Anda di halaman 1dari 11

BIOSISTEMATIKA DAN EVOLUSI

DI SUSUN OLEH :

NAMA : MARIA R.B. KILIROONG

NIM : 2017 40 045

KELAS : C

PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2019
SOAL :

1. Apakah perlu biodersivitas bagi kehidupan makhluk hidup

2. Alasan mengapa perlu klasifikasi makhluk hidup dan caranya

3. Jelaskan mekanisme kemungkinan terjadi spesialis organisme serta adanya evolusi


makhluk hidup

JAWABAN :

1. Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah keanekaragaman organisme yang


menunjukkan keseluruhan atau totalitas variasi gen, jenis, dan ekosistem pada suatu
daerah. Keseluruhan gen, jenis dan ekosistem merupakan dasar kehidupan di bumi.
Mengingat pentingnya keanekaragaman hayati bagi kehidupan maka keanekaragaman
hayati perlu dipelajari dan dilestarikan. Tingginya tingkat keanekaragaman hayati di
permukaan bumi mendorong ilmuwan mencari cara terbaik untuk mempelajarinya,
yaitu dengan klasifikasi.

Keanekaragaman hayati merupakan istilah yang digunakan untuk derajat


keanekaragaman sumberdaya alam hayati, meliputi jumlah maupun frekuensi dari
ekosistem, spesies, maupun gen di suatu daerah.Keanekaragaman hayati mencakup
semua bentuk kehidupan di muka bumi, mulai dari makhluk sederhana seperti jamur
dan bakteri hingga makhluk yang mampu berpikir seperti manusia (Bappenas, 2004:
6).

Keanekaragaman hayati dapat diartikan sebagai keanekaragaman makhluk hidup di


berbagai kawasan di muka bumi, baik di daratan, lautan, maupun tempat lainnya.
Keanekaragaman makhluk hidup ini merupakan kekayaan bumi yang meliputi hewan,
tumbuhan, mikroorganisme dan semua gen yang terkandung di dalamnya, serta
ekosistem yang dibangunnya.

Keanekaragaman hayati dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan:

a. Keanekaragaman spesies

Spesies atau jenis memiliki pengertian, individu yang mempunyai persamaan secara
morfologis, anatomis, fisiologis dan mampu saling kawin dengan sesamanya (inter
hibridisasi) yang menghasilkan keturunan yang fertil (subur) untuk melanjutkan
generasinya.

Keanekaragaman jenis menunjukkan seluruh variasi yang terdapat pada makhluk


hidup antar jenis. Perbedaan antar spesies organisme dalam satu keluarga lebih
mencolok sehingga lebih mudah diamati daripada perbedaan antar individu dalam
satu spesies. Dalam keluarga kacang-kacangan dikenal kacang tanah, kacang buncis,
kacang hijau, kacang kapri, dan lain-lain. Di antara jenis kacang-kacangan tersebut
dapat dengan mudah membedakannya karena di antara mereka ditemukan ciri khas
yang sama. Akan tetapi, ukuran tubuh atau batang, kebiasaan hidup, bentuk buah dan
biji, serta rasanya berbeda.

Contoh lainnya terlihat keanekaragaman jenis pada pohon kelapa, pohon aren, pohon
pinang dan juga pada pohon palem.

pohon kelapa pohon aren pohon pinang pohon lontar

b. Keanekaragaman genetik

Gen atau plasma nuftah adalah substansi kimia yang menentukan sifat keturunan yang
terdapat di dalam lokus kromosom. Setiap individu makhluk hidup mempunyai
kromosom yang tersusun atas benang-benang pembawa sifat keturunan yang terdapat
di dalam inti sel. Sehingga seluruh organisme yang ada di permukaan bumi ini
mempunyai kerangka dasar komponen sifat menurun yang sama. Kerangka dasar
tersebut tersusun atas ribuan sampai jutaan factor menurun yang mengatur tata cara
penurunan sifat organisme. Walaupun kerangka dasar gen seluruh organisme sama,
namun komposisi atau susunan, dan jumlah faktor dalam kerangka bisa berbeda-beda.
Perbedaan jumlah dan susunan faktor tersebut akan menyebabkan terjadinya
keanekaragaman gen. Di samping itu, setiap individu memiliki banyak gen, bila
terjadi perkawinan atau persilangan antar individu yang karakternya berbeda akan
menghasilkan keturunan yang semakin banyak variasinya. Karena pada saat
persilangan akan terjadi penggabungan gen-gen individu melalui sel kelamin. Hal
inilah yang menyebabkan keanekaragaman gen semakin tinggi.

Keanekaragaman gen adalah keanekaragaman individu dalam satu jenis makhluk


hidup. Keanekaragaman gen mengakibatkan variasi antarindividu sejenis. Contoh
keanekaragaman tingkat gen ini adalah tanaman bunga mawar putih, bunga mawar
merah, dan mawar kuning yang memiliki perbedaan, yaitu berbeda dari segi warna
bunga

Dalam perkembangannya, faktor penentu tidak hanya terdapat pada gen saja,
melainkan ada juga faktor lain yang berperan mempengaruhi keanekaragaman hayati
ini, yaitu lingkungan. Sifat yang muncul pada setiap individu merupakan interaksi
antara gen dengan lingkungan. Dua individu yang memiliki struktur dan urutan gen
yang sama, belum tentu memiliki bentuk yang sama pula karena faktor lingkungan
mempengaruhi penampakan (fenotipe) atau bentuk. Misalnya, orang yang hidup di
daerah pegunungan dengan orang yang hidup di daerah pantai memiliki perbedaan
dalam hal jumlah eritrositnya. Jumlah eritrosit orang yang hidup di daerah
pegunungan lebih banyak dibanding yang hidup di pantai disebabkan adaptasi
terhadap kandungan oksigen di lingkungannya. Di daerah pegunungan lebih rendah
kandungan oksigennya dibandingkan di daerah pantai. Sehingga fenotipe pipi orang
pegunungan umumnya lebih kemerahan dibanding orang pantai. Contoh yang lain
adalah keanekaragaman pada spesies anjing misal variasi anjing bulldog, anjing
herder, dan anjing kampung.

c. Keanekaragaman ekosistem

Ekosistem dapat diartikan sebagai hubungan atau interaksi timbal balik antara
makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya dan juga antara makhluk
hidup dengan lingkungannya. Setiap makhluk hidup hanya akan tumbuh dan
berkembang pada lingkungan yang sesuai. Pada suatu lingkungan tidak hanya dihuni
oleh satu jenis makhluk hidup saja. Akibatnya, pada suatu lingkungan akan terdapat
berbagai makhluk hidup berlainan jenis yang hidup berdampingan secara damai.
Mereka seolah-olah menyatu dengan lingkungan tersebut.

Pada lingkungan yang sesuai inilah setiap makhluk hidup akan dibentuk oleh
lingkungan. Sebaliknya, makhluk hidup yang terbentuk oleh lingkungan akan
membentuk lingkungan tersebut. Jadi, antara makhluk hidup dengan lingkungannya
akan terjadi interaksi yang dinamis. Perbedaan kondisi komponen abiotik (tidak
hidup) pada suatu daerah menyebabkan jenis makhluk hidup (biotik) yang dapat
beradaptasi dengan lingkungan tersebut berbeda-beda.

Akibatnya, permukaan bumi dengan variasi kondisi komponen abiotik yang tinggi
akan menghasilkan keanekaragaman ekosistem. Ada ekosistem hutan hujan tropis,
hutan gugur, padang rumput, padang lumut, gurun pasir, sawah, ladang, air tawar, air
payau, laut, dan lain lain. Komponen biotik dan abiotik di berbagai daerah bervariasi
baik mengenai kualitas komponen tersebut maupun kuantitasnya. Hal inilah yang
menyebabkan terbentuknya keanekaragaman ekosistem di muka bumi ini. Antar
komponen ekosistem hidup berdampingan tanpa saling mengganggu, dan apabila
terjadi kepunahan atau gangguan terhadap salah satu anggotanya maka akan
mengganggu kelangsungan hidup organisme lainnya. Suatu perubahan yang terjadi
pada komponen-komponen ekosistem ini akan berpengaruh terhadap keseimbangan
(homeostatis) ekosistem tersebut. Sebagai suatu sistem, di dalam setiap ekosistem
akan terjadi proses yang saling terkait. Misalnya, pengambilan makanan, perpindahan
energi atau energetika, daur zat atau materi, dan produktivitas atau hasil keseluruhan
ekosistem. Contoh keanekaragaman hayati tingkat ekosistem adalah pohon kelapa
banyak tumbuh di daerah pantai, pohon aren tumbuh di pegunungan, sedangkan
pohon palem dan pinang tumbuh dengan baik di daerah dataran rendah.

Keanekaragaman hayati melingkupi berbagai perbedaan atau variasi bentuk,


penampilan, jumlah, dan sifat-sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan, baik
tingkatan gen, tingkatan spesies maupun tingkatan ekosistem.
ekosistem pantai ekosistem hutan ekosistem rawa

2. Alasan kalsifikasi makhluk hidup :

a. Untuk Mempermudah Proses Mempelajari Makhluk Hidup – Klasifikasi makhluk


hidup dilakukan dengan mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan ciri-
cirinya. Dengan mengetahui klasifikasi makhluk hidup tertentu kita sekaligus
mengetahui ciri-ciri dari makhluk tersebut, kita sekaligus akan mengetahui
makhluk hidup apa saja yang memiliki ciri yang serupa.

b. Mengetahui Hubungan Kekerabatan – Klasifikasi makhluk hidup terjadi karena


adanya pengelompokan berdasarkan ciri. Tingkat takson yang diperkenalkan oleh
Linnaeus dapat membantu kita mengetahui hubungan kekerabatan antara makhluk
hidup yang satu dengan makhluk hidup yang lain. Dengan mengetahui ciri-ciri
makhluk hidup berdasarkan tingkatan takson, kita jadi memahami hubungan
kekerabatan pada makhluk hidup.

c. Membedakan Makhluk Hidup yang Satu dengan yang Lainnya – Berdasarkan ciri-
ciri yang dimiliki oleh makhluk hidup, kita dapat mengetahui dan membedakan
makhluk hidup satu dengan yang lainnya. Misalnya antara kera dan monyet,
meskipun mirip namun keduanya memiliki nama ilmiah yang berbeda karena ada
ciri yang membedakan antara keduanya.

d. Untuk Menyederhanakan Objek Studi – Makhluk hidup yang ada di bumi


berjumlah jutaan. Untuk mempelajarinya tentu dibutuhkan waktu yang sangat
lama. Untuk itu, perlu dilakukan klasifikasi ilmiah agar objek studi menjadi lebih
sederhana. Klasifikasi makhluk hidup akan lebih membantu kita untuk mengenali
dan mempelajari makhluk hidup karena telah dikelompokkan berdasarkan
kesamaan ciri.

e. Memberi Nama Makhluk Hidup yang Belum Diketahui Namanya – Seiring


perkembangan waktu, berbagai penemuan spesies baru terus terjadi. Spesies-
spesies baru tersebut belum memiliki nama, karena itu perlu dilakukan klasifikasi
makhluk hidup. Dengan melihat ciri-ciri spesies yang ditemukan, spesies tersebut
akan memiliki nama ilmiah sesuai ciri-ciri yang ditunjukkan.

Dasar-dasar untuk Melakukan Klasifikasi Makhluk Hidup :

Untuk melakukan klasifikasi makhluk hidup ternyata tidak hanya didasarkan pada
kesamaan ciri saja, masih ada beberapa kriteria yang dijadikan dasar untuk
melakukan klasifikasi makhluk hidup, di antaranya:
a. Berdasarkan kesamaan ciri. Dasar pertama yang dijadikan pedoman untuk
mengklasifikasikan makhluk hidup adalah berdasarkan kesamaan cirinya. Sebagai
contoh elang dan ayam akan masuk ke dalam jenis aves. Penggolongan tersebut
didasarkan pada kesamaan ciri makhluk hidup yaitu memiliki paruh, bulu, dan
juga sayap.

b. Berdasarkan perbedaan. Meskipun hewan satu dengan yang lainnya bisa masuk ke
jenis yang sama namun bisa jadi dua makhluk hidup dalam satu jenis itu memiliki
perbedaan. Misalnya antara ayam dan elang. Keduanya merupakan
pengelompokan hewan berjenis aves, namun keduanya memiliki perbedaan dari
segi jenis makanan yang dikonsumsi. Ayam adalah jenis hewan herbivora karena
mengkonsumsi tumbuhan, sedangkan elang adalah hewan karnivora karena
mengkonsumsi binatang.

c. Berdasarkan pada ciri morfologi dan juga anatominya. Langkah awal yang
dilakukan untuk mengelompokkan makhluk hidup dilakukan dengan mengamati
ciri morfologinya, seperti menggolongkan beberapa jenis tumbuhan berdasarkan
bentuk pohon, bentuk daun, bentuk bunga, warna bunga, dan lain sebagainya. Jika
ciri morfologi sudah diamati dan diklasifikasikan, maka langkah selanjutnya
adalah mengetahui ciri anatominya, seperti ada atau tidaknya sel trakea, kambium,
berkas pengangkut, dan sebagainya. Beberapa jenis makhluk hidup mungkin
memiliki struktur morfologi yang sama tetapi memiliki struktur anatomi yang
berbeda, atau bisa juga sebaliknya.

d. Berdasarkan pada ciri biokimianya. Selain berdasarkan ciri morfologi dan


antominya, pengelompokan makhluk hidup juga bisa dilakukan dengan melihat
struktur biokimianya, seperti kandungan enzim, jenis-jenis protein, dan juga jenis
DNA yang dimiliki. Ciri biokimia tersebut akan memberikan bantuan untuk
mengetahui hubungan kekerabatan antara makhluk hidup satu dengan yang
lainnya.

e. Berdasarkan pada manfaatnya. Makhluk hidup dengan ragam yang begitu banyak
sudah tentu memiliki manfaat yang berbeda-beda. Perbedaan manfaat itu dapat
digunakan sebagai dasar untuk mengklasifikasikan makhluk hidup.

Tahapan-tahapan dalam Klasifikasi Makhluk Hidup :

Linneaus yang dianggap sebagai bapak taksonomi dunia menyatakan beberapa


tahapan yang dapat dilakukan dalam mengklasifikasikan makhluk hidup, di
antaranya:

a. Tahap pertama adalah identifikasi. Tahapan identifikasi dilakukan dengan


mendeskripsikan ciri-ciri makhluk hidup yang akan diklasifikasikan.

b. Tahap yang kedua adalah pengelompokan. Tahap pengelompokan dilakukan


dengan mengelompokkan makhluk hidup dengan dasar ciri-ciri yang dimiliki oleh
makhluk hidup tersebut. Makhluk hidup dengan ciri-ciri yang sama akan masuk
dalam satu kelompok yang sama atau bisa dikatakan akan masuk dalam satu
takson.

c. Melakukan penamaan takson. Jika makhluk hidup sudah dikelompokkan ke dalam


takson-takson yang sejenis, selanjutnya adalah pemberian nama takson. Pemberan
nama takson tersebut dilakukan untuk mempermudah pengenalan ciri-ciri pada
kelompok makhluk hidup tertentu.

3. Mekanisme terjadi spesialis orgnanisme :

Herbivora termasuk hewan spesialis, tetapi kebanyakan yang memakan berbagai


macam tanaman dapat dianggap sebagai spesialis. Contoh yang paling terkenal adalah
koala,

ketika spesialis mengalami gangguan dapat secara mudah mengalami kepunahan,


sebagai contoh jika suatu spesies ikan menuju kepunahan, parasit dari ikan tersebut
yang merupakan hewan spesialis akan ikut menuju kepunahan. Disisi lain spesies
dengan spesialisasi yang tinggi pada relung ekologinya akan lebih efektif untuk
berkompetisi dengan organisme lainnya (dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup).
Sebagai contoh ikan dan parasitnya berada pada tahap perjalanan evolusi yakni suatu
bentuk koevolusi, dimana ikan secara konstan berkembang untuk mempertahankan
diri melawan parasit, ketika parasit beradaptasi lambat laun untuk menghindari
pertahanan diri dari inangnya. Hal inilah yang mengendalikan spesialisasi spesies
pada kondisi yang stabil. Relung ekologi lambat laun akan terkumpul dan terbentuk
sebagai spesies baru dan mengakibatkan kenekaragaman hayati akan meningkat.
Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa herbivora dibagi kedalam kelompok
hewan spesialis yang hanya memakan satu sumber makanan saja contohnya koala
(Phascolarctos vulpecula) yang hidup Australia. Mereka hanya memakan tanaman
Ecalyptus (Eucalyptus spp.) dari beberapa spesies Eucalyptus yang tersedia. Koala
merupakan contoh hewan spesialis yang sangat ekstrem, dimana mereka hanya
memakan satu tanaman yang berbeda pada waktu yang berbeda dalam satu tahun atau
satu kali seumur hidup. Contoh spesialis lain yaitu kelinci piyama (Brachylagus
idahoensis) yang ditemukan pada daerah Great Basin sebelah barat U.S, hewan ini
memakan rumput-rumputan pada musim semi dan musim panas, tetapi selama musim
dingin memakan tanaman sagebrush (Artemesia spp.).
Terdapat beberapa mammalia yang terspesialisasi hanya pada satu spesies
tumbuhan tertentu yang digunakan sebagai sumber makanannya, hal ini dikarenakan
tumbuhan-tumbuhan yang lain dapat berbahaya bagi kehidupan hewan tersebut,
misalnya kandungan toksiknya. Kandungan toksik pada suatu tanaman juga dapat
melindungi tanaman itu sendiri dari gangguan hewan yang akan memakannya.
Hewan-hewan spesialis akan lebih sensitif untuk mengubah habitat, khususnya
perubahan yang berakibat pada makanan mereka.
Menariknya, hewan spesialis cenderung memakan makanan yang akan beracun
untuk hewan-hewan yang lain. Banyak tanaman mempunyai suatu kandungan yang
disebut “anti-quality factors” atau zat allelopati (allelochemicals) yang membuat
herbivora menjauhi mereka. Anti-quality factors ini meliputi tannin, terpenoid,
alkaloid, oksalat, dan metabolis sekunder yang lain. Tannin dan terpenoid dikenal
sebagai pertahanan kuantitatif (quantitative defenses), karena tannin dan terpenoid
tersebut bekerja pada ketergantungan dosisnya, dengan kata lain jumlah tannin dan
terpenoid yang dimakan hewan , dapat dilihat dari seberapa sakit hewan tersebut
derita atau rasakan. Herbivora spesialis dapat ber ko-adaptasi dengan sumber makan
yang lebih disukainya, mereka mempunyai suatu alat atau organ yang dapat
digunakan untuk menangkal atau mendetoksifikasikan zat allelopati (allelochemicals)
antara lain liver (hati) yang lebar, kelenjar parotid dan kelenjar ludah yang lebar, dan
lain-lain yang semuanya terspesialisasi untuk memakan makanan lain yang tidak
dapat dimakan.
Untaian tanin dengan protein pada luas gastrointestinal pada herbivora, yang
membuat mereka tidak dapat mencerna. Mereka juga cenderung untuk merasakan
“astringent”, yang membuat hewan-hewan tersebut menjauhi tumbuhan yang bertanin
tersebut. Terpenoid senyawa volatile (mudah menguap) yang ditemukan pada
beberapa tumbuhan yang dapat menyebabkan mikroba pada perut ruminansia mati
atau pertumbuhannya terhambat. Senyawa ini dapat dikenal dari baunya. Beberapa
hewan spesialis mengandalkan penciumannya sebagai metode untuk mengidentifikasi
sumber makanan yang paling disenangi mereka.
Herbivora dapat berakibat pada struktur vegetasi dengan memodifikasi struktur,
komposisi, densitas, dan ketidaksamaan komunitas. Toksin yang ditemukan pada
tumbuhan dapat mengakibatkan apa yang herbivora pilih untuk makan.
Pada hewan generalis spesialis dapat mengakibatkan tumbuhan hidup atau berada
pada kedudukan local (local stands), tetapi penelitian terbaru menyatakan bahwa
mereka juga dapat mengakibatkan tumbuhan hidup atau berada pada patch yang lebih
kecil dan bahkan bagaimana tumbuhan itu sendiri dapat tumbuh. Hewan spesialis juga
dapat berusaha menekankan pada tumbuhan yang spesifik (tumbuhan khusus) dan
mengubah mekanisme pertahanan diri (denfensive)nya.
Evolusi makhluk hidup :

Evolusi merupakan ilmu yang mempelajari perubahan yang berangsur-angsur menuju


ke arah yang sesuai dengan masa dan tempat. Teori evolusi mempelajari proses
perubahan yang terjadi pada makhluk hidup. Teori evolusi merupakan suatu teori
yang dinamis, selain penting dalam biologi juga dalam perkembangan teknologi.

Teori evolusi biologis mengemukakan bahwa hewan, tumbuhan, dan juga manusia
merupakan hasil perkembanagn evolusi dari makhluk-makhluk hidup yang berbentuk
lebih sederhana, bermula dari adanya satu atau beberapa bentuk makhluk hidup sangat
sederhana pda awal kehidupan di bumi yang secara perlahan-lahan berkembang
menjadi berbagai spesies organisme (Widodo, 1993).

Terdapat sejumlah bukti tidak langsung yang tidak lengkap dan penjelasan dari
berbagai cabang biologi yang dapat digunakan untuk mendukung gagasan evolusi.

Biologi sebagai ilmu pengetahuan alam memiilki metode induktif dalam memperoleh
kebenaran. Kebenaran evolusi yang diperoleh dari penarikan kesimpulan secara
induktif ini diterapkan berlaku umum terhadap semua organisme. Biologi sebagai
ilmu pengetahuan alam pada umumnya mewadahi hal-hal yang rasional dengan
dilengkapi bukti-bukti.

Apabila terdapat fenomena suatu peristiwa alam dapat dikemukakan gagasan yang
dapat menjelaskan fenomena tersebut dengan disertai bukti-bukti yang bisa diuji,
gagasan hasil pengujian tersebut disebut hukum.

Apabila hanya terdapat bukti-bukti yang tidak langsung atau bukti-bukti yang tidak
lengkap untuk mendukung penjelasan rasional terhadap gejala alam, maka gagasan
hasil telaahnya disebut sebagai teori. Sedangkan apabila gagasan itu sama sekali
belum disertai bukti yang diperlukan maka gagasan tersebut disebut sebgai hipotesa.

Mekanisme Teori Evolusi Biologi

Evolusi didorong oleh dua mekanisme utama, yaitu seleksi alam dan hanyutan
genetik. Seleksi alam merupakan sebuah proses yang menyebabkan sifat terwaris
yang berguna untuk keberlangsungan hidup dan reproduksi organisme menjadi lebih
umum dalam suatu populasi – dan sebaliknya, sifat yang merugikan menjadi lebih
berkurang. Hal ini terjadi karena individu dengan sifat-sifat yang menguntungkan
lebih berpeluang besar bereproduksi, sehingga lebih banyak individu pada generasi
selanjutnya yang mewarisi sifat-sifat yang menguntungkan ini. Setelah beberapa
generasi, adaptasi terjadi melalui kombinasi perubahan kecil sifat yang terjadi secara
terus menerus dan acak ini dengan seleksi alam.
Sementara itu, hanyutan genetik (Bahasa Inggris: Genetic Drift) merupakan sebuah
proses bebas yang menghasilkan perubahan acak pada frekuensi sifat suatu populasi.
Hanyutan genetik dihasilkan oleh probabilitas apakah suatu sifat akan diwariskan
ketika suatu individu bertahan hidup dan bereproduksi.

Walaupun perubahan yang dihasilkan oleh hanyutan dan seleksi alam kecil, perubahan
ini akan berakumulasi dan menyebabkan perubahan yang substansial pada organisme.
Proses ini mencapai puncaknya dengan menghasilkan spesies yang baru. Dan
sebenarnya, kemiripan antara organisme yang satu dengan organisme yang lain
mensugestikan bahwa semua spesies yang kita kenal berasal dari nenek moyang yang
sama melalui proses divergen yang terjadi secara perlahan ini.

Fakta Evolusi

Dokumentasi fakta-fakta terjadinya evolusi dilakukan oleh cabang biologi yang


dinamakan biologi evolusioner. Cabang ini juga mengembangkan dan menguji teori-
teori yang menjelaskan penyebab evolusi. Kajian catatan fosil dan keanekaragaman
hayati organisme-organisme hidup telah meyakinkan para ilmuwan pada pertengahan
abad ke-19 bahwa spesies berubah dari waktu ke waktu.

Teori Evolusi Biologi yang Berkembang

Meskipun teori evolusi selalu diasosiasikan dengan Charles Darwin, namun


sebenarnya biologi evolusioner telah berakar sejak zaman Aristoteles. Namun
demikian, Darwin adalah ilmuwan pertama yang mencetuskan teori evolusi yang telah
banyak terbukti mapan menghadapi pengujian ilmiah. Sampai saat ini, teori Darwin
mengenai evolusi yang terjadi karena seleksi alam dianggap oleh mayoritas komunitas
sains sebagai teori terbaik dalam menjelaskan peristiwa evolusi.

Saat ini teori evolusi biologi tidak lagi identik dengan prototype darwinisme dan
neo-darwinisme karena adanya tambahan beberapa petunjuk. Selain itu terdapat pula
bukti-bukti tidak langsung atau penjelasan yang berasal dari beberapa cabang biologi
seperti genetika, sistematika, morfologi perbandingan, palaeontologi, embriologi,
ekologi, dan sebagainya.

Cabang Teori Evolusi Biologi

Teori Evolusi Kimia Menurut Harold Urey (1893) menyatakan bahwa pada suatu saat
atmosfer bumi kaya akan molekul zat seperti Metana (CH4), Uap air (H2O),
Amonia(NH2), dan karbon dioksida (CO2) yang semuanya berbentuk uap.

Karena adanya pengaruh energi radiasi sinar kiosmis serta aliran listrik halilintar
terjadilah reaksi diantara zat-zat tersebut menghasilkan zat-zat hidup. Teori evolusi
Kimia dari Urey tersebut biasa dikenal dengan teori Urey.

Menurut Urey, zat hidup yang pertama kali terbentuk mempunyai susunan
menyerupai virus saat ini. Zat hidup tersebut selama berjuta-juta tahun mengalami
perkembangan menjadi berbagai jenis makhluk hidup. Menurut Urey, terbentuknya
makhluk hidup dari berbagai molekul zat di atmosfer tersebut didukung kondisi
sebagai berikut :

Kondisi 1: tersedianya molekul-molekul Metana, Amonia, Uap air, dan


hydrogen yang sangat banyak di atmosfer bumi

Kondisi 2: adanya bantuan energi yang timbul dari aliran listrik halilintar dan
radiasi sinar kosmis yang menyebabkan zat-zat tersebut bereaksi membentuk molekul
zat yang lebih besar

Kondisi 3: terbentuknya zat hidup yang paling secerhana yang susunan


kimianay dapat disamakan dengan susunan kimia virus.

Kondisi 4: dalam jangka waktu yang lama (berjuta-juta tahun), zat hidup yang
terbentuk tadi berkembang menjadi seejnis organisme (makhluk hidup yang lebih
kompleks.

Inti dari Teori Evolusi Biologi

Evolusi merupakan ilmu yang mempelajari perubahan yang berangsur-angsur menuju


ke arah yang sesuai dengan masa dan tempat. Teori evolusi merupakan suatu teori yang
dinamis, selain penting dalam biologi juga dalam perkembangan teknologi.

Teori evolusi biologis mengemukakan bahwa makhluk hidup merupakan hasil


perkembanagn evolusi dari makhluk-makhluk hidup yang berbentuk lebih sederhana,
yang secara perlahan-lahan berkembang menjadi berbagai spesies organisme. Namun,
saat ini teori evolusi biologi tidak lagi identik dengan prototype darwinisme dan neo-
darwinisme. Terdapat penjelasan yang berasal dari beberapa cabang biologi seperti
genetika, sistematika, morfologi perbandingan, palaeontologi, embriologi, ekologi, dan
sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai