menggunakan jenis lokal dapat mendukung masuknya jenis-jenis lain dan
cenderung dapat memulihkan lingkungan ekosistem mendekati kondisi aslinya (Rahmawati,
2002).
TATA RUANG PENGOLAHAN DAS
Berbagai permasalahan muncul dalam program pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)
diantaranya, sampai saat ini masih belum ada satu institusipun yang mengelola segala aspek yang
ada di dalam DAS secara utuh dari perencanaan hingga pelaksanaan dari hulu hingga hilir.
Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) terus digalakan, tapi pada kenyataannya sampai
saat ini masih banyak hutan yang gundul. Bukannya berkurang malah bertambah.

Maka perlunya suatu penataan ruang dalam DAS. Alasan penting, kenapa DAS
memerlukan penataan ruang karena seluruh daratan terbagi habis dalam suatu DAS dan DAS
merupakan suatu sistem dan satu kesatuan yang saling terkait antara daerah hulu, tengah dan
hilir. Ada dua instansi pusat dan daerah yang mempunyai peranan penuh mengelola DAS yaitu
Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) dan Balai
Pengelolaan Sumber Daya Air (BPSDA).

Pengelolaan DAS dalam perspektif penataan ruang harus bertujuan pada tercapainya
kondisi DAS yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan, serta berlandaskan pada azas-
azas keterpaduan; keserasian, keselarasan, dan keseimbangan; keberlanjutan; keberdayagunaan
dan keberhasilgunaan; keterbukaan; kebersamaan dan kemitraan; perlindungan kepentingan
umum; kepastian hukum dan keadilan; dan akuntabilitas.

• Penataan ruang DAS harus bersifat multi-facet, dalam menempatkan DAS sebagai suatu
sistem wilayah, sebagai fungsi lindung dan budidaya, sebagai penggalan dari wilayah-wilayah
administratif, sebagai kawasan pedesaan maupun perkotaan, atau sebagai kawasan yang bernilai
strategis.

• Pelaksanaan penataan ruang DAS merupakan rangkaian proses penyusunan rencana tata ruang
DAS, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

• Substansi dan tingkat kedalaman rencana tata ruang DAS diatur secara hirarkis (RTRWN,
RTRWP, RTRW Kab/kota)

• Pemangku kepentingan (stakeholder) dan Kesimpulan masyarakat yang terlibat dalam penataan
ruang memiliki hak, kewajiban dan peran masing-masing, yang telah diatur dalam peraturan
terkait

• Perlu adanya harmonisasi dan integrasi antara DAS dalam konteks penataan ruang dan DAS
dalam konteks pengelolaan sumber daya air

Mengacu kepada UU No 7 Tahun 2004 dan UU No 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang,
maka ada kesamaan dasar antara Pengelolaan Sumber Daya Air maupun penyelenggaraan tata
ruang.
Berdasar tabel di atas (untuk pengertian "pengelolaan" dari peraturan perundangan) maka perlu
harmoni, integrasi, kesepahaman dan kesepakatan tentang penggunaan, pengertian istilah dan
definisi kata atau kalimat yang dipakai.

Harmoni Dan Integrasi Penataan Ruang Dan Pengelolaan Sumber Daya Air

• Harmoni berarti: balans, keseimbangan, proporsi, simetri, kepaduan, kesamaan, keselarasan,


keserasian, kesesuaian, keteraturan, konsistensi dan ketertiban. Integrasi juga berarti
inkorporsasi, konsolidasi, merger, peleburan, pembauran, penggabungan, penyatuan, unifikasi
(Endarmoko, 2006).

• Harmoni juga berarti: keselarasan, keserasian, kecocokan, kesesuaian, kerukunan dan integrasi
berarti penggabungan (Echols & Shadily, 2002b).

• Adanya hubungan peningkatan penduduk, penataan ruang dan pengelolaan sumber daya air
mengharuskan adanya harmonisasi dan integrasi antara penataan ruang dan pengelolaan sumber
daya air serta pengelolaan aspek-aspek lainnya.

Anda mungkin juga menyukai