DI SUSUN OLEH :
KELAS : C
PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2019
SOAL :
JAWABAN :
a. Keanekaragaman spesies
Spesies atau jenis memiliki pengertian, individu yang mempunyai persamaan secara
morfologis, anatomis, fisiologis dan mampu saling kawin dengan sesamanya (inter
hibridisasi) yang menghasilkan keturunan yang fertil (subur) untuk melanjutkan
generasinya.
Contoh lainnya terlihat keanekaragaman jenis pada pohon kelapa, pohon aren, pohon
pinang dan juga pada pohon palem.
b. Keanekaragaman genetik
Gen atau plasma nuftah adalah substansi kimia yang menentukan sifat keturunan yang
terdapat di dalam lokus kromosom. Setiap individu makhluk hidup mempunyai
kromosom yang tersusun atas benang-benang pembawa sifat keturunan yang terdapat
di dalam inti sel. Sehingga seluruh organisme yang ada di permukaan bumi ini
mempunyai kerangka dasar komponen sifat menurun yang sama. Kerangka dasar
tersebut tersusun atas ribuan sampai jutaan factor menurun yang mengatur tata cara
penurunan sifat organisme. Walaupun kerangka dasar gen seluruh organisme sama,
namun komposisi atau susunan, dan jumlah faktor dalam kerangka bisa berbeda-beda.
Perbedaan jumlah dan susunan faktor tersebut akan menyebabkan terjadinya
keanekaragaman gen. Di samping itu, setiap individu memiliki banyak gen, bila
terjadi perkawinan atau persilangan antar individu yang karakternya berbeda akan
menghasilkan keturunan yang semakin banyak variasinya. Karena pada saat
persilangan akan terjadi penggabungan gen-gen individu melalui sel kelamin. Hal
inilah yang menyebabkan keanekaragaman gen semakin tinggi.
Dalam perkembangannya, faktor penentu tidak hanya terdapat pada gen saja,
melainkan ada juga faktor lain yang berperan mempengaruhi keanekaragaman hayati
ini, yaitu lingkungan. Sifat yang muncul pada setiap individu merupakan interaksi
antara gen dengan lingkungan. Dua individu yang memiliki struktur dan urutan gen
yang sama, belum tentu memiliki bentuk yang sama pula karena faktor lingkungan
mempengaruhi penampakan (fenotipe) atau bentuk. Misalnya, orang yang hidup di
daerah pegunungan dengan orang yang hidup di daerah pantai memiliki perbedaan
dalam hal jumlah eritrositnya. Jumlah eritrosit orang yang hidup di daerah
pegunungan lebih banyak dibanding yang hidup di pantai disebabkan adaptasi
terhadap kandungan oksigen di lingkungannya. Di daerah pegunungan lebih rendah
kandungan oksigennya dibandingkan di daerah pantai. Sehingga fenotipe pipi orang
pegunungan umumnya lebih kemerahan dibanding orang pantai. Contoh yang lain
adalah keanekaragaman pada spesies anjing misal variasi anjing bulldog, anjing
herder, dan anjing kampung.
c. Keanekaragaman ekosistem
Ekosistem dapat diartikan sebagai hubungan atau interaksi timbal balik antara
makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya dan juga antara makhluk
hidup dengan lingkungannya. Setiap makhluk hidup hanya akan tumbuh dan
berkembang pada lingkungan yang sesuai. Pada suatu lingkungan tidak hanya dihuni
oleh satu jenis makhluk hidup saja. Akibatnya, pada suatu lingkungan akan terdapat
berbagai makhluk hidup berlainan jenis yang hidup berdampingan secara damai.
Mereka seolah-olah menyatu dengan lingkungan tersebut.
Pada lingkungan yang sesuai inilah setiap makhluk hidup akan dibentuk oleh
lingkungan. Sebaliknya, makhluk hidup yang terbentuk oleh lingkungan akan
membentuk lingkungan tersebut. Jadi, antara makhluk hidup dengan lingkungannya
akan terjadi interaksi yang dinamis. Perbedaan kondisi komponen abiotik (tidak
hidup) pada suatu daerah menyebabkan jenis makhluk hidup (biotik) yang dapat
beradaptasi dengan lingkungan tersebut berbeda-beda.
Akibatnya, permukaan bumi dengan variasi kondisi komponen abiotik yang tinggi
akan menghasilkan keanekaragaman ekosistem. Ada ekosistem hutan hujan tropis,
hutan gugur, padang rumput, padang lumut, gurun pasir, sawah, ladang, air tawar, air
payau, laut, dan lain lain. Komponen biotik dan abiotik di berbagai daerah bervariasi
baik mengenai kualitas komponen tersebut maupun kuantitasnya. Hal inilah yang
menyebabkan terbentuknya keanekaragaman ekosistem di muka bumi ini. Antar
komponen ekosistem hidup berdampingan tanpa saling mengganggu, dan apabila
terjadi kepunahan atau gangguan terhadap salah satu anggotanya maka akan
mengganggu kelangsungan hidup organisme lainnya. Suatu perubahan yang terjadi
pada komponen-komponen ekosistem ini akan berpengaruh terhadap keseimbangan
(homeostatis) ekosistem tersebut. Sebagai suatu sistem, di dalam setiap ekosistem
akan terjadi proses yang saling terkait. Misalnya, pengambilan makanan, perpindahan
energi atau energetika, daur zat atau materi, dan produktivitas atau hasil keseluruhan
ekosistem. Contoh keanekaragaman hayati tingkat ekosistem adalah pohon kelapa
banyak tumbuh di daerah pantai, pohon aren tumbuh di pegunungan, sedangkan
pohon palem dan pinang tumbuh dengan baik di daerah dataran rendah.
c. Membedakan Makhluk Hidup yang Satu dengan yang Lainnya – Berdasarkan ciri-
ciri yang dimiliki oleh makhluk hidup, kita dapat mengetahui dan membedakan
makhluk hidup satu dengan yang lainnya. Misalnya antara kera dan monyet,
meskipun mirip namun keduanya memiliki nama ilmiah yang berbeda karena ada
ciri yang membedakan antara keduanya.
Untuk melakukan klasifikasi makhluk hidup ternyata tidak hanya didasarkan pada
kesamaan ciri saja, masih ada beberapa kriteria yang dijadikan dasar untuk
melakukan klasifikasi makhluk hidup, di antaranya:
a. Berdasarkan kesamaan ciri. Dasar pertama yang dijadikan pedoman untuk
mengklasifikasikan makhluk hidup adalah berdasarkan kesamaan cirinya. Sebagai
contoh elang dan ayam akan masuk ke dalam jenis aves. Penggolongan tersebut
didasarkan pada kesamaan ciri makhluk hidup yaitu memiliki paruh, bulu, dan
juga sayap.
b. Berdasarkan perbedaan. Meskipun hewan satu dengan yang lainnya bisa masuk ke
jenis yang sama namun bisa jadi dua makhluk hidup dalam satu jenis itu memiliki
perbedaan. Misalnya antara ayam dan elang. Keduanya merupakan
pengelompokan hewan berjenis aves, namun keduanya memiliki perbedaan dari
segi jenis makanan yang dikonsumsi. Ayam adalah jenis hewan herbivora karena
mengkonsumsi tumbuhan, sedangkan elang adalah hewan karnivora karena
mengkonsumsi binatang.
c. Berdasarkan pada ciri morfologi dan juga anatominya. Langkah awal yang
dilakukan untuk mengelompokkan makhluk hidup dilakukan dengan mengamati
ciri morfologinya, seperti menggolongkan beberapa jenis tumbuhan berdasarkan
bentuk pohon, bentuk daun, bentuk bunga, warna bunga, dan lain sebagainya. Jika
ciri morfologi sudah diamati dan diklasifikasikan, maka langkah selanjutnya
adalah mengetahui ciri anatominya, seperti ada atau tidaknya sel trakea, kambium,
berkas pengangkut, dan sebagainya. Beberapa jenis makhluk hidup mungkin
memiliki struktur morfologi yang sama tetapi memiliki struktur anatomi yang
berbeda, atau bisa juga sebaliknya.
e. Berdasarkan pada manfaatnya. Makhluk hidup dengan ragam yang begitu banyak
sudah tentu memiliki manfaat yang berbeda-beda. Perbedaan manfaat itu dapat
digunakan sebagai dasar untuk mengklasifikasikan makhluk hidup.
Teori evolusi biologis mengemukakan bahwa hewan, tumbuhan, dan juga manusia
merupakan hasil perkembanagn evolusi dari makhluk-makhluk hidup yang berbentuk
lebih sederhana, bermula dari adanya satu atau beberapa bentuk makhluk hidup sangat
sederhana pda awal kehidupan di bumi yang secara perlahan-lahan berkembang
menjadi berbagai spesies organisme (Widodo, 1993).
Terdapat sejumlah bukti tidak langsung yang tidak lengkap dan penjelasan dari
berbagai cabang biologi yang dapat digunakan untuk mendukung gagasan evolusi.
Biologi sebagai ilmu pengetahuan alam memiilki metode induktif dalam memperoleh
kebenaran. Kebenaran evolusi yang diperoleh dari penarikan kesimpulan secara
induktif ini diterapkan berlaku umum terhadap semua organisme. Biologi sebagai
ilmu pengetahuan alam pada umumnya mewadahi hal-hal yang rasional dengan
dilengkapi bukti-bukti.
Apabila terdapat fenomena suatu peristiwa alam dapat dikemukakan gagasan yang
dapat menjelaskan fenomena tersebut dengan disertai bukti-bukti yang bisa diuji,
gagasan hasil pengujian tersebut disebut hukum.
Apabila hanya terdapat bukti-bukti yang tidak langsung atau bukti-bukti yang tidak
lengkap untuk mendukung penjelasan rasional terhadap gejala alam, maka gagasan
hasil telaahnya disebut sebagai teori. Sedangkan apabila gagasan itu sama sekali
belum disertai bukti yang diperlukan maka gagasan tersebut disebut sebgai hipotesa.
Evolusi didorong oleh dua mekanisme utama, yaitu seleksi alam dan hanyutan
genetik. Seleksi alam merupakan sebuah proses yang menyebabkan sifat terwaris
yang berguna untuk keberlangsungan hidup dan reproduksi organisme menjadi lebih
umum dalam suatu populasi – dan sebaliknya, sifat yang merugikan menjadi lebih
berkurang. Hal ini terjadi karena individu dengan sifat-sifat yang menguntungkan
lebih berpeluang besar bereproduksi, sehingga lebih banyak individu pada generasi
selanjutnya yang mewarisi sifat-sifat yang menguntungkan ini. Setelah beberapa
generasi, adaptasi terjadi melalui kombinasi perubahan kecil sifat yang terjadi secara
terus menerus dan acak ini dengan seleksi alam.
Sementara itu, hanyutan genetik (Bahasa Inggris: Genetic Drift) merupakan sebuah
proses bebas yang menghasilkan perubahan acak pada frekuensi sifat suatu populasi.
Hanyutan genetik dihasilkan oleh probabilitas apakah suatu sifat akan diwariskan
ketika suatu individu bertahan hidup dan bereproduksi.
Walaupun perubahan yang dihasilkan oleh hanyutan dan seleksi alam kecil, perubahan
ini akan berakumulasi dan menyebabkan perubahan yang substansial pada organisme.
Proses ini mencapai puncaknya dengan menghasilkan spesies yang baru. Dan
sebenarnya, kemiripan antara organisme yang satu dengan organisme yang lain
mensugestikan bahwa semua spesies yang kita kenal berasal dari nenek moyang yang
sama melalui proses divergen yang terjadi secara perlahan ini.
Fakta Evolusi
Saat ini teori evolusi biologi tidak lagi identik dengan prototype darwinisme dan
neo-darwinisme karena adanya tambahan beberapa petunjuk. Selain itu terdapat pula
bukti-bukti tidak langsung atau penjelasan yang berasal dari beberapa cabang biologi
seperti genetika, sistematika, morfologi perbandingan, palaeontologi, embriologi,
ekologi, dan sebagainya.
Teori Evolusi Kimia Menurut Harold Urey (1893) menyatakan bahwa pada suatu saat
atmosfer bumi kaya akan molekul zat seperti Metana (CH4), Uap air (H2O),
Amonia(NH2), dan karbon dioksida (CO2) yang semuanya berbentuk uap.
Karena adanya pengaruh energi radiasi sinar kiosmis serta aliran listrik halilintar
terjadilah reaksi diantara zat-zat tersebut menghasilkan zat-zat hidup. Teori evolusi
Kimia dari Urey tersebut biasa dikenal dengan teori Urey.
Menurut Urey, zat hidup yang pertama kali terbentuk mempunyai susunan
menyerupai virus saat ini. Zat hidup tersebut selama berjuta-juta tahun mengalami
perkembangan menjadi berbagai jenis makhluk hidup. Menurut Urey, terbentuknya
makhluk hidup dari berbagai molekul zat di atmosfer tersebut didukung kondisi
sebagai berikut :
Kondisi 2: adanya bantuan energi yang timbul dari aliran listrik halilintar dan
radiasi sinar kosmis yang menyebabkan zat-zat tersebut bereaksi membentuk molekul
zat yang lebih besar
Kondisi 4: dalam jangka waktu yang lama (berjuta-juta tahun), zat hidup yang
terbentuk tadi berkembang menjadi seejnis organisme (makhluk hidup yang lebih
kompleks.