Apapun
Apapun
BAB V
SIMPLE VIBRATION APPARATUS
Contoh aplikasinya
Contoh Aplikasinya
Contoh Aplikasi
𝑑2 𝑥
−𝑘𝑥 = 𝑚 ..................................................................................................... (5-1)
𝑑𝑡 2
Atau
𝑑2 𝑥
+ 𝜔𝑛2 = 0
𝑑𝑡 2
𝑘
𝜔𝑛2 = 𝑚 .............................................................................................................. (5-2)
𝑚
𝑇 = 2𝜋√ ......................................................................................................... (5-3)
𝑘
𝑚𝑔
Dengan ∆𝑠 = defleksi statis = 𝑘
1 𝑘
𝑓 = 2𝜋 √𝑚 .......................................................................................................... (5-4)
Dimana :
m = massa benda (kg)
k = konstanta pegas (N/m)
f = frekuensi (Hz)
T = periode (sekon)
Perhatikan massa benda m disangga oleh pegas dengan kekakuan k, inersia diabaikan
dan dihubungkan dengan sebuah dashpot oli yang mempunyai hambatan yang dapat
dianggap sebanding dengan kecepatan relatif. Massa m ditarik ke atas dari posisi
seimbang, kemudian dilepaskan.
Pada selang waktu t, massa akan berada pada jarak x dari posisi setimbang. Gaya
pegas –kx yang bekerja pada benda akan cenderung menahannya pada keadaan seimbang
dan gaya peredaman yang cenderung untuk melawan gerakan adalah
𝑑𝑥
𝐹𝑑 = −𝑐 ........................................................................................................ (5-5)
𝑑𝑡
𝑑𝑥 𝑑2 𝑥
−𝑘𝑥 − 𝑐 𝑑𝑡 = 𝑚 .......................................................................................... (5-6)
𝑑𝑡 2
𝑑2 𝑥 𝑑𝑥
+ 2𝜔𝑛𝜉 𝑑𝑡 + 𝜔𝑛2 𝑥 = 0................................................................................. (5-7)
𝑑𝑡 2
𝑘
𝜔𝑛2 𝑥 = 𝑚 ............................................................................................................ (5-8)
𝑐
2𝜔𝑛 𝜁 = 𝑚 .......................................................................................................... (5-9)
Keterangan:
k = konstanta pegas (N/m)
x = jarak antara pegas dari posisi normalnya (m)
𝜔 = kecepatan sudut (rad/s)
𝜁 = damping ratio
c = konstanta peredaman (Ns/m)
m = massa (kg)
Jenis – jenis peredaman pada system getaran bebas adalah sebagai berikut:
• Underdamped
Sistem yang mengalami underdamped biasanya melakukan beberapa getaran sebelum
berhenti. Sistem masih melakukan beberapa getaran sebelum berhenti karena redaman
yang dialami tidak terlalu besar. Contoh sebuah benda yang digantung dalam ujung pegas.
• Critical damping
Sistem yang mengalami critical damping biasanya langsung berhenti bergetar (benda
langsung kembali ke posisi setimbang). Sistem langsung berhenti karena redaman yang
dialami cukup besar. Contoh bola yang digantung pada ujung pegas kemudian tercelup ke
dalam air.
• Over damping
Over damping mirip seperti critical damping. Bedanya pada critical damping benda
tiba lebih cepat di posisi setimbangnya, sedangkan pada over damping benda lama sekali
di posisi setimbangnya. Hal ini disebabkan karena redaman yang dialami oleh sistem
sangat besar. Contoh sebuah benda yang digantungkan pada ujung pegas kemudian bola
masuk ke dalam wadah yang berisi minyak kental. Adanya minyak kental menyebabkan
bola sulit kembali ke posisi setimbang
F = -k . x .......................................................................................................... (5-11)
Keterangan :
F = adalah gaya ( N )
k = adalah konstanta pegas ( N/m)
x = adalah jarak pergerakan pegas dari posisi normalnya ( m )
1 𝑘
𝑓 = 2𝜋 √𝑚 .................................................................................................... (5-12)
Keterangan:
f = frekuensi (Hz)
k = konstanta pegas (N/m)
m = massa (kg)
Keterangan:
f = frekuensi (Hz)
𝜔𝑛 = frekuensi natural (Hz)
𝜁 = damping ratio
2. Periode
Periode adalah waktu yang diperlukan untuk melakukan satu getaran.
1
𝑇 = 𝑓 ............................................................................................................. (5-14)
Keterangan:
T = periode (s)
f = frekuensi (Hz)
3. Amplitudo
Secara sederhana amplitudo dapat diartikan sebagai simpangan terbesar yang
dihitung dari kedudukan setimbang. Osilasi merupakan variasi periodik terhadap waktu
yang didapat dari hasil pengukuran.
𝑌 = 𝐴 𝑠𝑖𝑛 𝜃
𝑌 = 𝐴 𝑠𝑖𝑛 𝜔𝑡 ................................................................................................... (5-16)
Dimana:
𝜔𝑡 = 2𝜋𝑓𝑡
𝑌 = 𝐴 𝑠𝑖𝑛 2𝜋𝑓𝑡
1
𝑌 = 𝐴 𝑠𝑖𝑛 2𝜋 𝑇 𝑡............................................................................................... (5-19)
Hubungan antara frekuensi dengan panjang gelombang dapat dilihat pada persamaan
dibawah ini:
𝜔𝑡 = 2𝜋𝑓𝑡
𝑣 = 𝑓. 𝜆 ...................................................................................................... (5-21)
Nilai cepat rambat gelombang (v) dan waktu (t) dapat dicari dengan simple vibration
apparatus, sehingga panjang gelombang (𝜆) dapat diketahui.
4. Gaya Fluida
Semakin besar viskositas dengan konstanta yang tetap, maka nilai konstanta
peredaman lebih besar. Hal ini dipengaruhi oleh faktor peredaman yang diatur oleh
putaran katup. Semakin banyak putaran katup pada peredaman mengakibatkan semakin
mendekatnya jarak antar lempeng peredaman, sehingga semakin sulit bagi fluida
peredaman (oli) untuk melewati lubang-lubang pada lempengan peredam bagian bawah.
Karena volume di antara kedua lempeng semakin kecil mengakibatkan nilai
perbandingan x1 dan x2 semakin kecil. Semakin tinggi nilai viskositas fluida peredaman
maka akan semakin tinggi pula konstanta peredaman. Hal tersebut disebabkan oleh
kekentalan yang tinggi menyebabkan fluida mempunyai hambatan yang besar, dengan
kata lain nilai gesek yang ditimbulkan semakin besar dan akan menghambat pergerakan
dashpot. Gaya fluida dalam zat cair tergantung pada koefisien viskositas, jarak antar
lempeng peredaman, serta ukuran dan bentuk geometris benda.
𝐴𝑠
𝐹𝑓 = 𝑣 𝑉...........................................................................................................(5-23)
𝑑
Dimana:
Ff = Gaya Fluida (N)
v = Koefisien viskositas (m2/s)
As = Diameter dalam
d = Beda ketinggian antar lempengan
V = Volume fluida (m3)
5. Damping Ratio
Damping ratio adalah perbandingan antara peredaman sebenarnya terhadap jumlah
peredaman yang diperlukan untuk mencapai titik redaman kritis.
𝑐
𝜁= ........................................................................................................ (5-22)
√2𝑘𝑚
Dimana:
𝜁 = Damping ratio
c = Konstanta peredaman (Ns/m)
k = Konstanta pegas (N/m)
m = Massa (Kg)
Gambar 5.10 Grafik perbandingan respon getaran pada tiap kondisi damping ratio
Sumber : Kelly, (2000,p.98)
Rangka dapat bergerak secara vertikal pada roller guides dengan membawa central stud
ke massa yang dapat dipasangkan.
Massa frame adalah 1,7 kg
Massa tiap piringan 1,0 kg
Tabel 5.2
Data hasil pengujian pada saat k = 1,22kN/m
M = 2,7 kg M = 3,7 M = 4,7
Tabel 5.3
Data hasil pengujian pada saat k = 3,30 kN/m
M = 2,7 M = 3,7 M = 4,7
Tabel 5.4
Data hasil pengujian pada saat Putaran Katup (N) dengan massa 2,7 kg dan k = 3,30 kN/m
pada SAE 40
N=0 N=4 N=8 N = 12 N = 16
Tabel 5.5
Data hasil pengujian pada saat Putaran Katup (N) dengan massa 3,7 kg dan k = 3,30 kN/m
pada SAE 40
N=0 N=4 N=8 N = 12 N = 16
Tabel 5.7
Hubungan Antara Massa Dengan Frekuensi Pada Konstanta Pegas 0,47 kN/m
No m(kg) 𝜆 (m) f' (Hz) f (Hz)
1 2,7 0,01002 1,996 2,1
2 3,7 0,01162 1,7211 1,79
3 4,7 0,01373 1,4566 1,59
Tabel 5.8
Hubungan Antara Massa Dengan Frekuensi Pada Konstanta Pegas 1,22 kN/m
No m(kg) 𝜆 (m) f' (Hz) f (Hz)
1 2,7 0,00707 2,8288 3,38
2 3,7 0,00791 2,5284 2,89
3 4,7 0,00846 2,364 2,56
Tabel 5.9
Hubungan Antara Massa Dengan Frekuensi Pada Konstanta Pegas 3,30 kN/m
No m(kg) 𝜆 (m) f' (Hz) f (Hz)
1 2,7 0,004 5 5,56
2 3,7 0,00438 4,5662 4,75
3 4,7 0,005 4 4,21
Tabel 5.11
Hubungan Putaran Katup Terhadap Konstanta Peredaman Dengan SAE 40 pada Massa 3,7
kg pada k = 3,30 kN/m
No n (rev) ωn (Hz) x1 (m) x2 (m) ζ c (kg/s)
1 0 29,8646 0,02856 0,02153 0,0450 9,9435
2 4 29,8646 0,02782 0,01986 0,0537 11,8609
3 8 29,8646 0,02745 0,02077 0,0444 9,8132
4 12 29,8646 0,02698 0,01921 0,0541 11,9531
5 16 29,8646 0,02565 0,01765 0,0595 13,1546
Tabel 5.12
Hubungan Putaran Katup Terhadap Konstanta Peredaman dengan SAE 40 pada Massa 4,7
kg Pada k = 3,30 kN/m
No n (rev) ωn (Hz) x1 (m) x2 (m) ζ c (kg/s)
1 0 26,49769159 0,03088 0,02482 0,0348 8,6646
2 4 26,49769159 0,03072 0,02425 0,0377 9,3800
3 8 26,49769159 0,02972 0,02314 0,0398 9,9258
4 12 26,49769159 0,02653 0,02084 0,0384 9,5745
5 16 26,49769159 0,02534 0,01863 0,0490 12,2005
Tabel 5.13
Hubungan Putaran Katup Terhadap Konstanta Peredaman dengan SAE 40 pada massa 2,7
kg dan k = 0,47 kN/m
No n (rev) ωn (Hz) x1 (m) x2 (m) ζ c (kg/s)
1 0 13,1937 0,0189 0,0065 0,1700 12,1091
2 4 13,1937 0,0171 0,0056 0,1778 12,6645
3 8 13,1937 0,0150 0,0044 0,1953 13,9139
4 12 13,1937 0,0132 0,0026 0,2587 18,4321
5 16 13,1937 0,0110 0,0017 0,2973 21,1840
Tabel 5.15
Hubungan Putaran Katup Terhadap Konstanta Peredaman dengan SAE 40 pada massa 2,7
kg dan k = 3,30 kN/m
No n (rev) ωn (Hz) x1 (m) x2 (m) ζ c (kg/s)
1 0 34,9603 0,02639 0,018 0,0609 11,5019
2 4 34,9603 0,02487 0,01657 0,0647 12,2070
3 8 34,9603 0,02475 0,01696 0,0602 11,3622
4 12 34,9603 0,023 0,01486 0,0696 13,1315
5 16 34,9603 0,02123 0,01301 0,0780 14,7210
Tabel 5.16
Hubungan Putaran Katup Terhadap Konstanta Peredaman dengan SAE 40 pada massa 4,7
kg dan k = 3,30 kN/m
No n (rev) ωn (Hz) x1 (m) 𝜆 (m) ζ c (kg/s)
1 0 26,49769159 0,03088 0,02482 0,0348 8,6646
2 4 26,49769159 0,03072 0,02425 0,0377 9,3800
3 8 26,49769159 0,02972 0,02314 0,0398 9,9258
4 12 26,49769159 0,02653 0,02084 0,0384 9,5745
5 16 26,49769159 0,02534 0,01863 0,0490 12,2005
Tabel 5.17
Hubungan Putaran Katup Terhadap Konstanta Peredaman dengan SAE 50 pada massa 4,7
kg dan k = 3,30 kN/m
No n (rev) ωn (Hz) x1 (m) x2 (m) ζ c (kg/s)
1 0 26,49769159 0,02762 0,01857 0,0632 15,7456
2 4 26,49769159 0,02483 0,01673 0,0629 15,6606
3 8 26,49769159 0,02402 0,01548 0,0700 17,4251
4 12 26,49769159 0,02271 0,01369 0,0806 20,0746
5 16 26,49769159 0,02026 0,01162 0,0885 22,0490
1 𝑘
f′ = √
2𝜋 𝑚
1 0,47 × 1000
f′ = √
2(3,14) 2,7
f′ = 2,1009 𝐻𝑧
Frekuensi Aktual
𝑣
𝑓=
𝜆
0,02
𝑓=
0,00963
𝑓 = 2,08 𝐻𝑧
b. Dengan Peredaman
Frekuensi Natural / Frekuensi Peredaman
𝑘
𝜔𝑛 = √
𝑚
1,22 × 1000
𝜔𝑛 = √
2,7
𝜔𝑛 = 21,2568 𝑟𝑎𝑑⁄𝑠
Damping Ratio
1 𝑥
𝜉 = 2𝜋 𝑙𝑜𝑔𝑒 𝑥1
2
1 0,01052
𝜉= 𝑙𝑜𝑔𝑒
2(3,14) 0,00281
𝜉 = 0,210206007
Konstanta Peredaman
𝑐 = 2 𝜔𝑛 𝜁 𝑚
𝑐 = 2 × 21,2568 × 0,210206007 × 2,7
𝑐 = 24,1289kg/s
0.00008
Frekuensi(Hz)
0.00006
0.00004
0.00002
0.00000
2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5
Massa(kg)
Analisa Grafik:
Grafik diatas adalah grafik hubungan antara Massa dengan Frekuensi pada konstanta
pegas (k) dengan variasi konstanta pegasnya adalah 0,47 kN/m; 1,22 kN/m dan 3,30 kN/m.
Pada sumbu y menunjukkan nilai frekuensi (Hz) dan pada sumbu x menunjukkan nilai massa
(kg).
Pada grafik dapat dilihat bahwa semakin besar massa maka frekuensinya semakin turun.
Dari grafik diketahui bahwa frekuensi tertinggi adalah pada frekuensi teoritis dengan k =
3.30 kN/m kemudian frekuensi aktual dengan dengan k = 3.30 kN/m, selanjutnya teoritis
dengan k = 1,22 kN/m setelah itu frekuensi aktual dengan k = 1,22 kN/m, selanjutnya
frekuensi teoritis dengan k = 0,47 kN/m dan nilai frekuensi terendah pada frekuensi aktual
k = 0,47 kN/m. Bila massa semakin besar maka panjang gelombang yang akan dibentuk
semakin besar sehingga frekuensinya akan turun. Panjang gelombang adalah jarak titik awal
dan titik akhir setelah mengalami getaran. Pegas yang konstantanya besar akan lebih mudah
kembali ke posisi semula daripada yang kecil. Dengan pegas yang konstantanya kecil maka
akan menghasilkan panjang gelombang yang besar karena waktu yang dibutuhkan kembali
ke titik awal semakin lama.Dengan konstanta pegas yang berbeda - beda dihasilkan grafik
penggunaan konstanta k = 3,3 kN/m lebih besar atau berada di atas dari pada konstanta pegas
1 𝑘
𝑓′ = √
2𝜋 𝑚
𝑣
𝑓=
𝜆
Dimana :
f’ = Frekuensi teoritis (Hz)
f = Frekuensi aktual (Hz)
k = Konstanta pegas (N/m)
m = Massa (kg)
λ = Panjang satu gelombang (m)
v = Kecepatan gulungan kertas (m/s)
Pada dasar teori, nilai frekuensi aktual dan teoritis seharusnya memiliki nilai yang sama
dengan nilai frekuensi dari yang terbesar dengan nilai k3 = 3,3 kN/m, k2 = 1,22 kN/m dan
k1 = 0,47 kN/m. Pada grafik diatas didapatkan kecenderungan frekuensi yang semakin kecil
seiring dengan pertambahan massa yang mana sesuai dengan dasar teori, namun nilai
frekuensi teoritis dan nilai frekuensi aktual memiliki nilai yang tidak sama besarnya
disebabkan adanya pengaruh gaya dari luar seperti gesekan bolpoin dengan kertas.
16,0000
14,0000
Konstanta Peredaman
12,0000
10,0000
8,0000
6,0000
4,0000
2,0000
0,0000
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
Putaran Katup
Gambar 5.13 Grafik Hubungan Konstanta Peredaman Terhadap Putaran Katup dengan
Variasi Massa Pada Konstanta Pegas Dan Viskositas Oli Sama
Analisa Grafik :
Grafik di atas adalah grafik hubungan putaran katup dengan konstanta peredam k = 3,30
kN/m SAE 40 dengan variasi massa. Putaran katup adalah pengatur jarak antara lempeng
peredaman. Konstanta pegas adalah konstanta yang menentukan besar/gaya hambat yang
arahnya berlawanan dari pegas. Konstanta peredaman adalah nilai yang menunjukkan
seberapa besar redaman yang dapat diberikan oleh suatu pegas. Pada sumbu y menunjukkan
nilai konstanta peredaman (kg/s) dan pada sumbu x menunjukkan jumlah putaran katup.
Pada grafik hubungan antara putaran katup dengan massa yang berbeda dapat di lihat
bahwa nilai konstanta peredaman yang paling tinggi adalah dengan massa 2,7 kg dan terjadi
penyimpangan. Seharusnya, semakin besar massa dengan konstanta yang tetap maka nilai
konstanta peredaman lebih besar. Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor peredaman yang
diatur oleh putaran katup. Semakin banyak putaran katup pada peredaman mengakibatkan
semakin mendekatnya lempeng peredaman sehingga semakin sulit bagi fluida peredaman
(oli) untuk melewati lubang - lubang pada lempeng peredam bagian bawah. Karena volume
di antara kedua lempeng semakin kecil mengakibatkan nilai perbandingan x1 dan x2 semakin
kecil.Pada putaran katup yang sama tapi massanya berbeda didapatkan konstanta peredaman
𝐶 = 2 × 𝜔𝑛 × ζ × m
1 𝑥1
𝜁= 𝑙𝑜𝑔𝑒
2𝜋 𝑥2
𝑘
𝜔𝑛 = √
𝑚
Keterangan :
C = Konstanta peredaman (kg/s)
𝜔n = Frekuensi natural (Hz)
m = Massa beban (kg)
ζ = Damping rasio
k = Konstanta pegas (N/m)
x1 = Tinggi bukit pertama (m)
x2 = Tinggi bukit kedua (m)
Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa konstanta peredaman yang paling tinggi adalah
dengan masa 2,7, seharusnya semakin tinggi masa maka konstanta peredamanya juga
semakin tinggi. Hal itu karena kesalahan pada saat pengujian atau karena alat yang
digunakan sudah tidak akurat lagi. Dan juga bisa karena disebabkan oleh gaya fluida, jadi
pada saat pengujian ada oli yang tumpah. Semakin berkurang oli maka gaya fluida juga akan
semakin berkurang
45,0000
40,0000
Konstanta Peredaman
35,0000
30,0000
25,0000
20,0000
15,0000
10,0000
5,0000
0,0000
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
Putaran Katup
Gambar 5.14 Grafik Hubungan Konstanta Peredaman Terhadap Putaran Katup dengan
Variasi Viskositas Oli Pada Massa 4,7 Kg dan Konstanta Pegas Sama
Analisa Grafik :
Grafik di atas adalah grafik hubungan putaran katup terhadap konstanta peredaman
dengan variasi viskositas oli pada massa 4,7 kg. Putaran katup adalah pengatur jarak antara
lempeng peredaman. Konstanta pegas adalah konstanta yang menentukan besar/gaya hambat
yang arahnya berlawanan dari pegas. Pada grafik di atas dapat di lihat bahwa nilai konstanta
peredaman dari yang paling tinggi adalah putaran katup dengan viskositas SAE 40. Pada
sumbu y menunjukkan nilai konstanta peredaman (kg/s) dan pada sumbu x menunjukkan
jumlah putaran katup.
Pada grafik di atas dapat di lihat bahwa nilai konstanta peredaman yang paling tinggi
adalah putaran katup dengan viskositas SAE 90. Semakin besar viskositas dengan konstanta
yang tetap maka nilai konstanta peredaman lebih besar. Hal ini dipengaruhi oleh faktor
peredaman yang diatur oleh putaran katup. Semakin banyak putaran katup pada peredaman
mengakibatkan semakin mendekatnya lempeng peredaman sehingga semakin sulit bagi
fluida peredaman (oli) untuk melewati lubang - lubang pada lempeng peredam bagian
bawah. Karena volume di antara kedua lempeng semakin kecil mengakibatkan nilai
perbandingan x1 dan x2 semakin kecil. Semakin tinggi nilai viskositas fluida peredaman
𝐴𝑠
𝐹𝑓 = 𝑣 𝑉
𝑑
Dimana:
Ff = Gaya Fluida (N)
v = Koefisien viskositas (m2/s)
As = Diameter dalam (m)
d = Beda ketinggian antar lempengan (m)
V = Volume fluida (m3)
Secara teoritis, semakin besar nilai viskositas fluida peredaman (oli) maka konstanta
peredaman semakin besar. Karena dengan viskositas yang semakin besar maka x1 dan x2
yang dihasilkan semakin kecil sehingga konstanta peredaman yang didapatkan semakin
besar. Grafik di atas sudah sesuai dengan dasar teori dimana nilai konstanta peredaman
terbesar ke rendah yaitu pada SAE 90, SAE 50, dan SAE 40 pada putaran katup yang sama.
16,0000
14,0000
Konstanta Peredaman
12,0000
10,0000
8,0000
6,0000
4,0000
2,0000
0,0000
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
Putaran Katup
Gambar 5.15 Grafik Hubungan Konstanta Peredaman Terhadap Putaran Katup dengan
Variasi Konstanta Pegas Pada Massa 2,7 Kg dan Viskositas Oli Sama
Analisa Grafik:
Grafik di atas adalah grafik hubungan putaran katup dan konstanta peredaman SAE 40
dengan variasi konstanta pegas pada massa 2,7 kg. Putaran katup adalah pengatur jarak
antara lempeng peredaman. Konstanta pegas adalah konstanta yang menentukan besar/gaya
hambat yang arahnya berlawanan dari pegas. Konstanta peredaman adalah nilai yang
menunjukkan seberapa besar redaman yang dapat diberikan oleh suatu pegas. Pada sumbu y
menunjukkan nilai konstanta peredaman (kg/s) dan pada sumbu x menunjukkan jumlah
putaran katup.
Pada grafik hubungan antara putaran katup dengan massa yang berbeda dapat di lihat
bahwa nilai konstanta peredaman yang paling tinggi adalah pada konstanta pegas 3,30 kN/m.
Semakin besar konstanta pegas dengan massa yang tetap maka nilai konstanta peredaman
lebih besar. Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor peredaman yang diatur oleh putaran katup.
Semakin banyak putaran katup pada peredaman mengakibatkan semakin mendekatnya
lempeng peredaman sehingga semakin sulit bagi fluida peredaman (oli) untuk melewati
lubang - lubang pada lempeng peredam bagian bawah. Karena volume di antara kedua
lempeng semakin kecil mengakibatkan nilai perbandingan x1 dan x2 semakin kecil.Pada
𝐶 = 2 × 𝜔𝑛 × ζ × m
1 𝑥1
𝜁= 𝑙𝑜𝑔𝑒
2𝜋 𝑥2
𝑘
𝜔𝑛 = √
𝑚
Keterangan :
C = Konstanta peredaman (kg/s)
𝜔n = Frekuensi natural (Hz)
m = Massa beban (kg)
ζ = Damping rasio
k = Konstanta pegas (N/m)
x1 = Tinggi bukit pertama (m)
x2 = Tinggi bukit kedua (m)
Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa semakin besar putaran katup, maka konstanta
peredaman semakin besar. Hal itu dikarenakan bila putaran katup semakin besar maka akan
semakin mendekat kedua lempeng peredaman yang akan membuat konstanta peredaman
semakin besar. Jadi, dapat disimpulkan bahwa grafik di atas sudah sesuai dengan dasar teori.
Pada grafik diatas data yang ditampilkan sudah sesuai dengan dasar teori dimana nilai
konstanta peredaman yang terbesar dengan k3 = 3,30 kN/m dan yang terendah dengan k1 =
0,47 kN/m.
5.6.2 Saran
1. Syarat untuk melanjutkan pembahasan dengan wajib ACC ketiga bab sebaiknya
dihapuskan saja, agar pembahasan bisa berjalan lebih cepat.
2. Sebaiknya alat – alat di laboratorium diperbaiki apabila terjadi keusangan dengan cara
para asisten mencoba (testing) mengoperasikan sebelum pelaksanaan praktikum,
sehingga kemungkinan penyimpangan kecil terhadap dasar teori.
3. Sebaiknya praktikan lebih tepat waktu, lebih teliti, dan lebih mempelajari materi agar
praktikum berjalan lancar.