Anda di halaman 1dari 5

Kreatif!

Inilah 5 Aksi Protes Paling Unik Yang Pernah Dilakukan di Indonesia


Sebagai sebuah bentuk penyampaian pendapat, kebebasan warga Indonesia telah diatur dalam Undang-
undang untuk diberikan ruang bebas dalam berekspresi. Apakah itu pendapat yang pro atau kontra
terhadap sesuatu, asalkan masih dalam ruang kewajaran dari tindak anarkis maka akan diberikan izin.
Nah, pasca reformasi berbagai bentuk demo dan protes tersebut pun sudah biasa dilakukan di ‘mimba-
mimbar’ bebas, tidak seperti jaman Orde Baru yang begitu represif terhadap kritik.

Demo ataupun protes tidak selamanya harus dilakukan dengan cara berteriak ataupun melakukan
tindakan anarkis yang merugikan orang lain. Justru kerap kali dengan cara yang unik dan kreatif, protes
ini menjadi lebih besar gaungnya karena menarik simpati masyarakat. Nah, seperti lima bentuk protes
berikut yang dilakukan warga dengan se-unik mungkin. Dengan cara ini, akhirnya apa yang menjadi
maksud mereka tersampaikan kepada pemegang kebijakan.

Nah, seperti apa sih bentuk protes-protes unik yang pernah dilakukan di Indonesia? Supaya tidak
penasaran, berikut ini ulasan lengkapnya.

Memberi Masker Kepada Patung Pahlawan

Indonesia tentu tidak lupa dengan bencana kabut asap yang melanda daerah Jambi dan sekitarnya di
akhir tahun 2015 yang lalu. Saat itu, penanganan bencana kabut asap ini terkesan lamban sehingga
masyarakat Jambi dan sekitarnya terpaksa harus hidup berhari-hari dengan kabut asap yang menyiksa.
Bahkan kabut asap ini juga sampai ke negeri tetangga sehingga menambah kesan buruknya penanganan
bencana ini.
Memberi masker kepada patung pahlawan [ Image Source ]

Atas kejadian ini, ada banyak protes yang dilayangkan masyarakat Indonesia, tak terkecuali juga
masyarakat luar negeri yang terganggu akibat bencana asap ini. Protesnya pun ada beragam bentuk
sesuai kreatifitas yang bisa dilakukan dalam keadaan sempit saat itu. salah satunya adalah dengan
memberi masker pada patung pahlawan yang ada di Jambi. Tentu ini menjadi bentuk sindiran sekaligus
teguran supaya penanganan bencana asap bisa lebih cepat dilakukan.

Ibu-ibu Mengecor Kaki di Depan Istana Presiden

Belum lama ini, beberapa ibu-ibu terlihat mengadakan protes di depan Istana Kepresidenan. Tak
tanggung-tanggung mereka melakukan aksi ini dengan cara mengecor kakinya sendiri sebagai bentuk
protes terhadap pembangunan pabrik semen di daerah Kendeng, Jawa Tengah yang merupakan tempat
mereka tinggal.

Ibu-ibu mengecor kaki di depan istana presiden [ Image Source ]

Mereka melakukan aksi ini sebagai bentuk penolakan pembangunan pabrik semen ini karena
beranggapan akan merusak lingkungan, terutama lahan pertanian dan perairan setempat. Apalagi
masyarakat setempat bekerja sehari-hari hanya sebagai petani. Jika saja lahan pertanian mereka rusak
ataupun tergusur akibat pendirian pabrik semen ini, tentu mereka akan kebingungan lagi harus ke mana
mencari penghidupan.

Membuat Lomba Memancing di Empang Lubang Jalan


Mungkin kesal karena lambatnya pemerintah daerah dalam menyelesaikan masalah rusaknya jalan di
daerah setempat, warga Desa Bangun Purba, Sumatera Utara, dengan kreatifnya melayangkan protes
dengan cara membuat perlombaan memancing di lubang-lubang jalan yang rusak. Jadilah saat itu
puluhan warga asik mengikuti perlombaan ini meski sebenarnya hanya sebuah treatrikal saja.

Membuat lomba memancing di empang lubang jalan [ Image Source ]

Cara ini ternyata berhasil menggelitik masyarakat umum untuk turut memberikan dukungan mereka
atas penyelesaian masalah ini ketimbang masyarakat Desa Bangun Purba harus berteriak-teriak
meminta kejelasan kepada pemerintah yang bisa saja justru mengundang antipati. Hasilnya, banyak
media yang meliput protes unik ini dan sampailah protes mereka ke telinga pemerintah pemangku
kebijakan.

Berjalan Kaki dari Sidoarjo Menuju Jakarta Demi Menuntut Keadilan

Hari Suwandi, seorang warga Porong, Sidoarjo sempat menarik perhatian masyarakat Indonesia atas aksi
yang dilakukannya dengan berjalan kaki dari Sidoarjo ke Jakarta. Hal ini dilakukannya sebagai bentuk
protes atas keadilan yang harusnya diterima oleh semua korban atas tragedi Lumpur Lapindo yang
menenggelamkan beberapa desa. Rencananya, Hari Suwandi ingin bertemu dengan Presiden Susilo
Yudhoyono dan Aburizal Bakrie untuk penyelesaian masalah ini.
Berjalan kaki dari sidoarjo menuju jakarta demi menuntut keadilan [ Image Source ]

Jadilah Hari Suwandi harus menempuh perjalanan sejauh 827 kilometer sepanjang jalan di jalur pantai
utara Pulau Jawa. Sepanjang perjalanan, Hari Suwandi ditemani oleh Harto Wiyono, sesama korban
bencana lumpur Lapindo, yang menemaninya dengan memakai sebuah motor. Sepanjang perjalanan,
Hari Suwandi membentangkan spanduk bertuliskan “Korban Lapindo Perpres No. 14/2007 menuntut
dan mencari keadilan dengan jalan kaki Porong-Jakarta”.

Membentangkan Spanduk Raksasa di Dinding Apartemen Bertingkat

Akibat sangat terganggunya penghuni Apartemen Sudirman Mansion di kawasan SCBD, Jakarta Selatan
terhadap kegiatan bar Lucy in The Sky, spanduk raksasa seluas 10x15 meter persegi ternyata harus
dibentangkan oleh penghuninya sebagai sebuah bentuk protes. Tak tanggung-tanggung, tulisan “Anak
dan bayi kami tidak bisa tidur karena Lucy in The Sky sangat berisik dan tidak peduli dengan
kenyamanan warga sekitar” dapat dibaca dengan jelas dengan ukuran raksasa ini.
Membentangkan spanduk raksasa di dinding apartemen bertingkat [Image Source ]

Tak pelak, dengan cepat spanduk ini pun menjadi buah bibir di tengah-tengah masyarakat umum.
Apalagi di dunia maya spanduk ini sudah menjadi trending topic sendiri untuk dibicarakan. Akhirnya
untuk mengatasi permasalahan ini, pengelola bar Lucy In The Sky sepakat untuk memperbaiki peredam
suara di bar dan penghuni Apartemen Sudirman Mansion pun bersedia menurunkan spanduk ini.

Nah, itu tadi 5 protes unik yang pernah dilakukan di Indonesia. Apapun bentuk protes itu, selama tidak
anarkis dan merugikan orang lain, pasti akan mengundang simpati dari orang lain. Dengan semakin
kreatifnya aksi protes yang dilakukan warga akhir-akhir ini membuktikan adanya peralihan cara protes
konvensional dengan berteriak-teriak dipinggir jalan yang justru bisa membuat antipati masyarakat kini
mulai berubah dengan cara yang lebih halus yang justru lebih menarik simpati masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai