Anda di halaman 1dari 31

SIMPLE VIBRATION APPARATUS

BAB V
SIMPLE VIBRATION APPARATUS

5.1 Dasar Teori


5.1.1 Getaran
Getaran adalah gerakan bolak – balik yang di sekitar daerah kesetimbangan dalam suatu
interval waktu. Kesetimbangan disini adalah keadaan dimana suatu benda berada pada posisi
diam jika tidak ada gaya yang bekerja. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan
gaya yang berhubungan dengan gerak tersebut. Supaya getaran mekanis terjadi, dibutuhkan
minimal dua elemen pengumpul energi. Yang pertama massa yang menyimpan energi
kinetik dan yang kedua adalah alat elastis seperti pegas yang menyimpan energi potensial.
Semua benda yang mempunyai massa dan elastisitas mampu bergetar. Macam–macam
getaran terdiri dari:
1. Getaran bebas
Getaran bebas terjadi jika sistem mekanis dimulai dengan gaya awal, lalu dibiarkan
bergetar secara bebas. Semua sistem yang memiliki massa dan elastisitas dapat
mengalami getaran bebas. Contoh getaran bebas adalah memukul garpu tala dan
membiarkannya bergetar, atau bandul yang ditarik dari keadaan setimbang lalu
dilepaskan.
2. Getaran paksa
Getaran paksa adalah getaran yang terjadi karena rangsangan gaya luar yang
diterapkan pada sistem mekanis.

5.1.2 Degree of Freedom


Degree of freedom ( Derajat kebebasan ) adalah derajat independensi yang diperlukan
untuk menyatakan posisi suatu sistem pada setiap saat. Menurut jumlahnya derajat
kebebasan terdiri dari 3 , yaitu :
1. Single degree of freedom system
Pada masalah dinamika, setiap titik atau massa pada umumnya hanya diperhitungkan
berpindah tempat dalam satu arah saja yaitu arah horizontal. Karena simpangan yang
terjadi hanya terjadi dalam satu bidang atau dua dimensi, maka simpangan suatu massa
pada setiap saat hanya mempunyai posisi atau ordinat tertentu baik bertanda negatif
ataupun bertanda positif. Pada kondisi dua dimensi tersebut, simpangan suatu massa pada

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2018/2019


KELOMPOK 08 123
SIMPLE VIBRATION APPARATUS
saat t dapat dinyatakan dalam koordinat tunggal yaitu Y(t). struktur seperti itu dinamakan
derajat kebebasan tunggal / single degree of freedom system.

Gambar 5.1 Sistem Getaran Satu Derajat Kebebasan


Sumber : Vierck, (1995,p.3)

Contoh aplikasinya

Gambar 5.2 Sistem Getaran Satu Derajat Kebebasan (Piston)


Sumber : Kelly, (2000,p.45)

2. Double degree of freedom system


Dalam sistem massa pegas seperti terlihat dalam Gambar 5.3 di bawah ini, bila
gerakan massa ml dan m2 secara vertikal dibatasi maka paling sedikit dibutuhkan satu
koordinat x(t) guna menentukan kedudukan massa pada berbagai waktu. Berarti sistem
membutuhkan dua buah koordinat bersama-sama untuk menentukan kedudukan massa,
sistem ini adalah sistem dua-derajat-kebebasan.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2018/2019


KELOMPOK 08 124
SIMPLE VIBRATION APPARATUS

Gambar 5.3 Sistem Getaran Dua Derajat Kebebasan


Sumber : Vierck (1995,p.6)

Contoh Aplikasinya

Gambar 5.4 Aplikasi Sistem Getaran Dua Derajat Kebebasan


Sumber: Kelly, (2000,p.67)

3. Multi degree of freedom system


Sistem banyak derajat kebebasan adalah sebuah system yang mempunyai koordinat
bebas untuk mengetahui kedudukan massa lebih dari dua buah. Pada dasarnya, analisa
sistem banyak derajat kebebasan adalah sama dengan sistem satu atau dua derajat
kebebasan. Tetapi karena banyaknya langkah yang harus dilewati untuk mencari
frekuensi pribadi melalui perhitungan matematis, maka sistem digolongkan menjadi
banyak derajat kebebasan.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2018/2019


KELOMPOK 08 125
SIMPLE VIBRATION APPARATUS

Gambar 5.5 Sistem Getaran Berderajat Kebebasan Banyak


Sumber: Vierck (1995,p.6)

Contoh Aplikasi

Gambar 5.6 Aplikasi Sistem Getaran Berderajat Kebebasan Banyak


Sumber: Kelly, (2000,p.76)

5.1.3 Sistem Getaran Bebas


Sistem getaran bebas terjadi dalam suatu sistem karena tidak adanya eksitasi luar
sebagai hasil dari energi kinetik atau energi potensial yang ada pada sistem. Sistem getaran
bebas berawal dari transfer energi kinetik ke potensial secara kontinu, begitupula sebaliknya.
Sistem getaran bebas dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Sistem getaran bebas tak teredam

Gambar 5.7 Model sistem getaran bebas tak teredam


Sumber: Kelly, (2000,p.83)

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2018/2019


KELOMPOK 08 126
SIMPLE VIBRATION APPARATUS
Sebuah massa m disangga oleh pegas dengan kekakuan k dan inersia yang diabaikan.
Massa m lalu ditarik ke arah atas dari posisi setimbang, kemudian dilepas. Pada selang
waktu t, massa akan berbeda pada jarak x dari posisi setimbang dan gaya pegas F = –kx
yang bekerja ada benda akan cenderung menahannya pada posisi setimbang.
Persamaan dari gerakan:

𝑑2 𝑥
−𝑘𝑥 = 𝑚 ..................................................................................................... (5-1)
𝑑𝑡 2

Atau

𝑑2 𝑥
+ 𝜔𝑛2 = 0
𝑑𝑡 2
𝑘
𝜔𝑛2 = 𝑚 .............................................................................................................. (5-2)

Gerakanya adalah gerakan harmonis sederhana dan periode T diberikandengan


persamaan:

𝑚
𝑇 = 2𝜋√ ......................................................................................................... (5-3)
𝑘

𝑚𝑔
Dengan ∆𝑠 = defleksi statis = 𝑘

Frekuensi f diberikan dengan persamaan:

1 𝑘
𝑓 = 2𝜋 √𝑚 .......................................................................................................... (5-4)

Dimana :
m = massa benda (kg)
k = konstanta pegas (N/m)
f = frekuensi (Hz)
T = periode (sekon)

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2018/2019


KELOMPOK 08 127
SIMPLE VIBRATION APPARATUS
2. Sistem getaran bebas teredam

Gambar 5.8 Model sistem getaran bebas teredam


Sumber: Kelly, (2000,p.86)

Perhatikan massa benda m disangga oleh pegas dengan kekakuan k, inersia diabaikan
dan dihubungkan dengan sebuah dashpot oli yang mempunyai hambatan yang dapat
dianggap sebanding dengan kecepatan relatif. Massa m ditarik ke atas dari posisi
seimbang, kemudian dilepaskan.
Pada selang waktu t, massa akan berada pada jarak x dari posisi setimbang. Gaya
pegas –kx yang bekerja pada benda akan cenderung menahannya pada keadaan seimbang
dan gaya peredaman yang cenderung untuk melawan gerakan adalah

𝑑𝑥
𝐹𝑑 = −𝑐 ........................................................................................................ (5-5)
𝑑𝑡

Dimana c adalah konstanta peredaman. Persamaan dari gerakan tersebut adalah:

𝑑𝑥 𝑑2 𝑥
−𝑘𝑥 − 𝑐 𝑑𝑡 = 𝑚 .......................................................................................... (5-6)
𝑑𝑡 2

Bentuk standar dari sistem ini adalah:

𝑑2 𝑥 𝑑𝑥
+ 2𝜔𝑛𝜉 𝑑𝑡 + 𝜔𝑛2 𝑥 = 0................................................................................. (5-7)
𝑑𝑡 2

Maka untuk kasus ini

𝑘
𝜔𝑛2 𝑥 = 𝑚 ............................................................................................................ (5-8)

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2018/2019


KELOMPOK 08 128
SIMPLE VIBRATION APPARATUS
Dan

𝑐
2𝜔𝑛 𝜁 = 𝑚 .......................................................................................................... (5-9)

Keterangan:
k = konstanta pegas (N/m)
x = jarak antara pegas dari posisi normalnya (m)
𝜔 = kecepatan sudut (rad/s)
𝜁 = damping ratio
c = konstanta peredaman (Ns/m)
m = massa (kg)

Jenis – jenis peredaman pada system getaran bebas adalah sebagai berikut:
• Underdamped
Sistem yang mengalami underdamped biasanya melakukan beberapa getaran sebelum
berhenti. Sistem masih melakukan beberapa getaran sebelum berhenti karena redaman
yang dialami tidak terlalu besar. Contoh sebuah benda yang digantung dalam ujung pegas.
• Critical damping
Sistem yang mengalami critical damping biasanya langsung berhenti bergetar (benda
langsung kembali ke posisi setimbang). Sistem langsung berhenti karena redaman yang
dialami cukup besar. Contoh bola yang digantung pada ujung pegas kemudian tercelup ke
dalam air.
• Over damping
Over damping mirip seperti critical damping. Bedanya pada critical damping benda
tiba lebih cepat di posisi setimbangnya, sedangkan pada over damping benda lama sekali
di posisi setimbangnya. Hal ini disebabkan karena redaman yang dialami oleh sistem
sangat besar. Contoh sebuah benda yang digantungkan pada ujung pegas kemudian bola
masuk ke dalam wadah yang berisi minyak kental. Adanya minyak kental menyebabkan
bola sulit kembali ke posisi setimbang

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2018/2019


KELOMPOK 08 129
SIMPLE VIBRATION APPARATUS
5.1.4 Hukum Hooke
Hukum hooke adalah hukum atau ketentuan mengenai gaya dalam bidang ilmu fisika
yang terjadi karena sifat elastisitas dari sebuah per atau pegas besaranya gaya hooke ini
secara proporsional akan berbanding lurus dengan jarak pergerakan pegas dari posisi
normalnya, atau lewat rumus matematis dapat di gambarkan sebagai berikut :

F = -k . x .......................................................................................................... (5-11)

Keterangan :
F = adalah gaya ( N )
k = adalah konstanta pegas ( N/m)
x = adalah jarak pergerakan pegas dari posisi normalnya ( m )

5.1.5 Frekuensi, Periode, Amplitudo, Damping Ratio, dan Gaya Fluida


1. Frekuensi
Frekuensi adalah banyaknya getaran yang terjadi pada suatu sistem pada satu detik.
Frekuensi dalam suatu sistem dapat ditentukan dengan cara membandingkan antara
banyaknya getaran yang terjadi dengan waktu getaran yang terjadi (dalam detik). Satuan
untuk frekuensi adalah Hertz (Hz).
Frekuensi pada sistem satu derajat kebebasan tanpa peredeman:

1 𝑘
𝑓 = 2𝜋 √𝑚 .................................................................................................... (5-12)

Keterangan:
f = frekuensi (Hz)
k = konstanta pegas (N/m)
m = massa (kg)

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2018/2019


KELOMPOK 08 130
SIMPLE VIBRATION APPARATUS
Frekuensi pada sistem satu derajat kebebasan dengan peredeman:

𝑓 = 2𝜋𝜔𝑛 √1 − 𝜁 2 ........................................................................................... (5-13)

Keterangan:
f = frekuensi (Hz)
𝜔𝑛 = frekuensi natural (Hz)
𝜁 = damping ratio

2. Periode
Periode adalah waktu yang diperlukan untuk melakukan satu getaran.

1
𝑇 = 𝑓 ............................................................................................................. (5-14)

Keterangan:
T = periode (s)
f = frekuensi (Hz)

3. Amplitudo
Secara sederhana amplitudo dapat diartikan sebagai simpangan terbesar yang
dihitung dari kedudukan setimbang. Osilasi merupakan variasi periodik terhadap waktu
yang didapat dari hasil pengukuran.

𝑌 = 𝐴 𝑠𝑖𝑛 𝜃
𝑌 = 𝐴 𝑠𝑖𝑛 𝜔𝑡 ................................................................................................... (5-16)

Dimana:

𝜔𝑡 = 2𝜋𝑓𝑡
𝑌 = 𝐴 𝑠𝑖𝑛 2𝜋𝑓𝑡
1
𝑌 = 𝐴 𝑠𝑖𝑛 2𝜋 𝑇 𝑡............................................................................................... (5-19)

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2018/2019


KELOMPOK 08 131
SIMPLE VIBRATION APPARATUS
Keterangan :
f = Frekuensi (Hertz = Hz)
N = Jumlah getaran
t = Waktu (sekon = s)
T = Periode (sekon = s)
A = Amplitudo (meter = m)
θ = Sudut elvasi (derajat = °)
ω = frekuensi sudut dalam rad/s, dimana ω = 2π f

Hubungan antara frekuensi dengan panjang gelombang dapat dilihat pada persamaan
dibawah ini:

𝜔𝑡 = 2𝜋𝑓𝑡
𝑣 = 𝑓. 𝜆 ...................................................................................................... (5-21)

Nilai cepat rambat gelombang (v) dan waktu (t) dapat dicari dengan simple vibration
apparatus, sehingga panjang gelombang (𝜆) dapat diketahui.

4. Gaya Fluida
Semakin besar viskositas dengan konstanta yang tetap, maka nilai konstanta
peredaman lebih besar. Hal ini dipengaruhi oleh faktor peredaman yang diatur oleh
putaran katup. Semakin banyak putaran katup pada peredaman mengakibatkan semakin
mendekatnya jarak antar lempeng peredaman, sehingga semakin sulit bagi fluida
peredaman (oli) untuk melewati lubang-lubang pada lempengan peredam bagian bawah.
Karena volume di antara kedua lempeng semakin kecil mengakibatkan nilai
perbandingan x1 dan x2 semakin kecil. Semakin tinggi nilai viskositas fluida peredaman
maka akan semakin tinggi pula konstanta peredaman. Hal tersebut disebabkan oleh
kekentalan yang tinggi menyebabkan fluida mempunyai hambatan yang besar, dengan
kata lain nilai gesek yang ditimbulkan semakin besar dan akan menghambat pergerakan
dashpot. Gaya fluida dalam zat cair tergantung pada koefisien viskositas, jarak antar
lempeng peredaman, serta ukuran dan bentuk geometris benda.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2018/2019


KELOMPOK 08 132
SIMPLE VIBRATION APPARATUS

Gambar 5.9 Model sistem Dashpot

𝐴𝑠
𝐹𝑓 = 𝑣 𝑉...........................................................................................................(5-23)
𝑑

Dimana:
Ff = Gaya Fluida (N)
v = Koefisien viskositas (m2/s)
As = Diameter dalam
d = Beda ketinggian antar lempengan
V = Volume fluida (m3)

5. Damping Ratio
Damping ratio adalah perbandingan antara peredaman sebenarnya terhadap jumlah
peredaman yang diperlukan untuk mencapai titik redaman kritis.

𝑐
𝜁= ........................................................................................................ (5-22)
√2𝑘𝑚

Dimana:
𝜁 = Damping ratio
c = Konstanta peredaman (Ns/m)
k = Konstanta pegas (N/m)
m = Massa (Kg)

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2018/2019


KELOMPOK 08 133
SIMPLE VIBRATION APPARATUS
Kondisi-kondisi yang dipengaruhi oleh besarnya damping ratio pada suatu sistem adalah
sebagai berikut:
1. Under damped
Pada kondisi peredaman under damped, damping ratio yang dimiliki oleh sistem
kurang dari satu (ζ < 1).
2. Critically damped
Pada kondisi peredaman critically damped, damping ratio yang dimiliki oleh sistem
sama dengan satu (ζ = 1).
3. Over damped
Pada kondisi peredaman over damped, damping ratio yang dimiliki oleh sistem lebih
dari satu (ζ > 1).

Gambar 5.10 Grafik perbandingan respon getaran pada tiap kondisi damping ratio
Sumber : Kelly, (2000,p.98)

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2018/2019


KELOMPOK 08 134
SIMPLE VIBRATION APPARATUS
5.2 Tujuan Pengujian
1. Untuk memahami hubungan antara massa benda, kekakuan dari pegas dan periode atau
frekuiensi dari osilasi untuk sistem pegas dan periode atau frekuensi dari osilasi untuk
sistem pegas massa sederhana yang mempunyai satu derajat kebebasan.
2. Untuk memahami hubungan antara gaya, viskositas dari oli dan kecepatan untuk
bermacam – macam keadaan dari dashpot yang dapat diatur.
3. Untuk mengamati efek dari bermacam-macam kuantitas peredaman untuk suatu respon
dari orde kedua dari sistem mekanika untuk input langkah

5.3 Spesifikasi Alat


Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah Sanderson Simple Vibration Apparatus.

Gambar 5.11 Simple Vibration Apparatus


Sumber : Laboratorium Fenomena Dasar Mesin

Rangka dapat bergerak secara vertikal pada roller guides dengan membawa central stud
ke massa yang dapat dipasangkan.
 Massa frame adalah 1,7 kg
 Massa tiap piringan 1,0 kg

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2018/2019


KELOMPOK 08 135
SIMPLE VIBRATION APPARATUS
Tiga buah pegas masing-masing:
 Pegas No. 1 k = 3,30 kN/m
 Pegas No. 2 k = 1,22 kN/m
 Pegas No. 3 k = 0,47 kN/m

5.4 Cara Pengambilan Data


Prosedur :
Step 1
1. Aturlah paper strip pada roller sehingga siap digunakan.
2. Pasanglah pena pada penjepit pena.
3. Pasang pegas sesuai dengan konstanta yang akan dicoba.
4. Tekan pegas sampai pada dasar, sebelum dilepas pastikan motor dalam posisi on
sehingga roller berputar, kemudian lepaskan pegas.
5. Kemudian perubahan yang terjadi dicatat. Beban ditambahkan sambil mencatat
perubahan yang terjadi.
6. Catat hasil osilasi sesuai table.
Step 2
1. Pasang peralatan damper.
2. Aturlah putaran sesuai dengan bukaan yang dikehendaki.
3. Ulagi percobaan seperti nomor 4 step 1.
4. Tambahkan beban dan ulangi percobaan.
5. Lakukan percobaan dengan teliti dan benar.

5.5 Hasil Pengujian


5.5.1 Data Hasil Pengujian
Massa frame : 1,7 kg
Massa tiap piringan : 1,0 kg
Berikut hasil osilasi untuk hubungan antara massa dengan frekuensi pada konstanta
pegas (k) = 0,47 kN/m; 1,22 kN/m; 3,30 kN/m dan pada massa (m) m1 = 2,7 kg; m2 = 3,7
kg; m3 = 4,7 kg.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2018/2019


KELOMPOK 08 136
SIMPLE VIBRATION APPARATUS
Tabel 5.1
Data hasil pengujian pada saat k = 0,47 kN/m
M = 2,7 kg M = 3,7 kg M = 4,7 kg

Tabel 5.2
Data hasil pengujian pada saat k = 1,22kN/m
M = 2,7 kg M = 3,7 M = 4,7

Tabel 5.3
Data hasil pengujian pada saat k = 3,30 kN/m
M = 2,7 M = 3,7 M = 4,7

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2018/2019


KELOMPOK 08 137
SIMPLE VIBRATION APPARATUS
Berikut hasil osilasi untuk hubungan putaran katup dengan konstanta peredaman
pada konstanta pegas 3,30 kN/m, putaran katup 0, 4, 8, 12, 16 dan pada massa m1 = 2,7 kg,
m2 = 3,7 kg, dan m3 = 4,7 kg dengan variasi oli (peredaman) yaitu SAE 90:

Tabel 5.4
Data hasil pengujian pada saat Putaran Katup (N) dengan massa 2,7 kg dan k = 3,30 kN/m
pada SAE 40
N=0 N=4 N=8 N = 12 N = 16

Tabel 5.5
Data hasil pengujian pada saat Putaran Katup (N) dengan massa 3,7 kg dan k = 3,30 kN/m
pada SAE 40
N=0 N=4 N=8 N = 12 N = 16

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2018/2019


KELOMPOK 08 138
SIMPLE VIBRATION APPARATUS
Tabel 5.6
Data hasil pengujian pada saat Putaran Katup (N) dengan massa 4,7 kg dan k = 3,30 kN/m
pada SAE 40
N=0 N=4 N=8 N = 12 N = 16

Tabel 5.7
Hubungan Antara Massa Dengan Frekuensi Pada Konstanta Pegas 0,47 kN/m
No m(kg) 𝜆 (m) f' (Hz) f (Hz)
1 2,7 0,01002 1,996 2,1
2 3,7 0,01162 1,7211 1,79
3 4,7 0,01373 1,4566 1,59

Tabel 5.8
Hubungan Antara Massa Dengan Frekuensi Pada Konstanta Pegas 1,22 kN/m
No m(kg) 𝜆 (m) f' (Hz) f (Hz)
1 2,7 0,00707 2,8288 3,38
2 3,7 0,00791 2,5284 2,89
3 4,7 0,00846 2,364 2,56

Tabel 5.9
Hubungan Antara Massa Dengan Frekuensi Pada Konstanta Pegas 3,30 kN/m
No m(kg) 𝜆 (m) f' (Hz) f (Hz)
1 2,7 0,004 5 5,56
2 3,7 0,00438 4,5662 4,75
3 4,7 0,005 4 4,21

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2018/2019


KELOMPOK 08 139
SIMPLE VIBRATION APPARATUS
Tabel 5.10
Hubungan Putaran Katup Terhadap Konstanta Peredaman Dengan SAE 40 pada Massa 2,7
kg Pada k = 3,30 kN/m
No n (rev) ωn (Hz) x1 (m) x2 (m) ζ c (kg/s)
1 0 34,9603 0,02639 0,018 0,0609 11,5019
2 4 34,9603 0,02487 0,01657 0,0647 12,2070
3 8 34,9603 0,02475 0,01696 0,0602 11,3622
4 12 34,9603 0,023 0,01486 0,0696 13,1315
5 16 34,9603 0,02123 0,01301 0,0780 14,7210

Tabel 5.11
Hubungan Putaran Katup Terhadap Konstanta Peredaman Dengan SAE 40 pada Massa 3,7
kg pada k = 3,30 kN/m
No n (rev) ωn (Hz) x1 (m) x2 (m) ζ c (kg/s)
1 0 29,8646 0,02856 0,02153 0,0450 9,9435
2 4 29,8646 0,02782 0,01986 0,0537 11,8609
3 8 29,8646 0,02745 0,02077 0,0444 9,8132
4 12 29,8646 0,02698 0,01921 0,0541 11,9531
5 16 29,8646 0,02565 0,01765 0,0595 13,1546

Tabel 5.12
Hubungan Putaran Katup Terhadap Konstanta Peredaman dengan SAE 40 pada Massa 4,7
kg Pada k = 3,30 kN/m
No n (rev) ωn (Hz) x1 (m) x2 (m) ζ c (kg/s)
1 0 26,49769159 0,03088 0,02482 0,0348 8,6646
2 4 26,49769159 0,03072 0,02425 0,0377 9,3800
3 8 26,49769159 0,02972 0,02314 0,0398 9,9258
4 12 26,49769159 0,02653 0,02084 0,0384 9,5745
5 16 26,49769159 0,02534 0,01863 0,0490 12,2005

Tabel 5.13
Hubungan Putaran Katup Terhadap Konstanta Peredaman dengan SAE 40 pada massa 2,7
kg dan k = 0,47 kN/m
No n (rev) ωn (Hz) x1 (m) x2 (m) ζ c (kg/s)
1 0 13,1937 0,0189 0,0065 0,1700 12,1091
2 4 13,1937 0,0171 0,0056 0,1778 12,6645
3 8 13,1937 0,0150 0,0044 0,1953 13,9139
4 12 13,1937 0,0132 0,0026 0,2587 18,4321
5 16 13,1937 0,0110 0,0017 0,2973 21,1840

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2018/2019


KELOMPOK 08 140
SIMPLE VIBRATION APPARATUS
Tabel 5.14
Hubungan Putaran Katup Terhadap Konstanta Peredaman dengan SAE 40 pada massa 2,7
kg dan k = 1,22 kN/m
No n (rev) ωn (Hz) x1 (m) x2 (m) ζ c (kg/s)
1 0 21,2568 0,02246 0,01639 0,0502 5,7588
2 4 21,2568 0,02132 0,01486 0,0575 6,5979
3 8 21,2568 0,01918 0,01321 0,0594 6,8158
4 12 21,2568 0,01681 0,01083 0,0700 8,0361
5 16 21,2568 0,01478 0,00916 0,0762 8,7448

Tabel 5.15
Hubungan Putaran Katup Terhadap Konstanta Peredaman dengan SAE 40 pada massa 2,7
kg dan k = 3,30 kN/m
No n (rev) ωn (Hz) x1 (m) x2 (m) ζ c (kg/s)
1 0 34,9603 0,02639 0,018 0,0609 11,5019
2 4 34,9603 0,02487 0,01657 0,0647 12,2070
3 8 34,9603 0,02475 0,01696 0,0602 11,3622
4 12 34,9603 0,023 0,01486 0,0696 13,1315
5 16 34,9603 0,02123 0,01301 0,0780 14,7210

Tabel 5.16
Hubungan Putaran Katup Terhadap Konstanta Peredaman dengan SAE 40 pada massa 4,7
kg dan k = 3,30 kN/m
No n (rev) ωn (Hz) x1 (m) 𝜆 (m) ζ c (kg/s)
1 0 26,49769159 0,03088 0,02482 0,0348 8,6646
2 4 26,49769159 0,03072 0,02425 0,0377 9,3800
3 8 26,49769159 0,02972 0,02314 0,0398 9,9258
4 12 26,49769159 0,02653 0,02084 0,0384 9,5745
5 16 26,49769159 0,02534 0,01863 0,0490 12,2005

Tabel 5.17
Hubungan Putaran Katup Terhadap Konstanta Peredaman dengan SAE 50 pada massa 4,7
kg dan k = 3,30 kN/m
No n (rev) ωn (Hz) x1 (m) x2 (m) ζ c (kg/s)
1 0 26,49769159 0,02762 0,01857 0,0632 15,7456
2 4 26,49769159 0,02483 0,01673 0,0629 15,6606
3 8 26,49769159 0,02402 0,01548 0,0700 17,4251
4 12 26,49769159 0,02271 0,01369 0,0806 20,0746
5 16 26,49769159 0,02026 0,01162 0,0885 22,0490

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2018/2019


KELOMPOK 08 141
SIMPLE VIBRATION APPARATUS
Tabel 5.18
Hubungan Putaran Katup Terhadap Konstanta Peredaman dengan SAE 90 pada massa 4,7
kg dan k = 3,30 kN/m
No n (rev) ωn (Hz) x1 (m) x2 (m) ζ c (kg/s)
1 0 26,49769159 0,01935 0,011820 0,0785 19,5495
2 4 26,49769159 0,0182 0,010240 0,0916 22,8105
3 8 26,49769159 0,01732 0,008780 0,1082 26,9459
4 12 26,49769159 0,01646 0,007240 0,1308 32,5750
5 16 26,49769159 0,01507 0,005780 0,1526 38,0083

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2018/2019


KELOMPOK 08 142
SIMPLE VIBRATION APPARATUS
5.5.2 Contoh Perhitungan
a. Tanpa Peredaman
 Frekuensi Teoritis

1 𝑘
f′ = √
2𝜋 𝑚

1 0,47 × 1000
f′ = √
2(3,14) 2,7

f′ = 2,1009 𝐻𝑧
 Frekuensi Aktual
𝑣
𝑓=
𝜆
0,02
𝑓=
0,00963
𝑓 = 2,08 𝐻𝑧
b. Dengan Peredaman
 Frekuensi Natural / Frekuensi Peredaman

𝑘
𝜔𝑛 = √
𝑚

1,22 × 1000
𝜔𝑛 = √
2,7

𝜔𝑛 = 21,2568 𝑟𝑎𝑑⁄𝑠
 Damping Ratio
1 𝑥
𝜉 = 2𝜋 𝑙𝑜𝑔𝑒 𝑥1
2

1 0,01052
𝜉= 𝑙𝑜𝑔𝑒
2(3,14) 0,00281
𝜉 = 0,210206007
 Konstanta Peredaman
𝑐 = 2 𝜔𝑛 𝜁 𝑚
𝑐 = 2 × 21,2568 × 0,210206007 × 2,7
𝑐 = 24,1289kg/s

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2018/2019


KELOMPOK 08 143
SIMPLE VIBRATION APPARATUS
Keterangan :
λ : Panjang satu gelombang (m)
m : Massa (Kg)
x1 : Tinggi bukit pertama (m)
x2 : Tinggi bukit kedua (m)
f’ : Frekuensi teoritis (Hz)
f : Frekuensi aktual (Hz)
𝜔n : Frekuensi Peradaman (rad/s)
C : Konstanta peredaman (kg/s)

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2018/2019


KELOMPOK 08 144
SIMPLE VIBRATION APPARATUS
5.5.3 Grafik dan Pembahasan
5.5.3.1 Pengaruh Konstanta Pegas dan Massa terhadap Frekuensi

0.00008
Frekuensi(Hz)

0.00006
0.00004
0.00002
0.00000
2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5
Massa(kg)

Aktual K1 Aktual K2 Aktual K3


Teoritis K1 Teoritis K2 Teoritis K3
Poly. (Aktual K1) Poly. (Aktual K2) Poly. (Aktual K3)
Poly. (Teoritis K1) Poly. (Teoritis K2) Poly. (Teoritis K3)
Gambar 5.12 Grafik Hubungan Frekuensi terhadap Massa dengan Variasi Konstanta Pegas

Analisa Grafik:
Grafik diatas adalah grafik hubungan antara Massa dengan Frekuensi pada konstanta
pegas (k) dengan variasi konstanta pegasnya adalah 0,47 kN/m; 1,22 kN/m dan 3,30 kN/m.
Pada sumbu y menunjukkan nilai frekuensi (Hz) dan pada sumbu x menunjukkan nilai massa
(kg).
Pada grafik dapat dilihat bahwa semakin besar massa maka frekuensinya semakin turun.
Dari grafik diketahui bahwa frekuensi tertinggi adalah pada frekuensi teoritis dengan k =
3.30 kN/m kemudian frekuensi aktual dengan dengan k = 3.30 kN/m, selanjutnya teoritis
dengan k = 1,22 kN/m setelah itu frekuensi aktual dengan k = 1,22 kN/m, selanjutnya
frekuensi teoritis dengan k = 0,47 kN/m dan nilai frekuensi terendah pada frekuensi aktual
k = 0,47 kN/m. Bila massa semakin besar maka panjang gelombang yang akan dibentuk
semakin besar sehingga frekuensinya akan turun. Panjang gelombang adalah jarak titik awal
dan titik akhir setelah mengalami getaran. Pegas yang konstantanya besar akan lebih mudah
kembali ke posisi semula daripada yang kecil. Dengan pegas yang konstantanya kecil maka
akan menghasilkan panjang gelombang yang besar karena waktu yang dibutuhkan kembali
ke titik awal semakin lama.Dengan konstanta pegas yang berbeda - beda dihasilkan grafik
penggunaan konstanta k = 3,3 kN/m lebih besar atau berada di atas dari pada konstanta pegas

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2018/2019


KELOMPOK 08 145
SIMPLE VIBRATION APPARATUS
yang lainnya. Hal ini dikarenakan dengan nilai k yang semakin besar maka pegas akan
semakin kaku. Hal ini sesuai dengan perhitungan rumus frekuensi, yaitu :

1 𝑘
𝑓′ = √
2𝜋 𝑚

𝑣
𝑓=
𝜆

Dimana :
f’ = Frekuensi teoritis (Hz)
f = Frekuensi aktual (Hz)
k = Konstanta pegas (N/m)
m = Massa (kg)
λ = Panjang satu gelombang (m)
v = Kecepatan gulungan kertas (m/s)

Pada dasar teori, nilai frekuensi aktual dan teoritis seharusnya memiliki nilai yang sama
dengan nilai frekuensi dari yang terbesar dengan nilai k3 = 3,3 kN/m, k2 = 1,22 kN/m dan
k1 = 0,47 kN/m. Pada grafik diatas didapatkan kecenderungan frekuensi yang semakin kecil
seiring dengan pertambahan massa yang mana sesuai dengan dasar teori, namun nilai
frekuensi teoritis dan nilai frekuensi aktual memiliki nilai yang tidak sama besarnya
disebabkan adanya pengaruh gaya dari luar seperti gesekan bolpoin dengan kertas.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2018/2019


KELOMPOK 08 146
SIMPLE VIBRATION APPARATUS
5.5.3.2 Pengaruh Putaran Katup dan Massa terhadap Konstanta Peredaman Pada
Konstanta Pegas Sama dan Viskositas Oli Sama

16,0000
14,0000
Konstanta Peredaman

12,0000
10,0000
8,0000
6,0000
4,0000
2,0000
0,0000
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
Putaran Katup

Massa 2,7 kg Massa 3,7 kg Massa 4,7 kg


Poly. (Massa 2,7 kg) Poly. (Massa 3,7 kg) Poly. (Massa 4,7 kg)

Gambar 5.13 Grafik Hubungan Konstanta Peredaman Terhadap Putaran Katup dengan
Variasi Massa Pada Konstanta Pegas Dan Viskositas Oli Sama

Analisa Grafik :
Grafik di atas adalah grafik hubungan putaran katup dengan konstanta peredam k = 3,30
kN/m SAE 40 dengan variasi massa. Putaran katup adalah pengatur jarak antara lempeng
peredaman. Konstanta pegas adalah konstanta yang menentukan besar/gaya hambat yang
arahnya berlawanan dari pegas. Konstanta peredaman adalah nilai yang menunjukkan
seberapa besar redaman yang dapat diberikan oleh suatu pegas. Pada sumbu y menunjukkan
nilai konstanta peredaman (kg/s) dan pada sumbu x menunjukkan jumlah putaran katup.
Pada grafik hubungan antara putaran katup dengan massa yang berbeda dapat di lihat
bahwa nilai konstanta peredaman yang paling tinggi adalah dengan massa 2,7 kg dan terjadi
penyimpangan. Seharusnya, semakin besar massa dengan konstanta yang tetap maka nilai
konstanta peredaman lebih besar. Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor peredaman yang
diatur oleh putaran katup. Semakin banyak putaran katup pada peredaman mengakibatkan
semakin mendekatnya lempeng peredaman sehingga semakin sulit bagi fluida peredaman
(oli) untuk melewati lubang - lubang pada lempeng peredam bagian bawah. Karena volume
di antara kedua lempeng semakin kecil mengakibatkan nilai perbandingan x1 dan x2 semakin
kecil.Pada putaran katup yang sama tapi massanya berbeda didapatkan konstanta peredaman

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2018/2019


KELOMPOK 08 147
SIMPLE VIBRATION APPARATUS
naik. Hal ini karena dengan naiknya massa pegas akan menempuh jarak yang lebih lama
untuk membuat satu panjang gelombang sehingga menyebabkan konstanta peredaman naik
sesuai rumus dimana massa pembebanan pegas berbanding lurus dengan konstanta
peredaman.
Hal ini juga dapat dilihat pada rumus:

𝐶 = 2 × 𝜔𝑛 × ζ × m
1 𝑥1
𝜁= 𝑙𝑜𝑔𝑒
2𝜋 𝑥2

𝑘
𝜔𝑛 = √
𝑚

Keterangan :
C = Konstanta peredaman (kg/s)
𝜔n = Frekuensi natural (Hz)
m = Massa beban (kg)
ζ = Damping rasio
k = Konstanta pegas (N/m)
x1 = Tinggi bukit pertama (m)
x2 = Tinggi bukit kedua (m)

Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa konstanta peredaman yang paling tinggi adalah
dengan masa 2,7, seharusnya semakin tinggi masa maka konstanta peredamanya juga
semakin tinggi. Hal itu karena kesalahan pada saat pengujian atau karena alat yang
digunakan sudah tidak akurat lagi. Dan juga bisa karena disebabkan oleh gaya fluida, jadi
pada saat pengujian ada oli yang tumpah. Semakin berkurang oli maka gaya fluida juga akan
semakin berkurang

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2018/2019


KELOMPOK 08 148
SIMPLE VIBRATION APPARATUS
5.5.3.3 Pengaruh Putaran Katup dan Viskositas Oli terhadap Konstanta Peredaman
Pada Konstanta Pegas Sama dan Massa 4,7 kg

45,0000
40,0000
Konstanta Peredaman

35,0000
30,0000
25,0000
20,0000
15,0000
10,0000
5,0000
0,0000
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
Putaran Katup

SAE 50 SAE 40 SAE 90


Poly. (SAE 50) Poly. (SAE 40) Poly. (SAE 90)

Gambar 5.14 Grafik Hubungan Konstanta Peredaman Terhadap Putaran Katup dengan
Variasi Viskositas Oli Pada Massa 4,7 Kg dan Konstanta Pegas Sama

Analisa Grafik :
Grafik di atas adalah grafik hubungan putaran katup terhadap konstanta peredaman
dengan variasi viskositas oli pada massa 4,7 kg. Putaran katup adalah pengatur jarak antara
lempeng peredaman. Konstanta pegas adalah konstanta yang menentukan besar/gaya hambat
yang arahnya berlawanan dari pegas. Pada grafik di atas dapat di lihat bahwa nilai konstanta
peredaman dari yang paling tinggi adalah putaran katup dengan viskositas SAE 40. Pada
sumbu y menunjukkan nilai konstanta peredaman (kg/s) dan pada sumbu x menunjukkan
jumlah putaran katup.
Pada grafik di atas dapat di lihat bahwa nilai konstanta peredaman yang paling tinggi
adalah putaran katup dengan viskositas SAE 90. Semakin besar viskositas dengan konstanta
yang tetap maka nilai konstanta peredaman lebih besar. Hal ini dipengaruhi oleh faktor
peredaman yang diatur oleh putaran katup. Semakin banyak putaran katup pada peredaman
mengakibatkan semakin mendekatnya lempeng peredaman sehingga semakin sulit bagi
fluida peredaman (oli) untuk melewati lubang - lubang pada lempeng peredam bagian
bawah. Karena volume di antara kedua lempeng semakin kecil mengakibatkan nilai
perbandingan x1 dan x2 semakin kecil. Semakin tinggi nilai viskositas fluida peredaman

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2018/2019


KELOMPOK 08 149
SIMPLE VIBRATION APPARATUS
maka akan semakin tinggi pula konstanta peredaman. Hal tersebut disebabkan oleh
kekentalan yang tinggi menyebabkan fluida mempunyai hambatan yang besar, dengan kata
lain nilai gesek yang ditimbulkan semakin besar dan akan menghambat pergerakan dashpot.
Hal ini sesuai dengan perrhitungan rumus gaya fluida :

𝐴𝑠
𝐹𝑓 = 𝑣 𝑉
𝑑

Dimana:
Ff = Gaya Fluida (N)
v = Koefisien viskositas (m2/s)
As = Diameter dalam (m)
d = Beda ketinggian antar lempengan (m)
V = Volume fluida (m3)

Secara teoritis, semakin besar nilai viskositas fluida peredaman (oli) maka konstanta
peredaman semakin besar. Karena dengan viskositas yang semakin besar maka x1 dan x2
yang dihasilkan semakin kecil sehingga konstanta peredaman yang didapatkan semakin
besar. Grafik di atas sudah sesuai dengan dasar teori dimana nilai konstanta peredaman
terbesar ke rendah yaitu pada SAE 90, SAE 50, dan SAE 40 pada putaran katup yang sama.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2018/2019


KELOMPOK 08 150
SIMPLE VIBRATION APPARATUS
5.5.3.4 Pengaruh Putaran Katup dan Konstanta Pegas terhadap Konstanta Peredaman
Pada Viskositas Oli Sama dan Massa 2,7 kg

16,0000
14,0000
Konstanta Peredaman

12,0000
10,0000
8,0000
6,0000
4,0000
2,0000
0,0000
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
Putaran Katup

K1 = 0,47 kN/m K2 = 1,22 kN/m K3 = 3,30 kN/m


Poly. (K1 = 0,47 kN/m) Poly. (K2 = 1,22 kN/m) Poly. (K3 = 3,30 kN/m)

Gambar 5.15 Grafik Hubungan Konstanta Peredaman Terhadap Putaran Katup dengan
Variasi Konstanta Pegas Pada Massa 2,7 Kg dan Viskositas Oli Sama

Analisa Grafik:
Grafik di atas adalah grafik hubungan putaran katup dan konstanta peredaman SAE 40
dengan variasi konstanta pegas pada massa 2,7 kg. Putaran katup adalah pengatur jarak
antara lempeng peredaman. Konstanta pegas adalah konstanta yang menentukan besar/gaya
hambat yang arahnya berlawanan dari pegas. Konstanta peredaman adalah nilai yang
menunjukkan seberapa besar redaman yang dapat diberikan oleh suatu pegas. Pada sumbu y
menunjukkan nilai konstanta peredaman (kg/s) dan pada sumbu x menunjukkan jumlah
putaran katup.
Pada grafik hubungan antara putaran katup dengan massa yang berbeda dapat di lihat
bahwa nilai konstanta peredaman yang paling tinggi adalah pada konstanta pegas 3,30 kN/m.
Semakin besar konstanta pegas dengan massa yang tetap maka nilai konstanta peredaman
lebih besar. Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor peredaman yang diatur oleh putaran katup.
Semakin banyak putaran katup pada peredaman mengakibatkan semakin mendekatnya
lempeng peredaman sehingga semakin sulit bagi fluida peredaman (oli) untuk melewati
lubang - lubang pada lempeng peredam bagian bawah. Karena volume di antara kedua
lempeng semakin kecil mengakibatkan nilai perbandingan x1 dan x2 semakin kecil.Pada

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2018/2019


KELOMPOK 08 151
SIMPLE VIBRATION APPARATUS
putaran katup yang sama tapi konstanta pegas berbeda didapatkan konstanta peredaman
naik. Hal ini karena dengan naiknya konstanta pegas akan menempuh jarak yang lebih lama
untuk membuat satu panjang gelombang sehingga menyebabkan konstanta peredaman naik.
Hal ini juga dapat dilihat pada rumus :

𝐶 = 2 × 𝜔𝑛 × ζ × m
1 𝑥1
𝜁= 𝑙𝑜𝑔𝑒
2𝜋 𝑥2

𝑘
𝜔𝑛 = √
𝑚

Keterangan :
C = Konstanta peredaman (kg/s)
𝜔n = Frekuensi natural (Hz)
m = Massa beban (kg)
ζ = Damping rasio
k = Konstanta pegas (N/m)
x1 = Tinggi bukit pertama (m)
x2 = Tinggi bukit kedua (m)

Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa semakin besar putaran katup, maka konstanta
peredaman semakin besar. Hal itu dikarenakan bila putaran katup semakin besar maka akan
semakin mendekat kedua lempeng peredaman yang akan membuat konstanta peredaman
semakin besar. Jadi, dapat disimpulkan bahwa grafik di atas sudah sesuai dengan dasar teori.
Pada grafik diatas data yang ditampilkan sudah sesuai dengan dasar teori dimana nilai
konstanta peredaman yang terbesar dengan k3 = 3,30 kN/m dan yang terendah dengan k1 =
0,47 kN/m.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2018/2019


KELOMPOK 08 152
SIMPLE VIBRATION APPARATUS
5.6 Kesimpulan dan Saran
5.6.1 Kesimpulan
1. Bila massa semakin besar maka panjang gelombang yang akan dibentuk semakin besar
sehingga frekuensinya akan turun. Panjang gelombang adalah jarak titik awal dan titik
akhir setelah mengalami getaran. Pegas yang konstantanya besar akan lebih mudah
kembali ke posisi semula daripada yang kecil. Dengan pegas yang konstantanya kecil
maka akan menghasilkan panjang gelombang yang besar karena waktu yang dibutuhkan
kembali ke titik awal semakin lama.
2. Semakin banyak putaran katup pada peredaman mengakibatkan semakin mendekatnya
lempeng peredaman sehingga semakin sulit bagi fluida peredaman (oli) untuk melewati
lubang - lubang pada lempeng peredam bagian bawah. Karena volume di antara kedua
lempeng semakin kecil mengakibatkan nilai perbandingan x1 dan x2 semakin kecil.
3. Semakin tinggi nilai viskositas fluida peredaman maka akan semakin tinggi pula konstanta
peredaman. Hal tersebut disebabkan oleh kekentalan yang tinggi menyebabkan fluida
mempunyai hambatan yang besar, dengan kata lain nilai gesek yang ditimbulkan semakin
besar dan akan menghambat pergerakan dashpot.
4. Pada putaran katup yang sama tapi konstanta pegas berbeda didapatkan konstanta
peredaman naik. Hal ini karena dengan naiknya konstanta pegas akan menempuh jarak
yang lebih lama untuk membuat satu panjang gelombang sehingga menyebabkan
konstanta peredaman naik.

5.6.2 Saran
1. Syarat untuk melanjutkan pembahasan dengan wajib ACC ketiga bab sebaiknya
dihapuskan saja, agar pembahasan bisa berjalan lebih cepat.
2. Sebaiknya alat – alat di laboratorium diperbaiki apabila terjadi keusangan dengan cara
para asisten mencoba (testing) mengoperasikan sebelum pelaksanaan praktikum,
sehingga kemungkinan penyimpangan kecil terhadap dasar teori.
3. Sebaiknya praktikan lebih tepat waktu, lebih teliti, dan lebih mempelajari materi agar
praktikum berjalan lancar.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2018/2019


KELOMPOK 08 153

Anda mungkin juga menyukai