Anda di halaman 1dari 2

MACAM-MACAM NORMA DAN CONTOHNYA

Macam-macam norma yang biasanya diajarkan di kelas sosiologi ada empat, yaitu norma
agama, norma kesopanan, norma kesusilaan, dan norma hukum. Keempat norma tersebut
selalu berlaku relatif. Artinya, tergantung waktu dan lokasi dimana masyarakat hidup.

Di suatu negara, misalnya, apa yang menjadi norma belum tentu menjadi norma di negara
lain. Mempelajari norma yang berlaku di masyarakat merupakan upaya ”membaca” situasi
sosial di sekitar.

Seringkali macam-macam norma yang jumlahnya ada empat itu disebut sebagai norma
sosial. Norma, apapun jenisnya selalu berlaku untuk orang banyak atau setidaknya tidak
hanya satu individual. Postingan ini akan membahas tentang macam-macam norma sosial
disertai contohnya.

Macam-macam norma :

1. Norma agama

Norma agama berasal dan diyakini turun dari Tuhan Yang Maha Esa. Praktik
penerapan norma agama diperkuat oleh adanya institusi agama. Ajaran teologi
mendistribusi pengetahuan akan adanya aturan dari Tuhan untuk dipatuhi. Siapa yang
melanggarnya diyakini akan mendapat siksa dari Tuhan.

Bentuk norma agama berbeda-beda tiap masyarakat tergantung agamanya dan atau
alirannya apa. Sebagai contoh, dalam Islam, menyembelih sapi jika dilakukan dengan
cara sesuai syariat diperbolehkan. Bahkan pada hari raya idul Adha disunnahkan.
Namun dalam agama Hindu, sapi dianggap sebagai hewan suci titisan dewa,
menyembelihnya tidak diperbolehkan.

Variabel paling jelas untuk menjelaskan perbedaan pandangan tersebut tentu saja
norma agama. Perbedaan norma agama adalah keniscayaan. Sudah selayaknya antar
umat beragama mempelajari ajaran agama lain sebagai basis toleransi.

2. Norma kesopanan

Norma kesopanan bersumber dari konsensus atau kesepakatan masyarakat.


Kesepakatan tersebut diciptakan sejak lama yang mengakar dalam tradisi. Untuk
mengubahnya biasanya memerlukan waktu yang sangat lama. Kesopanan sejalan
dengan keelokan. Sehingga siapa yang melanggarnya dianggap tidak elok atau tidak
etis.

Oleh karena berdasarkan pada kesepakatan yang mengakar di tradisi, norma


kesopanan juga sangat relatif. Suatu perbuatan dianggap sopan atau tidak tentunya
tergantung pada dimana perbuatan itu dilakukan. Selain itu yang tidak kalah penting
juga kapan perbuatan itu terjadi. Sebab, di lokasi yang sama, perbuatan yang dulu
dianggap tidak sopan bisa jadi sekarang tidak apa-apa.
Sebagai contoh, di Indonesia ketika memanggil orang yang lebih tua, kita
menggunakan awalan sapaan seperti ”pak”, ”bu”, ”om”, ”kakak”, dan sebagainya,
bahkan di Jawa berucap dengan bahasa krama. Namun di negara lain, misalnya di
beberapa negara Eropa Barat, kita memanggil orang yang lebih tua bisa cukup dengan
namanya.

3. Norma kesusilaan

macam-macam normaNorma kesusilaan dianggap bersumber dari hati nurani manusia.


Norma ini menjunjung tinggi manusia dan nilai-nilai kemanusiaan. Tak seperti macam-
macam norma lainnya yang sudah disebutkan di atas, norma kesusilaan berlaku lebih
universal. Anggapan yang umum terhadap norma ini adalah suara batin manusia
sebenarnya mendambakan nilai-nilai baik yang universal seperti kejujuran, keadilan,
kesejahteraan dan sebagainya.

Orang yang melanggar norma kesusilaan biasanya dikucilkan oleh masyarakat. Mereka
juga tak jarang dianggap tidak manusiawi. Bahkan bila perbuatannya ekstrim,
dianggap buas seperti hewan atau lebih buruk dari itu.

Sebagai contoh, pamit pada orang tuanya mau kuliah tapi ternyata berduaan
bercumbu rayu di semak belukar dengan paksaan. Orang tersebut tidak hanya
berbohong namun juga memaksa orang lain untuk menuruti nafsunya.

4. Norma hukum

Norma hukum bersumber dari kesepakatan orang-orang yang dikristalkan dalam


bentuk undang-undang atau aturan hukum lainnya. Norma hukum dapat disebut juga
aturan hukum yang berisi tentang perintah dan larangan serta hukuman apa yang
diperoleh bagi pelanggar. Norma hukum selalu berbentuk tertulis.

Orang yang melanggar hukum akan menghadapi hukuman yang jelas. Vonis terhadap
pelanggar hukum dilakukan melalui proses peradilan. Berbeda dengan macam-macam
norma lainnya, sanksi hukum bersifat memaksa. Artinya, pelanggar hukum harus
mendapatkan hukuman. Hal ini tentu dengan asumsi bahwa penegak hukum adalah
orang-orang yang adil.

Sebagai contoh, mencuri uang rakyat adalah perbuatan pelanggaran hukum yang
hukumannya telah diatur dalam undang-undang. Tukang parkir liar adalah para
pelanggar hukum kelas teri yang bisa dituntut hukuman. Koruptor dan tukang parkir
liar sebaiknya dimasukkan ke kantong sampah.

Anda mungkin juga menyukai