Anda di halaman 1dari 106

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR
SKALA LINGKUNGAN

PROGRAM
KOTA TANPA KUMUH
(KOTAKU)
TAHUN 2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i
DAFTAR SINGKATAN ii
A. PENGERTIAN 1
B. MAKSUD DAN TUJUAN 1
C. SASARAN 1
D. RUANG LINGKUP 1
E. KETENTUAN KEGIATAN INFRASTRUKTUR SKALA LINGKUNGAN 1
F. JENIS-JENIS KEGIATAN INFRASTRUKTUR SKALA LINGKUNGAN 5
G. PERAN PELAKU 7
H. TAHAP PERENCANAAN TEKNIS 11
1. Tahap Persiapan Perencanaan Teknis 11
2. Tahap Pelaksanaan Perencanaan Teknis 14
I. TAHAP PELAKSANAAN KONSTRUKSI 34
1. Tahap Persiapan Pelaksanaan Konstruksi 35
2. Tahap Pelaksanaan Konstruksi 42
J. TAHAP KEBERLANJUTAN 60
K. LAMPIRAN

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan i


DAFTAR SINGKATAN

APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah


APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
BDI : Bantuan Dana Investasi, dulu disebut dengan Bantuan Langsung Masyarakat
BKM : Badan Keswadayaan Masyarakat
BOP : Biaya Operasional Pelaksanaan
DED : Detailed Engineering Design
FHO : Final Hand Over/ Penyerahan Akhir Pekerjaan, setelah masa pemeliharaan
berakhir
KK : Kepala Keluarga
KME : Konsultan Manajemen Evaluasi
KMP : Konsultan Manajemen Pusat
KMW : Konsultan Manajemen Wilayah
KPP : Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara
KSM : Kelompok Swadaya Masyarakat
KOTAKU : Kota Tanpa Kumuh
LKM : Lembaga Keswadayaan Masyarakat
LPJ : Laporan Pertanggungjawaban
LSM : Lembaga Keswadayaan Masyarakat
M&E : Monitoring and Evaluation
O&P : Operasional dan Pemeliharaan
OJT : On Job Training
OPD : Organisasi Perangkat Daerah
PHO : Provisional Hand Over / Serah Terima Pertama Pekerjaan
PJM : Perencanaan Jangka Menengah
PKP : Perumahan dan Kawasan Permukiman
PKP2B : Pengembangan Kawasan Permukiman dan Penataan Bangunan
PLPBK : Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

ii POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


Pokja PKP : Kelompok Kerja Perumahan dan Kawasan Permukiman
PPK : Pejabat Pembuat Komitmen
PS : Pemetaan Swadaya
PT : Perguruan Tinggi
PUPR : Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
RAB : Rencana Anggaran Biaya
RDTR : Rencana Detail Tata Ruang
RDTRK : Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan
RKP-KP : Rencana Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan
RKTL : Rencana Kerja dan Tindak Lanjut
RP2KP-KP :Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
RPD : Rencana Penggunaan Dana
RPKPP : Rencana Pembangunan Kawasan prioritas Permukiman
RPLP : Rencana Penataan Lingkungan Permukiman
RPK : Refleksi Perkara Kritis
RT/RW : Rukun Tetangga/Rukun Warga
RTH : Ruang Terbuka Hijau
RTPLP : Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman
RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah
Satker : Satuan kerja
SIM : Sistem Informasi Manajemen
SK : Surat Keputusan
SP3 : Surat Pernyataan Penyelesaian Pekerjaan
SPK : Surat Perintah Kerja
SPMK : Surat Perintah Mulai Kerja
SPPB : Surat Perjanjian Pemberian Bantuan
SPPDL : Surat Perjanjian Pemanfaatan Dana Lingkungan
STBM : Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
TIPP : Tim Inti Perencanaan Partisipatif
ToT : Training of Trainer

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan iii


TAPP : Tenaga Ahli Perencanaan Partisipatif
TPA : Tempat Pembuangan Akhir (Sampah)
TIPP : Tim Inti Perencanaan Partisipatif
TPPI : Tim Perencana dan Pelaksana Infrastruktur
TPS : Tempat Penampungan Sementara (Sampah)
ULP : Unit Layanan Pengadaan
UP : Unit Pengelola
UPK : Unit Pengelola Keuangan
UPL : Unit Pengelola Lingkungan
UPP : Urban Poverty Program

iv POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)
PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR SKALA LINGKUNGAN

A. PENGERTIAN
Infrastruktur Skala Lingkungan adalah infrastruktur tersier yang diusulkan, direncanakan
dan dilaksanakan langsung oleh masyarakat secara swakelola melalui Badan Keswadayaan
Masyarakat (BKM)/Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) ditingkat Kelurahan/Desa.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari penyusunan buku ini adalah sebagai pegangan pelaku dalam
penyelenggaraan infrastruktur skala lingkungan.
Tujuannya adalah untuk memberikan petunjuk dalam perencanaan (DED), pelaksanaan
dan pengawasan kegiatan pembangunan sarana prasarana dan utilitas umum dikawasan
permukiman guna memenuhi ketentuan teknis dan administrasi kegiatan sesuai dengan
persyaratan kegiatan infrastruktur skala lingkungan yang telah ditetapkan program.
C. SASARAN
Sasaran disusunnya POS penyelenggaraan infrastruktur skala lingkungan ini, antara lain :
1. Tersedianya landasan konsepsi penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan;
2. Tersedianya acuan teknis bagi penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan; dan
3. Tercapainya standar baku mutu dari produk penyelenggaraan Infrastruktur Skala
Lingkungan yang dihasilkan.
D. RUANG LINGKUP
Buku ini mencakup maksud, tujuan, ruang lingkup, ketentuan-ketentuan kegiatan
infrastruktur, tahapan perencanaan teknis kegiatan infrastruktur, tahapan pelaksanaan
konstruksi/fisik dan pengendalian pelaksanaan kegiatan infrastruktur sebagai upaya
pencegahan maupun peningkatan kualitas permukiman kumuh skala komunitas.
E. KETENTUAN KEGIATAN INFRASTRUKTUR SKALA LINGKUNGAN
1. Ketentuan Umum

a) Kegiatan pembangunan Infrastruktur Skala Lingkungan secara substansi bermakna


untuk pembangunan permukiman yang lebih baik, khususnya dalam pelaksanaan
dan pengelolaan kegiatan sarana, prasarana dan utilitas umum (fisik). Sehingga hasil
dari pembangunan ini akan mewujudkan lingkungan perumahan dan permukiman
yang sehat, aman, serasi, teratur, selaras dan lestari yang menjunjung nilai-nilai
budaya lokal;

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 1


b) Setiap kegiatan Infrastruktur Skala Lingkungan yang direncanakan dan dibangun
harus benar-benar menjadi prioritas utama bagi penataan permukiman yang
langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat setempat;
c) Implementasi pembangunan Infrastruktur Skala Lingkungan harus difokuskan pada
lokasi permukiman kumuh prioritas sehingga penanganan pada lokasi tersebut
dapat tuntas;
d) Setiap kegiatan Infrastruktur Skala Lingkungan harus direncanakan dan dilaksanakan
dengan umur konstruksi sekurang-kurangnya selama 5 tahun;
e) Untuk kegiatan infrastruktur yang berskala Kelompok, maka calon pemanfaat dapat
mengorganisasi diri dalam KSM/Panitia dan bertindak sebagai pelaksana kegiatan
fisik. Untuk kegiatan infrastruktur yang berskala publik/umum, maka BKM/LKM
dapat membentuk satu atau lebih Panitia selaku pelaksana kegiatan yang
bertanggungjawab langsung kepada BKM/LKM dan dalam melaksanakan lingkup
kerjanya, KSM/Panitia akan dikelola oleh unit pengelola kegiatan lingkungan (UPL);
f) Setiap kegiatan sarana dan prasarana yang direncanakan dan dibangun harus
memenuhi persyaratan kelayakan/standar teknis bangunan, peraturan yang
berlaku, memberikan manfaat bagi semua (universal accsess) dan merupakan
prioritas hasil perencanaan masyarakat/pemda yang tertuang dalam dokumen
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
(RP2KP-KP) dan atau Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP)
Kelurahan/Desa;
g) Setiap kegiatan infrastruktur yang akan direncanakan dan dibangun harus
memenuhi penyaringan kelayakan lingkungan. Untuk usulan kegiatan infrastruktur
yang memerlukan UKL/UPL maka hanya dapat dibangun setelah dokumen UKL/UPL
selesai dan telah mendapat persetujuan pihak-pihak terkait sesuai peraturan yang
berlaku. Penyusunan UKL/UPL merupakan tanggungjawab pemerintah kab/kota.
Untuk kegiatan yang tidak memerlukan UKL/UPL maka wajib memenuhi kriteria
seleksi yang ditetapkan dalam ketentuan pengamanan dampak lingkungan dan
sosial yang ditetapkan dalam Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan
Dampak Sosial program KOTAKU dalam bentuk SPPL/SOP atau mengacu pada
dokumen ESMF;
2. Kriteria Umum Prioritas Pemilihan Kegiatan Infrastruktur Skala Lingkungan

a) Masyarakat/warga pemanfaat bersedia memelihara sarana dan prasarana yang


dibangun;
b) Jenis kegiatan infrastruktur yang direncanakan dan dibangun adalah infrastruktur
yang secara langsung berkontribusi mewujudkan kawasan permukiman yang layak
huni, utamanya terkait penyelesaiaan permasalahan kriteria kumuh;

2 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


c) Untuk jenis infrastruktur yang terintegrasi dengan infrastruktur skala kota seperti
jaringan Jalan, Drainase, Sanitasi/Air Limbah, Persampahan, Air Bersih Perpipaan
maka harus direncanakan dan dibangun dengan memperhatikan keterpaduan
fungsi dan pelayanan bangunan sesuai dengan rencana infrastruktur skala kota;
d) Komponen infrastruktur yang akan dibangun harus benar-benar menjadi prioritas
utama bagi penataan kawasan permukiman, memberikan dampak nyata terhadap
perbaikan lingkungan permukiman yang ditata dan langsung dirasakan manfaatnya
oleh masyarakat setempat;
e) Penyediaan tanah untuk lokasi pembangunan infrastruktur telah disediakan oleh
masyarakat atau pemerintah kab/kota;
f) Tidak bertentangan dengan kegiatan yang dilarang oleh program, tidak
menimbulkan Dampak Negatif (merusak) terhadap Lingkungan dan Sosial;
g) Tidak mempunyai masalah teknis yang berat dan dapat dilaksanakan oleh
masyarakat dalam kurun waktu yang ditetetapkan sesuai ketentuan program;
h) Tidak tumpang tindih dengan yang dibangun oleh pemerintah, pemerintah daerah,
swasta atau program lain;
i) Untuk menjamin keterpaduan pembangunan kegiatan infrastruktur, maka bagi
kegiatan yang memerlukan dukungan (prasarana/sarana atau tenaga bantuan
teknis) dari pemda/pihak ketiga lainnya agar dapat berfungsi atau dioperasikan
maka hanya dapat disetujui setelah ada bukti komitmen yang pasti antara
masyarakat (BKM/LKM) dengan pihak yang akan memberikan dukungan tersebut;
j) Secara khusus, kriteria seleksi infrastruktur skala lingkungan meliputi:
a. Sistem Jaringan tersier atau non jaringan yang memberikan pelayanan skala
lingkungan/rumah tangga;
b. Status Lahan Jelas & Sesuai Peruntukan RTRW;
c. Dapat dikerjakan dalam 1 Tahun Anggaran;
d. Memberikan dampak besar untuk penguarangan luas kumuh pada lokasi
delineasi Kumuh/dalam wilayah Kelurahan/Desa sasaran;
e. Potensi Dampak Lingkungan & Sosial Penting ditangani;
f. Pekerjaan Konstruksi dapat dilakukan secara swakelol masyarakat setempat.

Secara garis besar alur penetapan kegiatan infrastruktur skala lingkungan digambarkan
pada gambar dibawah ini :

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 3


Proses Memorandum Program

Deliniasi, Baseline, Profil Kumuh & SK Walikota/Bupati

Consolidated
Dokumen RP2KPKP Dokumen RPLP

Prioritas Kegiatan
Prioritas Kegiatan
Infrastruktur Skala Kota/
Infrastruktur Skala
Kawasan (Primer/
Lingkungan (Tersier)
Sekunder)

Cek terhadap
Kewenangan Cek terhadap
Penanganan & Pembiayaan :
Pembiayaan : 1. Pusat
1. Pusat 2. Provinsi
2. Provinsi 3. Kab/Kota
3. Kab/Kota

Penetapan Kegiatan Penetapan Kegiatan


Infrastruktur Skala Kota Infrastruktur Skala
yang akan dibiayai loan Lingkungan yang akan
NSUP dengan cara dibiayai Loan NSUP
Kontraktual dengan cara Swakelola

Hasil penetapan ini sebagai dasar dalam mengalokasikan dalam DIPA (Tahun N-1)

3. Kriteria Umum Pemilihan Teknologi Kegiatan Infrastruktur Skala Lingkungan

a) Memberikan prioritas pada pembangunan infrastruktur yang menggunakan


teknologi sederhana, sehingga pembangunan dan pemeliharaannya dapat
dilakukan sendiri oleh masyarakat tanpa mendatangkan keahlian atau peralatan dari
luar wilayah setempat;
b) Memberikan prioritas sebanyak-banyaknya penggunaan tenaga kerja setempat
sesuai kualifikasi yang diperlukan;
c) Memberikan prioritas pemanfaatan bahan/material lokal yang memenuhi standar
teknis/spesifikasi teknis;

4 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


d) Dalam pemilihan bahan bangunan, teknologi konstruksi dan pelayanan prasarana
harus menerapkan kriteria keberlanjutan dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan
serta harus mempertimbangkan kemungkinan bencana alam (aman terhadap
bencana);
e) Dapat dibangun dengan harga yang seimbang (tidak terlampau mahal atau dibawah
perkiraan biaya wajar);
f) Memenuhi standar teknis bangunan yang ditetapkan oleh pemerintah/instansi
teknis terkait, seperti Pekerjaan Umum sehingga bangunan dapat menjamin
Keselamatan (Kekuatan, Keamanan) dan Kesehatan warga pengguna, dapat
berfungsi optimal serta tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan
dan masyarakat (sosial);
g) Dalam penyelenggaraan infrastruktur skala lingkungan diperlukan inovasi dan
kreatifitas yang dapat memberikan nilai tambah estetika sesuai dengan kondisi
lokasi/lingkungan prasarana dan budaya setempat;
F. JENIS KEGIATAN INFRASTRUKTUR SKALA LINGKUNGAN
Jenis kegiatan infrastruktur yang dibangun melalui Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)
adalah infrastruktur yang secara langsung berkontribusi mewujudkan kawasan
permukiman yang layak huni, utamanya terkait penyelesaiaan permasalahan Aspek 7+1
Kekumuhan.
Implementasi penyelenggaraan infrastruktur skala lingkungan harus terintegrasi dengan
infrastruktur skala kota/jaringan infra kota dan difokuskan pada lokasi permukiman kumuh
prioritas, sehingga penanganan pada lokasi tersebut dapat tuntas.
Sebagai wujud tanggungjawab bersama, pemerintah pusat melalui program KOTAKU
mengalokasi sebagian kecil dari kebutuhan dana investasi upaya pencegahan maupun
peningkatan kualitas permukiman kumuh. Untuk memenuhi keseluruhan kebutuhan dana
investasi diharapkan dapat disediakan oleh pemerintah daerah, dunia usaha, masyarakat
dan pemangku kepentingan lainnya.
Pembangunan infrastruktur skala lingkungan umunya memerlukan perencanaan yang
lebih sederhana, biaya yang tidak terlalu besar, teknologi sederhana, resiko kecil dan biaya
pemeliharaan yang kecil sehingga memungkinkan untuk laksanakan secara partisipatif dan
swakelola oleh masyarakat dengan difasilitasi oleh Fasilitator kelurahan/desa.
Pembangunan/rehabilitasi infrastruktur skala lingkungan perlu memperhatikan
pembangunan infrastruktur skala kota, sehingga terjadi koneksitas antara kegiatan skala
lingkungan dengan sistem kotanya.

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 5


Tabel F.1.: Jenis Sarana Prasarana

NO INDIKATOR/ASPEK JENIS SARANA PRASARANA


Rehab Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) *) :
1 Kondisi Bangunan Hunian
 Rumah Tunggal
 Rumah Deret
 Rumah Kopel
 Jalan Aspal/Hotmix (min.lebar perkerasan 1,5m)
2 Jalan Lingkungan
 Jalan Paving Blok/Beton (min.lebar perkerasan 1,5m)
 Jalan Sirtu/Makadam/Telford (min.lebar perkerasan
1,5m)
 Jembatan (min.lebar perkerasan 1,5m)
 Pedestrian
 Bangunan Pelengkap jalan seperti Gorong-gorong,
Penahan Longsor, sal. samping jalan, dll
 Saluran terbuka
3 Saluran Air Hujan (Drainase
 Saluran tertutup
Lingkungan)
 Sumur Resapan/Biopori
 Pompa Air/Pintu Air/Pengendali Banjir
 Normalisasi Saluran
Bangunan pelengkap:
 Pertemuan saluran
 Bangunan terjunan
 Jembatan/Talang
 Jamban Komunal
4 Pembuangan Air Limbah
 MCK Komunal
 Septictank Komunal
 Saluran Pembuangan Air Limbah R.Tangga
 System Pengolahan Air Limbah Setempat/Terpusat
 Sumur Gali Terlindung/Pompa/Bor skala Komunal
5 Penyediaan Air Minum
 Hidran/Kran Umum skala Komunal
 Penampung Air Hujan skala Komunal
 Jaringan Air Bersih Perpipaan
 Penangkap Mata Air Terlindung
 Instalasi Pengolahan Air Sederhana skala Komunal
 Penyediaan sambungan rumah (SR) dari PDAM atau
swasta *)
 Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) pada
6 Pengelolaan Persampahan
skala lingkungan
 Tempat Penampungan Sementara (TPS)/TPS 3R
 Gerobak/Motor Sampah
 Penyediaan Pasokan Air (Bak/Kolam penampungan air,
7 Pengamanan Bahaya
Sumur Dalam/Hidran)
Kebakaran
 Motor pemadam kebakaran
 Alat Pemadam Api Ringan (APAR) *)

6 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


NO INDIKATOR/ASPEK JENIS SARANA PRASARANA
 Ruang Terbuka Hijau (RTH)**)
8 Ruang Terbuka Publik
 Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH) seperti prasarana
olahraga, sarana bermain, dll**)
 Taman/tempat main, Luas 250 m2-9000 m2**)`
Keterangan : *) Didanai dari sumber dana kemitraan (non BDI KOTAKU-NSUP)
**) Dapat didanai dari BDI maksimum 10 % dari total nilai BDI kegiatan KSM yang
tertuang dalam SPPDL

Seluruh usulan kegiatan harus merupakan kegiatan prioritas berdasarkan hasil


perencanaan masyarakat yang tertuang dalam dokumen Rencana Penataan Lingkungan
Permukiman (RPLP) Kelurahan/Desa.
G. PERAN PELAKU
Pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana lingkungan permukiman perlu didukung
oleh berbagai pihak seperti BKM, UPL, serta masyarakat penerima manfaat langsung yaitu
warga miskin/MBR dan warga sekitar. Sedangkan KSM/Panitia sebagai pelaksana
pembangunanpun akan didukung peran sertanya oleh Fasilitator Kelurahan. Berikut ini
penjelasan peran-peran pelaku pembangunan;
1. Peran BKM
a). Menandatangani Surat Perjanjian Kerjasama (SPK) pelaksanaan kegiatan dengan
PPK satker PIP Kabupaten/kota;
b). Melakukan seleksi guna menyediakan Tenaga Ahli Penyunanan DED;
c). Membentuk TIPP yang akan mendukung tugas-tugas UPL dalam kegiatan
perencanaan;
d). Membentuk/menetapkan KSM/Panitia Pelaksana Kegiatan Infrastruktur;
e). Membuat Surat Perjanjian Pemanfaatan Dana Lingkungan (SPPD-L) dengan
KSM/Panitia pelaksana kegiatan Lingkungan;
f). Mewujudkan infrastruktur yang menjadi tanggungjawabnya dengan kualitas baik
sesuai persyaratan dan standar teknis infrastruktur yang ditetapkan, tepat waktu,
tepat biaya dan tertib administrasi sesuai ketentuan dalam dokumen SPK;
g). Melaksanakan pencairan dana kepada KSM/Panitia Pelaksana Fisik;
h). Melakukan serahterima hasil pekerjaan fisik hasil kegiatan BKM kepada PPK;
i). Memfasilitasi Serahterima Pengelolaan Pemanfaatan dan Pemeliharaan
Infrastruktur yang telah dibangunnya dari Pemda/Pemerintah Desa/Kel kepada KPP;
j). Memfasilitasi penyelesaian permasalahan yang mungkin muncul ditingkat
kelurahan, termasuk memberikan sanksi/peringatan kepada KSM/Panitia atas
pelanggaran pemanfaatan dana dan atau pelanggaran atas ketentuan-ketentuan
dalam SPPD-L;
k). Melakukan pembinaan kepada KPP untuk peningkatan kinerja pengelolaan operasi
dan pemeliharaan infrastruktur diwilayahnya.

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 7


2. Peran UPL
a). Mengkoordinir TIPP dalam proses penyusunan perencanaan teknis;

b). Memfasilitasi perencanaan dan pelaksanaan pengamanan dampak sosial dan


lingkungan terkait pelaksanaan infrastruktur;
c). Memastikan seluruh produk perencanaan teknis sesuai persyaratan yang
ditetapkan dan selesai tepat waktu;
d). Memfasilitasi pembentukan Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP), termasuk
penyusunan Rencana dan pelaksanaan kegiatannya;
e). Menyelenggarakan Musyawarah Persiapan Pelaksanaan Konstruksi (MP2K) bagi
semua KSM/Panitia;
f). Bersama Faskel/Askot Infra memfasilitasi kegiatan Coaching atau On The Job
Training (OJT) kepada TIPP dan KSM/Panitia;
g). Memfasilitasi dan memverifikasi administrasi pencairan dana kepada KSM/Panitia
pelaksana fisik (RPD, LPD, BA Pembayaran);
h). Merekomendasi dan memfasilitasi pencairan dana kepada KSM/Panitia;
i). Memfasilitasi, mengawasi dan mengkoordinir seluruh pelaksanaan kegiatan
KSM/Panitia termasuk memberikan penguatan teknik konstruksi maupun
administrasi kegiatan;
j). Menyelenggarakan rapat-rapat evaluasi rutin bersama KSM/Panitia untuk
mengevaluasi kemajuan kegiatan infrastruktur dan mendorong upaya-upaya
percepatan penyelesaiaan kegiatan lapangan;
k). Bersama Faskel Teknik dan KSM/Panitia melakukan Opname pekerjaan dilapangan;
l). Memfasilitasi penyusunan dan memverifikasi laporan-laporan Kegiatan
KSM/Panitia (Harian, Mingguan, Bulanan, LPJ, termasuk photo2 dokumentasi);
m). Memfasilitasi dan merekomendasikan perubahan (amandemen) SPPD-L akibat
adanya perubahan pekerjaan dilapangan (bila ada);
n). Membuat dan menyampaikan laporan perkembangan kemajuan pekerjaan
Infrastruktur kepada BKM;
o). Memastikan semua infrastruktur memenuhi persyaratan teknis (tepat mutu), dapat
diselesaikan tepat waktu, tepat biaya dan tertib administrasi;
p). Bersama Fasilitator Teknik/Askot Infrastruktur melakukan Verifikasi Kelayakan
proposal KSM/Panitia (termasuk membuat Berita Acara Verifikasi);
q). Bersama Fasilitator Teknik/Askot Infrastruktur, pihak proyek (Tim PPK) dan pihak
KSM/Panitia melakukan Sertifikasi Kegiatan (termasuk membuat BAP2-nya);
r). Memfasilitasi penyepakatan rencana dan terealisasinya swadaya masyarakat;
s). Memfasilitasi penyelesaian permasalahan yang mungkin muncul ditingkat
kelurahan, termasuk merekomendasikan sanksi/peringatan atas pelanggaran
pemanfaatan dana dan atau pelanggaran atas ketentuan-ketentuan dalam SPPDL;

8 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


t). Memfasilitasi KPP untuk peningkatan kinerja pengelolaan operasi dan
pemeliharaan infrastruktur diwilayahnya.
3. Peran TIPP
Peran utama TIPP adalah membantu UPL dalam pelaksanaan perencanaan teknis,
sehingga tugas-tugas TIPP adalah tugas yang juga dijalankan UPL meliputi:
a). Bersama UPL Memfasilitasi penyusunan prioritas investasi infrastruktur kelurahan
sesuai dengan kriteria seleksi prioritas kegiatan yang telah ditetapkan;
b). Memfasilitasi penyediaan lahan, safeguards sosial dan lingkungan lokasi proyek
infrastruktur dan perijinan-perijinan pembangunan yang diperlukan;
c). Menyusun perencanaan teknis kegiatan infrastruktur dan melakukan konsultasi
untuk verifikasi kelayakannya pada Pokaj/SKPD/Dinas teknis terkait diwilayah
setempat;
d). Memfasilitasi koordinasi untuk keterpaduan perencanaan dan pelaksanaan
kegiatan dengan berbagai pihak terkait;
e). Memfasilitasi pembentukan Organisasi Pengelola O dan P (termasuk penyusunan
Rencana Kerja dan Kesepakatan Pembiayaannya);
f). Memfasilitasi pembentukan/pengembangan KSM/Panitia pelaksana pembangunan
infrastruktur;
g). Memfasilitasi Coaching penyusunan proposal dan pengorganisasian
pelaksanaannya bagi KSM/Panitia dan
h). Memverifikasi kelayakan usulan proposal kegiatan KSM/Panitia.
4. Peran KSM/PANITIA
a). Mengelola kegiatan infrastruktur yang menjadi tanggunjawabnya secara
transparan dan dapat dipertanggung jawabkan;
b). Mengikuti coaching/OJT yang dilaksanakan UPL/faskel baik terkait teknis
infrastruktur, administrasi maupun pembukuan keuangan KSM/Panitia;
c). Menyusun Proposal Kegiatan sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh BKM;
d). Menyampaikan Jadwal Kerja, Rencana Pengadaan Bahan/Alat, Rencana Tenaga
Kerja, Tim Pelaksana Kegiatan yang lebih rinci kepada UPL sebelum dilaksanakan
MP2K;
e). Membuat Papan Nama/Informasi Proyek sehingga dapat diketahui oleh masyarakat
umum;
f). Membangun prasarana dengan kualitas baik, tepat waktu, tepat biaya dan tertib
administrasi sesuai ketentuan dalam dokumen SPPDL;
g). Melaksanakan pengamanan dampak sosial dan lingkungan selama pembangunan
infrastruktur;
h). Menyediakan Tenaga Pelaksana Lapangan yang memahami pekerjaan fisik (minimal
kualifikasi Mandor) dilokasi pekerjaan selama proses pembangunan;

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 9


i). Membuat seluruh administrasi proyek yang dipersyaratkan, termasuk photo-photo,
laporan kemajuan dan laporan pertanggungjawaban kegiatan dan
mengarsipkannya;
j). Menyediakan tenaga kerja, bahan, alat sesuai kualitas yang dipersyaratkan,
melakukan penggantian atau perbaikan bagian prasarana yang diperintahkan oleh
konsultan/UPL;
k). Memenuhi seluruh swadaya yang diusulkan dalam proposal kegiatan dengan tetap
menjamin kualitas sesuai persyaratan yang ditetapkan;
l). Mendorong pelibatan masyarakat sebanyak-banyaknya dalam pelaksanaan
kegiatan dan
m). Aktif melakukan penyelesaian permasalahan yang mungkin muncul akibat
pelaksanaan kegiatannya.
5. Peran KPP
Pengelola O&P/KPP bertindak selaku penggerak utama kegiatan atau penanggungjawab
O&P. Secara umum perannya adalah :
a). Terlibat aktif dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan fisik infrastruktur melalui
KSM/Panitia atau bersama Kader Teknis membantu UPL dalam Pengendalian
Pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh KSM/Panitia;
b). Membangun peningkatan kesadaran dan kontribusi warga untuk melakukan
pemeliharaan prasarana secara bersama sama;
c). Menyusun rencana pemanfaatan prasarana;
d). Menyusun rencana pemeliharaan, perbaikan, dan peningkatan pembangunan
prasarana;
e). Mengorganisasikan kegiatan pemanfaatan, pemeliharaan, perbaikan dan
peningkatan pembangunan prasarana;
f). Melaksanakan Rencana Kerja O dan P;
g). Membuat laporan pertanggungjawaban kerja Pengelolaan Sarana dan Prasarana
yang menjadi tanggungjawabnya dan
h). Melakukan kerjasama kemitraan dengan pemerintah kelurahan/desa,
Dinas/Instansi tingkat kota/kab. terkait dan pihak swasta atau lainnya guna
meningkatkan peroleh pembiayaan pemeliharaan atau pengembangan layanan
prasarana.
6. Peran Relawan/Kader Teknis
Kader Teknis adalah relawan yang mempunyai pemahaman dan keterampilan teknis
terkait pelaksanaan infrastruktur, seperti mandor/tukang bangunan, STM Bangunan,
dll. Peran utama Kader Teknis adalah membantu UPL dalam pelaksanaan pengelolaan
pelaksanaan fisik yang dibangun oleh KSM/Panitia, sehingga tugas-tugas Kader Teknis
adalah tugas yang juga dijalankan UPL meliputi:

10 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


a). Memfasilitasi penyusunan prioritas investasi infrastruktur kelurahan sesuai dengan
kriteria prioritas yang telah ditetapkan;
b). Memfasilitasi penyediaan lahan lokasi proyek infrastruktur dan perijinan-perijinan
pembangunan yang diperlukan;
c). Memfasilitasi koordinasi untuk keterpaduan pelaksanaan kegiatan dengan berbagai
pihak terkait;
d). Memfasilitasi pembentukan Organisasi Pengelola O dan P/KPP (termasuk
penyusunan Rencana Kerja dan Kesepakatan Bersama);
e). Memfasilitasi pembentukan/pengembangan KSM/Panitia pelaksana pembangunan
infrastruktur;
f). Membantu UPL memfasilitasi penyusunan proposal dan pengorganisasian
pelaksanaannya bagi KSM/Panitia dan
g). Membantu UPL dalam pengawasan/pengendalian kualitas, waktu, biaya, kemajuan
dan tertib administrasi pelaksanaan kegiatan KSM/Panitia.

H. TAHAP PERENCANAAN TEKNIS

Pelaksanaan perencanaan teknis dalam mekanisme kegiatan skala lingkungan KOTAKU


merupakan kegiatan lanjutan dari tahapan perecanaan penyusunan Rencana Penataan
Lingkungan Permukiman (RPLP). Perencanaan Teknis adalah penyusunan DED dari prioritas
rencana tahunan RPLP itu sendiri.
Secara umum mekanisme perencanaan teknis mencakup dua tahapan yaitu Persiapan
Perencanaan Teknis dan Pelaksanaan Perencanaan teknis.
Tahapan pelaksanaan kegiatan-kegiatan perencanaan teknis tersebut dijelaskan seperti
pada gambar gambar 1. Diagram alir Perencanaan Teknis kegiatan Infrastruktur. Secara
rinci pelaksanaan setiap kegiatan dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan Perencanaan Teknis
Sebagai dasar pelaksanaan DED adalah tersusunnya dokumen RPLP, khususnya Program
Prioritas Tahunan. Dari Program Prioritas Tahunan tersebut diperoleh data/informasi
kegiatan infrastruktur yang akan disusun DEDnya.
a) Coaching/Penguatan TIPP
UPL bersama fasilitator bidang Teknik memfasilitasi dan menyelenggarakan
coaching/penguatan bagi anggota TIPP, terutama terkait pengorganisasian dan
peningkatan pemahaman/keterampilan dalam melaksanakan tugas-tugas perencanaan
teknis yang menjadi tanggungjawabnya. Seluruh proses penyusunan DED disupervisi
oleh Fasilitator bidang Teknik/Askot Bidang Teknik;

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 11


Gambar 1, DIAGRAM ALIR TAHAP PERENCANAAN TEKNIS INFRASTRUKTUR SKALA LINGKUNGAN

PERSIAPAN PERENCANAAN TEKNIS

L KM/TIPP

RPLP/
RTPLP/NUAP

Desain/ Gambar VERIFIKASI


Peta Lokasi, Site KELAYAKAN
Plan, Gbr Teknik DOKUMEN
Teknis

SURVEY iNVESTIGASI
Spesifikasi Teknis PERENCANAAN
Sarana dan
dan
COACHING / Pengelolaan Prasarana
KONSOLIDASI POS O & P
Lingkungan
TIPP Penyusunan ”Contoh
dan Dampak Pemaketan
Pengorganisa Bentuk Proposal
Sosial Pekerjaan
sian dan Harga Satuan Rembug Rencana Anggaran KSM” Pelaksanaan
(Safeguards) KSM
Teknis Upah/Bahan/ Kesepakatan Biaya Pekerjaan Pekerjaan
Alat Harga

Rencana Jadwal PEMBENTUKAN


KSM/PANITIA

12 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


2. Tahap Pelaksanaan Perencanaan Teknis
a) Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial
Kegiatan pembangunan oleh Program KOTAKU dilaksanakan dengan mengikuti
prinsip prinsip pembangunan berkelanjutan, termasuk pertimbangan lingkungan,
sosial, budaya, dan ekonomi, sebagaimana telah diatur dalam undang-undang dan
peraturan yang berlaku.
Mengingat sifat dan skala kegiatan pembangunan infrastruktur permukiman yang
dilaksanakan Program KOTAKU, berpotensi akan menimbulkan dampak pada
lingkungan dan dampak sosial yang merugikan maka dalam tahapan
penyelenggaraan kegiatan memerlukan upaya pengelolaan dampak untuk mitigasi
dampak negatif dan memastikan kelayakan kegiatan yang direncanakan. Upaya
pemastian tersebut sebagai bagian dari penyaringan awal penetapan prioritas
kegiatan infrastruktur untuk dilaksanakan. Kegiatan ini dilakukan oleh masyarakat
bersama pemerintah daerah sejak awal penyiapan kegiatan pembangunan
infrastruktur.
Persyaratan, prosedur dan peraturan mengenai pengelolaan lingkungan,
pengelolaan benda cagar budaya, pengadaan tanah dan pemukiman kembali serta
penanganan Masyarakat Hukum Adat (MHA) pada semua tahapan kegiatan, mulai
dari persiapan perencanaan, pelaksanaan konstruksi, monitoring & evaluasi
mengacu pada “Buku Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak
Sosial Program KOTAKU”.
Setelah seluruh ketentuan pengamanan lingkungan dan dampak sosial terpenuhi,
kemudian baru dapat dilaksanakan pembangunan infrastruktur tersebut.
b) Survey dan Investigasi
(1) Survey Teknis

Sebelum dilakukan penyusunan desain bangunan maka terlebih dahulu harus


dilakukan Survey teknis. Sasaran survey teknis ini adalah untuk mendapatkan data-
data/informasi kondisi/situasi awal lokasi pembangunan infrastruktur yang
sebenarnya. Jenis data/informasi yang diperlukan tergantung pada jenis
infrastruktur yang akan dibangun, seperti : kondisi fisik lokasi (luasan, batas-batas,
topografi), kondisi tanah (keras/lunak), keadaan air tanah, peruntukan lahan,
rincian penggunaan lahan, perkerasan, penghijauan, dll.
Data-data/informasi tersebut selanjutnya akan dipergunakan dalam menentukan
desain/rancangan dan gambar rencana bangunan yang akan dibangun.
Pelaksanaan Survey ini dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan warga. Oleh
karena itu, sebelum melakukan survey, relawan/masyarakat yang akan terlibat
perlu dibekali dengan pemahaman teknik dan diorganisasi, terutama mencakup :

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 13


(a). Jadwal, Urutan kegiatan, cara pelaksanaan dan hasil Survey yang akan
diperoleh;
(b). Cara penggunaan formulir survey dan cara penggunaan alat survey yang akan
digunakan;
(c). Kebutuhan dan penyediaan peralatan dan instrument yang dibutuhkan, seperti
: patok-patok, meteran, formulir suirvey, peta desa, dll;
Apabila jenis kegiatan yang akan disurvey cukup banyak maka sebaiknya
TIPP/relawan dibagi atas beberapa tim kerja sehingga proses survey dapat
berlangsung lebih efektif.
Perlu menjadi perhatian juga sebelum melakukan survai untuk perencanaan, harus
dilakukan konsultasi awal dengan pemerintah setempat (Lurah/Kepala Desa). Hal
ini dimaksudkan untuk mendapatkan suatu koordinasi yang sebaik-baiknya dengan
pihak Institusi, sehingga pekerjaan perencanaan ini tidak akan mendapatkan
rintangan. Selain itu beberapa hal yang harus disurvey adalah:
(2) Lokasi Titik Awal dan Akhir

Pada kegiatan survey teknis ini, selain memastikan lokasi kegiatan juga
menentukan titik awal kegiatan dan titik akhir kegiatan, sekaligus membuat
dokumentasi/photo awal (0%) pada lokasi yang akan dibangun Infrastruktur.
Jumlah titik lokasi yang didokumentasikan/dipotret disesuaikan dengan kondisi
lapangan dan jenis infrastruktur yang akan dibangun, misalnya untuk
jalan/drainase/saluran irigasi/air bersih perpipaan dapat diambil pada beberapa
titik lokasi (awal, tengah dan ujung akhir atau tempat lain yang dianggap penting),
sedangkan untuk bangunan seperti MCK, jembatan, air bersih non perpipaan, dll,
cukup diambil dari sisi yang berbeda yaitu sisi depan, samping atau belakang.
Penting untuk diperhatikan bahwa titik lokasi dan arah pengambilan gambar
kondisi 0% ini, nantinya akan menjadi dasar pengambilan gambar pada saat
pelaksanaan konstruksi kondisi 25%,50%,75% dan 100%.

Perlu menjadi perhatian agar pemilihan lokasi kegiatan harus memberikan


kemudahan akses dalam pemanfaatan infrastruktur bagi semua pengguna (Difabel,
Lansia, Anak-anak, ibu-ibu hamil, dll).

(3) Kondisi Lahan (Struktur Tanah)

Struktur tanah adalah susunan atau agregasi partikel-parikel primer tanah (pasir,
debu, liat) secara alami menjadi berbagai kelompok partikel yang satu sama lain
berbeda dalam ukuran dan bentuknya, Jenis tanah dan kondisi tanah yang
terdapat pada suatu wilayah memengaruhi perencanaan infrastruktur. Setiap
wilayah memiliki jenis dan kondisi tanah yang berbeda. Perbedaan ini turut
memengaruhi pergerakan serta stabilitas tanah. Sebab, semakin padat tanah,
maka semakin tahan pula bangunan diatasnya. Sebaliknya bila jenis tanahnya
memiliki sifat rapuh, maka tanah akan mudah bergerak.
14 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan
Dengan mengetahui kondisi struktur lahan yang ada, maka perencanaan
infrastruktur akan menyesuaikan kondisi struktur lahan yang ada.
(4) Kondisi eksisting Infrastruktur yang ada

Dalam melaksanakan survey teknis ini, juga dilakukan survey kondisi infrastruktur
yang ada, apakah kondisi rusak ringan, rusak sedang atau rusak berat, bisa juga
dari fungsinya, apakah masih berfungsi dengan baik, kurang berfungsi atau
bahkan sudah tidak berfungsi, atau bahkan kondisi yang ada masih alami, seperti
jalan tanah, sehingga akan mempengaruhi perencanaan yang dibuat.
Selain survey teknis prasarana juga perlu dilakukan survey ketersediaan tenaga
kerja/bahan/alat. Hal ini untuk membantu dalam pemilihan teknologi konstruksi
yang akan dipergunakan dimana sedapat mungkin menggunakan
konstruksi/bahan lokal yang berkualitas dan konstruksi yang mudah dilaksanakan
oleh masyarakat/tenaga kerja setempat.
(5) Harga Satuan Upah/Bahan/Alat

Untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pemanfaatan dana kegiatan


maka harga-harga satuan upah/bahan/alat yang akan dipergunakan harus
merupakan hasil survey sekurang-kurangnya dari 3 toko/pemasok
setempat/terdekat. Hasil survey tersebut selanjutnya dipilih harga terendah dan
disepakati bersama melalui rembug warga.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan penggunaan dari hasil
survey Harga satuan Bahan/Alat, antara lain :
(a). Ukuran satuan, Harga Bahan dari pemasok harus dinyatakan sesuai dengan
satuan pengukuran bahan/alat untuk RAB. Apabila dijumpai bahan yang
harganya belum sesuai maka perlu dilakukan penyesuaian. Misalnya pasir,
yang dijual oleh pemasok per mobil angkutannya maka diperhitungkan
dengan cara : Harga 1 m3 pasir sama dengan harga 1 mobil tersebut dibagi
dengan volume/isi bak mobil (panjang (m) x lebar (m) x tinggi (m)). Ukuran
bak mobil penuh (sesuai harga pemasok) harus ditanyakan/dicek langsung
pada toko pemasok tersebut. Perlu diperhatikan bahwa setiap toko/pemasok
menggunakan mobil yang ukuran baknya berbeda-beda dan harganya juga
mungkin berbeda.
(b). Harga satuan bahan/alat harus merupakan harga sampai dilokasi proyek,
apabila dijumpai harga yang dinyatakan oleh toko tidak termasuk transport
sampai dilokasi proyek maka harga satuan tersebut harus disesuaikan. Hal ini
dapat dihitung dengan menjumlahkan harga satuan (yang dinyatakan oleh
toko tanpa diantar) ditambah biaya/ongkos tarnsportasi material tersebut
sampai dilokasi pekerjaan. Secara sederhana perhitungannya dapat
menggunakan rumus berikut:

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 15


HARGA SATUAN Harga Satuan Bahan/Alat yang Biaya Satuan
BAHAN/ALAT
=
dinyatakan oleh Toko/pemasok
tanpa diantar (Harga Satuan Dasar)
+ Transportasi
Bahan/Alat sampai
(Rp)
dilokasi

Adapun data/informasi yang perlu ditanyakan pada saat survey harga adalah
harga satuan dasar, biaya transportasi sampai dilokasi proyek. Selain itu perlu juga
diketahui jumlah stok material yang ada, tatacara pembayaran, termasuk nama
yang ditemui. Seluruh informasi tersebut dicatat pada formulir survey harga.
Khusus upah, selain informasi dari calon tenaga kerja setempat juga dapat
menggunakan sumber informasi yang ditetapkan oleh instansi pemerintah terkait
atau Upah Minimum Regional (UMR)/setempat. Seluruh informasi hasil kegiatan
tersebut dicatat sekaligus untuk dilaporkan/disampaikan pada rembug
kesepakatan harga nantinya.
(6) Rembug ”Kesepakatan Harga” Hasil Survey

Hasil Survey Harga Satuan Upah/Bahan/Alat yang telah dilaksanakan sebelumnya,


harus disepakati bersama oleh warga melalui Rembug atau Musyawarah warga.
Sasaran kegiatan adalah untuk menyepakati besarnya nilai harga satuan tiap jenis
tenaga kerja, bahan/alat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan
pembangunan. Adapun Indikator keluarannya adalah Kesepakatan harga
upah/bahan/alat dibuat dalam Berita Acara Kesepakatan dan ada Daftar Hadir
Peserta Rembug;
Beberapa Ketentuan Penetapan Harga Satuan yang harus diperhatikan :
(a). Harga Upah Tenaga Kerja, paling tinggi sama dengan upah standar yang
ditetapkan oleh Instansi Pemerintah Setempat atau UMR yang berlaku untuk
wilayah bersangkutan.
(b). Bahan/Alat, pada prinsipnya dipilih bahan yang berkualitas baik sesuai
spesifikasi teknis, dengan harga yang termurah/terendah diantara minimal 3
Toko/Pemasok setempat yang di Survey;
(c). Harga Satuan Dasar Bahan/Alat yang dipilih harus sudah merupakan harga
sampai dilokasi proyek (termasuk ongkos angkut bila ada);
(d). Sebagai pembanding Harga Satuan hasil survey, maka digunakan Harga
satuan Kabupaten/Kota yang dikeluarkan oleh Instansi pemerintah setempat.
Apabila terdapat Harga Satuan Bahan/Alat Terpilih lebih besar dari Harga
Satuan Kabupaten/Kota maka Harga Satuan Terpilih tersebut harus di
Justifikasi/ada perincian alasannya yang realistis.
(e). Apabila dalam 1 (satu) kelurahan/desa terdapat lebih dari 1 (satu)
kegiatan/prasarana maka harga satuan dasar (bahan/upah/alat) yang
digunakan haruslah satu/tidak berbeda-beda. Dalam hal berbeda karena

16 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


tingkat kesulitan akses kelokasi kegiatan maka harus dibuat justifikasi yang
disepakati bersama.
c) Pembuatan Desain, Gambar-Gambar Dan Spesifikasi Teknis
Persyaratan utama suatu infrastruktur yang dibangun adalah terpenuhinya
mutu/manfaat bangunan tersebut sebagaimana yang dikehendaki. Oleh karena itu
siapapun yang menginginkan suatu bangunan, perlu menentukan syarat penggunaan
seperti apa yang diinginkannya dari bangunan tersebut.
Membuat Desain, Spesifikasi dan Gambar-gambar perencanaan teknik, secara
sederhana dapat dikatakan sebagai upaya untuk menentukan persyaratan bangunan
yang diinginkan agar bangunan dapat berfungsi baik, menjamin keselamatan
(keamanan/kekuatan termasuk kenyamanan) dan kesehatan masyarakat
penggunanya.
Dalam praktek pengelolaan proyek infrastruktur, lazimnya pernyataan-pernyataan
tentang mutu bangunan dituangkan secara tertulis dan dalam proses penyusunannya
diawali dari proses Desain/perancangan, Gambar-gambar dan Spesifikasi Teknis,
kemudian diuraikan juga secara terbatas dalam Daftar Kuantitas (jenis pekerjaan dan
volumenya), RAB (jenis pekerjaan dan volume yang diperhitungkan/dibiayai) dan
Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan seperti SPPD-L. Kemudian pada tahap
pelaksanaan pembangunannya, semua dokumen tersebut menjadi satu kesatuan
yang tak terpisahkan sebagai pedoman mewujudkan mutu bangunan.
Selain itu, mengingat bahwa wujud bangunan sebagai tujuan bersama masih
merupakan sesuatu yang akan datang atau masih bersifat belum nyata maka
dokumen-dokumen tersebut sangatlah penting keberadaanya sejak awal hingga akhir
proyek, sebagai media komunikasi yang sangat penting bagi semua orang yang
berkepentingan, khususnya bagi semua orang yang membutuhkan bangunan tersebut
dan yang akan melaksanakan pembangunanannya sehingga memperoleh
pemahaman yang sama tentang wujud tujuan itu (tidak hanya ada dalam bayangan
sang perencana/orang-perorangan yang mengusulkan saja).
Sasaran kegiatan ini adalah untuk menentukan persyaratan mutu sesuai kriteria dan
persyaratan teknis bangunan. Adapun indikator keluarannya, adalah:
(1). Diketahuinya tingkat pelayanan prasarana (siapa/apa dan berapa banyak yang
menggunakan) sesuai kebutuhan, termasuk mengetahui apakah ada keterkaitan
kesatuan fungsi pelayanan dengan infrastruktur lainnya);
(2). Diketahuinya kelengkapan system/komponen bangunan sesuai standar teknis
bangunan tersebut;
(3). Adanya perhitungan dimensi konstruksi sesuai tingkat pelayanan (bila perlu),
termasuk bila kondisi tanah dasar jelek;

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 17


(4). Diketahuinya tataletak (termasuk keadaan sekitar) dimana bangunan akan dibuat
sesuai kebutuhan;
(5). Diketahuinya ukuran-ukuran bagian bangunan/konstruksi secara detail, seperti
tebal plesteran; ukuran daun pintu, ukuran balok/kolom, ukuran papan lantai
jembatan, tebal plat beton jembatan/gorong-gorong, Dinding pasangan ½
bata/Batako, dll, sesuai persyaratan teknis bangunan;
(6). Diketahuinya ukuran-ukuran pokok bangunan (panjang, tinggi/kedalaman,
lebar/diameter), termasuk bangunan pelengkap sesuai persyaratan teknis
bangunan (bila ada);
(7). Diketahuinya bidang-bidang mana yang terletak dimuka, sampaing kiri/kanan dan
belakang bangunan sesuai persyaratan teknis bangunan;
(8). Diketahuinya perbandingan campuran yang digunakan, misalnya plesteran
campuran 1 semen : 4 pasir; pondasi pasangan batu kali camp. 1: 4, beton
campuran 1 semen : 2 pasir : 3 kerili, pasangan bata/Batako camp 1sm : 5psr dll,
sesuai persyaratan teknis bangunan;
(9). Diketahuinya jenis bahan yang digunakan, misalnya Kuda-kuda/gelagar/lantai
kayu kelas II, atap seng/genteng beton, dll.
(a). Desain, berdasarkan hasil Survey kondisi lapangan dimana bangunan akan
dibuat dan persyaratan/kriteria desain bangunan yang telah ditetapkan maka
dipilih alternatif-alternatif desain/rancangan bangunan yang sesuai. Dalam
pemilihan desain ini juga harus telah mempertimbangkan kemungkinan
dampak lingkungan yang muncul akibat dari pelaksanaan pekerjaan nanti. Bila
bangunan yang dikehendaki cukup kompleks atau kondisi tanah jelek maka
seringkali dibuat perhitungan konstruksi untuk memperoleh ukuran/komposisi
suatu konstruksi guna menjamin keamanan bangunan. Hasil Desain ini
kemudian dituangkan dalam Gambar-Gambar teknik/gambar perencanaan.
Kriteria desain untuk setiap jenis infrastruktur yang direncanakan harus
mengacu pada kriteria desain standar yang dikeluarkan oleh Departemnen
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat atau instansi teknis terkait lainnya.

Perlu menjadi perhatian agar pemilihan rancangan konstruksi:


 Harus memastikan terpenuhinya seluruh persyaratan kelengkapan komponen
bangunan untuk menjamin keselamatan (keamanan/kekuatan termasuk
kenyamanan) dan kesehatan masyarakat penggunanya, termasuk akses jalan
keluar/masuk bangunan. Khusus konstruksi Jalan Beton minimal menggunakan
campuran 1sm :2ps :3kr atau diupayakan menggunakan paving blok/sejenisnya
dengan kualitas memenuhi persyaratan teknis.
 Harus memberikan kemudahan akses dalam pemanfaatannya bagi semua
pengguna (Difabel, Lansia, Anak-anak, ibu-ibu hamil, dll).

18 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


(b). Spesifikasi Teknis, dibuat untuk memberikan informasi lebih lengkap
mengenai persyaratan-persyaratan teknis dan ketentuan-ketentuan
pelaksanaan pekerjaan/bangunan yang ingin diwujudkan tersebut. Spesifikasi
Teknis merupakan dokumen persyaratan teknis/standar bangunan yang secara
garis besarnya berisi : uraian penjelasan dari tiap jenis pekerjaan (lingkup
kegiatan), komposisi campuran, persyaratan material/peralatan,
ketentuan/peraturan terkait yang harus diikuti, Metode Pelaksanaan, Cara
pengukuran pekerjaan, dll).
(c). Gambar-gambar, berdasarkan desain/sketsa hasil perhitungan dan spesifikasi
teknis ini, lalu dibuat gambar-gambar teknis bangunan dimana sering gambar-
gambar tersebut dicantumkan juga hal-hal penting yang berkenaan dengan
mutu prasarana tersebut.
Terdapat beberapa macam gambar rencana yang dibuat pada tahap ini, yaitu:
 Gambar Peta Lokasi, kita dapat mengetahui lokasi dimana bangunan akan
dibangun;
 Gambar Site Plan, kita dapat mengetahui tataletak termasuk mana awal dan
akhir pekerjaan dan menjelaskan keadaan sekitar dimana bangunan akan
dibuat.
 Gambar Denah, kita dapat mengetahui (membaca) ukuran-ukuran pokok
(panjang dan lebar) bangunan termasuk bangunan pelengkap (bila ada).
 Gambar Pandangan/Tampak, kita dapat mengetahui bidang-bidang mana
yang terletak dimuka, sampaing kiri/kanan dan belakang bangunan.
 Gambar Penampang/Potongan, biasanya gambar ini dibuat dalam 2 arah
(memanjang dan melintang). Dari gambar ini kita dapat mengetahui ukuran
tinggi, lebar bangunan/bagian bangunan. Selain itu, pada gambar ini juga
dicantumkan spesifikasi teknis tiap konstruksi seperti perbandingan
campuran yang digunakan, jenis bahan yang digunakan (misalnya kayu kelas
II, atap genteng beton), dll. Untuk lebih memahami hubungan bagian-
bagian struktur yang dianggap sangat penting maka perlu dibuat gambar
lebih detail dari gambar potongan, seperti Detail Sambungan Kuda-kuda,
detail sambungan balok/kolom, detail Pondasi, detail Kusen Pintu/Jendela,
dll.
 Khusus untuk bangunan yang mempunyai bentuk sama seluruhnya atau
sebahagian dapat menggunakan gambar typikal/prototype.
 Skala Gambar dapat ditetukan sebagai berikut:
No Skala Peruntukan Gambar
1. Skala Kecil 1:1000 Gambar situasi, Gambar
1: 500 Rancana tapak, Gambar
1: 400 peta, Gambar denah,

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 19


1: 200 Gambar bloc plan, Gambar
1: 100 tampak/potongan;
2. Skala Besar 1: 50 Gambar detail; Detail
1: 20 Arsitektur, detail struktur,
1: 10 Detail M&E
1: 5
1: 2
1:1

Semua Desain/Gambar-Gambar Teknik dan spesifikasi teknis yang dibuat harus


diverifikasi kelayakannya oleh fasilitator Teknik/askot infrastruktur dan
Disetujui oleh Tim Teknis dari OPD terkait dan PPK. Hasil Verifikasi ini sekurang-
kurangnya harus memberikan jaminan bahwa rencana bangunan dapat
bermanfaat bagi warga untuk meningkatkan kualitas kawasan permukiman
terkait 7 aspek kumuh, rencana teknis bangunan sesuai standar teknis
(bangunan dapat berfungsi optimal, menjamin keselamatan (kekuatan dan
keamanan) dan kesehatan warga pengguna, tidak menimbulkan dampak
negatif atas lingkungan dan sosial-budaya setempat serta mudah dan aman
diakses oleh warga pengguna bangunan).

No Jenis Standar Teknis Acuan

1 Rencana Induk Kawasan SNI 02-2406-1991 dan Pt T-15-2002-C untuk


kawasan yang pertumbuhannya normal dan
satuan luas daerah tidak terlampau luas (<200
ha)
sesuai AB-K/RESK/TC/001/98
2 Studi Kelayakan Kawasan

3 Standar teknis penanganan jalan SNI 03-1737-1989, SNI 03-2853-1995, SNI 03-
kawasan 2446-1991, SNI 03.6967-2003, SNI 03-1773-
2004, RSNI T-14-2004, Pedoman Sederhana
Pembangunan Prasarana Jalan dan Jembatan,
Puslitbang PU Tahun 1996, SK SNI T-04-1990-F
SNI 06-2409-2002, SNI 03-2453-2002, SNI 03-
4 Standar teknis penyediaan
6966-2003, Permen PU No.12/2014
prasarana drainase
(Lampiran III),

5 Standar teknis bidang sarana air SNI 03-2916-1992, SNI S-20-1990-03, SNI 03-
6419-2000, SNI 06-4829-2005 AB-K/RE-
minum
RT/TC/026/98 dan ABK/OP/ST/004/98, SNI.03-
3981-1992, Keputusan Menteri Kesehatan RI
No. 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang

20 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


Persyaratan Kualitas Air minum atau
perubahannya
SNI 03-2398-2002, SNI 03-2399-1991, SNI. 03-
6 Standar teknis bidang
3982-1992, SNI 03-2399-2002, PTT-19-2000-C
pengelolaan Air Limbah dan PTS -09-2000-C, Kriteria Teknis Prasarana
dan Sarana Pengelolaan Air Limbah, PU,
2006
7 Standar teknis bidang SNI 19-3964-1994 dan SNI 033242-1994 dan
Pengelolaan sampah kawasan SNI 19-3983-1995 sesuai PTS 06-2000-C dan
PTS 07-2000-C
009/T/BT/1995
8 Standar teknis bidang RTH “Tata
Cara Pemeliharaan Tanaman
Lenskap Jalan”

9 Pedoman Analisis Harga satuan Permen PUPR No 28/PRT/M/ 2016


Pekerjaan Bidang Pekerjaan
Umum

10 Standard dan Pedoman Permen PU No.14/PRT/M/2013 tentang


Pengadaan Pekerjaan Konstruksi perubahan Permen PU No. 7/PRT/M/2011
dan Jasa Konsultansi untuk
penyusunan RKS/Spesifikasi
Teknis
 Semen: SNI 15-2530-1991 dan SNI 15-
11 Ketentuan Bahan Bangunan
2531-1991
 Pasir: SNI 03-6861-2002
 Kerikil: Kerikil untuk beton berukuran 2-3
cm, bersih, keras, padat dan tidak berpori
 Besi Beton: SNI 03-6861-2002
 Mutu beton dengan campuran 1 pc: 2 ps:
3 krl
 Air: Air yang dipergunakan untuk harus
bersih, tidak mengandung minyak, tidak
asam, tidak basa, tidak mengandung garam
dan bahan organik lainnya.
 Batu bata merah: Batu bata merah yang
dipergunakan minimum kelas 25kg/cm²
 Spesifikasi pipa PVC mengikuti standar SNI
03-6419-2000 tentang Spesifikasi Pipa PVC
bertekanan berdiameter 110-315 mm
untuk Air Bersih dan SK SNI S-20-1990-
2003 tentang Spesifikasi Pipa PVC untuk Air
Minum.
 SNI 06-4829-2005 tentang Pipa Polietilena
Untuk Air Minum;
 Standar BS 1387-67 untuk pipa baja kelas
medium.

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 21


 Fabrikasi pipa baja harus sesuai dengan
AWWA C 200 atau SNI-07- 0822-1989 atau
SII 2527-90 atau JIS G 3452 dan JIS G 3457.
 Standar untuk pipa ductile menggunakan
standar dari ISO 2531 dan BS 4772.

d) Menentukan Lingkup Pekerjaan Konstruksi


Lingkup pekerjaan konstruksi/proyek adalah keseluruhan pekerjaan/kegiatan
konstruksi yang harus dilakukan untuk menghasilkan bangunan yang memenuhi
persyaratan mutu sesuai standar teknis bangunan yang telah ditetapkan. Kemudian
dari setiap pekerjaan tersebut perlu diketahui Kuantitas/Volumenya, Metode
Pelaksanaan dan Urutan pelaksanaannya.
(1) Menentukan/Mengidentifikasi jenis-jenis pekerjaan konstruksi
Untuk menentukan jenis-jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam
pembangunan infrastruktur maka secara teknis harus ada gambar perencanaan
infrastruktur, minimal gambar denah dan potongan dari infrastruktur yang akan
dibangun tersebut, termasuk spesifikasi teknisnya. Sebab dari gambar-gambar
tersebut dapat diketahui kegiatan-kegiatan apa saja yang harus dilakukan untuk
membangun infrastruktur tersebut sampai selesai.
Pada tahap ini juga termasuk mengetahui lingkup aktivitas dari setiap jenis-jenis
pekerjaan, satuan pengukurannya, batasan/syarat teknis kekuatannya seperti
komposisi campurannya, dimensi, persyaratan material/peralatan,
ketentuan/peraturan terkait yang harus diikuti dalam pelaksanaannya.
Hasil identifikasi ini selanjutnya dapat dibuat dalam bentuk Tabel seperti contoh
untuk Pekerjaan Pembangunan Jalan Sirtu, berikut :

No Item Pekerjaan Satuan


1. Pekerjaan Penyiapan Tanah Dasar/Badan Jalan M2
2. Penimbunan Badan Jalan M3
3. Lapis Pondasi Bawah Kelas C (Sirtu) M3
4. Galian Tanah Parit M3
5. Pekerjaan Beton M3
6. Pekerjaan Ps. Batu Kali M3

Catatan :
(a). Oleh karena hasil identifikasi jenis-jenis pekerjaan tersebut akan menjadi dasar
dalam penyusunan biaya kegiatan maka perlu dipahami/diketahui cakupan
lingkup aktivitas didalam setiap jenis pekerjaan tersebut, sehingga tidak terjadi
pengulangan kegiatan/tumpang tindih pembiayaan. Misalnya Pekerjaan Galian
Tanah, Pekerjaan Galian tanah ini mencakup aktivitas/biaya : membersihkan

22 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


lokasi pekerjaan, memasang patok/bouwplank, mendatangkan tenaga
kerja/peralatan kerja, melaksanakan penggalian tanah sesuai ukuran yang
ditetapkan pada gambar, membuang tanah bekas galian dan pengamanan
pekerjaan. Dari contoh tersebut maka dalam daftar Hasil Identifikasi Pekerjaan
seharusnya tidak ada item pekerjaan tersendiri untuk pembuangan tanah bekas
galian tetapi kegiatan tersebut telah diperhitungkan pada pembiayaan pekerjaan
Galian Tanah (tidak akan terjadi tumpang tindih pembiayaan).
(b). Dari pengalaman pekerjaan yang dilaksanakan masyarakat di kegiatan program
sebelumnya, banyak dijumpai tidak dilakukan dan tidak ada pekerjaan
pembersihan lapangan dalam daftar kuantitas pekerjaan pada hal kondisi
lapangan diperlukan, oleh karena itu pada tahap identifikasi ini perlu menjadi
perhatian agar identifikasi pekerjaan dilakukan secara lengkap agar dapat
diketahui dan dilaksanakan oleh masyarakat. Terkait dengan pembiayaannya
nanti, masyarakat diharapkan dapat berkontribusi melalui gotong-royong.
(c). Untuk beberapa pekerjaan persiapan yang lazim ada dalam pekerjaan kontraktor
proyek, disini perlu dipertimbangkan secara matang karena pendekatan
pelaksanaan pekerjaan akan dilakukan oleh warga setempat. Misalnya pengadaan
kantor/direksi keet, gudang, barak tenaga kerja, dll. Hal seperti ini mungkin tidak
diperlukan secara khusus atau dapat disediakan melalui swadaya masyarakat
(mengoptimalkan sumberdaya dimasyarakat setempat).
(2) Menentukan Kuantitas/Volume Jenis-jenis pekerjaan
Kuantitas/Volume pekerjaan yang dimaksudkan disini adalah banyaknya pekerjaan
yang harus dibuat (rencana) menurut satuan pengukuran pekerjaannya. Data yang
diperlukan adalah Daftar Pekerjaan yang telah diidentifikasi dan Gambar rencana
(untuk mengetahui dimensi/ukuran pekerjaan).
Ketentuan perhitungan volume tiap item pekerjaan adalah :
(a). Volume harus sesuai dengan satuan pengukuran pekerjaannya atau dengan kata
lain bahwa setiap item pekerjaan yang satuan pengukurannya berbeda
mempunyai cara perhitungan volume pekerjaan yang berbeda pula. Misalnya:
 Volume pekerjaan penyiapan badan jalan yang diukur dalam satuan
meterpersegi (m2) = panjang tanah dasar yang akan disiapkan x lebar yang
harus disiapkan; Berbeda dengan
 Volume Penimbunan Badan Jalan yang diukur dalam satuan meterkubik (m3) =
panjang timbunan x lebar x tinggi (atau tebal) timbunan.
(b). Sedangkan ukuran (panjang, lebar, tinggi/tebal) harus sesuai dengan yang
direncanakan (sesuai ukuran pada gambar).

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 23


Berdasarkan jenis pekerjaan yang telah diidentifikasi sebelumnya maka selanjutnta
dapat dilakukan perhitungan volume setiap pekerjaan, sebagai berikut :
(a). Siapkan Daftar Pekerjaan dan Gambar-gambar Rencana untuk mengetahui
ukuran-ukuran dari pekerjaan (panjang, lebar, tinggi/tebal);
(b). Agar diperoleh ketelitian dan memudahkan perhitungan volume pekerjaan maka
sebaiknya perhitungan dilakukan per item pekerjaan sesuai urutan item pekerjaan
pada daftar pekerjaan yang telah dibuat sebelumnya. Cara melakukan
perhitungan dapat dibuat Tabel seperti Contoh perhitungan berikut:

Tabel I.5.b : Contoh Perhitungan Volume Pekerjaan

No Uraian Pekerjaan Satuan Sketsa dan Perhitungan Volume

1. Lapis Pondasi Bawah M3 T= 20cm 100


Kelas C (Sirtu) L= 2,5m

P (panjang)= 200m

Vol. = P x L x T
= 200 x 2,5 x 0,2
= 100
Dst.

Karena Perhitungan Volume Pekerjaan tersebut akan menjadi acuan pada


perhitungan biaya dan pelaksanaan pembangunan prasarana maka perhitungan
volumenya harus cukup teliti, sederhana dan jelas sehingga mudah dipahami.
(3) Buat Rekapitulasi Daftar Kuantitas/Volume seluruh pekerjaan.
Setelah seluruh jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan selesai dihitung volumenya
(langkah 2 diatas), buuatlah Daftar Rekapitulasi Kuantitas berupa tabel yang
menggambarkan/memuat volume dan satuan tiap jenis pekerjaan secara keseluruhan
kegiatan (proyek). Contoh bentuk Daftar Kuantitas Pekerjaan dapat dibuat seperti
tabel / formulir berikut.

Cara Pengerjaan Formulir :


 No. Urut : Isi nomor urut jenis pekerjaan;
 Uraian Pekerjaan : Diisi nama jenis pekerjaan

24 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


 Satuan : Diisi dengan satuan pengukuran pekerjaan
 Volume/Kuantitas Diisi dengan nilai volume pekerjaan

(4) Menentukan Metode/Cara Pelaksanaan Pekerjaan


Secara sederhana yang dimaksudkan dengan metode kerja disini adalah cara
bagaimana setiap kegiatan/pekerjaan akan dilaksanakan atau lebih terkait dengan
teknologi apa yang akan dipergunakan, Apakah setiap pekerjaan akan dilakukan
dengan menggunakan tenaga kerja (manual) atau dengan peralatan (mekanis) atau
kombinasi dari keduanya. Hasil kegiatan ini dapat diketahui metode kerja dari setiap
jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Untuk menentukan metode kerja ini, diperlukan data dari hasil survey tentang
ketersediaan tenaga kerja atau peralatan yang ada (dapat disediakan) dan kondisi
lokasi pekerjaan, seperti apakah memungkinkan untuk melakukan pekerjaan dengan
cara manual atau mekanis, termasuk apakah kondisi jalan kerja dan ketersediaannya
dari dan ke lokasi pekerjaan memungkinkan bila akan menggunakan peralatan
berat/besar. Selain itu juga harus dipertimbangkan seberapa besar rencana volume
pekerjaan yang harus dibuat dengan metode yang dipilih, dikaitkan dengan waktu
yang tersedia sehingga pemilihan metode kerja ini betul-betul dapat mendorong
upaya pencapaian kualitas yang baik dan kegiatan dapat diselesaikan dalam waktu
yang tersedia.
Penentuan metode kerja dalam uraian ini, lebih difokuskan pada bagaimana
masyarakat memperoleh dasar untuk memahami cara menghitung biaya pekerjaan,
karena didalam penentuan metode kerja ini akan secara jelas diketahui apa yang
dibutuhkan untuk melaksanakan setiap pekerjaan, apakah tenaga kerja atau
peralatan. Sehingga hal ini diharapkan akan membantu masyarakat dalam
menghitung volume kebutuhan tiap pekerjaan (khususnya tenaga kerja/alat) karena
dengan telah dipilihnya metode kerja tiap pekerjaan maka tentunya akan
memudahkan dalam menentukan jenis analisa harga satuan setiap pekerjaan (sebagai
referensi ”koefisien” perhitungan volume kebutuhan tiap pekerjaan). Misalnya bila
harus menggunakan peralatan berat (seperti mesin gilas) maka harus mengacu pada
analisa untuk pekerjaan Jalan/Jembatan (analisa K/E) tapi bila menggunakan tenaga
kerja maka cukup dengan analisa pekerjaan yang biasa dipergunakan untuk pekerjaan
bangunan.
Sesuai dengan azas pemilihan teknologi dalam pelaksanaan program ini maka
diprioritaskan pemilihan metode kerja manual (dengan menggunakan tenaga kerja
masyarakat sesuai kualifikasi pekerjaan) dengan tetap memprioritaskan pencapaian
kualitas pekerjaan yang baik. Namun demikian, kadang-kadang tidak dapat dihindari
untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu yang memerlukan peralatan atau beresiko yang
meskipun dapat dilakukan secara manual tetapi hasilnya tidak dapat menjamin

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 25


kualitas yang baik maka pekerjaan tersebut harus menggunakan peralatan atau
tenaga terampil/khusus, misalnya pekerjaan pemadatan perkerasan jalan, pengelasan
gelagar besi jembatan, dll.
(5) Menentukan Urutan Pekerjaan Konstruksi
Kegiatan pelaksanaan pembangunan infrastruktur adalah kegiatan yang dilaksanakan
secara sistematis (berurut-urutan) untuk menghasikan bangunan/infrastruktur.
Urutan atau susunan kegiatan pelaksanaan pembangunan infrastruktur tersebut
dibuat berdasarkan urut-urutan (logika) pelaksanaan kegiatan dilapangan. Acuannya
adalah selain pada urutan logika konstruksi bangunan juga mempertimbangkan
metode kerja yang dipergunakan (khususnya bila ada penggunaan peralatan berat).
Sebagai alat bantu sederhana untuk mengecek urut-urutan kegiatan pembangunan
infrastruktur, maka terhadap setiap kegiatan dapat dibuat pertanyaan :
 Apakah Kegiatan ini didahului oleh kegiatan sebelumnya ?
 Apakah kegiatan ini diikuti oleh kegiatan berikutnya ?
Berikut diberikan contoh lingkup kegiatan yang disusun tidak terurut (salah) dan
terurut (benar) pada Pembuatan Saluran Drainase berikut :

Kegiatan Tidak Terurut Kegiatan Terurut


1) Pembersihan Lapangan 1) Pembersihan Lapangan
2) Pemasangan Bouwplank 2) Pemasangan Bouwplank
3) Urugan Pasir dasar saluran 3) Galian Tanah
4) Galian Tanah 4) Urugan Pasir dasar saluran
5) Urugan kembali bekas galian 5) Pasangan Batu Kali
6) Pasangan Batu Kali 6) Urugan kembali bekas galian
7) Meratakan dan pemadatan urugan 7) Meratakan dan pemadatan urugan
8) Plesteran dan acian 8) Plesteran dan acian

Contoh: Dari Tabel diatas (Kolom Kegiatan Terurut), dapat dilihat bahwa Kegiatan
Pasangan Batu Kali dilaksanakan setelah selesai “Kegiatan Memasang Pasir Urug
didasar saluran” dan selanjutnya diikuti oleh “Kegiatan Urugan/Timbunan kembali
tanah bekas galian”, dst.
e) Pembuatan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
Secara sederhana Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan adalah formulir yang
menggambarkan rencana waktu pelaksanaan dari semua jenis kegiatan yang akan
dilaksanakan dalam pembangunan suatu prasarana. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
pada dasarnya memberikan gambaran tentang rencana waktu dan urut-urutan
pelaksanaan dari semua jenis kegiatan yang akan dilaksanakan dalam pembangunan
infrastruktur.

26 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


Rencana jadwal pelaksanaan ini perlu dibuat, karena :
(1) Waktu pemanfaatan atau pencairan dana telah ditetapkan batas waktunya;
(2) Agar dapat diatur penggunaan (waktu dan jumlah) sumberdaya yang akan
digunakan dalam pelaksanaan pembangunan prasarana seperti dana, tenaga
kerja, bahan-bahan, peralatan;
(3) Agar semua jenis kegiatan yang akan dilaksanakan dalam pembangunan
prasarana dapat berjalan secara teratur dan terarah menuju terwujudnya
bangunan/prasarana yang akan dibuat;
(4) Untuk memenuhi persyaratan pelaksanaan pembangunan prasarana yang
diajukan dalam proposal pelaksanaan kegiatan;
Adapun Rencana Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan ini berisi :
(1) Jenis-jenis kegiatan yang akan dilaksanakan;
(2) Volume dari setiap jenis kegiatan yang harus dibuat;
(3) Waktu pelaksanaan dari setiap jenis kegiatan (Durasi); dan
(4) Bobot Kegiatan, yaitu suatu ukuran untuk mengetahui besarnya nilai suatu jenis
kegiatan terhadap keseluruhan kegiatan (proyek), yang dinyatakan dalam satuan
prosen (%). Secara sederhana bobot ini bisa diartikan, makin besar bobot suatu
kegiatan maka makin besar pula nilai pekerjaan tersebut. Nilai pekerjaan ini bisa
berupa nilai biaya atau waktunya.
Bentuk Jadwal pelaksanaan kegiatan dapat digunakan bentuk jadwal yang sangat
sederhana dan paling umum dipakai, yaitu berbentuk bagan balok (barchart).
Prinsipnya kegiatan yang akan dilakukan digambarkan dalam bentuk balok pada skala
waktu.
Adapun langkah-langkah pembuatannya adalah sebagai berikut :
(1) Tentukan/Identifikasi semua jenis-jenis kegiatan yang akan dilaksanakan;
(2) Buat urut-urutan pelaksanaan semua jenis kegiatan tersebut.
(3) Tentukan Volume tiap jenis kegiatan (termasuk satuannya);
(4) Tentukan/perkirakan ”lamanya waktu setiap jenis kegiatan (biasa disebut juga
durasi)”. Satuan durasi ini dapat dinyatakan dalam hari, minggu, dst;
(5) Tentukan Bobot masing-masing jenis kegiatan; dan
(6) Gambarkan ”waktu pelaksanaan” dari tiap jenis kegiatan dalam bentuk bagan
balok pada skala waktu.

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 27


Tabel I.6.f : Contoh Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

f) Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB)


(1) Perhitungan Reancana Anggaran Biaya
RAB yang disusun pada saat perencanaan teknis ini pada dasarnya merupakan
perkiraan berdasarkan perhitungan teknik (Engineering Estimate/EE) yang akan
menjadi acuan bagi BKM untuk mengalokasikan sumber dana yang diperoleh dan
sebagai pedoman pada saat pelaksanaan verifikasi usulan biaya pelaksanaan
pekerjaan yang diajukan oleh KSM/Panitia pelaksana pembangunan infrastruktur.
Hasil penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB) pada tahap ini adalah:
(a). Untuk mengetahui berapa besar rencana biaya yang diperlukan untuk
menyelesaikan proyek/sub-proyek;
(b). Untuk mengetahui jumlah kuantitas/volume kebutuhan tenaga kerja, bahan
dan alat yang diperlukan;
Secara umum komponen biaya yang diperhitungkan dalam RAB disini adalah
kompenen Tenaga Kerja, Bahan, Alat dan Administrasi yang diperlukan termasuk
komponen pajak (PPN) dan tidak boleh ada biaya overhead/Keuntungan.
Komponen PPN ditanggung pemerintah atau tidak dipungut.
Untuk menyusun RAB maka harus diketahui data/informasi hasil identifikasi
keseluruhan jenis-jenis pekerjaan yang akan dilakukan dan Volume/Kuantitasnya,
Metode/Cara Pelaksanaan pekerjaaan, besarnya harga-harga satuan
upah/bahan/alat yang akan dipergunakan. Metode kerja disini lebih kepada apakah
pekerjaan dilakukan secara padat karya (menggunakan tenaga manusia) atau
dengan menggunakan peralatan (mesin). Kemudian sesuai metodekerja yang
dipilih dilakukan perhitungan Analisa Harga satuan pekerjaan untuk setiap item
pekerjaan.

28 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


Metode perhitungan biaya pekerjaan dilakukan dengan cara:
Menghitung/menganalisa Harga Satuan setiap jenis pekerjaan kemudian dikalikan
dengan Volume pekerjaannya. Dasar perhitungan RAB pekerjaan, secara
sederhana dapat digunakan rumus berikut:

RAB = VOLUME x HARGA SATUAN

Selanjutnya jumlah biaya keseluruhan pekerjaan diperoleh dengan cara


menjumlahkan keseluruhan biaya setiap item pekerjaan yang tercakup dalam
lingkup proyek/sub proyek.
Acuan penyusunan RAB adalah Permen PUPR No 28 Tahun 2016 tentang Analisa
Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) bidang Pekerjaan Umum.
Catatan:
(a). Perbedaannya dengan RAB pelaksanaan yang dibuat oleh KSM/Panitia terletak
pada kontribusi swadaya masyarakat dimana pada RAB yang dibuat oleh
UPL/TIPP pada tahap ini belum mengintegrasikan atau mengalokasikan
kontribusi swadaya masyarakat. Kontribusi swadaya masyarakat nantinya baru
diperhitungkan pada proposal pelaksanaan KSM/Panitia sesuai dengan
kesepakatannya.
(b). Komponen kegiatan administrasi untuk menyelesaikan seluruh kegiatan
proyek/sub proyek, disini hanya mencakup kegiatan administrasi minimal yang
harus dibuat/dilakukan oleh KSM/Panitia selama pelaksanaan konstruksi, yaitu
mencakup komponen :
(1) Pembuatan Papan Nama Proyek;
(2) Pembuatan administrasi Harian Mingguan, Backupdata opname pekerjaan
KSM/Panitia, As-built drawing (gambar jadi pekerjaan);
(3) Pembuatan Laporan Kegiatan KSM/Panitia (Kemajuan Dwi-Mingguan,
Bulanan dan Pertanggungjawaban/Akhir);
(4) Photo copy (seperti dokumen proposal, laporan, administrasi, dll);
(5) Pengadaan ATK yang diperlukan;
(6) Dokumentasi/photo-photo kegiatan (0%, 25%,50%, 75%,100%);
(7) Materai secukupnya;
(8) Pengujian Kualitas yang dipersyartkan dalam pekerjaan, seperti Beton, Air
Minum, dll. Khusus Air Minum (1 sampel/contoh benda uji), hanya untuk
infrastruktur Air Minum yang sumber airnya bukan berasal dari air hujan,
PDAM atau perusahaan air minum lainnya.

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 29


(c). Besarnya volume kebutuhan untuk tiap komponen administrasi tersebut pada
dasarnya dihitung sesuai kebutuhan lapangan. Dalam hal volume setiap
komponen tidak dapat diperkirakan dengan pasti maka dapat digunakan
volume 1 (satu) dengan satuan ”Lumpsum” (Ls), kecuali untuk pengujian
kualitas air minum, yaitu 1 (satu) sampel/contoh benda uji. Sedangkan
besarnya harga satuan setiap komponen disesuaikan dengan hasil survey
setempat;
(d). Biaya administrasi kegiatan KSM/Panitia, sangat didorong untuk dipenuhi dari
dana swadaya masyarakat. Namun demikian dimungkinkan dapat
menggunakan sumber dana program. Stimulan dana administrasi kegiatan bagi
setiap KSM/Panitia dengan batasan, sebagai berikut :
 Pagu maksimum Rp. 500.000 untuk total Nilai Pekerjaan sampai dengan Rp.
100 Juta;
 Pagu maksimum Rp. 750.000 untuk total Nilai Pekerjaan diatas Rp. 100 Juta;
 Pagu tersebut tidak termasuk harga satuan untuk Pengujian Kualitas,
(Pengujian Kualitas diperhitungkan sesuai harga setempat).
(2) Perhitungan Volume Kebutuhan Tenaga Kerja/Bahan/Alat Pekerjaan/Proyek
Sebagai dasar perhitungan Volume Kebutuhan Bahan, Tenaga kerja dan peralatan
yang akan digunakan untuk menyelesaikan seluruh kegiatan pembangunan
infrastruktur adalah Kuantitas/Volume tiap item Pekerjaan dan Analisa Harga
satuan Pekerjaan yang digunakan. Adapun prosesnya dapat dilakukan sebagai
berikut:
(a). Perhitungan kebutuhan tenaga kerja/bahan/alat tiap jenis pekerjaan. Cara
pelaksanaannya adalah :
 Berdasarkan data Analisa Harga satuan Pekerjaan yang digunakan, maka
setiap item pekerjaan perlu diidentifikasi semua jenis/macam dari :
 Tenaga Kerja yang diperlukan, misalnya Mandor/ketua kelompok,
Tukang, Pekerja;
 Material/bahan yang dibutuhkan, misalnya pasir, semen, besi, dll;
 Peralatan Kerja yang dibutuhkan, misalnya beton molen, mesin gilas, dll.
Untuk alat seperti cangkul, linggis, ember dapat dikelompokan menjadi
satu set alat dan biasa disebut alat bantu;
 Kemudian dari Analisa Harga satuan Pekerjaan harus diketahui besarnya
kebutuhan dasar untuk menyelesaikan satu satuan pengukuran pekerjaan
tersebut atau biasa disebut koefisien dari setiap jenis/macam Tenaga Kerja,
Material/bahan, Peralatan Kerja.
 Berdasarkan Data Analisa Harga Satuan dan Volume setiap item pekerjaan
yang ada, lakukan perhitungan kebutuhan setiap macam komponen Tenaga

30 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


Kerja, setiap macam Bahan dan setiap macam peralatan yang digunakan
untuk semua jenis/item kegiatan selesai.
Prinsip dasar perhitungan Volume kebutuhan ini adalah : koefisien tiap jenis
kebutuhan dikali volume tiap jenis pekerjaan. Dengan demikian maka kebutuhan
untuk masing-masing jenis/macam dari Tenaga Kerja, Bahan, Alat, dapat dihitung
dengan rumus umum berikut :

Volume TK = Koefisien TK x Volume Pekerjaan

Volume Bahan Koefisien Bahan x Volume Pekerjaan


=

Volume Alat = Koefisien Alat x Volume Pekerjaan

(b). Buat Rekapitulasi Kebutuhan total untuk setiap macam dari komponen Tenaga
kerja, bahan dan alat yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh proyek.
Prinsip perhitungannya adalah Jumlah total masing-masing kebutuhan tiap
jenis/macam dari Tenaga Kerja, Bahan dan Alat yang dibutuhkan pada tiap jenis
pekerjaan dijumlahkan untuk seluruh jenis pekerjaan yang ada. Untuk
memudahkan proses perhitungan maka dapat dibuat tabel bantu seperti
berikut:
Tabel I.7.b : Perhitungan Rekapitulasi Kebutuhan Bahan, Alat/Tenaga Kerja

Cara Pengerjaan Formulir :


 No : Diisi Nomor urut pekerjaan;
 Uraian Pekerjaan : Diisi nama tiap jenis pekerjaan;
 Kolom Volume Kebutuhan Tenaga Kerja (Mandor/Ka. Tukang, Tukang,Pekerja) diisi
nilai volume/jumlah masing-masing sesuai jenis pekerjaannya;
 Kolom Volume Kebutuhan Bahan dan Volume Kebutuhan Alat, prinsip pengisiannya
sama dengan Volume Kebutuhan Tenaga Kerja

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 31


 Baris Total pada setiap kolom kebutuhan: Diisi hasil penjumlahan Volume kebutuhan
dari kegiatan pertama (baris teratas) sampai kegiatan terakhir (baris terbawah);

Hasil perhitungan kebutuhan tersebut akan menjadi acuan dalam verifikasi


kelayakan usulan biaya kegiatan KSM/Panitia.

g) Penyusunan Dokumen Contoh Bentuk Proposal Pelaksanaan Kegiatan


Ksm/Panitia
Contoh Bentuk Proposal disini merupakan dokumen yang berisi contoh
blanko/formulir proposal pelaksanaan kegiatan yang akan diisi/dibuat oleh
KSM/Panitia untuk menjadi pelaksana kegiatan infrastruktur.
UPL/TIPP menyusun Contoh Bentuk Proposal dan menjadi acuan yang akan diikuti
oleh KSM/Panitia dalam menyusun proposal pelaksanaan kegiatan.
Contoh bentuk proposal tersebut agar dibuat sesederhana mungkin sehingga
KSM/Panitia mudah memahami dan membuat. Selain itu juga harus disusun
sedemikian rupa sehingga memberikan kerangka penyusunan/pelaksanaan yang
sistematis. Adapun cakupan substansi muatan proposal pelaksanaan kegiatan
KSM/Panitia, sekurang-kurangnya mencakup :
(1) Uraian Singkat Usulan Kegiatan,
(2) Daftar Calon Tenaga Kerja yang telah disurvey;
(3) Hasil Kesepakatan Swadaya Masyarakat;
(4) Hasil Kesepakatan Harga Satuan Upah/Bahan/Alat yang telah disurvey;
(5) Daftar Kuantitas Pekerjaan sesuai yang telah disusun dalam perencanaan
teknis;
(6) Perhitungan RAB Pelaksanaan, mengacu pada Daftar Kebutuhan Tenaga
Kerja/Bahan/Alat sesuai RAB Pelaksanaan yang telah disusun dalam
perencanaan teknis;
(7) Jadwal Pelaksanaan;
(8) Rencana Pengadaan;
(9) Struktur Organisasi/Susunan Tim Pelaksana Lapangan.
Pada dokumen ini juga dicantumkan tatacara pengisian dan tatacara verifikasi
kelayakannya.
Sebagai referensi untuk penyusunan Contoh bentuk proposal ini dapat mengacu
pada contoh outline proposal kegiatan sebagaimana terlampir.
h) Verifikasi Kelayakan Dokumen Perencanaan Teknis
Setelah dokumen perencanaan teknis selesai maka dilakukan
verifikasi/pemeriksaan kelayakannya. Verifikasi ini dilakukan sekurang-kurangnya
untuk:

32 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


(1) Menjamin hasil perencanaan teknis kegiatan infrastruktur telah memenuhi
persyaratan standar teknis/kriteria desain yang ditetapkan oleh PU dan
memberikan jaminan bahwa rencana bangunan dapat bermanfaat bagi warga
untuk meningkatkan kualitas kawasan permukiman terkait 7+1 aspek kumuh,
rencana teknis bangunan sesuai standar teknis (bangunan dapat berfungsi
optimal, menjamin keselamatan (kekuatan dan keamanan) dan kesehatan
warga pengguna, tidak menimbulkan dampak negatif atas lingkungan dan
sosial-budaya setempat serta mudah dan aman diakses oleh warga pengguna
bangunan).
(2) Memastikan bahwa biaya pekerjaan optimum dan tidak kekurangan atau
kelebihan;
(3) Memastikan bahwa rancangan kegiatan infrastruktur dapat dibangun oleh
masyarakat dan jadwal pelaksanaan pekerjaan dapat diselesaikan dalam kurun
1 tahun anggaran;
Pendekatan pelaksanaannya adalah dilakukan secara Tim dengan anggotanya
dapat berasal dari UPL/TIPP, Tim Teknis Pemda (bila ada) dan fasilitator teknik.
Kegiatan ini agar dapat dikoordinasikan dengan PPK sehingga proses verifikasi ini
diharapkan dapat sekaligus melibatkan Tim PPK sebagai bagian dari proses
pemeriksaan hasil pekerjaan sebelum dilakukan serah terima hasil kepada PPK.
i) Produk Hasil Perencanaan Teknis
Hasil kegiatan perencanaan teknis yang dilakukan oleh UPL/TIPP, sekurang-
kurangnya berupa produk :
(1) Dokumen Pengelolaan Lingkuangan dan Dampak Soaial kegiatan infrastruktur,
termasuk perijinan terkait pelaksanaan pembangunan yang diperlukan (bila
ada);
(2) Dokumen Desain/Gambar (Detail Engineering Desain), Spesifikasi Teknik dan
Panduan Teknis Operasi dan Pemeliharaan Prasarana;
(3) Daftar Kuantitas Pekerjaan;
(4) Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan;
(5) RAB Pekerjaan dan Daftar Kebutuhan Tenaga kerja, Bahan dan Alat yang
diperlukan berikut Kesepakatan Harga Satuan (Upag/Bahn/Alat) Hasil Survey
sekurang-kurang dari 3 toko/pemasok setempat;
(6) Dokumen Contoh Bentuk Proposal bagi KSM/Panitia, termasuk contoh bentuk
Surat Perjanjian Kerjasama antara BKM dengan KSM/Panitia;
j) Pemaketan Pekerjaan
Pemaketan pekerjaan disini merupakan penentuan/pengelompokan pekerjaan-
pekerjaan yang akan dilaksanakan melalui KSM/Panitia Pelaksana Pembangunan.
Ketentuan Pemaketan pekerjaan yang perlu diikuti :

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 33


(1) Tetap mengutamakan prinsip efisiensi, kesatuan sistem infrastruktur, kualitas
dan kemampuan teknis kelompok masyarakat;
(2) Memaksimalkan penggunaan material dan tenaga kerja lokal yang berkualitas
dan perluasan kesempatan kerja bagi kelompok masyarakat;
(3) Dilarang menggabungkan/menyatukan beberapa pekerjaan yang menurut
sifat pekerjaan dan besaran nilainya seharusnya dilakukan oleh kelompok
masyarakat menjadi satu paket pekerjaan untuk dilaksanakan oleh penyedia
barang/jasa selain masyarakat;
(4) Setiap Paket Pekerjaan harus dapat diselesaikan sesuai target waktu yang telah
ditetapkan.
(5) Pemaketan pekerjaan ini harus disepakati bersama oleh warga.
Hasil dari pemaketan pekerjaan adalah ditetapkan paket-paket pekerjaan untuk
setiap KSM/Panitai mencakup nama kegiatan, lokasi, besarnya Volume dan Biaya.
k) Pembentukan/Pengembangan KSM/Panitia
Setelah ditetapkan paket-paket pekerjaan kemudian dilakukan
pembentukn/pengembangan KSM/Panitia selaku pelaksana kegiatan
fisik/konstruksi.
Untuk pelaksanaan kegiatan yang berskala semi publik, maka calon pemanfaat
dapat mengorganisasi diri dalam KSM/Panitia dan bertindak sebagai pelaksana
kegiatan. Dan untuk kegiatan yang berskala publik, maka BKM/LKM dapat
membentuk satu atau lebih Panitia selaku pelaksana kegiatan.
KSM/Panitia ini dapat merupakan kelompok swadaya yang sudah tumbuh sejak
lama atau baru dibentuk atau dikembangkan/revitalisasi karena adanya kesamaan
kepentingan dan kebutuhan dalam kelompok tersebut. Dan bukanlah organisasi
yang dibentuk karena mengejar keuntungan (finansial) dari melaksanakan
kegiatan/proyek.
Proses pembentukan/pengembangan KSM/Panitia dilakukan melalui serangkaian
rembug KSM/Panitia dengan difasilitasi oleh UPL/TIPP. Hal-hal yang perlu
ditetapkan adalah Nama KSM/Panitia, Alamat Sekretariat, Nama Ketua, Susunan
Pengurus (Nama dan Jabatan) dan anggota-anggotanya serta aturan main yang
akan digunakan bersama.
I. TAHAP PELAKSANAAN KONSTRUKSI
Setelah semua rencana disusun, organisasi telah ditetapkan, orang-orang telah ditunjuk
dan memahami tugas dan tanggungjawabnya, maka tahap selanjutnya adalah
pelaksanaan.
Sasaran Pembangunan Infrastruktur adalah mewujudkan infrastruktur yang diinginkan
sesuai dengan ketentuan, kriteria/standar teknis bangunan (mutu yang dipersyaratkan)

34 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


dalam kurun waktu tertentu dan biaya yang telah ditetapkan (direncanakan) serta dapat
bermanfaat secara berkelanjutan. Secara rinci sasaran ini meliputi :
1. Terwujudnya bangunan yang memenuhi atau sesuai dengan ketentuan/peraturan
yang berlaku, standar/persyaratan teknis bangunan yang sudah ditetapkan, yaitu
menjamin keselamatan (keamanan/kenyamanan dan kesehatan masyarakat yang
menggunakannya) dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap sosial
masyarakat dan pelestarian lingkungan (Tepat Mutu);
2. Terwujudnya bangunan dalam kurun waktu yang sesuai dengan jadwal yang
ditentukan/direncanakan (Tepat Waktu);
3. Terwujudnya bangunan sesuai dengan biaya yang telah ditentukan/direncanakan
(Tepat Biaya) dan
4. Terwujudnya akuntabilitas dan transparansi pelaksanaan pembangunan (Tertib
Administrasi dan Keuangan proyek).
Kegiatan tahapan pelaksanaan fisik ini pada garis besarnya dibagi atas 2 tahapan yaitu
(a). tahap persiapan pelaksanaan konstruksi dan (b). tahap pelaksanaan konstruksi itu
sendiri.
Tahapan pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut dijelaskan seperti pada gambar gambar
2. Diagram alir Pelaksanaan Fisik. Dan secara rinci pelaksanaan setiap kegiatan dapat
diuraikan sebagai berikut:
a) Tahap Persiapan Pelaksanaan Konstruksi
(1) Penandatanganan SPK BKM dengan PPK
BKM melakukan penandatanganan Kerja Sama (SPK) dengan PPK Satker PIP
Kabupaten/Kota selaku penanggungjawab pelaksana kegiatan pembangunan
infrastruktur skala lingkungan.
(2) Penyiapan Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP)
Hampir semua sarana prasarana yang selesai dibangun ternyata mengalami
kerusakan karena tidak terpelihara. Hal ini kemungkinan disebabkan tidak
tersedianya dana rehabilitasi dari sektor/instansi terkait, tidak ada swadaya
masyarakat untuk pemeliharaan dan belum adanya kesadaran masyarakat untuk
memelihara prasarana tersebut. Sehingga manfaat yang diterima oleh
masyarakat dari adanya pembangunan prasarana tersebut tidak optimal dan
belum berkelanjutan. Atau walaupun dapat dinikmati akan tetapi jangka waktu
pemanfaatannya menjadi terbatas (kurang dari umur yang direncanakan). Selain
itu, kualitas prasarana yang dibangun menjadi kurang terjamin dan harapan
diperolehnya manfaat yang berkelanjutan tidak dapat tercapai.
Kesadaran akan kondisi tersebut, maka pembangunan melalui program KOTAKU
dengan entry poin pemberdaayan masyarakat, mengupayakan langkah antisipasi
melalui pengembangan dan penguatan peranserta masyarakat mulai dari tahap

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 35


perencanaan, yaitu bahwa masyarakat yang paling mengetahui permasalahan
yang mereka hadapi, mengetahui kebutuhan mereka (solusi permasalahan),
merencanakan teknis pelaksanaan dan memutuskan sendiri prasarana yang akan
dibangun. Selanjutnya pada tahap pelaksanaan, masyarakat melaksanakan
sendiri dan mengawasai kegiatan pembangunan prasarananya.
Dari mekanisme peran serta tersebut, “rasa membutuhkan prasarana (tahap
perencanaan)” dan “rasa memiliki prasarana (tahap pelaksanaan)“ ini diharapkan
muncul “kesadaran dan rasa tanggungjawab” untuk memelihara sarana dan
prasarana yang telah dibangunnya sehingga dapat memberikan manfaat yang
berkesinambungan dan lestari.
Selain itu, waktu pelaksanaan pembentukan organisasi Pengelola ini dilakukan
sejak awal persiapan pelaksanaan kegiatan. Jadi tidak dibentuk setelah pekerjaan
fisik selesai. Pendekatan ini diharapkan dapat memunculkan “kesadaran dan rasa
tanggungjawab” bagi masyarakat untuk memelihara sarana dan prasarana yang
telah dibangunnya sehingga dapat memberikan manfaat yang berkesinambungan
dan lestari. Selain itu juga diharapkan agar Tim Pengelola yang dipilih sejak awal
dapat terlibat langsung dalam pelaksanaan pembangunan fisik/konstruksi
sehingga setelah pekerjaan selesai masyarakat/tim pengelola sudah siap
melaksanakan pemeliharaan.
Penyiapan KPP sebagai organisasi Pengelola Pemanfaatan dan pemeliharaan
prasarana disini mencakup kegiatan (1). pembentukan Organisasi Pengelola
termasuk penentuan orang-orang yang akan bertanggungjawab pada setiap unit
kerja, dan (2). Penyusunan Rencana Kerja Pemanfaatan dan pemeliharaan.
Untuk melaksanakan pemeliharaan perlu ditanamkan kesadaran kepada
masyarakat bahwa pemeliharaan prasarana dan sarana harus dilakukan oleh
semua warga pemakai, baik dari segi pembiayaan maupun pelaksanaan
pemeliharaan.

36 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


Gambar H.3.a. DIAGRAM ALIR TAHAP PELAKSANAAN FISIK/KONSTRUKSI SKALA LINGKUNGAN

PERSIAPAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PELAKSANAAN KONSTRUKSI/FISIK PEMANFAATAN dan


PEMELIHARAAN

SPK
BKM dengan
PPK Prov

PENYIAPAN Musy.
KPP PENANDA Persiapan
TANGANAN Pelaks.
KONTRAK / Konstruksi SERAHTERIMA
SPPDL (MP2K) HASIL
Rembug PEKERJAAN DARI
COACHING Pengadaan BKM KE PPK
KSM/Panitia
Pengorganisasi
an dan Teknis
Penyusunan Coaching Supervisi
Proposal Pelaksana Pelaksanaan
(Teknis, Konstruksi dan
Admin, Rapat2 Evaluasi
Keuangan)
L KM/TIPP
Penyusunan
KSM/PANITIA Proposal dan
Penyampaian
Mobilisasi
ke BKM (T. Kerja,
Bahan,
Alat)
Pencairan Dana
Praktek Kerja Lapangan
(OJT)
Pelaksanaan Konstruksi,
Pengamanan Dampak,
Laporan Kemajuan,
Administrasi/Pembukuan
Photo (0%, 25%,50%,
75%,100%)

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 37


Secara lebih detail penjelasan pelaksanaan dari tahapan kegiatan (1).
pembentukan Organisasi Pengelola termasuk penentuan orang-orang yang akan
bertanggungjawab pada setiap unit kerja, dan (2). Penyusunan Rencana Kerja
Pemanfaatan dan pemeliharaan ini dapat dilihat pada Buku POS Pemanfaatan
dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana KOTAKU.
(3) Coaching/Penguatan KSM/Panitia
KSM/Panitia yang akan menjadi Pelaksana Kegiatan Pembangunan Infrastruktur
selanjutnya di coaching oleh UPL/TIPP dengan difasilitasi oleh Fasilitator
teknik/askot infrastruktur dan Tim Teknis Pemda.
Sasaran kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan
KSM/Panitia dalam menyusun proposal pelaksanaan kegiatan yang akan menjadi
tanggungjawabnya.
Pada forum ini juga dilakukan dialog penjelasan terhadap data-data paket
pekerjan yang akan dilaksanakan oleh KSM/Panitia;
(4) Penyusunan Proposal Pelaksanaan Kegiatan KSM/PANITIA
Setelah KSM/Panitia memperoleh coaching/penjelasan tentang substansi dan
cara penyusunan proposal kegiatan maka selanjutnya dapat menyusun proposal
pelaksanaan kegiatannya sesuai dokumen contoh bentuk proposal yang disiapkan
BKM.
Sebagai acuan dalam penyusunan Proposal ini adalah dokumen DED hasil
kegiatan perencanaan teknis yang telah disusun oleh BKM sebelumnya. Beberapa
dari dokumen tersebut disediakan copy satu set oleh BKM untuk diberikan kepada
KSM/Panitia yang akan melaksanakan pekerjaan tersebut, yaitu :
(a). Dokumen Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial (Safeguards)
(b). Dokumen Desain/Gambar-gambar perencanaan teknis dan Spesifikasi Teknis;
(c). Daftar Kuantitas Pekerjaan dan perhitungannya;
(d). Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan;
(e). Hasil Kesepakatan Harga Satuan (Upah/Bahan/Alat) sebagai acuan/referensi;
(f). Kebutuhan Tenaga Kerja, Bahan, Alat untuk keseluruhan pekerjaan tersebut
dan Referensi Analisa Harga Satuan Pekerjaan yang digunakan sebagai
acuan/referensi;
(g). Contoh Bentuk Surat Perjanjian Kerjasama antara BKM dengan KSM/Panitia
(h). Contoh Bentuk Proposal KSM/Panitia
Sangat penting bagi KSM/Panitia untuk mempelajari dan memahami dokumen-
dokumen tersebut karena merupakan acuan yang akan diikuti. Meskipun
demikian KSM/Panitia perlu melakukan pengecekan agar hasil perencanaan
teknis pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan dilapangan, terutama beberapa
produk berikut:

38 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


 KSM/Panitia perlu melakukan pengecekan gambar teknis terutama untuk
dicocokan dengan situasi lapangan dilokasi pekerjaan, apakah sesuai atau ada
perbedaan, termasuk apakah telah mempertimbangkan kesesuaiannya
dengan kondisi sosial-budaya warga penggunanya.
 Spesifikasi teknis, khususnya spesifikasi bahan/Alat, apakah jenis bahan/alat
yang dipersyaratkan mudah diperoleh/didatangkan kelokasi pekerjaan.
Terbuka peluang bagi KSM/Panitia untuk menawarkan alternatif
teknologi/bahan konstruksi yang kualitasnya setara namun lebih
murah/mudah didapatkan/didatangkan kelokasi pekerjaan.
 Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial: Daftar Kegiatan terlarang pada
dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan yang harus dihindari oleh
KSM/Panitia karena ketentuan-ketentuan tersebut memiliki dampak negatif
atas lingkungan dan sosial masyarakat. Sedangkan hasil Study Dampak
Lingkungan (bila ada) atau Daftar Uji Identifikasi Dampak Lingkungan pada
dasarnya mencakup upaya-upaya yang diperlukan/akan dilakukan untuk
mengantisipasi potensi/sumber dampak Lingkungan (dan Sosial) yang dapat
terjadi akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan dan dioperasikannya
bangunan tersebut. Butir-butir ketentuan sebagaimana telah ditetapkan dalam
Daftar Kegiatan Terlarang dan Hasil Uji Identifikasi Dampak tersebut harus
benar-benar dipahami dan menjadi patokan untuk dilaksanakan pada saat
pelaksanaan kegiatan oleh KSM/Panitia. Terutama upaya-upaya penanganan
dampak/mitigasi yang telah ditetapkan, KSM/Panitia harus mengeceknya
dengan teliti, bilamana terdapat kegiatan penanganan yang sifatnya bangunan
fisik (seperti gorong-gorong, drainase, penahan longsor, dll) apakah telah
diperhitungkan dalam Daftar Kuantitas Pekerjaan, karena pelaksanaan hal ini
juga akan memerlukan pembiayaan.
 KSM/Panitia perlu melakukan pengecekan Lingkup pekerjaan dan perhitungan
kuantitas pekerjaan yang telah ditetapkan dalam Daftar Kuantitas Pekerjaan,
apakah telah sesuai dengan kondisi lapangan dan gambar teknis yang ada atau
ada perbedaan.
 Jadwal Induk Pelaksanaan Pekerjaan yang telah ditetapkan mungkin masih
bersifat garis besar kegiatan saja dan belum rinci. Dari Jadwal Induk ini,
KSM/Panitia menyusun jadwal pelaksanaan kegiatannya yang lebih rinci
berdasarkan ketersediaan sumber daya yang dimilki, dan dapat dicapai
dilapangan.
 Contoh Bentuk Proposal merupakan acuan dokumen proposal pelaksanaan
kegiatan yang disusun oleh KSM/Panitia. KSM/Panitia tinggal mengisi atau
membuat seperti formulir tersebut. Oleh karena menjadi acuan, maka
KSM/Panitia harus benar-benar memahami substansinya dan melaksanakan

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 39


kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk menyusun dokumen proposal
pelaksanaan kegiatannya.
 Daftar Kebutuhan Tenaga Kerja/Bahan/Alat berikut Data Hasil Kesepakatan
Harga Satuan Upah/Bahan/Alat dan Daftar Analisa Harga Satuan Pekerjaan
yang dipergunakan. Data tersebut sifatnya merupakan referensi bagi
KSM/Panitia untuk menyusun RAB pelaksanaan pekerjaannya.
Bila ada perbedaan hasil pengecekan KSM/Panitia dengan hasil perencanaan
teknis maka hal ini harus dikonsultasikan kepada BKM/UPL karena akan
berpengaruh pada kuantitas/kualitas pekerjaan, rencana biaya dan waktu
pelaksanaan pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Setelah Proposal KSM/Panitia selesai disusun selanjutnya disampaikan kepada
BKM untuk dilakukan verifikasi kelayakannya.
(5) Verifikasi Kelayakan Proposal KSM/Panitia
Setelah proposal pelaksanaan kegiatan disampaikan oleh KSM/Panitia kepada
BKM maka selanjutnya dilakukan verifikasi. Verifikasi ini merupakan kegiatan
yang dilakukan untuk memeriksa dan menilai kebenaran/kelayakan dari dokumen
proposal pelaksanaan kegiatan yang telah dibuat oleh KSM/Panitia. Pendekatan
pelaksanaannya adalah dilakukan secara Tim dengan anggotanya dapat berasal
dari UPL, TIPP, Tim Teknis Pemda (bila diperlukan) dan Konsultan Pendamping.
Tatacara verifikasi mengacu pada tatacara yang telah ditetapkan dalam Dokumen
Contoh Proposal yang telah disusun pada tahap perencanaan teknis sebelumnya.
(6) Penandatangan Surat Perjanjian Pemanfaatan Dana Lingkungan (SPPD-L)
SPPD-L merupakan bentuk kesepakatan perjanjian kerjasama antara BKM dengan
KSM/Panitia dalam rangka pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana
sesuai ketentuan-ketentuan yang dipersyaratkan.
Bentuk SPPD-L ini mengacu pada “Contoh Bentuk SPPD-L” yang ditetapkan oleh
UPL/ TIPP sesuai hasil kegiatan perencanaan teknis.
Dokumen-dokumen Desain/Gambar perencanaan, Spesifikasi Teknis
pengamanan dampak lingkungan dan sosial dan Proposal Pelaksanaan Kegiatan
(yang telah terisi KSM/Panitia) merupakan lampiran yang tak terpisahkan dari
Surat Perjanjian Kerjasama Pemanfaatan Dana-Lingkungan (SPPD-L).
Dengan adanya perjanjian beserta lampirannya tersebut maka semua pihak baik
BKM/UPL maupun KSM/Panitia harus mentaatinya.
(7) Musyawarah/Rapat Persiapan Pelaksanaan Konstruksi (MP2K/RPPK)
MP2K/RPPK merupakan Rapat/Forum musyawarah warga dalam rangka
Persiapan Pelaksanaan Konstruksi (Pre Construction Meeting/PCM). Jadi Rapat ini

40 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


diselenggarakan sesegera mungkin setelah ditandatanganinya SPPD-L dan
sebelum dimulainya kegiatan pembangunan prasarana/fisik. Penyelenggara
kegiatan MP2K ini adalah UPL/TIPP dan dihadiri oleh seluruh pihak KSM/Panitia
yang akan melaksanakan kegiatan pembangunan infrastruktur diwilayahnya.
Forum ini ditujukan untuk membahas dan mengetahui sejauh mana persiapan-
persiapan yang telah dilakukan KSM/Panitia serta untuk memberikan penjelasan-
penjelasan dan penyepakatan hal-hal yang menyangkut teknis maupun
administrasi dalam rangka pelaksanaan pembangunan prasarana. Jadi pada
forum ini juga pihak KSM/Panitia dapat melakukan konsultasi terkait hal-hal yang
belum dipahami baik teknis maupun administrasi kegiatan.
Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan MP2K adalah :
 Adanya Rencana dan Jadwal Pengadaan Bahan/Alat bagi KSM/Panitia yang
siap dilaksanakan;
 Adanya Calon Tenaga Kerja yang siap dimobilisasi;
 Adanya struktur oraganisasi berikut Tim Pelaksana Lapangan KSM/Panitia yang
siap melaksanakan tugas-tugas/tanggungjawabnya;
 Adanya kesepakatan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan;
 Meningkatnya pemahaman KSM/Panitia untuk melaksanakan SPPD-L/kegiatan
secara tepat waktu, tepat kualitas, tepat biaya, tertib administrasi, dan tidak
bertentangan dengan ketentuan Program;
(8) Coaching/Pelatihan Teknis dan Administrasi bagi KSM/Panitia
Bimbingan/coaching bagi KSM/Panitia diberikan oleh UPL dan Tim Fasilitator
tentang teknik-teknik pelaksanaan konstruksi prasarana dan administrasi
pencatatan atau pelaporan kegiatan pembangunan prasarana yang akan
dilakukan KSM/Panitia selama pelaksanaan konstruksi.
Kegiatan ini sangat penting dan diharapkan dapat dilakukan sebelum pelaksanaan
kegiatan konstruksi guna meningkatkan pemahaman dan keterampilan
KSM/Panitia sehingga tidak menemui kesulitan dalam melaksanakan kegiatan
konstruksi secara benar, sesuai persyarata teknis yang ditentukan.
Proses coaching/pelatihan KSM/Panitia ini diharapkan akan berlanjut pada
kegiatan “Praktek Kerja dilapangan/On the Job Trainning (OJT)” pada pelaksanaan
kegiatan konstruksi dilapangan.
(9) Pembuatan dan Pemasangan Papan Nama Kegiatan
Sebelum kegiatan fisik dimulai, KSM/Panitia harus membuat dan memasang
papan nama kegiatan/proyek pada tempat strategis dilokasi kegiatan. Papan
nama ini dimaksudkan untuk memberikan informasi dan transparansi kegiatan
serta wajib terpasang selama kegiatan pembangunan prasarana berlangsung.

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 41


Informasi yang perlu tercantum dalam Papan Nama Proyek ini sekurang-
kurangnya mencakup : Wilayah administratif kegiatan (kelurahan, kecamatan dan
kabupaten); Nama BKM kelurahan sasaran; Jenis/Nama Kegiatan; Volume
Kegiatan; Biaya Kegiatan (APBN, Swadaya dan Total); Waktu pelaksanaan; Lokasi
kegiatan; Nama KSM/Panitia Pelaksana Pekerjaan; Nomor Tilpon Pengaduan dan
Website Kotaku
b) Tahap Pelaksanaan Konstruksi
(1) Pencairan Dana
Pencairan dana kegiatan infrastruktur dari BKM kepada KSM/Panitia dilakukan melalui
rekening KSM/Panitia secara tiga tahap/termin, yaitu :
(a). Pencairan tahap/termin pertama
Setelah ditandatanganinya SPPD-L, KSM/Panitia dapat mengajukan pembayaran
uang muka kepada BKM sebagai pembayaran tahap pertama sebesar 60% dari
nilai SPPD-L.
Persyaratan untuk penarikan uang muka, yaitu :
 SPPD-L
 Rekening Buku Tabungan KSM/Panitia (untuk kegiatan yang nilai BDI lebih
besar Rp. 30 juta)
 Berita Acara Penarikan Tahap Pertama;
 Rencana Penggunaan Dana (RPD) Tahap Pertama
(b). Pencairan Tahap/termin Kedua
KSM/PANITIA dapat mengajukan pembayaran tahap kedua sebesar 30 % dari nilai
SPPD-L setelah pekerjaan fisik mencapai kemajuan fisik sekurang-kurangnya
sebesar 50 % dan pemanfaatan dana tahap pertama sekurang-kurangnya telah
dimanfaatkan 90%.
Persyaratan untuk pengajuan tahap kedua adalah :
 Laporan Kemajuan Pelaksanaan Pekerjaan;
 Laporan Penggunaan Dana (LPD) Termin Pertama;
 Berita Acara Pembayaran Termin Kedua;
 Rencana Penggunaan Dana (RPD) Termin Kedua.

(c). Pencairan tahap/termin ketiga


Angsuran tahap ketiga sebesar 10% dari SPPD-L diajukan setelah prestasi fisik
pekerjaan mencapai minimal 85% dan pemanfaatan dana tahap kedua sekurang-
kurangnya telah dimanfaatkan 90%.
Persyaratan untuk pengajuan tahap ketiga, yaitu :

42 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


 Laporan Kemajuan Pelaksanaan Pekerjaan;
 Laporan Penggunaan Dana (LPD) Termin Kedua;
 Berita Acara Pembayaran Termin Ketiga;
 Rencana Penggunaan Dana (RPD) Termin Ketiga.
 Surat Pernyataan Kesanggupan Menyelesaikan Seluruh Kegiatan Fisik.
(2) Mobilisasi Tenaga Kerja/Bahan/Alat
KSM/Panitia segera melakukan mobilisasi tenaga kerja/bahan/alat ke lokasi
pekerjaan sesuai jadwal yang telah disepakati dalam MP2K.
Berkaitan dengan mobilisasi ini, proyek telah menetapkan tatacara pengadaan
barang/jasa yang harus diikuti. Tatacara pengadaan ini lebih jauh diuraikan secara
rinci pada buku Tatacara Pengadaan Barang/Jasa Pelaksana Pekerjaan.

(3) Musyawarah Pengadaan Barang/Jasa Pemborongan (bila ada)


Musyawarah Pengadaan Barang/Jasa adalah forum musyawarah pengadaan
terbatas/pemilihan langsung dengan penawaran, untuk menetapkan siapa pihak
ketiga yang akan menjadi mitra kerja KSM/Panitia dalam rangka Pengadaan
Barang/Jasa yang dibutuhkan. Jadi Forum ini hanya dilakukan pada setiap ada
kegiatan Pengadaan terbatas/pemilihan langsung dengan penawaran.
Penyelenggaraan Forum Musyawarah Pengadaan ini dimaksudkan untuk
meningkatkan adanya transparanasi dan akuntabilitas pelaksanaan kegiatan,
khususnya dalam pemanfaatan dana pada kegiatan pengadaan bahan/alat, bagi
KSM/Panitia pelaksana kegiatan.
Mekanisme pelaksanaan forum ini pada dasarnya merupakan mekanisme
pelaksanaan secara sekaligus dari rangkaian acara : Pemasukan, Pembukaan,
Evaluasi Penawaran dan Penetapan Pemenang pada proses pengadaan terbatas/
pemilihan langsung dengan penawaran. Sedangkan peserta yang diundang adalah
calon pemasok/toko dan anggota KSM/PANITIA terkait, wakil BKM, wakil
UPL/TIPP, Kepala Desa/Lurah, Tomas setempat dan Tim Konsultan.
(4) On The Job Trainning/Praktek Kerja Lapangan
OJT/Trial, merupakan cara yang dipergunakan untuk melatih masyarakat sambil
meningkatkan kualitas konstruksi. Dalam pelaksanaan sistem trial contoh harus
betul-betul dibuat dengan kualitas yang benar/memenuhi persyaratan teknis,
karena contoh akan dianggap sebagai batas maksimal kualitas yang akan
dikejar/ikuti oleh masyarakat.
Pelaksanaan OJT diselenggarakan oleh KSM/Panitia, difasilitasi/dibimbing oleh
fasilitator teknik dan anggota TIPP/Tim Teknis Pemda yang memahami bidang
Teknik konstruksi atau pihak ketiga mitra masyarakat dalam melaksanakan

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 43


pekerjaan konstruksi tersebut. Fokus utamanya lebih kepada memberikan
keterampilan bagi tenaga kerja bagaimana cara pengerjaan yang benar/ketelitian
dari suatu pekerjaan, misalnya bagaimana cara melaksanakan membuat
campuran beton, bagaimana cara pengangkutan atau pemasangannya,
bagaimana cara pemadatan, bagaimana cara penyambungan besi/beton, dll.
Pendekatan pelaksanaannya adalah :
(a). Disesuaikan dengan jenis pekerjaaan yang akan dilaksanakan dilapangan.
Artinya OJT ini mengikuti tahapan/jadwal pekerjaan dilapangan sehingga
tidak memerlukan biaya khusus untuk pengadaan tenaga kerja atau
bahan/alat yang diperlukan, tetapi dapat langsung menggunakan tenaga
kerja atau bahan yang sudah tersedia untuk pekerjaan tersebut.
(b). Dilaksanakan pada awal memulai pekerjaan. Hal ini dimaksudkan agar
dengan pemahaman/keterampilan yang telah dipraktekkan pada saat OJT
tadi, dapat langsung diikuti oleh masyarakat untuk menyelesaikan seluruh
volume pekerjaan tersebut. Setelah OJT ini, hasil pekerjaan harus dinilai
kembali apakah sudah benar/memenuhi persyaratan teknis atau belum. Jika
belum maka OJT ini harus diulangi hingga benar-benar menghasilkan
pekerjaan yang memenuhi standar teknis yang dipersyaratkan.
(c). Dilakukan untuk pekerjaan tertentu yang diprioritaskan. Artinya OJT ini tidak
perlu dilakukan untuk semua pekerjaan tetapi cukup diprioritaskan pada
pekerjaan tertentu yang dianggap paling menentukan kualitas dan atau
kurang dipahami oleh pelaksana lapangan/tenaga kerja.
On the Job Training harus dilakukan terutama untuk pelaksanaan pekerjaan-
pekerjaan konstruksi yang kurang dipahami oleh masyarakat/tenaga kerja selama
pelaksanaan kegiatan konstruksi.
Sistem trial terdiri dari tiga langkah :
 Contoh dibuat bersama konsultan fasilitator teknik/askot infrastruktur/Dinas
terkait. Orang yang ikut membuat contoh adalah mandor, Ketua Regu Kerja,
Kader Teknis/UPL, Pelaksana Lapangan Panitia dan beberapa masyarakat yang
lain. Konsultan ikut bekerja dan memberi instruksi kepada mereka.
 Atau Percobaan oleh masyarakat dibawah pimpinan orang yang memberikan
contoh diatas. Setelah trial selesai (misalnya panjang jalan 10-20 meter),
kualitas dinilai oleh fasilitator teknik/askot infrastruktur. Jika kualitas masih
kurang baik maka harus dilatih lagi dan diperiksa lagi.
 Jika kualitas telah baik, pelaksanaan diteruskan.
Perlu ada contoh dan trial untuk tiap macam situasi yang dihadapi dilapangan.
Misalnya trial jalan ditempat yang sudah mempunyai tanah dasar yang kokoh,
trial jalan didaerah sawah yang dibuat contoh tersendir. Trial tidak diperlukan
44 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan
untuk bagian yang sangat kecil yang dapat diawasi secara langsung oleh
konsultan.
Trial juga diterapkan tidak hanya pada pekerjaan jalan, misalnya ada pekerjaan
MCK maka MCK yang dibangun pertama dianggap sebagai trial.
Untuk Jenis pekerjaan yang lain, trial dapat dilakukan pada pekerjaan kunci (paling
menentukan kualitas), misalnya pekerjaan beton/beton bertulang dimana
dilakukan praktek pemasangan tulangan, bekesting, pencampuran beton,
pengangkutan dan pemadatan beton dilapangan, dll.
Setelah OJT dilaksanakan, Fasilitator Teknik/Askot Infrastruktur memberikan
persetujuan kepada KSM/Panitia untuk melaksanakan pekerjaan fisik.
(5) Pelaksanaan Fisik/Konstruksi
Pelaksanaan Konstruksi adalah serangkaian pelaksanaan pekerjaan
pembangunan/fisik untuk mewujudkan bangunan yang direncanakan, termasuk
juga kegiatan-kegiatan penanganan Dampak Lingkungan/mitigasi yang bersifat
konstruksi yang telah direncanakan.
Sasaran/keluaran kegiatan yang ingin dicapai:
(a). Terwujudnya hasil pekerjaan konstruksi/ bangunan sesuai volume dan
kualitas yang dipersyaratkan/ telah direncanakan;
(b). Terwujudnya hasil pekerjaan konstruksi/bangunan sesuai waktu pelaksanaan
yang dipersyaratkan/ telah direncanakan;
(c). Terwujudnya hasil pekerjaan konstruksi/bangunan sesuai biaya pelaksanaan
yang dipersyaratkan/ telah direncanakan;
Ukuran dan Standar Keluaran kegiatan:
(a). Jumlah dari jenis-jenis pekerjaan konstruksi yang dilaksanakan sesuai dengan
jenis-jenis pekerjaan dalam lingkup pekerjaan yang direncanakan;
(b). Volume dari setiap jenis pekerjaan konstruksi yang dihasilkan sesuai dengan
volume setiap jenis pekerjaan dalam lingkup pekerjaan yang direncanakan;
(c). Jumlah waktu penyelesaiaan pekerjaan/proyek sesuai jadwal pelaksanaan
yang telah direncanakan;
(d). Jumlah Biaya/dana yang termanfaatkan pada keseluruhan pelaksanaan
pekerjaan, minimal sesuai biaya pelaksanaan yang telah direncanakan;
(e). Bahan-bahan bangunan yang dipergunakan memenuhi persyaratan bahan
dari setiap pekerjaan yang telah direncanakan;
(f). Cara pelaksanaan setiap pekerjaan dilapangan memenuhi persyaratan cara
kerja yang telah direncanakan;
(g). Penggunaan tenaga kerja/peralatan berat dalam pelaksanaan pekerjaan yang
memenuhi persyaratan kualitas pekerjaan;

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 45


(h). Progres pekerjaan telah mencapai 100% (selesai) sesuai jadwal pelaksanaan
yang telah direncanakan;
Langkah-langkah pelaksanaan :
Berdasarkan rencana pelaksanaan kegiatan konstruksi yang telah disusun pada
tahap perencanaan teknis sebelumnya (Proposal Pelaksanaan) yang telah
menetapkan : Lingkup Kegiatan Konstruksi (jenis-jenis pekerjaan, dan batasan-
batasannya seperti volume, persyaratan teknisnya), Urut-urutan pelaksanaannya,
Rencana Biaya pekerjaan dan Jadwal Pelaksanaannya, kemudian telah pula
ditetapkan struktur organisasi pelaksana, orang-orang yang akan
bertanggungjawab didalam organisasi telah dipilih dan dilatih/dibimbing sehingga
memahami tugas dan tanggunjawabnya masing-masing, maka tahap selanjutnya
adalah pelaksanaan kegiatan-kegiatan konstruksi dari bangunan yang ingin
diwujudkan (Gambar).
Kegiatan pelaksanaan pekerjaan konstruksi adalah kegiatan-kegiatan yang
dilakukan secara sistematis/berurutan sesuai dengan urut-urutan pelaksanaan
pekerjaan konstruksi dari bangunan tersebut sebagaimana telah ditetapkan.
Dari urut-urutan pekerjaan dan jadwal pelaksanaan yang telah direncanakan,
maka setelah mendatangkan tenaga kerja/bahan/alat (sesuai dengan kualitas
yang dipersyaratkan) dilokasi pekerjaan, selanjutnya dapat dilakukan pelaksanaan
teknis dari setiap jenis pekerjaan konstruksi, yang garis besarnya meliputi:
 Menyiapkan Papan informasi kegiatan infrastruktur skala lingkungan dengan
ukuran dan contoh sebagai berikut:
140 cm

PROGRAM KOTA TANPA KUMUH


Logo 15 cm
KEL/DESA……..KEC……….
Kab/Kota
KABUPATEN/KOTA………………...

Nama BKM/LKM : ............................................


Jenis Pekerjaan : ............................................
Volume : ............................................
Lokasi : ............................................
Tahun Anggaran : ............................................
Biaya : Rp.......................................
Sumber Dana BDI : Rp....................................... 110 cm
Swadaya Masyarakat : Rp.......................................
Waktu Pelaksanaan : .......Hari Kalender
Mulai : ............................................
Selesai : ............................................
Pelaksana : KSM....................................
Nama Koordinator KSM : ............................................
Jumlah Tenaga Kerja : .......Orang
Penerima Manfaat : .......Jiwa L :......Org; P:........Org
Kontribusi Thd Pengurangan Kumuh : Aspek..................................

Pengaduan : www.kotaku.go.id & No Telp/HP pengaduan (Pusat & Lokal) 10 cm

46 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


 Menyiapkan lokasi pekerjaan (penyiapan lapangan), seperti pembersihan,
penentuan elevasi/patok ukur, bouwplak, dll;
 Melaksanakan tindakan pengamanan, keselamatan tenaga kerja dan
masyarakat disekitar lokasi pekerjaan;
 Melaksanakan semua aktivitas-aktivitas dari lingkup pekerjaan sesuai kualitas
yang dipersyaratkan (spesifikasi/persyaratan teknisnya) sampai keseluruhan
volume pekerjaan yang direncanakan terpenuhi. Persyaratan kualitas dari
setiap jenis pekerjaan konstruksi mengacu pada Gambar-gambar teknis,
spesifikasi teknis atau petunjuk-petunjuk teknis pembangunan sarana dan
prasarana.
 Pelaksanaan keseluruhan aktivitas-aktivitas dari setiap pekerjaan tersebut
dilakukan sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Pelaksanaan pada hakekatnya adalah kegiatan menggerakkan, memotivasi dan
mengkoordinasikan orang-orang atau unit kerja dalam organisasi agar dapat
(Mampu dan Mau) melakukan tugas menurut aturan, efisiensi, produktif serta
terkendali sehingga tujuan (terwujudnya bangunan sesuai standar mutunya)
dapat dicapai sebaik-baiknya. Dalam hal ini maka peranan pendampingan yang
dilakukan adalah Memimpin/Mendampingi mereka dalam melaksanakan Apa
Yang diInginkan (Tugas/kegiatan yang mereka lakukan). Yang pada dasarnya
melaksanakan fungsi/tugas-tugas:
 Mengkomunikasikan, sampaikanlah kebutuhan informasi penting yang
diperlukan terkait dengan tugas-tugas atau informasi organisasi yang ingin
dilakukan/dicapai berkaitan dengan pekerjaan, agar mereka bekerja lebih
efektif dan dengan kepuasan kerja yang tinggi, jadikan ada saling percaya dan
pengertian atas tugas/tanggungjawab diantara kita dan mereka, kemaslah
informasi dalam bahasa yang mudah dimengerti mereka, dengarkan keluhan
mereka;
 Mempengaruhi/Menggerakkan/Memotivasi (Mendorong, Mengajak,
Melibatkan, Mendukung) agar mereka terus mau belajar melaksanakan tugas-
tugasnya sehingga meningkatkan kemampuaannya;
 Koordinasikan kegiatan-kegiatan mereka agar berjalan secara terpadu
(integrasi) dan selaras (sinkronisasi) sehingga terbangun kerjasama tim
menjadi satu tim organisasi yang tangguh dan kompak;
 Membantu, Mengerjakan bersama secara langsung sehingga pekerjaan dapat
diselesaikan sesuai persyaratannya sekaligus terjadi transfer pengetahuan,
keahlian, dan sikap kepada setiap individu dalam meningkatkan
kemampuannya;

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 47


(6) Supervisi kegiatan Konstruksi
Pengawasan/supervisi dapat diartikan sebagai tindakan yang dilakukan untuk
menjadikan segala kegiatan di proyek berlangsung dan berhasil sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.
Dengan demikian maka Supervisi pelaksanaan pekerjaan konstruksi mencakup
kegiatan/tindakan mengawasi pelaksanaan pekerjaan sesuai standar
konstruksi/rencana yang telah ditetapkan, kemudian mengadakan
pengukuran/penilaian pelaksanaan sesuai standar pengukuran kegiatan tersebut
dan membandingkan antara hasil pelaksanaan yang dicapai dengan
standar/rencananya untuk mengetahui apakah ada penyimpangan (evaluasi).
Standar yang dipergunakan adalah mencakup standar konstruksi itu sendiri atau
spesifikasi/persyaratan teknis pekerjaan, seperti kuantitas, dimensi/ukuran,
kualitas, cara pengerjaan atau rencana kerja yang telah ditetapkan sebelumnya
seperti biaya atau jadwal/waktu pelaksanaan kegiatan, dan lain-lain. Sedangkan
penyimpangan disini dapat merupakan hasil yang sesuai atau lebih baik (hal ini
merupakan suatu prestasi) dan penyimpangan yang negatif atau tidak
sesuai/dibawah standar yang telah ditetapkan (merupakan suatu masalah yang
harus diselesaikan).
Sasaran pengawasan pekerjaan konstruksi adalah untuk melihat apakah terjadi
penyimpangan negatif dari standar teknis atau rencana yang telah ditetapkan,
seperti apakah kualitas bahan yang dipergunakan kurang, apakah volume atau
ukuran/dimensi pekerjaan kurang atau apakah cara pengerjaan salah, atau
apakah waktu pelaksanaan pekerjaan terlambat, dll, yang bisa berakibat pada
kualitas dan kuantitas bangunan yang hendak dibangun tidak terpenuhi sesuai
standar teknis/rencana awalnya.
Sedangkan tujuannya adalah agar dilakukan tindakan perbaikan atau
penyelesaiaan (pengendalian) bilamana ditemukan adanya kesalahan atau
kukurangan dari pekerjaan yang sedang dilaksanakan sehingga tujuan untuk
mewujudkan bangunan/infrastruktur yang berkualitas baik (kuat) dan dapat
berfungsi/dimanfaatkan lebih lama dapat tercapai dengan baik.
Pengawasan secara teratur merupakan cara yang diperlukan untuk menghindari
hasil yang tidak dapat diterima yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti
bentuk/ukuran konstruksi yang dibuat dilapangan tidak sesuai dengan
desain/gambar kerja, ketrampilan kerja yang kurang, perubahan bahan (bermutu
jelek), peralatan yang tidak sesuai atau tidak memadai, kuantitas yang kurang dan
kondisi lain yang merugikan/menghambat kelancaran pekerjaan di lapangan.
Pengawasan pelaksanaan pembangunan prasarana pada prinsipnya dilakukan
terhadap semua aspek kegiatan, namun demikian dalam proses pengawasan ini
dapat difokuskan pada 5 (lima) aspek-aspek pengawasan pelaksanaan berikut :

48 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


(a). Volume pekerjaan, termasuk dimensi atau ukuran konstruksi, yang perlu
disupervisi antara lain, adalah :
 Jenis dan volume tiap pekerjaan, termasuk dimensi atau ukuran konstruksi
yang tercantum dalam daftar kuantitas dan gambar rencana, apakah
sesuai dengan kondisi pada saat supervisi;
 Kondisi lokasi, apakah sesuai dengan perencanaan/gambar atau ada
perubahan;
 Apakah secara keseluruhan bangunan dapat berfungsi/bermanfaat;
 Termasuk juga disini adalah apakah semua rencana pengamanan dampak
lingkungan sudah dilaksanakan;
(b). Mutu/Kualitas pekerjaan, yang perlu disupervisi antara lain, adalah :
 Apakah sumber, kualitas, kuantitas bahan/Alat/tenaga kerja yang
dipergunakan pada sestiap jenis pekerjaan sesuai rencana;
 Apakah kualitas hasil pekerjaan sudah sesuai/baik;
 Apakah kelengkapan bangunan sudah cukup atau kurang untuk keamanan
dan atau kenyamanan pemakai;
 Apakah metode atau cara pelaksanaan tiap jenis pekerjaan benar;
 Apakah telah dilakukan koordinasi pelaksanaan dengan
pihak/instansi/dinas terkait setempat, seperti:
 Sumur dalam/Bor harus koordinasi dengan dinas pertambangan atau
perindustrian dan geologi setempat,
 Prasarana Pendidikan harus berkoordinasi dengan dinas Pendidikan
setempat;
 Prasarana kesehatan harus berkoordinasi dengan dinas kesehatan
setempat;
 Prasarana persampahan dengan dinas kebersihan kota/terkait.
 Khusus air bersih yang sumber airnya bukan dari Air PDAM/Sejenis, Air
Hujan, apakah telah dilakukan pengujian kualitas Air bersih;
(c). Waktu pelaksanaan, yang perlu disupervisi antara lain, adalah :
 Apakah Pelaksanaan tiap-tiap item pekerjaan tetap mengacu pada jadual
yang telah direncanakan.
 Apabila terjadi keterlambatan dan/atau percepatan waktu pelaksanaan
pekerjaan maka harus diperhitungkan perubahan waktu kerja tersebut
terhadap jadual kerja sehingga dapat dipastikan bahwa seluruh pekerjaan
dapat diselesaikan tepat waktu sesuai jangka waktu yang ditetapkan
dalam SPPD-L atau perubahannya (bila ada)
 Apabila diperkirakan seluruh pekerjaan tidak dapat diselesaikan sesuai
jadual, maka konsultan memberikan justifikasi/pertimbangan teknis

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 49


kepada UPL/BKM untuk : memperpanjang jangka waktu pelaksanaan
kontrak atau menghentikan pekerjaan/pemutusan kontrak (bila perlu).
(d). Biaya, yang perlu disupervisi antara lain, adalah:
 Apakah tidak terjadi pembelanjaan atau penggunaan dana yang
berlebihan pada suatu kegiatan sehingga dapat mengakibatkan pekerjaan
tidak dapat diselesaikan secara keseluruhan;
 Apakah tidak terjadi penyelewengan dana;
 Apakah proses transaksi selalu disertai dengan bukti-bukti tertulis;
 Apakah dilaksanakan pembukuan Keuangan dengan baik;
 Apakah aspek kontribusi swadaya masyarakat dipenuhi.
(e). Administrasi pelaksanaan, yang perlu disupervisi, adalah :
 Apakah semua administrasi yang diperlukan dibuat lengkap, benar dan
sesuai kondisi lapangan/yang sebenarnya;
 Apakah semua administrasi diarsipkan dan dipelihara dengan baik,
Tanggungjawab Supervisi ini dilakukan secara rutin selama proses pelaksanaan
kegiatan konstruksi oleh pihak UPL bersama Fasilitator/Konsultan (khusus
bidang Teknik) dan tentunya juga oleh KSM (Tim Pelaksana Lapangan/Mandor)
secara internal sebagai fungsi yang melekat pada tugas/tanggungjawabnya.
Termasuk hasil monitoring partisipatif yang dilakukan oleh warga masyarakat
sebagai masukan dalam proses pengawasan.
Konsultan bidang Teknik1 bertanggunjawab terhadap capaian kualitas sehingga
dapat menolak hasil pekerjaan yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis
yang telah ditetapkan dalam kontrak SPPDL.
(7) Pemantauan Dampak Lingkungan kondisi 50%, 100%
Pengamanan dampak lingkungan adalah pelaksanaan seluruh kegiatan
penanganan dampak lingkungan sebagaimana telah direncanakan sebelumnya.
Untuk jenis kegiatan pengamanan yang bersifat/terkait teknis konstruksi pada
dasarnya dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan konstruksi (menjadi
bagian dari pekerjaan konstruksi bangunan, misalnya gorong-gorong) sedangkan
kegiatan yang bersifat non teknis seperti O dan P dilakukan sejak awal tahap
pelaksanaan konstruksi.
Pemantauan Dampak Lingkungan disini adalah merupakan pengawasan atas hasil
pelaksanaan rencana tindakan penanganan dampak/mitigasi. Apakah telah
selesai dikerjakan sesuai rencana atau belum selesai. Oleh karena itu kegiatan
pemantauan ini juga pada dasarnya merupakan bagian yang tak terpisahkan
dalam pelaksanaan Supervisi/Pengendalian Pelaksanaan Konstruksi.

1
Secara berjenjang oleh Faskel Teknik, Askot Infra Kota, TA Infra OC/OSP

50 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


Pelaksanaan Kegiatan Pemantauan Dampak ini dilakukan pada tahap pelaksanaan
Konstruksi/pelaksanaan pembangunan dengan menggunakan instrumen
pemantauan berupa Ceklist/Daftar Uji Identifikasi Dampak Lingkungan yang telah
dibuat sebelumnya, yaitu :
(a). Kira-kira pada pertengahan proses konstruksi (kondisi kemajuan 50%), disaat
peluang untuk memperbaiki masih ada maka dilakukan pemantauan
kelapangan dimana daftar yang sama (checklist tadi) di cocokkan lagi, apakah
semua tindakan yang telah direncanakan telah dilakukan sesuai rencana atau
belum.
(b). Di akhir konstruksi (kondisi kemajuan selesai 100%), daftar yang sama
(checklist tadi) dicocokkan lagi dibandingkan dengan rencana aslinya guna
memastikan bahwa semua tindakan pengamanan yang telah direncanakan
telah dilaksanakan.
Keseluruhan kegiatan pemantauan diatas dilakukan baik oleh Pelaksana sendiri
maupun oleh Tim Konsultan dan UPL dilapangan.
(8) Melakukan Rapat Evaluasi Kemajuan
Rapat evaluasi ini pada prinsipnya merupakan bagian dari proses
pengawasan/pengendalian pelaksanaan kegiatan, hanya umumnya dilakukan
untuk periode waktu tertentu, meskipun juga dapat dilakukan sewaktu-waktu
(mendesak).
Rapat Evaluasi Kemajuan Pelaksanaan Kegiatan dapat dilakukan sendiri (internal)
KSM/Panitia atau dilaksanakan bagi semua KSM/Panitia oleh UPL sebagai upaya
koordinasi dan evaluasi untuk mengevaluasi sejauhmana kemajuan pelaksanaan
kegiatan telah dicapai, termasuk penyelesaiaan masalah yang muncul.
Rapat Evaluasi ini sangat penting dilakukan karena selain untuk
membagi/memberikan informasi hasil-hasil kegiatan yang telah dicapai juga
untuk melaksanakan evaluasi (menilai laporan atau hasil temuan dalam
pengawasan) dan merumuskan tindakan-tindakan yang perlu diambil apabila
hasil pengawasan menunjukan adanya penyimpangan yang berarti dari rencana
semula atau terdapat permasalahan-permasalahan yang mengganggu kelancaran
kegiatan. Sehingga dengan adanya rapat-rapat rutin ini maka diharapkan semua
permasalahan yang terjadi dapat diselesaikan secara bersama-sama, terjadi
koordinasi kerja yang baik antar semua unsur pelaksana yang pada gilirannya akan
membawa kelancaran pelaksanaan kegiatan dilapangan sesuai dengan yang
diharapkan/direncanakan.
Sasaran evaluasi ini adalah untuk mendeteksi apakah hasil kerja sesuai dengan
rencana yang telah dibuat, dan untuk menggali masalah-masalah yang menjadi
penghambat dalam pelaksanaan kerja dan mencari jalan keluar untuk

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 51


mengatasinya. Sebagai ukuran keluran kegiatan dapat dilihat dari adanya
catatan/notulen hasil rapat dan daftar peserta yang hadir.
Beberapa hal penting yang perlu menjadi agenda evaluasi berkaitan dengan
pelaksanaan kegiatan dilapangan, antara lain :
(a). Apakah Volume pekerjaan (kemajuan progres pelaksanaan) yang telah
dicapai sesuai dengan yang direncanakan?
(b). Apakah Kualitas hasil pekerjaan sesuai dengan yang
dipersyaratkan/direncanakan;
(c). Apakah Waktu pelaksanaan masih sesuai dengan rencana;
(d). Apakah Realisasi Volume Pengadaan Bahan/Alat/Tenaga Kerja sampai saat ini
sesuai atau apakah masih cukup/memungkinkan untuk menyelesaikan
seluruh pekerjaan sesuai dengan yang direncanakan? Coba bandingkan total
Volume dari hasil pengadaan Tenaga/Bahan/Alat sampai saat ini dengan
Volume yang masih harus dibeli/dibayar lagi sampai proyek selesai;
(e). Apakah Realisasi Biaya Pengadaan Bahan/Alat/Tenaga Kerja sampai saat ini
sesuai dan cukup/masih memungkinkan untuk menyelesaikan seluruh
pekerjaan sesuai dengan yang direncanakan? Coba Bandingkan total biaya
dari hasil pembayaran Upah/Bahan/Alat sampai saat ini dengan Biaya yang
masih harus dikeluarkan/dibayar lagi sampai proyek selesai (termasuk total
dana yang Belum dicairkan).
(f). Apakah Realisasi Swadaya Masyarakat sesuai rencana swadaya?
(g). Apakah Administrasi/laporan-laporan sudah dibuat dan diarsipkan?
(h). Apakah masalah-masalah yang timbul dilapangan, termasuk dampak
lingkungan/sosial sudah diselesaikan?, dll.
Hasil pembahasan setiap agenda/permasalahan hendaknya dapat
memberikan/menyepakati apa bentuk penyelesaian, siapa yang bertanggung
jawab untuk pelaksanaannya, bagaimana cara pelaksanaannya dilapangan dan
kapan akan dilakukan tindakan tersebut.
Hasil-hasil kesepakatan/pembahasan tersebut dicatat pada Notulen/Catatan
Hasil Rapat Mingguan dan diarsipkan dengan baik.
(9) Membuat Administrasi dan Dokumentasi Pelaksanaan Pekerjaan
Administrasi adalah proses pencatatan setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh
pihak Pelaksana Pekerjaan. Pencatatan dilakukan pada formulir – formulir yang
telah disediakan dan tinggal mengisikan hal-hal yang terjadi, dilaksanakan, dan
diperlukan dalam formulir tersebut.
Pencatatan yang dilakukan oleh Pelaksana Pekerjaan adalah untuk
mendokumentasikan atau merekam seluruh kegiatan pelaksana dilapangan.

52 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


Pencatatan dilaksanakan pada saat kegiatan sedang berjalan atau segera
dilakukan setelah suatu pekerjaan selesai. Jadi tidak perlu menunggu sampai
beberapa lama untuk mencatat suatu kejadian kegiatan, sebab kalau pencatatan
ditunda-tunda, maka kemungkinan besar akan terjadi kesalahan-kesalalahan yang
timbul karena lupa.
Dengan pencatatan yang tertib dan kemudian menghimpun atau
mengarsipkannya maka akan dapat digambarkan kembali proses-proses yang
telah dilalui dan dilakukan oleh pihak pelaksana pekerjaan, sehingga apabila pada
suatu saat dibutuhkan dapat dibuka kembali.
Sasaran dilaksanakannya administrasi ini adalah untuk :
(a). Keterbukaan; dengan adanya pencatatan atas setiap kegiatan, dan hasil
pencatatan tersebut dapat diketahui oleh semua pihak, maka akan sangat
kecil sekali kemungkinan untuk menyembunyikan sesuatu, sebab semua
kejadian sudah tercatat dalam formulir administrasi.
(b). Menghindari pertentangan; konflik dalam suatu organisasi biasanya terjadi
karena adanya kesalahpahaman, sedangkan salah paham terjadi karena
adanya perbedaan informasi di antara pihak-pihak yang berselisih tersebut.
Perbedaan informasi tersebut dapat diperkecil atau bahkan dihilangkan
dengan adanya pencatatan/administrasi yang benar dan lengkap.
(c). Alat monitoring; dokumen administrasi Pelaksana adalah dokumen yang
terbuka dalam arti siapapun pihak yang terlibat dalam kegiatan yang sedang
berjalan, berhak untuk mengetahui setiap kejadian ataupun kesepakatan
yang telah dibuat bersama.
(d). Bahan penyusunan laporan; selama pelaksanaan kegiatan konstruksi fisik,
Pelaksana harus menyusun beberapa laporan secara bertahap sesuai dengan
kesepakatan yang telah dibuat serta berdasarkan perkembangan
pelaksanaan pekerjaan. Apabila pencatatan administrasi Pelaksana dilakukan
secara disiplin dan tertib, maka hasilnya dapat digunakan sebagai bahan
penyusunan laporan. Sebagai data – data yang mempertanggungjawabkan
seluruh kegiatan di lapangan, termasuk mutu pekerjaan.
Ukuran keluaran yang ingin dihasilkan :
 Diketahuinya Personil dari Pelaksana Pekerjaan yang melaksanakan
pengandministrasian pelaksanaan kegiatan/keuangan.
 Tempat Penyimpanan/pengarsipan administrasi yang dibuat,
memudahkan bagi setiap orang untuk memperoleh/mengetahuinya;
 Jumlah administrasi setiap kegiatan yang dibuat secara benar dan lengkap
sesuai bentuk-bentuk administrasi/formulir yang telah direncanakan;

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 53


 Ketepatan waktu pembuatan administrasi kegiatan sesuai dengan waktu
pelaksanaan setiap kegiatan dilapangan;
Bentuk-bentuk formulir administrasi dan pelaporan untuk tahap
konstruksi/pembangunan sarana dan prasarana yang dibuat oleh
KSM/Panitia, sekurang-kurangnya mencakup :
1). Catatan Harian Pelaksanaan Kegiatan, terdiri dari formulir berikut :
a. Daftar Hadir Harian Tenaga Kerja, merupakan formulir harian (dibuat
setiap hari) untuk mencatat kehadiran Tenaga Kerja yang ikut
melaksanakan pekerjaan konstruksi (Mandor, Tukang, Pekerja)
dilapangan
b. Daftar Harian Penerimaan Bahan/Alat, merupakan formulir untuk
mencatat penerimaan bahan/alat yang diperoleh melalui swadaya
masyarakat dan yang diperoleh dari pemasok/toko.
c. Nota Penerimaan Bahan/Alat;
2). Daftar Mingguan Pelaksanaan Kegiatan, terdiri dari formulir berikut :
Administrasi Mingguan ini dapat dibuat untuk periode pelaksanaan
kegiatan per minggu atau sesuai periode mingguan yang ditetapkan,
yang mencakup :
a. Daftar Hadir Mingguan Tenaga Kerja dari Swadaya, merupakan
Formulir Rekapitulasi Mingguan Daftar Hadir Harian Tenaga Kerja
dari Swadaya (Mandor, Tukang, Pekerja) yang terlibat dalam
pelaksanaan kegiatan konstruksi. Sumber datanya adalah dari data-
data Formulir Daftar Hadir Harian TK Swadaya dan BDI yang telah
dibuat sebelumnya.
b. Daftar Hadir Mingguan dan Pembayaran Upah Tenaga Kerja Dana
Investasi, merupakan Rekapitulasi Mingguan Daftar Hadir Harian
Tenaga Kerja untuk pekerjaan konstruksi dan Perhitungan
Pembayaran Upah yang diperoleh/dibayarkan kepada masing-
masing tenaga kerja. Sumber datanya dari data-data Formulir Daftar
Hadir Harian Tenaga Kerja yang telah dibuat. Formulir ini juga sangat
diperlukan untuk memastikan besarnya pembayaran upah yang
harus diterima oleh setiap tenaga kerja dari dalam satu kurun waktu
atau periode mingguan. Data ini selanjutnya dipergunakan sebagai
surat bukti untuk proses pembukuan Ongkos tenaga kerja.
c. Daftar Mingguan Penerimaan Bahan/Alat, merupakan formulir
Rekapitulasi pencatatan Penerimaan Harian bahan/alat yang
diberikan melalui swadaya masyarakat dan yang dari pemasok/toko.

54 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


d. Daftar Mingguan/Dwi-Mingguan Opname Pekerjaan, merupakan
Formulir pencatatan hasil pengukuran/perhitungan dari Volume tiap
jenis kegiatan yang dihasilkan selama periode satu minggu. Formulir
ini dibuat oleh Pelaksana pada setiap akhir minggu.
3). Laporan Kegiatan yang mencakup :
a. Laporan Kemajuan Kegiatan
Laporan Kemajuan merupakan formulir laporan tentang kemajuan
kegiatan yang telah dicapai/dihasilkan oleh Pelaksana Pekerjaan untuk
jangka waktu tertentu dalam masa pelaksanaan pekerjaan (periode
pelaporan sesuai dengan yang telah ditetapkan).
Formulir ini pada dasarnya merupakan rekapitulasi dari formulir Daftar
Harian/Mingguan yang telah dibuat sebelumnya. Dengan demikian maka
sumber data utama untuk pengisian formulir ini adalah data-data dari
rekapitulasi daftar harian/mingguan sebelumnya.
b. Laporan Akhir/Pertanggungjawaban Kegiatan
Laporan Akhir atau Pertanggungjawaban Kegiatan Pelaksana Pekerjaan
merupakan laporan yang dibuat KSM/Panitia setelah pekerjaan selesai
(setelah dibuat Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan/BAP2, termasuk
telah dilakukan perbaikan pekerjaan bila ada). Laporan ini sekaligus
menjadi laporan kemajuan terakhir pelaksanaan kegiatan. Selanjutnya
Laporan Akhir KSM/Panitia ini disampaikan kepada BKM (UPL).
Tatacara pembuatan, berikut contoh formulir administrasi KSM/Panitia
ini sebagaimana terlampir
4). Dokumentasi (photo-photo) Kegiatan
Untuk dokumentasi (Photo-photo) pelaksanaan kegiatan, pada tahap ini
KSM/Panitia cukup membuat photo kondisi : 25%,50%, 75%, 100%.
Photo kondisi 50%, yaitu potret kondisi atau keadaan pertengahan
pelaksanaan pekerjaan (kira-kira pada progres mencapai 50%) dan photo
kondisi 100% adalah potret kondisi keadaan akhir setelah pekerjaan
selesai 100% pada lokasi dibangun Infrastruktur. Jumlah titik lokasi yang
diambil/potret minimal sama dengan titik lokasi pengambilan potret
kondisi nol (0%) sebelumnya. Penting untuk diperhatikan bahwa titik
lokasi dan arah pengambilan gambar kondisi 50% dan 100% ini harus
sama dengan titik dan arah pengambilan gambar kondisi awal (0%)
sebelumnya.

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 55


Bersama dengan photo kondisi nol/awal kegiatan, dokumentasi
25%,50%, 75%, 100% ini menjadi bahan laporan akhir KSM/Panitia
kepada BKM/LKM.
(10) Pemeriksaan/Sertifikasi Pekerjaan
Sertifikasi atau pemeriksaan/penilaian kelayakan hasil kegiatan yang
dimaksudkan disini adalah pemeriksaan akhir hasil pekerjaan dilapangan.
Kegiatan ini dilaksanakan sebagai suatu upaya yang diperlukan untuk memenuhi
terwujudnya pembangunan sarana dan prasarana yang berkualitas memenuhi
seluruh persyaratan yang ditetapkan dalam Kontrak. baik maka pada tahap
pelaksanaan pembangunan fisik perlu dilakukan sertifikasi. Selain itu,
pemeriksaan ini juga dilakukan sebagai bagian dari proses serah terima hasil
pekerjaan dari BKM kepada PPK.
Sasaran/keluaran yang diharapkan dari sertifikasi adalah agar kualitas hasil
pelaksanaan pembangunan infrastruktur dapat tercapai sesuai dengan
ketentuan/standar yang di persyaratkan/direncanakan sehingga dapat diterima
oleh pihak pemberi pekerjaan (PPK).
Ukuran pencapaian keluaran:
(a). Terbentuknya Tim Sertifikasi Pekerjaan yang melibatkan unsur PPK, BKM, Tim
Teknis Pemda dan Konsultan (Askot Infra/Fasilitator Teknik)
(b). Kemajuan kegiatan sertifikasi telah mencapai 100% (selesai);
(c). Diketahuinya rekomendasi atas kelayakan (kualitas dan manfaat) dari
kegiatan infrastruktur yang telah dibangun sesuai hasil pemeriksaan
lapangan;
(d). Dibuat/adanya Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan (BAP2) sesuai
Rekomendasi hasil pemeriksaan dilapangan;
Sertifikasi infrastruktur, antara lain mencakup aspek :
(a). Capaian Kualitas Proses dan Pemanfaatan, dengan indikatornya, antaralain:
 Kelengkapan komponen/bagian-bagian infrastruktur yang dibangun dapat
memberikan keamanan/keselamatan bagi pemanfaat?
 Infrastruktur yang dibangun aman dan mudah diakses oleh pemanfaat?
 Infrastruktur yang dibangun dapat menjamin kesehatan bagi pemanfaat?
 Upaya penanganan dampak (lingkungan dan sosial) telah dilaksanakan
dengan baik/terpenuhi (tidak menimbulkan dampak signifikan atas
lingkungan/sosial)?
 Infrastruktur yang dibangun dapat berfungsi/dimanfaatkan oleh warga?
(b). Capaian kesesuaian volume dan kualitas pekerjaan, dengan indikatornya
berupa kesesuaian realisasi volume dan kualitas setiap jenis pekerjaan

56 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


dengan volume yang direncanakan dan spesifikasi teknisnya. Bila ditemukan
ada cacat atau kekurangan maka harus dicatat untuk diberikan solusinya.
(c). Capaian pemanfaatan dana, dengan indikatornya berupa kesesuaian realisasi
pemanfaatan swadaya masyarakat dan dana APBN dengan rencana
pembiayaan yang telah ditetapkan. Apakah telah sesuai rencana atau tidak.
Proses sertifikasi dilakukan langsung di lapangan oleh Tim Sertifikasi, dimana
Tim Sertifikasi ini dibentuk terlebih dahulu oleh pihak PPK bersama BKM/UPL.
Adapun mekanismenya secara diagram dapat dilihat pada gambar 1. yang
dapat diuraikan sebagai berikut:

Gambar 1. Diagram Alir Mekanisme Sertifikasi Kegiatan Infrastruktur

Hasil Pembangunan
dan Administrasi

Permintaan Sertifikasi ke
PPK (Oleh BKM)

Pemeriksaan
Oleh
TIM SERTIFIKASI

Serahterima
Selesai
Pekerjaan
Penyusunan LPJ kepada PPK
B A P 2 Layak BKM (BA
Serahterima
Belum Selesai/ )
Layak dgn Penyempurnaan

(a). Berdasarkan laporan kemajuan pekerjaan dari Pelaksana Kegiatan yang


menunjukan bahwa pekerjaan telah mencapai 100%, maka Pelaksana Kegiatan
wajib mengajukan surat permohonan untuk dilakukan Sertifikasi hasil
pekerjaan kepada BKM/UPL. Berdasarkan hal tersebut BKM mengajukan
permohonan kepada PPK, ditembuskan kepada fasilitator teknik/askot
infrastruktur;
(b). Tim Sertifikasi melakukan pemeriksaan dan penilaian atas semua aspek
sertifikasi. Hasil Penilaian masing-masing aspek sertifikasi disepakati bersama-
sama oleh Tim Sertifikasi;

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 57


(c). Setelah seluruh pemeriksaan aspek selesai, maka dilanjutkan dengan membuat
kesimpulan dan rekomendasi. Adapun alternatif bentuk kesimpulan dan
rekomendasi, yaitu :
 Pekerjaan dinyatakan Layak/Selesai (berkualitas baik dan bermanfaat);
Apabila pekerjaan dinyatakan layak/selesai maka dilanjutkan dengan
Serahterima hasil pekerjaan dari BKM kepada PPK selaku pemberi pekerjaan
dan dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima.
 Pekerjaan dinyatakan Belum Selesai/Layak dengan Penyempurnaan;
Apabila pekerjaan dinyatakan belum selesai maka tindaklanjutnya adalah
Pelaksana Kegiatan harus melakukan perbaikan/penyempurnaan sebagaimana
catatan/rekomendasi pemeriksaan. Hasil pemeriksaan harus dituangkan
dalam Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan (BAP2). Tim Sertifikasi juga
menyepakati batas waktu penyempurnaan yang akan dilakukan KSM/Panitia.
Penyempurnaan ini harus dievaluasi kembali oleh Tim Sertifikasi, dan setelah
hasil perbaikan/penyempurnaan dinyatakan diterima baru dapat dilanjutkan
dengan Serahterima hasil pekerjaan kepada PPK selaku pemberi pekerjaan.
 Pekerjaan dinyatakan Tidak Layak
Apabila pekerjaan telah selesai dan disertifikasi, tetapi bangunan tidak dapat
dioperasikan/dimanfaatkan (tidak cukup hanya sekedar penyempurnaan),
maka dinyatakan Tidak Layak. Dalam hal demikian maka tindaklanjutnya perlu
dilakukan kesepakatan bersama masyarakat dan melibatkan pihak-pihak
terkait, seperti BKM, pemerintah kelurahan/desa dan Pemda untuk mencari
solusi agar bangunan dapat dioperasikan dan bermanfaat bagi masyarakat.
(d). Seluruh hasil Sertifikasi ini diarsipkan oleh PPK, BKM/UPL dan fasilitator
teknik/askot infrastruktur.
 Pembuatan Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan (BAP2).
BAP2 dibuat bersama-sama antara Tim Sertifikasi dengan Pelaksana Pekerjaan
setelah melakukan pemeriksaan/Sertifikasi pekerjaan dilapangan. Jadi syarat
BAP2 dibuat adalah apabila telah dilakukan pemeriksaan pekerjaan bersama-
sama.
(11) Serah Terima Prasarana Kepada Pemerintah Kelurahan/Desa
Setelah serahterima hasil pekerjaan BKM kepada PPK selesai maka dilanjutkan
dengan serahterima hasil pekerjaan infrastruktur kepada Pemerintah Kelurahan
kemudian pemerintah kelurahan melakukan mengelola kegiatan pemanfaatan
dan pemeliharaan infrastruktur melalui Kelompok Pemanfaat Pemeliharaan
(KPP).

58 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


Proses penyerahan tersebut agar melibatkan pemerintah kab/kota pemerintah
Kelurahan/Desa setempat bersama BKM/LKM.
Dengan proses serah terima ini diharapkan dapat meningkatkan komitmen bagi
pemerintah kelurahan/desa bersama warga untuk melaksanakan pemeliharaan
dan bagi pemerintah daerah untuk secara terus-menerus memberikan dukungan
dan pembinaan secara berkesinambungan sehingga prasarana dapat bermanfaat
secara terus-menerus bagi masyarakat.

J. TAHAP KEBERLANJUTAN
Tahap keberlanjutan pembangunan infrastruktur atau pasca konstruksi adalah
merupakan tahap pelaksanaan operasi/pemanfaatan dan pemeliharaan sarana
prasarana yang telah dibangun, termasuk pengembangan yang diperlukan.
Pemanfaatan/Operasi dan Pemeliharaan (O dan P) adalah serangkaian kegiatan
terencana dan sistematis yang dilakukan secara rutin maupun berkala untuk menjaga
agar prasarana yang telah dibangun tetap dapat berfungsi dan bermanfaat sesuai
rencana.
1. Kegiatan Operasional Dan Pemeliharaan
Dalam rangka pelestarian dan keberlanjutan hasil-hasil pembangunan infrastruktur
yang telah dilaksanakan maka perlu adanya pemanfaatan dan pemeliharaan yang
optimal oleh masyarakat.
Pembangunan melalui program KOTAKU dengan entry poin pemberdaayan
masyarakat mengupayakan pengembangan dan penguatan peranserta masyarakat
mulai dari tahap perencanaan, yaitu bahwa masyarakat yang paling mengetahui
permasalahan yang mereka hadapi, mengetahui kebutuhan mereka (solusi
permasalahan), merencanakan teknis pelaksanaan dan memutuskan sendiri
infrastruktur yang akan dibangun. Selanjutnya pada tahap pelaksanaan, masyarakat
dan melaksanakan sendiri dan mengawasai kegiatan pembangunannya.
Dari mekanisme peran serta tersebut, “rasa membutuhkan infrastruktur (tahap
perencanaan)” dan “rasa memiliki infrastruktur (tahap pelaksanaan)“ ini diharapkan
muncul “kesadaran dan rasa tanggungjawab” untuk memelihara infrastruktur yang
telah dibangunnya sehingga dapat memberikan manfaat yang berkesinambungan dan
lestari.
Dengan pertimbangan bahwa Fasilitator teknik/askot infrastruktur tidak dapat secara
terus menerus memberinkan pendampingan secara teknis selama tahap pemanfaatan
dan pemeliharaan ini maka pemerintah kab/kota selaku pembina masyarakat perlu
secara intensif memfasilitasi kegiatan pemanfaatan dan pemeliharaan.
Kegiatan pada tahap ini mencakup:

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 59


a) Pengorganisasian
Kegiatan pengeorganisasian ini mencakup:
(1) Pembentukan organisasi
Pembentukan organisasi pengelola pemanfaatan dan pemeliharaan dilakukan
oleh KPP. Kelompok ini dapat dibentuk dengan menggunakan organisasi
kemasyarakatan yang sudah ada atau dengan membentuk organisasi baru
dilengkapi dengan susunan kepengurusan.
(2) Penyusunan Program Kerja
Untuk melaksanakan kegiatan maka organisasi KPP perlu menyusun program
kerja pemanfaatan dan pemeliharaan. Program kerja ini meliputi Aturan
organisasi dan rencana kerja yang disepakati bersama oleh masyarakat.
b) Operasional dan pemeliharaan
Kegiatan pemanfaatan dan Pemeliharaan ini pada dasarnya mengandung 2 (dua)
unsur kegiatan utama yaitu:
 Pemanfaatan/pengoperasian yang berarti penggunaan prasarana harus sesuai
dengan fungsi utama prasarananya;
 Pemeliharaan yang berarti kegiatan yang dilakukan baik rutin maupun berkala harus
tetap menjaga prasarana yang telah dibangun dapat berfungsi dengan baik.
Kedua hal tersebut saling terkait, dimana pengoperasian secara benar akan
mencegah terjadinya kerusakan dini dan agar fungsi/manfaat prasarana dapat
berkelanjutan maka pemanfaatan prasarana harus dibarengi dengan
pemeliharaannya.
Uraian selengkapnya tentang Operasi dan Pemeliharaan dapat dilihat pada Buku POS
Pemanfaatan dan Pemeliharaan Infrastruktur.
c) Pengembangan Infrastruktur
Kegiatan pengembangan infrastruktur merupakan lanjutan dari kegiatan
pemanfaatan dan pemeliharaan. Dari hasil pemanfaatan dan pemeliharaan dapat
dilakukan pengembangan infrastruktur yang telah ada baik dari segi kualitas maupun
kuantitatsnya guna memberikan pelayanan yang lebih luas kepada masyarakat.

60 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


LAMPIRAN -LAMPIRAN

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 61


CAKUPAN ISI :

F- USULAN KEGIATAN F- UJI IDENTIFIKASI DAMPAK


1 5
F-2 PERNYATAAN KONTRIBUSI LAHAN RAB- DAFTAR KUANTITAS PEKERJAAN
2
TK- DAFTAR CALON TENAGA KERJA RAB- RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)
1 4
F- KESEPAKATAN SWADAYA F- JADWAL PELAKSANAAN
3 6
RAB- KESEPAKATAN HARGA
F- DAFTAR RENCANA PENGADAAN
1 7
F- GAMBAR
F- TIM PELAKSANA
Gbr
F- PHOTO 8
Photo
F- LIST NEGATIF
4

62 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


FORM - 1

DATA USULAN KEGIATAN

Kota/Kabupaten :

Kecamatan :

Kelurahan/Desa :

Nama BKM :

Nama KSM/Panitia Jumlah Anggota KSM/Panitia (Org)

KSM/Panitia : L P Miskin Jumlah

Paket Kegiatan :

1. ............................................................ Meter/Unit *)
Jenis Kegiatan dan
: 2. ............................................................ Meter/Unit *)
Volume
3. Dst

Alasan Pembangunan Upaya menyelesaikan permasalahan kekumuhan, khususnya pada Kriteria


:
Prasarana Kekumuhan : ....................................................................... **)

Kawasan Kumuh : ……………................................

Lokasi Pekerjaan : Dusun/RT/RW : ……………................................


Kelurahan/Desa : ……………................................

Luas Delineasi Kaw. Kumuh Outcome Pelayanan Kegiatan


Outcome Kegiatan :
....................... Ha ....................... Ha/KK ***)

Jumlah : ........... KRT Jumlah :............ Jiwa Jumlah:


Penerima Manfaat****) : ........... KK ........ Jiwa (P) ......... KK MBR
.........KK Miskin ........ Jiwa (L) ......... Jiwa MBR

Gotong Semi Gotong Kerjasama Pihak


Metode Konstruksi : Royong Royong Ketiga

Status
:
Tanah/Lokasi Kegiatan

Keterangan :
Tanda : *) Satuan Kegiatan Pilih Salah Satu
Tanda : **) Diisi Kriteria Kumuh yang menjadi alasan diusulankannya kegiatan (dapat lebih dari satu Kriteria Kekumuhan)
Tanda : ***) Outcome/Pelayanan Kegiatan dapat berupa Luas Pelayanan (Ha) atau jumlah KK yang terlayani sesuai satuan
pengukuran Kriteria dalam Metode Perhitungan outcome Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh.
Tanda :****) Lampirkan Daftar Penerima Manfaat Kegiatan Infrastruktur (Form-9)

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 63


FORM - 2
2
ERNYATAAN HIBAH / IJIN PAKAI/IJIN DILALUI/GANTIRUGI*)

Yang bertanda tangan dibawah ini , Saya:


Nama : .............................................
No. KTP : ...................................................
Pekerjaan : ...............................................
Alamat : Jl. ................................................. RT/RW/Dusun……………………….
Kel /Desa ....................................... ,Kab./Kota…………………………….

Selaku pemilik tanah berdasarkan Surat Bukti Kepemilikan Yang Sah, Nomor:
............................. Tanggal ...................................dari Notaris/PPAT/Instansi lain yang Sah.
Dengan ini menyatakan bersedia memberikan kontribusi dalam bentuk : Hibah/Ijin
Pakai/Dilewati selama..............tahun
Kepada Pemerintah Desa/Kelurahan : ................................................., untuk dimanfaatkan

Volume
Alamat
Bentuk Kontribusi & Satuan Sketsa Peta Lokasi
Asset
Asset
Cantumkan :
1. Tanah/Lahan
1. Batas dan status kepemilikan kanan,
2. Tanaman Produktif kiri, depan dan belakang tanah warga
2. Bagian atau seluruh lahan milik warga
3. Asset lainnya disertai ukuran luas
(sebutkan) 3. Jalan sekitar lahan untuk identifikasi lokasi
Syarat/Bentuk Kontribusi Yang disepakat dengan 4. Batas bagian tanah yang akan diberikan
Pemilik :
bagi kepentingan masyarakat umum sesuai rencana kegiatan : ................................... di Lokasi
...........................oleh KSM :....................................................
Demikian surat pernyataan ini dibuat secara sukarela untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Yang Menerima Yang Memberikan


Lurah/Ka Desa (Pemilik Lahan)

Meterai Rp.6000

(................................) (................................)
........................................................201.....
Mengetahui :
*) Hanya untuk kegiatan pembangunan baru yang memerlukan penyediaan lahan
No Nama Jabatan Tandatangan
1 BKM/LKM
2 Ketua KSM
3 Ketua RT/RW

64 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


TK - 1

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 65


FORM -3
BERITA ACARA
HASIL KESEPAKATAN SWADAYA MASYARAKAT

Pada hari ini...................., .tanggal..........., bulan....................., tahun ...... bertempat di


...................................., Kelurahan/Desa .............................. , telah dilaksanakan Rembug
Kesepakatan Swadaya Masyarakat untuk pelaksanaan kegiatan:..........................................
.............................................................................., oleh KSM : .....................................................
Atas nama warga masyarakat penerima manfaat kegiatan, disepakati bahwa jika usulan
kegiatan KSM tersebut, disetujui oleh Badan Keswadayaan Masyarakat, kami sepakat dan dan
sanggup untuk memberikan swadaya sebagai berikut:
Jenis Jenis
Volume Sat. Volume Sat.
Swadaya Swadaya
1. Tenaga Kerja : 3. Peralatan:
a. Mandor HOK a. Truk/Mobil
b. Kepala Tukang HOK Pengangkut
c. Tukang HOK b. Mesin Gilas
d. Pekerja HOK
Juml. Laki-laki (L) Org 4. Administrasi
Juml. Perempuan (P) Org
2. Bahan : 5. Dana/Uang Tunai Rp.
a. Batu Kali M3
b. Semen Zak 6. Tanah/ Tanaman :
c. Kerikil M3 a. Tanah M2
d. Pasir M3 b. Tanaman
Btg
e. Benang/Ember/ Produktif
Linggis/Cangkul,dll c. Asset Lainnya
Dst
7. Konsumsi

Daftar Rincian Nama-nama dan bentuk Swadaya terlampir.


Demikian berita acara ini kami buat dengan sebenarnya dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
.....................,.....................20....
Mengetahui, Dibuat,
BKM/UPL, Lurah/Ka. Desa Ketua
KSM/Panitia

( .......................................................) (............................. ) ( ............................ )

Atas nama warga masyarakat ,

No Nama Jabatan Alamat Tanda Tangan


1. Ketua RT
2. Ketua RW

66 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 67
GAMBAR RENCANA KEGIATAN KSM SESUAI GAMBAR DED SEBELUMNYA

Meliputi: KABUPATEN :

1. Gambar site plan


2. Gambar Tampak KECAMATAN :
3. Gambar Potongan Memanjang dan Melintang
4. Gambar Detail
KELURAHAN :

KSM : …………………

Nama Pekerjaan :

Digambar Oleh :
KSM

……………………….

Diperiksa dan Disetujui Oleh :


Faskel Teknik/Askot Infra

………………………..

Diketahui dan Disetujui Oleh :


Askot Infrastruktur

………………………….

68 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


FORM – PHOTO 0%

DOKUMENTASI KEGIATAN INFRASTRUKTUR

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 69


FORM - 4

PENILAIAN TERHADAP DAFTAR KEGIATAN TERLARANG (NEGATIF LIST)

Apakah usulan kegiatan, termasuk dalam salah satu kegiatan yang dilarang untuk dibiayai oleh
dana BDI KOTAKU ?
No BUTIR / ITEM YA TIDAK
1. Pembangunan atau Rahabilitasi gedung Kantor Pemerintah atau kantor BKM
Pembangunan atau Rahabilitasi Rumah Ibadah, termasuk infrastruktur lainnya yang
2.
secara langsung berada didalam lokasi rumah ibadah;
3. Pembebasan Lahan;
Kegiatan yang berkaitan dengan politik praktis (kampanye, demonstrasi, sumbangan
4.
politik, dll);
5. Kegiatan Militer atau semi-militer (pembelian/perdagangan senjata dan sejenisnya);
6. Kegiatan-kegiatan yang berdampak negatif terhadap lingkungan, seperti :
 Membangun didalam dan atau berbatasan langsung dengan area yang dilindungi seperti :
Kawasan Hutan Lindung, Kawasan Bergambut, Kawasan pantai berhutan bakau (Mangrove),
Kawasan Resapan Air, Cagar Alam, Suaka Marga Satwa, Hutan Wisata, Daerah Pengungsian
Satwa, Taman Nasional, Taman Wisata Alam, Cagar Budaya & Ilmu Pengetahuan, Lokasi Situs
Purbakala, lokasi peninggalan sejarah;
 Penggunaan bahan bangunan yang mengandung asbes; .
 Kegiatan produksi dan pengolahan yang menghasilkan emisi atau effluent cair dan gas kecuali
kegiatan dalam skala kecil dan kegiatan-kegiatn yang telah direview dan diberikan sertifikat
oleh Bappedalda berdasarkan standar kontrol polusi air dan udara.
 Memanfaatkan dan atau menghasilkan bahan-bahan limbah berbahaya, termasuk pestisida
dan herbisida, dan produk terkait lainnya;
 Memproduksi, memproses, pengolahan, penyimpanan atau penjualan produk tembakau atau
produk yang mengandung tembakau.
 Memproduksi atau menggunakan bahan yang membahayakan ozon;
 Memproduksi, menyimpan dan pengangkutan cairan, gas atau emisi yang berbahaya
(termasuk kategori limbah berbahaya- B3);
 Kegiatan yang terkait dengan pengelolaan, pengadaan kayu dan peralatan perkayuan.
Pengadaan Kayu diatas 3M3 per kegiatan harus memiliki SKSHH/FAKO
 Pembangunan MCK, Kakus/Jamban tanpa Septictank dan resapan;
 Bangunan/fasilitas Persampahan yang belum terintegrasi dengan sistem persampahan kota
yang sudah ada;
 Drainase yang belum terintegarasi dengan sistem drainase kota yang telah ada atau drainase
tanpa pembuangan akhir;.
 Jaringan Listrik (termasuk lampu penerangan) yang pengelolaan O&Pnya bukan oleh
masyarakat;
7  Berdampak
Deposito ataunegatif
yang terhadap
berkaitanpenduduk asli; memupuk bunga Bank;
dengan usaha
8  Berdampak negatif terhadap kelestarian
Kegiatan yang memanfaatkan BLM sebagai budaya lokal; atau agunan atau garansi, baik
jaminan
yang berhubungan dengan lembaga keuangan dan perbankan atau pihak
ketiga lainnya;
9 Kegiatan yang bertentangan dengan hukum, nilai agama, tata susila dan
kemanusiaan serta tidak sejalan dengan Visi, Misi, Tujuan dan nilai-nilai PNPM Mandiri
Perkotaan
Diverifikasi Oleh : Diverifikasi Oleh : Dibuat Oleh :
Faskel Teknik, UPL, Ketua KSM

(..............................) (...............................) (...........................)

70 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


FORM - 5

DAFTAR UJI IDENTIFIKASI DAMPAK LINGKUNGAN

Hasil uji identifikasi dampak negatif terhadap lingkungan yang mencakup uraian jenis potensi
dampak dan Rencana Tindakan penanganan/mitigasinya sebagaimana diuraikan pada tabel
berikut. Kemudian kami akan melakukan pemantauan atas pelaksanaan pengamanan
tersebut, pada saat perkembangan kegiatan kira-kira mencapai kemajuan 50% dan 100%
guna memastikan bahwa seluruh pengamanan dampak telah kami lakukan.

PEMANTAUAN
POTENSI SUMBER DAMPAK UPAYA PENANGGULANGAN /
NO PENYELESAIAN
NEGATIF POTENSI
50% 100%

...........................,..............201...
Diverifikasi Oleh : Diverifikasi Oleh : Dibuat Oleh :
Faskel Teknik, UPL, Ketua KSM

(.................................) (..................................) (...................................)

(Lihat Referensi Daftar Uji Dampak Lingkungan-Lampiran 4)

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 71


RAB - 2
DAFTAR KUANTITAS PEKERJAAN
KABUPATEN : .......................................
KECAMATAN : ........................................ JENIS KEGIATAN : ....................................
KEL/DESA : ........................................ VOLUME : ....................................
KSM/PANITIA : ........................................ LOKASI : ....................................

NO URAIAN PEKERJAAN SATUAN VOLUME

...........................,..............201...
Diverifikasi Oleh : Diverifikasi Oleh : Dibuat Oleh :
Faskel Teknik, UPL, Ketua KSM

(.................................) (..................................) (...................................)

72 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 73
74 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan
FORM - 7

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 75


FORM -8
STRUKTUR ORGANISASI LAPANGAN
(KSM/Panitia)

KSM/PANITIA
Ketua

Sekretaris

BENDAHARA PELAKSANA LOGISTIK


LAPANGAN

Ketua Regu Kerja/ Ketua Regu Kerja/


Mandor Mandor

MASYARAKAT

SUSUNAN TIM PELAKSANA KSM/PANITIA :

No NAMA POSISI
1. Ketua/Penanggungjawab
2. Sekretaris
3. Bendahara
4. Pelaksana Lapangan
5. Logistik/Pengadaan
6. Ketua Regu Kerja (Mandor)
7. Ketua Regu Kerja (Mandor)
Dst
Susunan Tim Pelaksana Lapangan dapat disesuaikan dengan kondisi Lapangan/SDM KSM

Diverifikasi Oleh : Diverifikasi Oleh : Dibuat Oleh :


Faskel Teknik, UPL, Ketua KSM

(………………………..) (………………………..) (………………………..)


76 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan
FORM -9

DAFTAR PENERIMA MANFAAT KEGIATAN INFRASTRUKTUR


NAMA KEGIATAN :……………………………………………….
VOLUME : ……………………………………………….
LOKASI RT/RW : ……………………………………………….
ID KEPALA
ALAMAT (RW/RT/ JML JML JIWA JML
RUMAH NAMA KEPALA RUMAH JML KK
No LINGKUNGAN/ JML KK JIWA PEREMPUAN JIWA
TANGGA TANGGA MBR
DUSUN) TOTAL MBR
(KRT)

ID Kepala Rumah Tangga sesuai Data Baseline 100-0-100

Diverifikasi Oleh : Diverifikasi Oleh : Dibuat Oleh :


Faskel Teknik, UPL, Ketua KSM

(………………………..) (………………………..) (………………………..)

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 77


REFERENSI DAFTAR UJI IDENTIFIKASI DAMPAK LINGKUNGAN

POTENSI/SUMBER DAMPAK ALTERNATIF UPAYA


No
NEGATIF PENANGGULANGAN/MITIGASI

PRASARANA JALAN, JEMBATAN, GORONG-GORONG, TAMBATAN PERAHU


1 Resiko Longsor akibat Kegiatan Pemindahan trase/jalur jalan atau bangunan ke
Galian/Timbunan Tanah diarea tempat lain yang lebih aman
lereng/tebing Batasi pemindahan tanah hanya pada musin
kering/panas
Dibangun tanggul atau turap penahan
Tampingan diperlandai
Penanaman Vegetasi/jerami didaerah kemiringan
Dipasang pelindung tebing diarea terkena arus
sungai/pantai
2 Jembatan mengganggu lalu lintas
perahu Perletakan jembatan diperbaiki/disesuaikan
3 Jembatan/T.Perahu merubah Tata letak dipindahkan untuk menghindari masalah
arah/aliran sungai Perletakan jembatan diperbaiki/disesuaikan
Dipasang pelindung tebing diarea terkena arus
sungai/pantai
4 Meningkatnya erosi pada tebing Tampingan diperlandai
Penanaman Vegetasi/jerami didaerah kemiringan
5 Meningkatnya erosi pada saluran Dasar saluran diperlandai
pinggir/samping Dipasang penahan pelindung tebing saluran
Dipasang gorong2 bantu untuk mengurangi debit (sub
drainase)
Perkerasan khusus pada badan jalan disekitar
saluran, seperti beton, aspal, dll.
6 Jalan tanah meningkatkan debu Permukaan jalan dipadatkan
Permukaan jalan diberikan perkerasan dari bahan
berbutir kasar (kerikil/sirtu)
7 Jalan menutup/memotong aliran
Dipasang gorong2 sesuai aliran alamiah/drainase
air alamiah/drainase
8 Saluran samping/drainase terjadi Drainase dibuat dari bahan pasangan batu/bata atau
pendangkalan/ sedimentasi beton
Drainase dibuat mengikuti kemiringan alamiah
Drainase dibuat sampai ketempat pembuangan atau
saluran kota yang ada (terintegrasi)
9 Jalan baru akan menebang banyak Pemindahan trase/jalur jalan ke tempat lain yang lebih
pohon-pohon aman
10 Tidak ada pembuangan akhir /ada Drainase dibuat sampai ketempat pembuangan akhir
genangan air dari (seperti sungai, laut) atau terintegrasi dengan Sistem
drainase/Gorong-gorong Drainase kota;
11 Bangunan tidak nyaman/aman Dibuat pagar pengaman pada Tikungan Jalan yang
tajam
Dibuat penahan longsor diderah tebing/lereng atau
badan jalan

78 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


POTENSI/SUMBER DAMPAK ALTERNATIF UPAYA
No
NEGATIF PENANGGULANGAN/MITIGASI

Dibuat pagar pengaman pada jembatan dan di pintu


masuk/ keluar jembatan (kiri+kanan)
Dibuat tembok pengaman pada gorong-gorong
(kiri+kanan)
12 Belum terjamin O&P kegiatan Dibentuk O&P kegiatan dan ada rencana kegiatan
pemeliharaan
PRASARANA AIR BERSIH
1 Galian Sumur (sumur dangkal) Dibuat turap penahan tanah
longsor Dinding Sumur menggunakan Cincin Beton
2 Galian sumur dalam/bor bisa
memunculkan bahan2 tambang Koordinasi dengan dinas pertambangan & geologi/
yang bisa berbahaya, seperti instansi terkait sebelum kegiatan dimulai;
minyak,gas
3 Kualitas air sumur bercampur
mineral/bahan2 berbahaya bagi Dilakukan Pengujian kualitas air sebelum
kesehatan dimanfaatkan
4 Sumur Gali Terlindung
(sumur dangkal) longsor Dinding Sumur dibuat menggunakan Cincin Beton
5 Sumur terlalu dekat dengan Lokasi Sumur dan Septicktank/Resapan minimal 11
MCK/WC meter
6 Air Sumur tercampur air Dibuat bibir sumur yang cukup tinggi
permukaan/Air Rembesan Lokasi Sumur dicari tempat yang tidak sering banjir
7 Mata Air tercampur air permukaan Dibuat Pelindung disekitar mata air untuk mencegah
air masuk
Daerah sekitar mata air diberi pelindung jalur hijau
8 Belum terjamin O&P kegiatan Dibentuk O&P kegiatan dan ada kegiatan
pemeliharaan

POTENSI/SUMBER DAMPAK ALTERNATIF UPAYA


No
NEGATIF PENANGGULANGAN/MITIGASI

PRASARANA MCK, JAMBAN, SALURAN LIMBAH RUMAHTANGGA


1 Tidak ada saluran pembungan Dibuat saluran pembuangan sampai ketempat
limbah cair domestik pembuangan atau drainase yang ada
(MCK,Jamban,Air Cucian
Dapur,dsb) Dibuat Septictank dan Resapan untuk MCK/Jamban
2 Pipa sanitasi dipermukaan tanah Tanam pipa sanitasi dari kakus keseptictank
yang sangat rawan thd sinar
matahari, terinjak, dan kenakalan Buat Lubang Kontrol dan Pipa Udara untuk
manusia septicktank
3 Bangunan MCK, Jamban, Drainase air
Desain/Spesifikasi teknis disesuaikan dengan
limbah, tidak sesuai standar teknis
ketentuan standar teknis bangunan

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 79


4 Septicktank/Resapan MCK/WC Jarak lokasi Septicktank/Resapan dengan Sumur
terlalu dekat dengan Sumur. minimal 11 meter
5 Jenis bangunan Septicktank tidak Jenis bangunan Septicktank disesuaikan dengan daya
sesuai jenis tanah resap tanah
6 Tidak ada pembuangan akhir dari Dibuat Drainase sampai ketempat pembuangan akhir
saluran MCK, WC, Saluran Limbah (seperti sungai, laut) atau terintegrasi dengan Sistem
Rumah Tangga/ada genangan air Drainase kota;
7 Belum terjamin O&P kegiatan Dibentuk O&P kegiatan dan ada rencana kegiatan
pemeliharaan
PRASARANA DRAINASE PERMUKIMAN
1. Resiko Longsor akibat Kegiatan Pemindahan jalur atau bangunan ke tempat lain yang
Galian/Timbunan Tanah diarea lebih aman
lereng/tebing Batasi pemindahan tanah hanya pada musin
kering/panas
Dibangun tanggul atau turap penahan
Tampingan diperlandai
Penanaman Vegetasi/jerami didaerah kemiringan
Dipasang penahan pelindung tebing saluran
2 Meningkatnya erosi pada tebing Tampingan diperlandai
Penanaman Vegetasi/jerami di daerah kemiringan
Dipasang penahan pelindung tebing saluran
3 Saluran terjadi Dasar saluran diperlandai
pendangkalan/sedimentasi akibat Saluran dibuat dari bahan pasangan batu atau beton
erosi dari dinding sal.
Tanah/Tebing Saluran dibuat mengikuti kemiringan alamiah
Saluran pembuangan dibuat sampai ketempat
pembuangan
4 Tidak ada pembuangan akhir Drainase dibuat sampai ketempat pembuangan akhir
drainase/ada genangan air (seperti sungai, laut) atau terintegrasi dengan Sistem
Drainase Kota;
5 Bangunan Drainase Tiidak sesuai Desain/Spesifikasi teknis disesuaikan dengan
standar teknis ketentuan standar teknis bangunan
6 Belum terjamin O&P kegiatan Dibentuk O&P kegiatan dan ada kegiatan
pemeliharaan
PRASARANA PERSAMPAHAN
1 Bangunan Sampah Tiidak sesuai Desain/Spesifikasi teknis disesuaikan dengan
standar teknis ketentuan standar teknis bangunan
2 Tidak ada Pembuangan Sampah dari TPS dibuat terintegrasi dengan Sistem persampahan
TPS kota;
3 Belum terjamin O&P kegiatan Dibentuk O&P kegiatan dan ada kegiatan
Persampahan pemeliharaan

80 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


FORM – V.1

LEMBAR
VERIFIKASI KELAYAKAN PROPOSAL USULAN KEGIATAN SKALA LINGKUNGAN

PENILAIAN
KELAYAKAN CATATAN
No ASPEK YANG DIVERIFIKASI
(PENYEMPURNAAN)
YA TIDAK
A ASPEK ORGANISASI
1 Adakah pengurus, anggota, serta aturan organisasi
yang jelas ?
2 Apakah jumlah anggota organisasi KSM dari
perempuan, minimal 30% ?
3 Apakah KSM telah Mendaftar pada BKM/LKM dan
dinyatakan layak ?
4 Apakah Merupakan Pemanfaat & Pemelihara Sarana &
Prasarana?
5 Adakah kontribusi Swadaya masyarakat ?
B ASPEK MANAJEMEN, TEKNIS KEGIATAN
1 Apakah Kegiatan Infrastruktur yang diusulkan sesuai
prioritas dalam dokumen RPLP ?
2 Apakah rencana lahan lokasi Bangunan telah
dibebaskan (tidak akan ada dampak sosial)?
3 Adakah calon tenaga kerja yang akan terlibat ?

4 Adakah BA Kesepakatan Harga Hasil Survey (minimal 3


toko setempat) ?
5 Adakah Gambar Rencana (DED) Infrastruktur ? ,

6 Adakah dokumentasi/photo kondisi awal (0%) ?


7 Apakah rencana Bangunan tidak bertentangan dengan
Daftar Kegiatan Terlarang ?
8 Apakah rencana Bangunan tidak berpotensi
menimbulkan Dampak Negatif (merusak) Lingkungan?
9 Adakah Daftar Kuantitas Pekerjaan?

10 Adakah Perhitungan RAB (Swadaya & BDI) ?


11 Adakah Jadwal Pelaksanaan Kegiatan ?
12 Adakah Rencana Pengadaan Kegiatan ?
13 Adakah Struktur Organisasi/Susunan Tim Pelaksanaan
Kegiatan ?
Apakah rencana Bangunan layak secara teknis? (Kesesuaian spesifikasi dengan standar
teknis, Kualitas Bahan Utama, Pencapaian Manfaat, dan Keamanan /kenyamanan Pemakai).
1. Apakah Lokasi Yang Dipilih sesuai dengan Jenis
Infrastruktur yang direncanakan ?

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 81


14 2. Apakah Desain/Spesifikasi & kualitas bahan utama
yang direncanakan baik/kuat (sesuai persyaratan
stándar teknis bangunan) ?

PENILAIAN
KELAYA KAN CATATAN
No ASPEK YANG DIVERIFIKASI (PENYEMPURNAAN)
YA TIDAK
3. Apakah bangunan utama dan
pelengkapdari prasarana sudah direncanakan
(minimal untuk menjamin keamanan bagi
pemakai atau agar usia pemakaian prasarana lebih
4. Apakah
lama) ? desain sudah memperhatikan
kebiasaan
5. lokal?
Apakah KSM Mampu mengerjakan sendiri
Prasarana tersebut? (Untuk pekerjaan pemadatan
perkerasan (Kerikil/Sirtu,Telfor, Makadam) agar
diupayakan
6. Apakah menggunakan mesin gilas/pemadat);
desain sudah mempertimbangkan
pencapaian manfaat dari prasarana
(setelah bangunan selesai dapat langsung
bermanfaat), khususnya prasarana seperti Air
Bersih, Drainase, dll;
7. Dan lain2 persyaratan/standar teknis yang dianggap
prinsip pada bangunan tersebut;

JUSTIFIKASI KELAYAKAN
Rekomendasi Hasil Verifikasi
No Nama Yang Memverifikasi Tandatangan
*)
1 BKM/LKM
1. LAYAK
2. LAYAK DENGAN
PENYEMPURNAAN /
(.....................................)
2 Fasilitator Teknik 3. TIDAK LAYAK

(....................................)
3 Askot/TA Infrastruktur OSP

(.......................................)

82 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


FORM – V.2
BERITA ACARA
HASIL VERIFIKASI KELAYAKAN USULAN KEGIATAN SKALA LINGKUNGAN
Pada hari ini ..................................... tanggal ...................... bulan.................. tahun
.......................................................... telah dilaksanakan verifikasi kelayakan proposal usulan
kegiatan KSM Lingkungan sebagaimana yang telah ditetapkan berdasarkan skala prioritas,
Berdasarkan kesepakatan hasil verifikasi maka dinyatakan bahwa kegiatan berikut :

Rekomendasi
No Uraian Kegiatan Kelayakan
1. Nama pekerjaan
2. Lokasi
3. Volume

4. LAYAK untuk dilaksanakan


: sesuai ketentuan Program
Nilai Kegiatan Rp KOTAKU
a. BDI ............................................................
b. Swadaya : Rp ......................................................
c. TOTAL (a+b) : Rp ......................................................
5. Nama KSM/Panitia

Secara lengkap hasil verifikasi terlampir (Formulir Verifikasi Form V.1).


Demikian berita acara ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk
dipergunakan sebagaimana mestinya.
......................,Tgl. . ................... 20.......
Tim Verifikasi : Pengusul :

Faskel Teknik U P L, Ketua PANITIA

(.................................) (..................................) (.................................)


Askot Infra

(......................................)

Mengetahui/Saksi-saksi :
No Nama Jabatan Tandatangan
1 Lurah/Kades 1
2 Ketua RW 2
3 Ketua RT 3
4 To Mas/Mewakili 4

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 83


SURAT PERJANJIAN PEMANFAATAN DANA LINGKUNGAN (SPPD-L)
National Slum Upgrading Program (NSUP)

Proyek : NSUP Tahun Anggaran 201...1)

Paket Perjanjian Kerja :NamaPekerjaan/Kegiatan ................................................................2)

Nomor SPPD-L :..........................................................................................................3)

Berdasarkan:
Surat Perjanjian Kerjasama (SPK) antara BKM/LKM dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Satker PIP Kota ................................... 4), Nomor: .......................................tanggal
................................. 5)

Kami yang bertandatangan dibawah ini:

I. Nama :......................................... 6)
Jabatan : Koordinator Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) .................... 7)
Desa/Kelurahan : ................................,8) Kecamatan,........................Kabupaten/Kota
.............................Provinsi..................................
Alamat : ......................................9)
Berdasarkan Hasil Musyawarah Masyarakat Desa/Kelurahan dan disyahkan/dicatatkan di
Notaris............................ , tanggal........................................... 10)
Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA
II. Nama : ..................................11)
Jabatan : Ketua KSM*) .....................................12)
Alamat : ............................................................... 13)
Desa/Kelurahan ............................ , Kecamatan .......................... , Kabupaten/Kota ..................
Provinsi .......................... 14)
Berdasarkan Hasil Musyawarah Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dan
disyahkan/dicatatkan pada buku register BKM tentang KSM dengan No. Induk................15),
Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA
Maka dengan ini disetujui oleh dan diantara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA tersebut, hal-
hal sebagai berikut:
PASAL 1
LINGKUP PEKERJAAN
PIHAK KEDUA harus melaksanakan, menyelesaikan, memperbaiki Pekerjaan,yaitu:
Nama Paket/Jenis Pekerjaan: ........................................................................................... 16)
Lokasi: ................................................................................................................ 17)

84 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


PASAL 2
DOKUMEN PERJANJIAN KERJA
Dokumen Perjanjian Kerja sebagaimana ditentukan dibawah ini harus dibaca serta merupakan
bagian dari Perjanjian Kerja ini, yaitu:
(1) Surat Perjanjian Pemanfaatan Dana Lingkungan (SPPD-L)
(2) Persyaratan Umum Perjanjian sebagaimana terlampir
(3) Pedoman Umum dan Petunjuk Teknis Pembangunan Sarana & Prasarana
(4) Dokumen Usulan Proposal Pelaksanaan Kegiatan (termasuk catatan/perubahan hasil
verifikasinya)
(i) Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
(ii) Struktur Organisasi dan Usulan Tim Pelaksana Kegiatan KSM
(iii) Rencana Anggaran Biaya Pelaksanaan & Kuantitas Pekerjaan
(iv) Daftar Usulan Tenaga Kerja
(v) Gambar Rencana
(vi) Adendum, bila ada

PASAL 3
JANGKA WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN
3.1. Sesuai dengan SPPD-L dan lampirannya ini, jangka waktu penyelesaian pekerjaan
dihitung sejak Tanggal Mulai Kerja, adalah ........................18) (............................19) hari
kalender kerja).

3.2. Perjanjian Kerja tersebut berlaku sejak tanggal penanda-tanganan oleh kedua belah pihak
yang bersangkutan. Surat Perjanjian ini juga sekaligus sebagai Surat Perintah Mulai
Kerja.

PASAL 4
JUMLAH NILAI PERJANJIAN KERJA
Jumlah Nilai Perjanjian Kerja untuk pekerjaan yang tertuang didalam Pasal (1) SPPD-L ini,
sebagaimana dicantumkan dalam Rencana Anggaran Biaya pada dokumen Usulan Proposal
Pelaksanaan Kegiatan PIHAK KEDUA bersangkutan, sebesar:
20)
Rp.........................(...........................Rupiah) tanpa Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

PASAL 5
HAK DAN KEWAJIBAN
5.1. PIHAK KEDUA menerima dari PIHAK PERTAMA untuk melaksanakan pekerjaan
sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 1, berdasarkan uraian pekerjaan, persyaratan
serta gambar-gambar kerja dan ketentuan lain yang terdapat dalam SPPD-L ini.

5.2. PIHAK KEDUA berkewajiban:

(1). Melaksanakan, menyelesaikan, dan memperbaiki pekerjaan dengan penuh


ketelitian dan kesungguhan, serta menyediakan tenaga teknis pelaksana
lapangan (atau mandor), tenaga kerja, bahan-bahan bangunan, peralatan kerja,
pengangkutan ke atau dari lapangan dan di dalam atau disekitar pekerjaan, serta
melaksanakan segala sesuatu baik yang bersifat permanen maupun bersifat
sementara yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan, penyelesaian, dan
perbaikan pekerjaan.

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 85


(2). Melaksanakan, menyelesaikan, dan memperbaiki seluruh pekerjaan sesuai dengan
spesifikasi teknis yang telah ditentukan dalam perjanjian ini sampai diterima baik
oleh Konsultan Manajemen Wilayah, kecuali apabila menurut hukum ataupun
secara fisik tidak mungkin dilakukan.

(3). Menyediakan dan memenuhi seluruh kontribusi swadaya berupa uang dan natura
atau lainnya, dalam jumlah dan waktu sesuai yang tercantum pada usulan proposal
kegiatan KSM sebelumnya;

(4). Melakukan pembongkaran dan atau perbaikan atas kekurangan pekerjaan yang
telah dilaksanakan atas biaya sendiri/swadaya sesuai rekomendasi hasil sertifikasi
atau sesuai perintah yang disampaikan oleh KMW.

(5). Membuat papan nama pekerjaan dilokasi pekerjaan;

(6). Membuat administrasi dan laporan kemajuan pekerjaan secara berkala maupun
laporan akhir pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan dan keuangan dengan
dilampiri photo-photo kegiatan.

(7). Dalam hal terdapat kelebihan sisa dana nilai perjanjian dan PIHAK KEDUAtidak
bersedia ataupun secara fisik tidak mungkin melakukan pekerjaan tambah untuk
memanfaatkan kembali sisa dana tersebut maka PIHAK KEDUA wajib
mengembalikannya kepada PIHAK PERTAMA.

5.3. PIHAK PERTAMA berkewajiban:

(1). Membayar kepada PIHAK KEDUA atas pelaksanaan, penyelesaian, perbaikan


pekerjaan pada waktu dan dengan cara yang telah ditentukan dalam Perjanjian ini.

(2). Memantau dan memberikan bimbingan keterampilan kepada PIHAK KEDUA agar
mutu konstruksi dan administrasi hasil pekerjaan dapat tercapai. Pelaksanaan hal
ini selanjutnya secara harian akan dijalankan oleh Unit Pengelola Lingkungan (UPL).

5.4 Tanggungjawab kedua belah pihak dijelasakan secara lebih rinci pada persyaratan
umum perjanjian ini dan merupakan satu kesatuan dengan perjanjian ini.

PASAL 6
TAHAP PENCAIRAN

6.1. Pelaksanaan pencairan pekerjaan tersebut dalam pasal (1) Surat Perjanjian ini akan
dilaksanakandalam 3 (tiga) tahap melalui Bank PIHAK KEDUA oleh PIHAK PERTAMA;

6.2. Tahap Pertama sebesar 60% dari nilai SPPD-L diberikan sebagai uang muka setelah
penandatanganan dokumen SPPD-L tanpa harus ada jaminan/Bank Garansi. PIHAK
PERTAMA mengajukan surat permintaan pembayaran dengan melampirkan Rekening
Buku Tabungan KSM (untuk nilai SPPD-L diatas Rp. 30 juta); Rencana Kerja dan Rencana
Penggunaan Dana (RPD);

6.3. Tahap Kedua sebesar 30 % dari nilai SPPD-L dengan ketentuan prestasi pekerjaan telah
mencapai minimum sebesar 50 % dengan melampirkan RPD, Laporan Penggunaan Dana
(LPD) dan Laporan Mingguan/Bulanan terakhir.

6.4. Tahap Ketiga sebesar 10 % dari nilai SPPD-L dengan ketentuan prestasi
pekerjaan telah mencapai minimum sebesar 85% dengan melampirkan RPD, Laporan

86 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


Penggunaan Dana (LPD), Laporan Mingguan/Bulanan terakhir dan Surat Pernyataan
Kesanggupan Menyelesaikan Seluruh Kegiatan Fisik.
PASAL 7
SANKSI

7.1. Berdasarkan hasil penilaian Konsultan Manajemen Wilayah dan atau PJOK, apabila
PIHAK KEDUA terbukti melakukan penyimpangan terhadap ketentuan teknis atau
ditemukan adanya penyalahgunaan dana maka PIHAK PERTAMA dapat memberikan
sanksi kepada PIHAK KEDUA berupa penghentian sementara pencairan dana dan atau
pemutusan perjanjian dan atau pengembalian dana dan atau sanksi sesuai ketentuan
hukum yang berlaku.

7.2. Bentuk-bentuk sanksi tersebut sebagaimana diuraikan secara rinci pada


Persyaratan Umum Perjanjian Pemanfaatan Dana Lingkungan.

PASAL 8
PENYELESAIAN PEKERJAAN

8.1. Setelah pekerjaan selesai 100% atau minimal 97% , PIHAK KEDUA berhak
mengajukan secara tertulis kepada PIHAK PERTAMA dan Konsultan untuk
melakukan Sertifikasi Pekerjaan.

8.2. Hasil Sertifikasi Pekerjaan yang dilaksanakan secara bersama -sama oleh
kedua belah pihak dan Tim KMW ini dituangkan dalam Berita Acara
Pemeriksaan Pekerjaan (BAP2).

PASAL 9
PEMELIHARAAN HASIL PEKERJAAN
PIHAK KEDUA sepakat dan berjanji untuk memelihara hasil pekerjaan atau sarana
dan prasarana yang telah dibangun melalui swadaya masyarakat dengan sebaik -
baiknya.
PASAL 10
KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEUR)

10.1 Selambat-lambatnya 14 (empatbelas) hari dari hari terjadinya keadaan memaksa,


Para Pihakharus saling berkonsultasi untuk memperoleh kesepakatan mengenai
tindakan tepat apa yang harus dilakukan dalam keadaan itu.
10.2 Yang dimaksud “Keadaan Memaksa” (“Force Majeure”) adalah sebagai suatu kejadian
yangtidakdapat dihindari dan diluar kemampuan salah satu pihak, yang menyebabkan
salah satu pihak tersebut tidak mungkin melaksanakan tanggungjawabnya, atau tidak
dapat melaksanakan tugasnya; Keadaan seperti itu termasuk, tapi tidak terbatas pada,
perang, huru-hara, epidemi, gempa bumi, badai, banjir atau akibat dari kondisi alam
lainnya, pemogokan masal (kecuali apabila dalam hal pemogokan, larangan bekerja
atau gangguan industri tersebut, Kedua belah pihak atau salah satu pihak memiliki
kemampuan untuk mencegah terjadinya Keadaan Memaksa), penyitaan atau tindakan
lain oleh pemerintah.
10.3 Keadaan memaksa tidak termasuk (i) kejadian yang disebabkan oleh kelalaian atau
tindakandisengaja dari salah satu pihak. (ii) kejadian dimana salah satu pihak dapat

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 87


menduga hal-hal sebagai berikut: (A) Pada saat itu sudah bisa mempertimbangkan
konsekuensi dari adanya SPPD-L, (B) menghindari atau mengatasi kendala dalam
pelaksanaan kewajiban-kewajiban yang ditentukan dalam proyek.

10.4 Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang diakibatkan oleh karena terjadinya keadaan
memaksa tidak dapat dikenai sanksi.

PASAL 11
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
11.1 Para Pihak yang akan mencari jalan keluar terbaik untuk menyelesaikan setiap
perselisihan yang timbul, atau perselisihan yang berhubungan dengan pasal-pasal dalam
SPPD-L ini atau perselisihan yang timbul karena penafsiran atas SPPD-L ini.
11.2 Jika ada perselisihan yang timbul diantara para pihak dalam SPPD-L ini yang tidak dapat
diselesaikan secara musyawarah, maka salah satu pihak atau kedua belah pihak dapat
menyelesaikan melalui ketentuan hukum yang berlaku.
PASAL 12
PENUTUP
Surat Perjanjian Pemanfaatan Dana Lingkungan (SPPD-L) ini dianggap sah setelah
ditandatangani oleh kedua belah pihak pada tanggal, bulan, dan tahun tersebut dibawah, dan
dibuat dalam rangkap 3 (tiga), terdiri dari 2 (dua) lembar asli dan bermaterai secukupnya dan
1 (satu) lembar asli tanpa materai, serta mempunyai kekuatan hukum yang sama untuk PIHAK
PERTAMA dan PIHAK KEDUA.

.....................................,..................201..... 21)

PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA


KOORDINATOR BKM/LKM................... 22) KETUA KSM.......................... 24)

Materai
6000

(........................................) 23) (.....................................) 25)

MENGETAHUI KONSULTAN MANAJEMEN WILAYAH (KMW)/KORKOT

(..............................................) 26)

88 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


KETERANGAN :
1) = Tahun Anggaran Pelaksanaan Paket Pekerjaan
2) = Nama Pekerjaan/Paket Pekerjaan yang akan dilaksanakan
3) = Nomor Perjanjian Kerja
4) = Nama Kab/Kota Lokasi Kegiatan
5) = Nomor dan Tanggal SPK
6) = Nama Koordinator BKM bersangkutan
7) = Nama BKM bersangkutan
8) = Nama Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kab/Kota dan Provinsi Lokasi Kegiatan
9) = Alamat BKM/LKM
10) = Nomor dan Tanggal Pengesahan Notaris dari BKM
11) = Nama Ketua KSM
12) = Nama KSM
13) = Alamat Sekretariat KSM
14) = Lokasi Kegiatan/Prasarana Desa/Kelurahan/Kecamatan/Kabupaten/Kota
15) = Nomor Induk/Registari KSM yang tercatat dibuku Registrasi BKM
16) = Nama Paket Pekerjaan/Kegiatan KSM
17) = Lokasi Kegiatan/Prasarana RT/RW/Dusun
18) = Tanggal Mulai Kerja yang sama dengan tanggal penandatangan perjanjian ini
19) = Jumlah hari kalender pelaksanaan pekerjaan
20) = Jumlah Nilai BDI dalam angka dan huruf
21) = Tempat dan Tanggal Perjanjian dibuat
22) = Nama BKM/LKM
23) = Nama Koordinator BKM/LKM
24) = Nama KSM
25) = Nama Ketua KSM
26) = Nama Yang Mewakili KMW (Korkot)

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 89


LEMBAR SERTIFIKASI INFRASTRUKTUR

:....................... Desa/Kelurahan : ..........................


Nama KSM Jenis :....................... Kecamatan : ..........................
Kegiatan Volume :....................... Kota/Kabupaten : ..........................
Progres Fisik :....................... % KMW/Provinsi :...........................
Berilahtanda (V) pada Kolom ”Ya/Tidak” yang sesuai

PENILAIAN
No BUTIR SERTIFIKASI CATATAN
YA TIDAK
A. CAPAIAN KUALITAS PROSES
&PEMANFAATAN
Apakah KSM/Panitia sudah memperoleh pelatihan /coaching
1
mengenai cara perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi dan
pemeliharaan?
2 Apakah kelayakan Teknik Kegiatan KSM/Panitia telah diverifikasi
dan disetujui oleh Tim KMW?
3 Apakah KSM/Panitia melakukan pemeriksaan terhadap
kesesuaian bahan yang diterima dengan spesifikasi
teknik/contoh yang disetujui konsultan?
4 Apakah pekerjaan dilaksanakan oleh tenaga kerja/ tukang yang
memahami cara melakukan pekerjaan?
5 Apakah kelengkapan Bangunan yang dibuat dapat memberikan
keamanan/kenyamanan bagi pemakai?

6 Apakah bangunan dapat berfungsi dengan baik dan bermanfaat?

Apakah prosedur penanganan dampak telah dilaksanakan dengan


7 baik /terpenuhi? (Jawaban pertanyaan ini berdasarkan hasil
ceklist pengamanan dampak/Form 5, Proposal)

8 Apakah ada Surat Pernyataan Kesanggupan


Pemanfaatan & Pemeliharaan Prasarana dari Panitia?
9 Apakah telah dibentuk dan disepakati Organisasi / Kelompok
Pemanfaatan & Pemeliharaan (KPP) Kegiatan?
10 Apakah telah dibuat dan disepakati Rencana Kerja
Pemeliharaan Kegiatan?

B. CAPAIAN KESESUAIAN VOLUME & KUALITAS PEKERJAAN

KESESUAIAN CACAT &


No URAIAN KEGIATAN KEKURANGAN REKOMENDASI PERBAIKAN
VOLUME

1
2
3
4
5
6
Dst

90 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


C. PEMANFAATAN DANA BDI & CAPAIAN SWADAYA MASYARAKAT
a. N ila i BD I SP PD - L s.d p e rub ah an t e rakh ir (b ila ad a) : Rp ...........................
b. J u m la h d an a SPPD-L yang telah terserap dari BKM/LKM : Rp...........................
c. S isa d ana SPPD-L (a-b) : Rp. ..........................
d. J u m la h Nilai Target Swadaya : Rp. ..........................
e. Jumlah Nilai Realisasi Swadaya : Rp. .........................
f. Prosen Raealisasi Swadaya terhadap total nilai Kegiatan (dx100/e) : ... %
Kesimpulan & Rekomendasi:
Demikian hasil Sertifikasi ini dibuat dalam keadaan yang sebenarnya dan apabila dikemudian
hari ditemukan ada ketidak sesuaian maka bersedia mempertanggungjawabkan dan
menerima sanksi sesuai ketentuan yang ada.

, ............................................................. 201....

Tim Seritifikasi:

No Nama Jabatan/Posisi Tanda Tangan


1
Unsur Satker PIP
2
Unsur Konsultan
3
Unsur BKM/LKM
4
Unsur KSM
5
Unsur Pemerintah Desa/Kel

Catatan : Lampirkan Copy Ceklist Daftar Uji Identifikasi Lingkungan yang telah terisi

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 91


SURAT PERNYATAAN PENYELESAIAN PEKERJAAN (SP3) BDI

Kelurahan/Desa : ..............................................................
Kecamatan :.................................................................
Kab/Kota :.................................................
KMW Provinsi :................................................................
Yang bertandatangan di bawah ini, Koordinator Badan Keswadayaan Masyarakat dan Ketua
Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) di Kelurahan sebagaimana dimaksud di atas, dengan ini
secara bersama-sama menyatakan bahwa pelaksanaan kegiatan oleh KSM tersebut, telah
mencapai kemajuan 100% sebagaimana dalam Proposal yang disetujui.
Dengan selesainya pelaksanaan kegiatan tersebut maka selanjutnya tanggungjawab
“pengoperasian dan pemeliharaan prasarana berada di tangan Tim Pemelihara (masyarakat)
dibawah pendampingan UPL”.

Yang Membuat Pernyataan,

KSM ............... BKM/LKM............

(___________________________) (____________________)
Ketua KSM Koordinator,

Diketahu/Disetujui

( ____________________)
Askot Infra/ Fastek

(* Coret yang tidak perlu)

92 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


LAPORAN DWI MINGGUAN : KEMAJUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

Minggu Ke : .....s/d .....


:
Kabupaten
_________________________
: Jenis
Kecamatan : _________________________
_________________________ Kegiatan
:
Kelurahan/Desa Volume : _________________________ Tanggal : _____s/d_____
_________________________
:
KSM/Panitia Lokasi : _________________________ Lembar : 1 dari 2
_________________________

1. KEMAJUAN FISIK

REALISASI VOLUME PEKERJAAN SISA PEKERJAAN


BOBOT
BOBOT s.d KEMAJUAN
URAIAN VOLUME
No SATUAN RENCAN Minggu Minggu Ini s.d Minggu Ini PEKERJAAN
PEKERJAAN RENCANA
A (%) Lalu S/D MINGGU Volume Prosen (%) Bobot (%)
Volum (%)
Volume Volume %
e
(13)=(4)-
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
(8)=(6)+(7) (9)=(8/4)x100 (12)=(9x5)/100 (8) (14)=(13/4)x100 (15)=(14x5)/100
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Dst.
JUMLAH

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 93


2. REALISASI DANA

No URAIAN TOTAL RENCANA ( Rp ) REALISASI s/d MINGGU INI ( Rp ) PROSEN REALISASI ( % )


1 Sumber Dana BDI
2 Sumber Dana Swadaya
3 Sumber Dana Lain-lain (pihak ketiga/APBD)
JUMLAH

3. REALISASI PENGGUNAAN DANA BDI & SWADAYA


DARI DANA BDI KOTAKU DARI SWADAYA TOTAL
REALISASI BIAYA REALISASI BIAYA REALISASI
TOTAL BIAYA S.D
URAIAN KOMPONEN TOTAL RENCANA BIAYA s.d Dwi Dwi RENCANA s.d Dwi Dwi
s.d Dwi % s.d Dwi s.d Dwi % s.d Dwi DWI
Minggu Minggu BIAYA Minggu Minggu
Minggu Ini Minggu Ini Minggu Ini Minggu Ini MINGGU INI
Lalu Ini Lalu Ini
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (%) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (%) (Rp)
(1) (2) (3) (4) (5)=(3)+(4) (6)=(5/2)x100 (7) (8) (9) (10)=(0)+(9) (11)=(10/7)x100 (12)=(5)+(10)

A. TENAGA KERJA

B. BAHAN/MATERIAL

C. ALAT

D. ADMINISTRASI

E. TANAH/TANAMAN

F. DANA TUNAI

G. KONSUMSI

H. SUMBER DANA LAIN2*)

TOTAL
*) Dapat Berupa Sumbangan Pihak Ketiga atau Dana APBD

94 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


4. PENGGUNAAN TENAGA KERJA
REALISASI TENAGA KERJA
DARI DANA BDI KOTAKU DARI SWADAYA TOTAL REALISASI
No URAIAN TENAGA KERJA TARGET TOTAL HOK BIAYA S.D DWI
Dwi s.d Dwi s.d Dwi s.d Dwi MINGGU INI
s.d Dwi Minggu Lalu Minggu Minggu Minggu Dwi Minggu Ini Minggu
Ini Ini Lalu Ini
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10=(6)+(9)
1 KEP.KLP/MANDOR (HOK)

2 TUKANG (HOK)

3 PEKERJA (HOK)

JUMLAH HOK
5 Jumlah Laki2 (Kumulatif) ........................ Orang ........................ Orang ................. Orang
6 Jumlah Perempuan (Kumulatif) ........................ Orang ........................ Orang ................. Orang
JUMLAH TENAGA KERJA (L+P) ........................ Orang ........................ Orang ................. Orang

7 JUMLAH TENAGA KERJA (MISKIN) ........................ Orang ........................ Orang ................. Orang

Catatan : Format ini merupakan bagian untuk pencairan Dana BDI tahap II dan Tahap III, dibuat sesuai jumlah KSM prasarana yang telah menerima dana BDI tahap sebelumnya

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 95


FORM - 1
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KSM

A. DATA USULAN KEGIATAN


Kota/Kabupaten :

Kecamatan :

Kelurahan/Desa :

Nama BKM :

Nama KSM/Panitia Jumlah Anggota KSM/Panitia (Org)

KSM/Panitia : L P Miskin Jumlah

Paket Kegiatan : Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Skala Lingkungan

1. ........................................................................... Meter/Unit *)
Jenis dan Volume
: 2. ........................................................................... Meter/Unit *)
Kegiatan
3. Dst.

Alasan Pembangunan Upaya menyelesaikan permasalahan kekumuhan, khususnya pada Kriteria


:
Prasarana Kekumuhan : ....................................................................... **)

Kawasan Kumuh : ……………................................


Lokasi Pekerjaan : Dusun/RT/RW : ……………................................
Kelurahan/Desa : ……………................................
Luas Delineasi Kaw. Kumuh Awal Outcome Pelayanan Kegiatan
Outcome Kegiatan :
....................... Ha ....................... Ha/Meter/KK ***)

Jumlah :............ KK
Penerima Manfaat****) : ........... Jiwa ........ Jiwa (L) ......... Jiwa (P)
........... MBR ........ MBR (L) ......... MBR (P)

Gotong Semi Gotong Kerjasama Pihak


Metode Konstruksi : Royong Royong Ketiga

Status
:
Tanah/Lokasi Kegiatan

Keterangan :
Tanda : *) Satuan Kegiatan Pilih Salah Satu Meter atau Unit
Tanda : **) Diisi Kriteria Kumuh yang menjadi alasan diusulankannya kegiatan (dapat lebih dari satu Kriteria Kekumuhan)
Tanda : ***) Outcome/Pelayanan Kegiatan dapat berupa Luas Pelayanan (Ha) atau jumlah KK yang terlayani sesuai satuan pengukuran Kriteria
dalam Metode Perhitungan outcome Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh.
Tanda :****) Lampirkan Daftar Penerima Manfaat Kegiatan Infrastruktur (Form-9)

96 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


B. LAMPIRAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN (LPJ) KSM BERISI :
1. Buku Bank,
2. Rencana Penggunaan Dana (RPD) tahap 1 (60 %), tahap 2 (30 %) dan tahap 3 (10%).
3. Buku Kas,
4. Bukti-Bukti Transaksi/Pembayaran,
5. Laporan Penggunaan Dana (LPD) tahap 1 (60 %), tahap 2 (30 %) dan tahap 3 (10%).
6. Daftar Hadir/Absen Pekerja,
7. Laporan Kemajuan Pekerjaan
8. Rekapitulasi Rencana dan Realisasi Anggaran Biaya
9. Berita Acara Perubahan Pekerjaan dan Lampiran RAB Perubahan (Jika Ada Perubahan
Pekerjaan),
10. Foto Dokumentasi Progres Fisik : 0 %, 25 %, 50 %, 75 %, 100 %
11. Gambar As Built Drawings / Gambar Terlaksana
12. Lembar Sertifikasi dan Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan (BAP2)
13. Surat Pernyataan Penyelesaian Pekerjaan (SP3)
14. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan dari LKM/BKM kepada PPK Satker PIP Kab/Kota
15. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan dari PPK Satker PIP Kab/Kota kepada
Pemerintah kelurahan/Desa

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 97


DOKUMENTASI KEGIATAN PRASARANA
PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU)
DOKUMENTASI KEGIATAN PRASARANA

Nama KSM :

Desa :

Jenis Prasarana :

Titik : 1
Kondisi : 0%

Nama KSM :

Desa :

Jenis Prasarana :

Titik : 1
Kondisi : 25%

Nama KSM :

Desa :

Jenis Prasarana :

Titik : 1
Kondisi : 50%

Nama KSM :

Desa :

Jenis Prasarana :

Titik : 1
Kondisi : 75%

Nama KSM :

Desa :

Jenis Prasarana :

Titik : 1
Kondisi : 100%

(Dibuat masing-Masing untuk tiap jenis paket pekerjaan)


Halaman berikutnya diisi dengan Laporan Pembukuan Keuangan dan Bukti/Kuitansi Belanja KSM (Asli)

98 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


RENCANA PENGGUNAAN DANA (RPD)
PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU)- NSUP

Kab/Kota :..................................... Termin/Tahap: .................................


Kecamatan :..................................... Jenis Kegiatan : .................................
Kelurahan/Desa :..................................... Volume : .................................
KSM :..................................... Lokasi : .................................

Satuan Harga Satuan


No Uraian RPD Volume Total Harga (Rp)
(meter/unit) (Rp)
A UPAH
1
2
3
B BAHAN
1
2
3
dst
C ALAT
1
2
3
dst
D ADMINISTRASI
1
2

Jumlah

..........................,..............20...
Diperiksa UPL Dibuat Oleh
KSM:...................................

(.......................................) (..........................................)
Ketua KSM
Diverifikasi dan Disetujui Oleh,
Fasilitator Teknik

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 99


LAPORAN PENGGUNAAN DANA (LPD)
PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU)- NSUP

Kab/Kota :..................................... Termin/Tahap: .................................


Kecamatan :..................................... Jenis Kegiatan : .................................
Kelurahan/Desa :..................................... Volume : .................................
KSM :..................................... Lokasi : .................................

Satuan Harga Satuan


No Uraian LPD Volume Total Harga (Rp)
(meter/unit) (Rp)
A UPAH
1
2
3
B BAHAN
1
2
3
dst
C ALAT
1
2
3
dst
D ADMINISTRASI
1
2

Jumlah

..........................,..............20...
Diperiksa UPL Dibuat Oleh
KSM:...................................

(.......................................) (..........................................)
Ketua KSM
Diverifikasi dan Disetujui Oleh,
Fasilitator Teknik

100 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


kotaku.pu.go.id

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM dan PERUMAHAN RAKYAT


Jl. Pattimura a0, Kebayoran Baru Jakarta Selatan 1a110

Anda mungkin juga menyukai