Anda di halaman 1dari 11

BAB I

TINJAUAN UMUM SENYAWA AKTIF DAN SEDIAAN

A. Deskripsi Umum Senyawa Aktif


Berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi V tahun 2014, deskripsi umum
senyawa aktif Omeprazol adalah sebagai berikut :
1. Pemerian
Serbuk putih hingga hampir putih, melebur pada suhu 150º hingga 160º
disertai penguraian.

2. Nama Lain (Sinonim), Nama Kimia, Struktur Kimia


a. Nama Lain : Omeprazol
b. Nama Kimia : 1H-Benzimidazol,5-metoksi-2-[[(4-metoksi-3,5-
dimetil-2 piridinil)metil]sulfinil] 5-Metoksi-2-[[(4-
metoksi-3,5-dimetil-2 piridinil) metil]
sulfinil]benzimidazol
c. Struktur Kimia :

3. Rumus Molekul & Bobot Molekul


a. Rumus Molekul : C17H19N3O3S
b. Bobot Molekul : 345,42 g/mol

4. Kelarutan
Larut dalam diklorometan, agak sukar larut dalam metanol dan dalam
etanol; sangat sukar larut dalam air.
5. pH Larutan, pH Stabilitas
a. pH Larutan :
b. pKA : 9.29 (asam), 4.77 (basa)

6. Titik Didih atau Titik Leleh


a. Titik Didih : 599.991 °C pada 760 mmHg
b. Titik Leleh : 156°

7. Stabilitas
Stabil, tetapi higroskopis dan fotosensitif. Kompatibel dengan oksidator
kuat. Simpan dalam gelap

8. Inkompatibilitas
Tidak ada interaksi eksipien obat yang signifikan dengan eksipien.

9. Wadah & Penyimpanan


Simpan di tempat dingin, dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari
kelembaban.

10. Sifat Khusus yang Penting untuk Formulasi

B. Definisi Bentuk Sediaan Terkait


Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan-bahan obat dengan
atau tanpa bahan pengisi (Farmakope Indonesia IV, 1995).

C. Dasar Pertimbangan dan Landasan Hukum Penggolongan Obat


Berdasarkan SK Menkes No. 924/MENKES/PER/X/1993 tentang
DAFTAR OBAT WAJIB APOTIK NO. 2 maka sediaan tablet omeprazole
digolongkan ke dalam obat keras yang padanya berlaku peraturan tentang
obat keras dan juga ketentuan penandaan pada kemasan serta nomor
registrasi.
D. Penandaan pada Wadah, Leaflet atau Brosur
Pada sediaan tablet Omeprazole berlaku aturan penandaan sebagai berikut :

 Lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dan
huruf K menyentuh garis tepi
 Pada wadah terdapat tanda khusus obat keras
“Harus dengan resep dokter”

E. Nomor Registrasi
Nomor registrasi obat Protop® adalah DKL 9417009401 A1
Keterangan :
D = Obat dengan nama Dagang
K = Golongan obat keras
L = Produksi dalam negeri (lokal)
94 = Tahun penandaan obat jadi

170 = Nomor urut pabrik di Indonesia

094 = Nomor urut obat jadi yang disetujui oleh pabrik


01 = Nomor urut sediaan
A = kekuatan obat jadi
1 = kemasan untuk kekuatan obat jadi tersebut
Sediaan Protop® dibuat oleh pabrik atau industri yang telah
memenuhi persyaratan Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB).
Nomer batch sediaan adalah K 0 55 100 3
Keterangan :
K = Tahun pengemasan
0 = Tahun pembuatan produk ruahan
55 = Identitas produk (tablet)
100 = Nomor urutan pembuatan
3 = Urutan nomor lots dari suatu bets obat jadi
BAB II

URAIAN DAN ANALISIS FARMAKOLOGI

A. Nama Obat dan Sinonim


a. Nama Kimia : Omeprazol
b. Golongan Farmol : Anti Tukak Lambung, Antiulserasi, Antasida,
Agent Antireflux
c. Golongan Kimia : Proton Pump Inhibitors

B. Bentuk Senyawa Aktif


Omeprazol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih
dari 102,0% dengan rumus molekul C17H19N3O3S, dihitung terhadap zat
yang telah dikeringkan (Farmakope Indonesia Edisi V, 2014). Omeprazole
adalah prodrug yang diubah ke bentuk aktif dalam lingkungan asam.
Omeprazol adalah basa lemah, dan secara khusus berkonsentrasi
dalam kanalikuli sekretori asam dari sel parietal dimana diaktifkan dengan
proton-katalis untuk menghasilkan sulphonamide. Sulphenamide
berinteraksi kovalen dengan kelompok sulphydryl residu system dalam
domain ekstraselular dari H + K + ATPase – khususnya Cys 813 – sehingga
menghambar aktifitasnya. Konsentrasi spesifik proton-pump inhibitors
seperti omeprazole dalam kanalikuli sekresi dari sel parietal tercermin
dalam profil efek samping yang menguntungkan (Olber, 2003)

C. Mekanisme Kerja dalam Tubuh


a. Efek Farmol : Anti Tukak Lambung, Antiulserasi, Antasida,
Agen Antireflux
b. Mekanisme Kerja : Omeprazole bekerja menghambat sekresi asam
lambung dengan cara berikatan pada pompa
H+K+ATPase (pompa proton) dan mengaktifkannya
sehingga terjadi pertukaran ion kalium dan ion
hydrogen dalam lumen sel.
D. Nasib Obat dalam Tubuh
a. Absorbsi : Bioavaibilitas 30 – 40 %, Onset selama 1 jam (efek
antisekresi asam lambung), Durasi 73 jam, Waktu
puncak pada plasma darah 0,5 – 3.5 jam, Puncak
respon (Peptic Ulcer Disease) dimulai pada waktu 2
jam dan puncaknya 5 hari
b. Distribusi : Ikatan protein 95 – 96 %, VD 0,39 L/kg
c. Metabolisme : Mengalami first-pass metabolism (metabolisme
lintas pertama). Dimetabolisme menjadi metabolit
tidakaktif di hati oleh isoenzim CYP, terutama
CYP2C19, dan pada tingkat lebih rendah oleh
CYP3A4
d. Ekskresi : Melalui urine sebanyak 80% dan feses 20%,
t1/2 0.5 – 1 jam, meningkat sampai 3 jam di hepatic
E. Indikasi & Dasar Pemilihan
a. Tukak lambung dan tukak duodenum ( terkait dengan komplikasi terapi
AINS)
b. Tukak lambung atau tukak duodenum karena AINS dan erosi
Gastroduodenum
c. Tukak duodenum karena H. Pylori
d. Sindrom Zollinger Ellison
e. Pengurangan asam lambung selama anestesi umum (profilaksis aspirasi
asam)
f. Penyakit refluks gastroesofagal
g. Penyakit refluks asam (Penatalaksanaan jangka panjang)

F. Kontraindikasi dan Alasannya


Hipersensitivitas karena obat omeprazole dimetabolisme dihati. PPI
meningkatkan pH lambung dan dapat menurunkan bioavailabilitas obat
yang memerlukan asam lambung untuk absorbsinya (Wecker et al., 2010).
Pada pasien dengan gangguan fungsi hati, waktu paruh omeprazol
diperpanjang sehingga efek obat dalam tubuh lebih lama, serta dapat
meningkatkan bioavailabilitas (Subramanian et al, 2009).

G. Dosis (sesuai indikasi) & Perhitungannya

 Tukak lambung dan tukak duodenum (termasuk yang komplikasi


terapi AINS)  20 mg 1x sehari selama 4 minggu pada tukak
duodenum atau 8 minggu pada tukak lambung; pada kasus yang
berat atau kambuh tingkatkan menjadi 40 mg sehari; pemeliharaan
untuk tukak duodenum yang kambuh, 20 mg sehari; pencegahan
kambuh tukak duodenum, 10 mg sehari dan tingkatkan sampai 20
mg sehari bila gejala muncul kembali.

 Tukak lambung atau tukak duodenum karena AINS dan erosi


gastroduodenum, 20 mg sehari selama 4 minggu, diikuti 4 minggu
berikutnya bila tidak sepenuhnya sembuh; profilaksis pada pasien
dengan riwayat tukak lambung atau tukak duodenum, lesi
gastroduodenum, atau gejala dispepsia karena AINS yang
memerlukan pengobatan AINS yang berkesinambungan, 20 mg
sehari.

 Tukak duodenum karena H. pylori menggunakan regimen eradikasi

 Sindrom Zollinger Ellison, dosis awal 60 mg sekali sehari; kisaran


lazim 20-120 mg sehari (di atas 80 mg dalam 2 dosis terbagi).

 Pengurangan asam lambung selama anestesi umum (profilaksis


aspirasi asam), 40 mg pada sore hari, satu hari sebelum operasi
kemudian 40 mg 2-6 jam sebelum operasi.

 Penyakit refluks gastroesofagal, 20 mg sehari selama 4 minggu


diikuti 4-8 minggu berikutnya jika tidak sepenuhnya sembuh; 40 mg
sekali sehari telah diberikan selama 8 minggu pada penyakit refluks
gastroesofagal yang tidak dapat disembuhkan dengan terapi lain;
dosis pemeliharaan 20 mg sekalis sehari.

 Penyakit refluks asam (Penatalaksanaan jangka panjang), 10 mg


sehari meningkat sampai 20 mg sehari jika gejala muncul kembali.
Dispepsia karena asam lambung, 10-20 mg sehari selama 2-4
minggu sesuai respons. Esofagitis refluks yang menyebabkan
kondisi tukak yang parah (obati selama 4-12 minggu). ANAK di atas
1 tahun, berat badan 10-20 kg, 10 mg sekali sehari, jika perlu
ditingkatkan menjadi 20 mg sekali sehari; Berat badan di atas 20 kg,
20 mg sekali sehari jika perlu ditingkatkan menjadi 40 mg sehari;
Pemberian harus diawali oleh dokter anak di rumah sakit.

 Anak. Neonatus 700 mcg/kg bb satu kali sehari, ditingkatkan jika


perlu setelah 7-14 hari menjadi 1,4 mg/kg bb, beberapa neonatus
memerlukan hingga 2,8 mg/kg bb satu kali sehari; Usia 1 bulan-2
tahun: 700 mcg/kg bb satu kali sehari, ditingkatkan jika perlu
menjadi 3 mg/kg bb (maks. 20 mg) satu kali sehari; Berat badan 10-
20 kg, 10 mg satu kali sehari ditingkatkan jika perlu menjadi 20 mg
satu kali sehari (pada kasus refluks esofagitis ulseratif yang parah,
maks. 12 minggu dengan dosis lebih tinggi); Berat badan > 20 kg,
20 mg satu kali sehari ditingkatkan jika perlu menjadi 40 mg satu
kali sehari (pada kasus refluks esofagitis ulseratif, maks. 12 minggu
dengan dosis lebih tinggi).

 Eradikasi H. pylori pada anak (dalam kombinasi dengan antibakteri,


lihat 1.3): Usia 1-12 tahun, 1-2 mg/kg bb (maks. 40 mg) satu kali
sehari; Usia 12-18 tahun: 40 mg satu kali sehari.

 Injeksi intravena diberikan selama 5 menit atau melalui infus


intravena; profilaksis aspirasi asam, 40 mg harus telah diberikan
seluruhnya, 1 jam sebelum operasi. Refluks gastroesofagal, tukak
duodenum dan tukak lambung, 40 mg sekali sehari hingga
pemberian oral dimungkinkan.

 Anak. Injeksi intravena selama 5 menit atau dengan infus intravena:


Usia 1 bulan-12 tahun: dosis awal 500 mikrogram/kg bb (maks. 20
mg) satu kali sehari, ditingkatkan menjadi 2 mg/kg bb (maks. 40 mg)
jika diperlukan.; Usia 12-18 tahun, 40 mg satu kali sehari.

H. Cara Pakai
Omeprazole diberikan secara per oral 1 jam – 30 menit sebelum makan

I. Efek Samping
Sakit kepala, diare, nausea, flatulence, dan konstipasi

J. Toksisitas

K. Interaksi Obat

a. Omeprazol dengan Antiepilepsi

1. Antiepilepsi: esomeprazol meningkatkan efek

2. Fenitoin; omeprazol kemungkinan meningkatkan efek fenitoin

b. Omeprazol dengan Vorikonazol

Antijamur: Penghambat pompa proton menurunkan absorpsi


itrakonazol dan ketokonazol;vorikonazol meningkatkan konsentrasi
omeprazol dalam plasma (turunkan dosis omeprazol)

c. Omeprazol dengan Antipsikotik

Antipsikotik: omeprazol dapat menurunkan konsentrasi klozapin


dalam plasma
d. Omeprazol dengan Ansiolitik dan Hipnotik

Ansiolitik dan hipnotik: esomeprazol dan omeprazol dapat


menghambat metabolisme diazepam (meningkatkan konsentrasi
plasma)

e. Omeprazol dengan Siklosporin

Siklosporin: omeprazol dapat mempengaruhi konsentrasi


siklosporin dalam plasma.

f. Omeprazol dengan Silostazol

Silostazol: omeprazol meningkatkan konsentrasi dalam plasma


sehinga harus dihindari penggunaan secara bersama – sama (resiko
toksisitas)

g. Omeprazol Sitotoksik

Sitotoksik: omeprazol dapat menurunkan ekskresi metotreksat


(meningkatkan risiko tosisitas)

L. Penggunaan pada Kondisi Khusus


Pasien dengan penyakit hati, kehamilan, menyusui. Singkirkan terlebih
dahulu kemungkinan kanker lambung sebelum pemberian omeprazole.

M. Peringatan
Penghambat pompa proton sebaiknya digunakan dengan hati-hati pada
pasien dengan penyakit hati, kehamilan dan menyusui. Penghambat pompa
proton dapat menutupi gejala kanker lambung, perhatian khusus perlu
diberikan pada orang-orang yang menunjukkan gejala-gejala yang
membahayakan (turunnya berat badan yang signifikan, muntah yang
berulang, disfagia, hematemesis atau melena), pada kasus-kasus seperti ini
penyakit kanker lambungnya sebaiknya dipastikan terlebih dahulu sebelum
dimulai pengobatan dengan penghambat pompa proton.
N. Cara Penyimpanan
Simpan di tempat sejuk dan kering, terhindar dari sinar matahari langsung

O. Contoh Sediaan yang Beredar di Pasaran serta Kekuatannya


OMZ dari Dexa Medica dosis 40 mg
Protop dari Interbat dosis 20 mg
Pumpitor dari Sanbe Farma dosis 20 mg kapsul dan 40 mg/ml injeksi
Ulpraz dari Coronet dosis 20 mg

P. Analisis Farmakologi
1. Tablet Omeprazol mengandung omeprazole, dengan rumus molekul
C17H19N3O3S. Omeprazol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
tidak lebih dari 102,0%, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan
2. Omeprazol cocok dibuat dalam sediaan tablet karena tujuan terapinya
sistemik, selain itu pemilihan sediaan ini karena sifat zat aktif
omeprazole sukar larut
3. Indikasi dari tablet Omeprazol ini adalah sebagai obat anti tukak
lambung, antasida
4. Pemilihan dosis ditetapkan setelah melewati uji preklinik dan uji klinik
fase pertama, kedua dan ketiga sehingga diperoleh dosis yang tepat
untuk diaplikasikan kepada pasien dan meminimalisir efek samping.
Selain itu pemilihan kekuatan dosis ini mempertimbangkan faktor
ekonomis pasar dan kemudahan pasien dalam menggunakan tablet
Omeprazole
5. Perhitungan dosis yang digunakan secara umum adalah 20 mg dan 40
mg tetapi dosis ini dapat dirubah, disesuaikan dengan kondisi pasien
sebagai berikut :
Duodenum Ulcer : 20mg 1x sehari selama 4 – 8 minggu
Infeksi H.Pylori : 20 mg setiap 12 jam selama 10 hari
Gastric ulcer : 40 mg 1x sehari selama 4 – 8 minggu
GERD : 20 mg 1x sehari selama 4 minggu
Erosive Esophagitis : 20 mg 1x sehari 4 – 8 minggu dan dosis
pemeliharaan 20 mg 1x sehari selama 1 tahun
6. Kekuatan sediaan yang akan dibuat adalah 20 mg, pemilihan kekuatan
sediaan ini dilandaskan karena dosis obat Omeprazole untuk indikasi
yang diklaim berkisar dikekuatan 10 mg sehingga dosis ini paling
ekonomis untuk diformulasikan

Anda mungkin juga menyukai