Anda di halaman 1dari 5

Ternyata Inilah Filosofi Kenapa Gadis Jawa Banyak Melakukan Prosesi Adat

Sebelum Pernikahan
Upacara pernikahan merupakan upacara yang besar bagi adat masyarakat Indonesia. Tak ayal akibat
adat ini, terkadang ada juga upacara pernikahan di daerah tertentu yang sampai mengeluarkan banyak
uang demi mengikuti adat tersebut. Nah, di sinilah karenanya letak uniknya upacara adat pernikahan di
Indonesia, beragam dan memiliki kekhasan lokal.

Begitu bagi suku Jawa, sebagai bagian dari adat akan ada banyak prosesi yang harus dilakukan sebelum
upacara pernikahan, terutama bagi calon mempelai perempuan. Tentu saja banyaknya prosesi
pernikahan tersebut tak sembarang dilakukan karena di dalamnya ada banyak filosofi yang ditujukan
untuk kedua mempelai. Nah, kira-kira apa saja prosesi dan filosofi itu? Supaya tidak penasaran, berikut
kami ulas filosofi kenapa gadis Jawa banyak melakukan prosesi adat sebelum pernikahan.

Siraman

Upacara pertama yang dilakukan sebelum hari pernikahan adalah upacara siraman. Upacara yang
dilakukan pada siang hari ini bertujuan supaya calon pengantin bersih dan suci menuju hari pernikahan.
Dalam upacara ini, kedua calon mempelai dimandikan dalam upacara yang berbeda di rumah masing-
masing. Sebagian air dari mangkok siraman calon mempelai perempuan dioleskan ke kendi untuk
dibawa ke upacara siraman calon mempelai laki-laki.
Siraman [ Image Source ]

Sementara itu, calon mempelai perempuan akan dimandikan oleh tujuh orang atau lebih asalkan ganjil
untuk menuangkan tiga gayung air bunga ke kepala dan badan pengantin. Selain dari ibu dan ayahnya,
biasanya yang ikut memandikan calon pengantin ini adalah ibu-ibu yang terhormat dan dianggap
memiliki akhlak mulia, tetapi bukan yang sudah bercerai, janda, yang belum mempunyai keturunan atau
tidak mempunyai anak. Maksudnya adalah supaya pengantin diberi berkat mudah dan cepat punya anak
seperti ibu-ibu ini.

Memotong Rambut

Upacara berikutnya adalah upacara memotong rambut yang melambangkan akhir dari masa anak-anak
menuju masa permulaan kehidupan dewasa untuk kedua mempelai. Sedikit ujung rambut akan dipotong
sebagai lambang untuk membuang sangkal atau kotoran dari masa kecil. Kotoran ini harus dipotong
sebelum pernikahan supaya tidak ada lagi halangan di masa kehidupan baru bagi kedua mempelai.
Memotong rambut [ Image Source ]

Selain calon pengantin perempuan, calon pengantin laki-laki juga akan melakukan prosesi ini. Rambut
calon pengantin laki-laki dipotong dan dibawa ke rumah calon mempelai perempuan untuk sama-sama
ditanam di kebun. Selanjutnya calon mempelai perempuan akan digendong masuk ke kamar oleh
ayahnya sebagai lambang kasih sayang yang terakhir sebagai anak dan lambang sebagai ayah yang
mengantarkan kehidupan mandiri bagi anak perempuannya yang akan menikah.

Pemecahan Kendi dan Penjualan Dawet

Setelah upacara siraman selesei dilaksanakan, ibu calon mempelai perempuan akan menjatuhkan dan
memecahkan sebuah kendi. Prosesi ini merupakan simbol untuk calon pengantin yang dianggap sudah
dewasa dan siap meninggalkan keluarga untuk memulai kehidupan rumah tangga sendiri tanpa
tanggung jawab orang tua. Pecahan kendi tersebut selanjutnya akan digunakan dalam upacara menjual
dawet.
Menjual dawet [ Image Source ]

Upacara menjual dawet dilakukan setelah calon mempelai perempuan masuk ke kamar untuk dirias.
Dalam upacara ini, tamu akan membeli dawet yang dijual oleh ibu calon pengantin perempuan dengan
menggunakan pecahan kendi sebagai uang. Pecahan kendi akan diberikan kepada ayah calon pengantin
perempuan untuk dikumpulkan ke dalam kantong dan disimpan. Upacara penjualan dawet ini
disimbolkan sebagai harapan nantinya kedua pengantin akan memiliki pendapatan rejeki yang banyak.

Malam Midodareni

Malam sebelum hari pernikahan dilaksanakan, merupakan malam terakhir bagi calon pengantin
perempuan sebagai seorang gadis. Malam ini dianggap suci dalam adat pernikahan Jawa dan diberi
nama sebagai malam Midodareni. Kata Midodareni berasal dari Bahasa Jawa ‘widodari’ yang artinya
bidadari atau perempuan yang sangat cantik dari surga. Pada malam ini, calon pengantin perempuan
dirias secantik mungkin di dalam kamar dan tidak boleh memakai perhiasan apapun kecuali cincin
kawin.
Malam midodareni [ Image Source ]

Pada malam ini pula, calon mempelai perempuan dipingit tidak boleh keluar dari kamar dari jam 6 sore
hingga jam 12 malam. Ia juga tidak boleh tidur di waktu ini. Malam Midodareni juga dimaksudkan untuk
masa perkenalan dengan keluarga calon penganti laki-laki dan untuk menerima nasehat tentang
kehidupan rumah tangga sesudah menikah. Selama malam ini, calon pengantin perempuan diberi
makanan oleh orang tuanya untuk terakhir kali.

Itulah tadi filosofi kenapa gadis Jawa banyak melakukan prosesi adat sebelum pernikahan. Nah, kamu
termasuk gadis Jawa atau seorang yang akan melamar seorang gadis Jawa? Nikmati saja banyak ragam
upacara Jawa sebelum hari pernikahan, karena tentunya ini bakal terjadi sekali seumur hidup.

Anda mungkin juga menyukai