Menanggapi beredarnya postingan yang beredar di Medsos beberapa hari ini dengan judul
YERUSALEM MENURUT PANDANGAN SEORANG ILMUAN ISLAM DARI INDONESIA
sang penulis mengaku bernama Arifin Yahya. Setelah kami membaca tulisan tersebut tampak
sekali bahwa penulis sangat mendiskreditkan ummat Islam dalam konteks Pembelaan ummat
Islam terhadap perjuangan rakyat Palestina dan cenderung ahistoris dalam menyampaikan
tulisannya, kalau tidak bisa dibilang ngawur. Kami sampai pada kesimpulan bahwa si penulis
bukanlah orang muslim melihat banyaknya Idiom Biblikal yang di gunakan yang bersangkutan
dalam menulis serta sudut pandang penulis yang jauh dari keyakinan ummat muslim pada
umumnya. Karena itu, kami memandang penting untuk mengcounter tulisan tersebut sesuai
dengan fakta sejarah agar kita selaku ummat muslim tidak terkecoh dengan tulisan seperti diatas
maupun tulisan yang senada.
Berdasarkan penemuan arkeolog, wilayah Yerusalem pertama kali dihuni manusia pada sekitar
th 4000 – 3500 SM dengan ditemukannya bukti bekas pemukiman di Gihon Spring. Namun baru
menjadi sebuah perkotaan pada sekitar th 2000 SM.
• 2500 SM : Yang pertama kali mendiami wilayah ini adalah bangsa Kana’an. Menurut sebagian
ahli sejarah, mereka datang dari Tenggara yaitu Bahrain. . Mereka menamakan wilayah itu
Yerusalem seperti nama Dewa bangsa Kana'an. Merekalah yang membangun wilayah tersebut
menjadi sebuah kota. Berdasarkan penemuan arkeolog, mereka telah membangun tembok
setinggi 8 meter pada abad ke 17 SM disebelah Timur Yerusalem untuk melindungi sistem
pengairan mereka. Menurut Bible perjanjian lama (book of Joshua) bangsa Kana’an ini termasuk
dalam daftar bangsa yang harus dihancurkan.
Menurut Ian Lustick; pada era th 1980 pemimpin Gush Emunim partai pergerakan politik Israel
seperti Hanan Porat, menganggap rakyat Palestina sebagai bangsa Kana’an atau Amelek dan
menyarankan agar memberlakukan penghancuran total kepada mereka karena menentang
kekuasaan Israel di Palestina.
Sarjana Bible, Niels Peter Lemche menyatakan bahwa kolonisasi bangsa Eropa pada abad 19
diinspirasi dari hukum perang dan penghancuran dari ayat-ayat Bible. Lebih jauh dia
mengatakan bahwa orang-orang Yahudi Eropa yang berimigrasi ke wilayah Palestina juga
memakai ideologi dari Bible untuk menaklukkan dan menghancurkan. Bahkan, mereka juga
mengidentifikasi rakyat Palestina sebagai bangsa Kana’an.
Note : Pembaca bisa membaca lebih jauh mengenai hal ini di sini :
https://en.wikipedia.org/wiki/Herem_(war_or_property)
• 1200 SM : Bangsa Filistin Pendo menempati selatan kawasan ini dan Bani Israel yang keluar
dari Mesir bersama nabi Musa dan nabi Harun datang dan menempati bagian Timur Laut Mati
mendesak kedudukan bangsa Kana,an.
• 1010 SM : Bangsa Filistin mengalahkan Raja Saul dan mengambil Tabut Perjanjian.
• 1000 SM : Daud menaklukkan kota Yerusalem, dan menjadikannya sebagai ibukota Israel.
Menurut Bible ini saat pertama kalinya pemerintahan kerajaan Israel.
• 962 SM : Raja Sulaiman/Salomo anak Daud mendirikan temple of Solomon yang nantinya
akan menjadi tempat suci bangsa Yahudi.
• 722 SM-586 SM: Kerajaan Asuriah dan Babilonia menguasai Yerusalem mengalahkan Israel
dan Yudea. Raja Nebuchadnezzar II (605 SM-562 SM) menghancurkan tembok dan kuil suci
yang dibangun nabi Sulaiman serta menawan bangsa Yahudi ke Babilonia.
• 539 SM-331 SM : Kerajaan Persia di bawah Cyrus mengalahkan Babilonia dan Cheldania
(Irak) dan menduduki Yerusalem. Pada masanya, orang-orang Yahudi yang ditawan diijinkan
kembali ke Yerusalem serta membangun kembali kuil suci mereka yang dulu dibangun nabi
Sulaiman.
• 166 SM-37 SM : Yahudi Makkabe memberontak kepada bangsa Romawi dan mendirikan
kerajaan di Yerusalem.
• 313 M : Dibawah kekuasaan kaisar Romawi Konstantine yang meninggalkan agama Pagan dan
memeluk Kristen setelah membunuh istri dan anaknya, sang kaisar membangun kembali kota
Yerusalem dan menyatakan menjadi kota suci ummat Kristiani. Kota Yerusalem juga mendapat
pengakuan istimewa dalam Canon VII di konsili Nicea 1 yang diadakan pada th 325 M. Pada
tahun 336 M Konstantine membangun gereja suci ummat Kristiani, gereja makam Kristus diatas
bekas bangunan kuil suci Dewa Apollo, yang merupakan bekas kuil suci nabi Sulaiman. Bahkan
ibu suri Helena yakni ibunda dari Konstantine yang melakukan ziarah ke Yerusalem
mengumumkan telah menemukan Salib suci dimana Yesus pernah disalibkan.
Jika masa ini merupakan masa keemasan bagi Ummat Kristiani karena mendapat dukungan dari
penguasa Romawi. Tidak demikian halnya nasib kaum Yahudi, mereka masih dilarang
memasuki kota Yerusalem.
• 636 M : Pembebasan Yerusalem oleh pasukan muslim, Khalifah Umar bin Khattab memasuki
Yerusalem.
Khalifah Umar bin Khattab menandatangani perjanjian dengan Patriark Kristen Yerusalem
Sofronius, sang khalifah memberikan jaminan kepadanya bahwa penduduk dan tempat-tempat
suci kaum Kristen di Yerusalem akan dilindungi di bawah pemerintahan kaum Muslimin. Tradisi
Arab-Kristen mencatat bahwa ketika Khalifah Umar akan memimpin sembahyang di Gereja
Makam Kudus, yakni salah satu tempat tersuci bagi kaum Kristen, ia menolak untuk
bersembahyang di dalam gereja tesebut sehingga kaum Muslim tidak akan meminta konversi
Gereja Makam Kudus menjadi sebuah masjid. Ia bersembahyang di luar gereja tersebut, tempat
di mana Masjid Umar (Omar) berdiri hingga saat ini, berlawanan arah dengan pintu masuk
gereja Makam Kudus.
Ketika kaum Muslim pergi ke Bayt Al-Maqdes untuk pertama kalinya, mereka mencari lokasi
Masjid Al-Aqsa ("Masjid Terjauh") yang disebutkan dalam Al-Qur'an dan Hadits menurut
keyakinan Islam. Sumber-sumber Ibrani dan Arab dari masa itu mengatakan bahwa situs tersebut
penuh dengan sampah sehingga kaum Arab dan Yahudi bersama-sama membersihkannya.
Khalifah Umayyah Abdul Malik bin Marwan memerintahkan pembangunan Kubah Shakhrah
(Kubah Batu) pada akhir abad ke-7. Syamsuddin Al-Maqdisi, seorang sejarawan abad ke-10,
menuliskan bahwa Abdul Malik membangun shakhrah tersebut agar dapat mengimbangi
kemegahan gereja-gereja monumental di Yerusalem. Masyarakat muslim menganggap Masjid Al
Aqsa sebagai Masjid suci ke 3 ummat Islam, karena itu mereka menamakan Yerusalem sebagai
Baitul Maqdis yang berarti rumah suci. Orang Arab lebih sering menyebutnya dengan Al Quds
(yang suci).
Khalifah Umar Juga mengundang kaum Yahudi untuk kembali ke Yerusalem setelah 400 th
lamanya mereka dilarang masuk. Untuk pertama kalinya dalam sejarah penaklukkan kota suci
Yerusalem tidak ada darah yang mengalir, dan 3 penganut agama samawi bisa hidup rukun
berdampingan. Tampaknya dunia belajar kata toleransi dari peristiwa-peristiwa pembebasan kota
oleh kaum muslimin, dunia Islam tidak menggunakan kata penaklukkan akan tetapi
pembebasan.
• 1099 M: Ditaklukkan oleh Tentara Perang Salib .
Pada th 1095 M Paus Urban II menyerukan perang suci untuk mengambil alih kota Yerusalem
dari tangan kaum muslim. Ribuan kaum Kristen menyambut seruan Paus Urban II yang
menjanjikan pengampunan bagi siapapun yang bergabung dengan misi pembebasan Yerussalem,
apapun dosa orang itu. Uniknya korban pertama dari seruan perang kepada kaum muslim yang
menguasai Yerusalem adalah orang Yahudi. Dengan logika sederhana, orang-orang Kristen yang
tidak mampu bergabung ke Yerusalem karena membutuhkan bekal yang tidak sedikit berpikir,
daripada jauh-jauh melawan musuh Tuhan di Yerusalem kenapa kita tidak membunuh saja
musuh Tuhan yang kelihatan mata, yakni orang-orang Yahudi yang tinggal di Eropa. Bukankah
karena orang Yahudi sehingga Yesus mengalami kematian di tiang salib. Selanjutnya, sejarah
mencatat komunitas Yahudi di Rhine yakni di di kota Speyer, Worms, Mainz, dan Cologne
menjadi sasaran pertama pembantaian pasukan salib yang lebih di kenal dengan “Pembantaian
Rhineland”. Begitu juga komunitas Yahudi di wilayah Danube. Ribuan orang Yahudi dilaporkan
tewas menjadi korban.
Pada tanggal 15 Juli 1099 tentara salib menaklukkan Yersalem dan membunuh seluruh penduduk
kota tersebut. Karen Amstrong dalam bukunya Perang Suci (hal 289) menukil kesaksian dari
Raymund dari Aguiles yang melukiskan kejadian tersebut penuh dengan semangat Yoshua yang
melumuri pembantaian yang mereka lakukan. Inilah kesaksiannya :
“Sejumlah pemandangan indah mesti disaksikan. Beberapa tentara kami (dan yang ini sudah
termasuk cukup bermurah hati) memenggal kepala musuh mereka. Yang lain memanahi mereka
sehingga mereka jatuh dari menara-menara. Yang lain menyiksa mereka lebih lama dengan
membakar mereka. Tumpukan kepala, tangan dan kaki dapat dilihat di jalan-jalan kota. Sampai-
sampai seseorang yang berjalan disitu harus harus berhati-hati agar langkah kakinya tidak
menginjak bangkai lelaki dan kuda. Tapi semua itu tidak berarti bila dibandingkan dengan apa
yang terjadi di kuil Sulaiman, tempat yang biasanya dilaksanakan berbagai upacara keagamaan.
Apa yang terjadi di sana ? Jika kukatakan yang sebenarnya, pasti itu akan melampaui
kemampuan kalian untuk mempercayainya. Jadi cukuplah kukatakan bahwa, paling tidak, di kuil
Sulaiman dan berandanya pasukan kami menunggangi kuda yang bergerak di antara genangan
darah setinggi lutut dan tali kekang kuda mereka. Benarlah itu suatu hukuman yang adil dan
bagus dari Tuhan, sehingga tempat ini dipenuhi oleh darah kaum tak beriman, karena tempat ini
telah menderita begitu lama karena pelecehan mereka.”
Pembantaian itu bukan sekedar perang penaklukkan. Tentara salib menyerbu penduduk
Yerusalem dan membantai mereka seakan tentara salib itu para malaikat yang menuntut balas
dari Apokalips. Itu hukuman dari Tuhan sendiri. Para prajurit Kristus membantai sekitar 40,000
kaum muslimin dalam 2 hari.
Menurut sejarawan yang lain yakni Gustave Le Bon, jumlah korban pembantaian pasukan salib
jumlahnya mencapai 60.000 orang terdiri dari kaum Muslim, Yahudi dan Kristen yang tidak
memberikan pertolongan kepada pasukan salib selama masa pengepungan. Semua korban
dibunuh dalam waktu 8 Hari termasuk perempuan, anak-anak dan orang tua, tanpa pengecualian.
Selanjutnya Gustav le Bon juga menyatakan dalam bukunya La Civisation Islamique Er Arabe,
hal 407, menyatakan : “ Kekejaman yang dilakukan oleh tentara salib terhadap kawan maupun
lawan, tentara maupun rakyat sipil, wanita ataupun anak-anak, orang tua maupun anak muda,
membuat mereka menduduki tempat teratas dalam sejarah kekerasan”.
Dalam kitab Al-Bidayah wan nihayah, dengan lugas Ibnu Katsir menggambarkan kekejaman
orang Kristen eropa ini. Dalam dua hari setidaknya 400.000 nyawa melayang. Kota Yerusalem
bergelimang darah, mayat-mayat bergelimpangan dan membusuk dimana-mana. Bahkan
komplek Masjid Umar, darah menggenang setinggi lutut.
• 1187 M: Shalahuddin Al-Ayyubi mengambil alih Yerusalem dari tentara perang salib. Dan
menghapus larangan orang Yahudi tinggal di sana.
Setelah pertempuran Hittin yang dimenangkan oleh Shalahuddin al Ayyubi, pada tanggal 2
Oktober 1187 M pasukan Shalahuddin memasuki kota Yerusalem sebagai penakluk. Karen
Amstrong melukiskan peristiwa tersebut sebagai berikut : “ Saladin menepati janjinya dan
menaklukkan kota itu sesuai dengan cita-cita tertinggi Al Qur’an. Ia tidak membalas dendam atas
pembantaian tahun 1099 dan setelah permusuhan itu hilang, ia mengakhiri pembunuhan (QS
Albaqarah 193-194).
Tak ada satupun orang Kristen yang dibunuh dan tak ada penjarahan. Tebusan dengan sengaja
ditetapkan amat rendah, tapi tetap saja ribuan kaum miskin tidak mampu membayarnya karena
itu ditawan oleh kaum muslimin. Begitu banyak tawanan sehingga konon seorang tawanan dari
kaum Frank dapat ditukar dengan sandal di Damaskus. Tapi ada sejumlah besar tawanan yang
lolos dari nasib seperti itu karena Saladin terharu hingga menangis atas penderitaan keluarga-
keluarga yang cerai berai dan ia membebaskan sebagaian besar dari mereka tanpa tebusan,
dengan tatapan putus asa dari para pencatat keuangan Saladin yang lama menderita akibat sikap
murah hati Saladin. Saudara Saladin, Al Adil begitu tertekan atas penderitaan para tahanan itu
sehingga minta kepada Saladin agar diberi 1000 orang dari mereka untuk ia pergunakan sendiri,
kemudian Al Adil membebaskan mereka saat itu juga ditempat. Semua pemimpin muslim saat
itu begitu terkejut menyaksikan orang-orang kaya Kristen kabur dengan harta benda mereka,
yang sebenarnya dapat digunakan untuk menebus tawanan. Ketika Imaduddin (penulis pribadi
Shalahuddin) melihat Uskup Agung Heraklius meninggalkan kota dengan kereta yang penuh
beban harta bendanya, ia mendesak Saladin untuk menyita harta itu. Tapi Saladin menolak. Al
Qur’an menyatakan bahwa sumpah dan perjanjian harus benar-benar dijaga dan amatlah penting
bagi kaum muslimin untuk menaati hukum. “Orang Kristen di mana pun akan mengingat
kebaikan yang telah kita lakukan untuk mereka.” kata Saladin. Heraklius membayar tebusannya
10 dinar seperti yang lain bahkan disediakan pengawal khusus untuk menjaga hartanya selama
perjalan ke Tyre.” (Karen amstrong “ Perang Suci “ hal 409-410).
• 1244 M: Menjadi bagian dari kerajaan Islam Tatar Khawarismi.
• Pada tahun 1517 Yerusalem dan daerah sekitarnya jatuh ke dalam kekuasaan kaum Turki
Utsmaniyah (Ottoman); secara umum mereka masih memegang kendali atas wilayah ini sampai
tahun 1917. Yerusalem mengalami suatu periode pembaruan dan perdamaian dalam
pemerintahan Suleiman yang luar biasa, salah satunya adalah pembangunan kembali tembok-
tembok megah di sekeliling Kota Lama. Selama hampir sepanjang pemerintahan Utsmaniyah,
Yerussalem tetap berstatus provinsi di samping sebagai sentra penting keagamaan, dan tidak
turut campur dalam jalur perdagangan utama antara Damaskus dan Kairo. Modern history or the
present state of all nations, sebuah buku rujukan berbahasa Inggris yang ditulis pada tahun 1744,
menyatakan bahwa "Yerusalem masih diperhitungkan sebagai ibu kota Palestina".
• Kaum Utsmaniyah membawa banyak inovasi. Sistem pos modern yang dikelola oleh berbagai
konsulat serta layanan pengangkutan dan kereta pos reguler merupakan tanda-tanda awal
modernisasi di dalam kota. Pada pertengahan abad ke-19, kaum Utsmaniyah membangun jalan
aspal pertama dari Yafo ke Yerussalem. Dan, sejak tahun 1892 jalur kereta api telah ada di kota
ini.
• 1948 M: Berdirinya negara Israel ,kota Yerusalem dibagi dua, bagian barat direbut Israel,
bagian timur dikuasai Yordania.
Mengenai awal mula berdirinya negara Israel ini ada pandangan yang menggelitik dari Karen
amstrong, dalam bukunya Perang Suci hal 580-581 dia menyatakan :
“…… Setiap kali sebuah perang Salib diserukan melawan kaum Muslim, selalu pecah kerusuhan
anti Semitisme (anti yahudi) di Eropa. Ini menjadi kebiasaan Barat yang tak dapat
dihilangkan…..
Kebiasaan anti Semitisme berlanjut tanpa dapat dicegah di Eropa, sebagaimana yang akan kita
lihat, dan menemukan ekspresinya yang paling keras dan paling mengerikan dalam perang Salib
Nazi pimpinan Adolf Hitler. Tanpa anti Semitisme Barat tak mungkin ada sebuah negara Yahudi
di Timur Tengah saat ini.”
Akibat sikap barat yang anti Yahudi menyebabkan banyaknya kaum Yahudi Eropa dan Uni
Soviet yang berimigrasi ke Palestina. Berikut ini gelombang imigrasi Yahudi ke Palestine yang
mereka namai Aliyah : yaitu perpindahan dari Diaspora menuju ke tanah Yerussalem.
Aliyah 1 (1882 M-1903 M)
Sekitar 35.000 orang Yahudi Soviet berimigrasi ke Palestina dan ke barat daya Syria disebabkan
terjadinya pembunuhan besar-besaran Yahudi di Soviet yang lebih dikenal dengan istilah
“Pogrom” atau pemusnahan. Dibawah pemerintahan Turki Utsmani yang toleran terhadap agama
Yahudi membuat mereka lebih memilih untuk tinggal di wilayah Islam.
Aliyah 2 (1904 M-1914 M) diantara tahun tersebut sekitar 40.000 Yahudi Soviet kembali
berimigrasi ke barat daya Siria disebabkan meletusnya kembali Pogrom di Soviet.
Aliyah 3 (1919 M – 1923 M) sekitar 40.000 orang Yahudi dari Eropa timur kembali bermigrasi
ke Palestina dikarenakan kemenangan Inggris dalam perang dunia 1 dan berkuasa atas Palestina.
Sebagaimana disebutkan diatas, Inggris telah menjanjikan orang Yahudi tanah untuk mendirikan
negara Palestina jika mereka membantu Inggris dalam perang Dunia 1, atau yang lebih dikenal
dengan deklarasi Balfour.
Aliyah 4 (1924 M- 1929 M) 82.000 orang Yahudi datang lagi ke Palestina disebabkan
merebaknya anti Yahudi di Polandia dan Hungaria. Sementara itu Amerika Serikat menolak
kedatangan mereka.
Aliyah 5 (1929 M – 1939 M) Seiring dengan menguatnya NAZI di Jerman dan sentimen mereka
yang kuat terhadap Yahudi menyebabkan gelombang besar orang Yahudi datang sekitar 250.000
orang. Di akhir th 1940 diperkirakan populasi Yahudi di Palestina mencapai 450.000.
Aliyah Bet/ Imigrasi Illegal (1933 M- 1948 M) Pemerintah Inggris mulai memperketat arus
imigrasi Yahudi dengan quota. Namun karena semakin kuatnya penindasan Nazi kepada orang-
orang Yahudi di Eropa maka gelombang imigrasi ilegal tidak terelakkan lagi. Dengan bantuan
Mosad dan Irgun, ribuan Yahudi mulai menyeberang lautan dan memasuki daratan Palestina.
Selama beberapa tahun proses imigrasi gelap ini Mosad telah berhasil memasukkan sekitar
110.000 Yahudi ke Palestina, termasuk mereka yang lolos dari Holocaus. Untuk menjustifikasi
tindakan brutal Israel terhadap rakyat Palestina seringkali Israel memainkan isu Holocaus ini dan
mengklaim 6 juta orang Yahudi tewas di kamp-kamp pembantaian. Seakan-akan mereka
menampar orang-orang Eropa yang mencoba mencegah bahwa tindakan mereka sekarang kepada
rakyat Palestina masih belum sekejam perlakuan Eropa kepada bangsa Yahudi selama ini.
Perpindahan setelah proklamasi negara Israel (1948 M-1960 M), populasi Yahudi saat
proklamasi diperkirakan sekitar 650.000 orang. Pada tahun 1949 jumlah tersebut sudah menjadi
2 kali lipat dengan kedatangan 680.000 orang imigran baru.
• 1967 M: Setelah Perang Enam Hari, bagian barat dan timur Yerusalem seluruhnya dikuasai
oleh Israel. Penderitaan rakyat Palestina semakin bertambah akibat kebijakan pemerintahan
Israel yang tidak berperi kemanusiaan.
Kesimpulan :
Selama 4 000 tahun lebih umur kota Yerusalem, kota tersebut telah memakan banyak korban
jiwa karena perbedaan Agama. Hanya selama kaum Muslimin yang memerintah kota tersebut, ke
tiga penganut agama samawi yaitu Yahudi, Kristen dan Muslim bisa hidup berdampingan.
Dari sini kita bisa melihat bagaimana kebaikan hati Muslim Palestina dan sekitarnya untuk
menerima ribuan orang Yahudi yang melarikan diri karena di aniaya di negara-negara Kristiani,
dibalas oleh mereka dengan menguasai tanah dan mengusir sang penolong yang sudah mendiami
wilayah tersebut lebih dari 1.000 th. Perjuangan rakyat Palestina bukanlah karena mereka
membenci orang Yahudi yang berbeda Agama tapi mereka mempertahankan tanah leluhurnya
yang dirampas oleh orang yang pernah mereka tolong (Yahudi).
Akibat perlakuan kejam dari masyarakat Kristiani Eropa kepada bangsa Yahudi selama beberapa
Dawasawarsa, membuat mereka mempunyai standart ganda, selalu meneriakkan hak asasi
manusia hanya selain kepada negara Israel. Dan akibat dari perbuatan tersebut maka rakyat
Palestina yang menjadi korban, mereka harus menebus kesalahan masyarakat Eropa dengan
hilangnya kebebasan dan hak asasi mereka tanpa ada pertolongan yang real dari dunia
Internasional. Hanya persatuan dunia Islam lah yang mampu membebaskan kembali rakyat
Palestina. Sebagaimana Umar dan Shalahuddin ketika menguasai kembali Yerussalem.
Keputusan Inggris untuk memberikan tanah Palestina pada saat itu, bisa jadi menjadi jawaban
atas anti Semitism (anti kepada Yahudi) dan Islamophobia (ketakutan kepada Islam) yang
sedemikian akut melanda bangsa Eropa dan Amerika. Dengan menempatkan Yahudi di tengah
jantung dunia muslim maka mereka sudah terbebas dari orang Yahudi, sekaligus terbebas dari
ancaman dunia muslim yang mereka khawatirkan akan membalas penjajahan mereka. Mereka
membiarkan konflik berkepanjangan antara Yahudi dengan muslim, membantu persenjataan
Israel agar bisa survive di tengah-tengah dunia Islam, sambil menutup mata atas kekejaman yang
dilakukan Israel kepada rakyat Palestina.
Sebagai sesama muslim, apa yang bisa kita lakukan untuk membantu perjuangan saudara-
saudara kita di Palestina?
Selain aksi boikot, do’a dan bantuan kemanusiaan berupa obat-obatan, uang , dll. Sudah saatnya
seluruh ummat Islam dunia untuk bersatu dalam satu komando.
Kita tidak boleh lagi terpecah belah. Seluruh muslim di dunia ini ibarat satu tubuh . Satu bagian
tubuh tersakiti, maka seluruh tubuh merasakan nyerinya.
Wallahu a’lam bis shawab.