TINJAUAN PUSTAKA
A. Gingiva Enlargement
1.1.1 Definisi
Pembesaran gingiva atau yang sering dikenal dengan istilah gingiva enlargement
adalah jaringan gusi membesar secara berlebihan di antara gigi dan atau pada daerah
leher gigi. Dahulu pembesaran gingiva disebut sebagai hypertrophic gingivitis atau
gingiva hyperplasia. Hiperplasi adalah penambahan jumlah sel dan hipertropi
adalah peningkatan ukuran sel. Karena hiperplasi dan hipertrofi hanya bisa
didiagnosis secara histologis dan memerlukan analisis mikroskopis jaringan, maka
istilah pembesaran gingiva lebih tepat digunakan untuk menerangkan keadaan ini.
1.1.2 Distribusi dan lokasi pembesaran gingiva
1) Lokal : terbatas pada satu gingiva atau sekelompok gigi
2) General : meliputi gingiva seluruh rongga mulut
3) Marginal : pada sisi tepi gingiva
4) Papillary : pada papilla interdental
5) Diffus : meliputi bagian tepi gingiva, gingiva cekat dan papilla interdental
6) Diskret : seperti tumor, bisa bertangkai atau tidak bertangkai.
1.2.3 Skorring Enlargement gingiva
0 : Tidak ada pembesaran gingiva
1 : Pembesaran gingiva terjadi pada papilla interdental.
2 : Pembesaran gingiva meliputi papilla interdental dan tepi gingiva.
3 : Pembesaran gingiva menutupi mahkota gigi atau lebih.
2.2.4 Penyebab pembesaran gingiva
2.2.4.1 Inflamasi
2.2.4.1.1 Inflamasi akut
A. Abses gingiva
Manifestasi klinik abses gingiva berupa lesi merah menonjol yang terlokalisir
dengan permukaan yang mengkilat, nyeri jika ditekan, terdapat adanya eksudat
yang purulen pada tepi gingiva atau papilla interdental. Dalam 24-48 jam abses
1
menjadi fluktuasi dan dapat ruptur secara spontan sehingga mengeluarkan eksudat
purulen dari lubang abses.
B. Abses periodontal
Disebabkan karena pertumbuhan bakteri dalam periodontal pocked. Periodontal
pocked diawali dari penyakit periodontal karena infeksi gusi yang disebabkan oleh
plak bakteri, tar, sisa makanan yg terakumulasi dan pengaruh sistem imun tubuh.
Abses periodontal bersifat sangat destruktif dan jika tidak diterapi dengan tepat dan
cepat dapat menimbulkan kerusakan yang irreversible pada ligamen dan tulang
sehingga gigi dapat tanggal dengan sendirinya.
2.2.4.1.2 Inflamasi kronik
Kondisi kronik biasanya merupakan komplikasi dari inflamasi akut atau trauma.
Pada tahap awal, pembesaran gingiva terjadi pada papilla interdental dan atau tepi
gingiva, kemudian akan semakin bertambah besar hingga menutup permukaan
mahkota gigi. Prosesnya berjalan lambat serta tanpa rasa sakit, kecuali jika ada
komplikasi akut atau adanya trauma.
Penyebab-penyebab terjadinya inflamasi kronik pada gingiva yaitu:
1) Faktor lokal endogen ( gigi )
a) Kebersihan rongga mulut
b) Malposisi gigi atau susunan gigi yang tidak teratur
c) Penggunaan prostetis atau peralatan ortodonti
d) Kavitas karies
2) Faktor lokal eksogen ( lingkungan )
(A.) Kimia
(B.) Termal
2.2.4.2 Pembesaran fibrotik
2.2.4.2.1 Akibat penggunaan obat
Pembesaran gingiva diketahui dapat dipengaruhi oleh penggunaaan obat seperti
antikonvulsan, immunosupresan dan antihipertensi. Obat tersebut tidak hanya
memiliki efek pada organ target, namun memiliki efek samping ke jaringan tubuh
yang lain seperti gingiva, yang dapat menyebabkan perubahan gingiva secara
histopatologi dan klinik. Perubahan tersebut berpengaruh terhadap proses
2
berbicara, proses mengunyah, pertumbuhan gigi maupun dapat mengganggu dalam
hal estetika.
2.2.4.2.1.1 Fenitoin ( Dilantin, antikonvulsan, antiepilepsi )
Jenis lain hydantoin yang diketahui dapat menginduksi pembesaran gingiva
adalah ethotoin dan mefenitoin. Obat antikejang lain yang dapat menyebakan
pembesaran gingiva adalah susinamide dan asam valproat. Epilepsi adalah suatu
kumpulan gejala dan tanda-tanda klinis yang muncul disebabkan oleh gangguan
fungsi otak secara intermiten yang terjadi akibat lepasnya muatan listrik abnormal
dengan berbagai macam etiologi. Serangan atau bangkitan epilepsi yang dikenal
dengan nama epileptic seizure adalah manifestasi klinik yang serupa dan berulang
secara paroksisimal, yang disebabkan oleh hiperaktivitas listrik sekelompok sel
syaraf diotak yang spontan dan bukan disebabkan oleh suatu penyakit otak akut.
Fenitoin masih merupakan obat pilihan pertama pada kasus epilepsi meskipun
diketahui memiliki efek samping berupa pembesaran gingiva. Ditemukan fakta
bahwa sekitar 50% pasien yang mendapat terapi fenitoin mengalami pembesaran
gingiva. Hal ini disebabkan karena fenitoin dapat menstimulasi proliferasi
fibroblast dan epitel. Fibroblast tersebut akan menginduksi peningkatan sintesis
glikosaminoglikan sulfat in vitro sehingga menyebabkan pembesaran gingiva.
Tetapi tidak semua pasien yang mengkonsumsi fenitoin mengalami pembesaran
gingiva. Terdapat 3 tipe pembesaran gingiva, yaitu :
Tipe I : Non-inflamasi
Pembesaran gingiva pada tipe I disebabkan karena penggunaan fenitoin.
Mengganti terapi fenitoin dengan obat antiepilepsi yang lain merupakan satu-
satunya cara untuk mencegah terjadinya pembesaran gingiva pada tipe I ini. Setelah
penggantian fenitoin dengan jenis obat anti-epilepsi yang lain, maka hiperplasi akan
menghilang dengan sendirinya dalam beberapa bulan.
Tipe II : Inflamasi
Adanya iritasi lokal pada jaringan periodontal menyebabkan inflamasi pada
gingiva sehingga gingiva dapat membesar. Pembesaran gingiva pada tipe II ini
murni karena iritasi lokal dan tidak ada hubungannya dengan penggunaan fenitoin.
Tipe III : Kombinasi
3
Merupakan kombinasi antara tipe I dan tipe II, yaitu karena penggunaan fenitoin
dan adanya iritasi lokal.
2.2.4.2.1.2 Siklosporin ( immunosupresif )
Obat ini banyak digunakan pada kasus transplantasi organ dan terapi penyakit
autoimun, seperti rheumatoid arthritis atau SLE (Systemic Lupus Eritematosus).
Biasanya pembesaran gingiva terjadi setelah 1-3 bulan pemberian terapi. Anak-
anak dan remaja lebih rentan terkena pembesaran gingiva pada pemakaian
siklosporin dibandingkan dengan dewasa. Siklosporin menyebabkan penebalan
epitel, peningkatan vaskularisasi, infiltrasi sel plasma dan limfosit serta
peningkatan jumlah fibroblast dengan akumulasi komponen matriks ekstraseluler.
2.2.4.2.1.3 Calcium channel blocker
Calcium channel blocker banyak digunakan untuk terapi angina pectoris, spasme
arteri koronaria, aritmia jantung, supraventrikular takikardi dan hipertensi. Efek
farmakologi dari calcium channel blocker adalah menghambat influk atau
masuknya ion kalsium pada membran sel otot jantung dan sel otot polos. Sehingga
mengakibatkan terjadinya dilatasi arteri koronaria dan arteri perifer, menurunkan
heart rate, menurunkan kontraksi miocard dan menghambat konduksi
atrioventrikuler. Calcium channel blocker termasuk dalam derivat dihidropiridine
(amlodiplin, felodiplin, nicardipin, nifedipin) dan derivat benzothiazin (verapamil).
Nifedipin merupakan salah satu obat yang paling sering digunakan untuk pasien
hipertensi, dan dilaporkan sekitar 20% pasien mengalami pembesaran gingiva.
2.2.4.2.2 Idiopatik
Idiopatic fibromatosis gingiva disebabkan oleh faktor genetik. Progresifitasnya
berjalan lambat, bersifat jinak, tidak mudah berdarah, asimptomatis, dapat sampai
menutupi lebih dari 2/3 mahkota gigi, warna gingiva seperti keadaan normal dan
secara klinik berhubungan dengan periodontitis kronik. Kasus ini merupakan kasus
yang jarang terjadi dan biasanya merupakan bagian dari suatu sindrome. Hereditary
gingiva fibromatosis (HGF) dapat dikarenakan mutasi gen SOS-1 ataupun mutasi
gen yang lain.
4
2.2.4.3 Berkaitan dengan penyakit dan kondisi sistemik
2.2.4.3.1 Penyakit sistemik
1) Leukemia
Pembesaran dan perdarahan gingiva merupakan komplikasi oral yang
paling umum dari leukemia. Jaringan gingiva pada penderita leukemia
menjadi lebih rentan terhadap infiltrasi sel leukemia yang menyebabkan
pengeluaran komponen molekul adhesi endotelial sehingga infiltrasi leukosit
meningkat. Penyebab leukemia sampai saat ini belum diketahui secara pasti,
akan tetapi beberapa faktor yang diduga mempengaruhi frekuensi terjadinya
leukemia yaitu :
a) Faktor genetik seperti penderita Down syndrome, Li-fraumeni syndrome,
Klinifelter syndrome, kelainan sistem imun herediter, riwayat keluarga
menderita leukemia.
b) Gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, minum alkohol, obesitas,
sering terpapar sinar matahari.
c) Faktor lingkungan sekitar akibat terpapar radiasi dan bahan kimia tertentu.
d) Penurunan sistem imun seperti pada pasien transplantasi organ.
e) Faktor resiko yang kontroversial atau belum terbukti yaitu sering terpapar
medan elektromagnetik, infeksi diawal kehidupan, usia ibu saat anak
dilahirkan, riwayat orang tua yang terpapar bahan kimia, dan air yang
terkontaminasi bahan kimia.
2) Wegner’s Granulomatosisn (WG)
Merupakan suatu penyakit yang ditandai adanya inflamasi, nekrosis,
granuloma, vaskulitis pada pembuluh darah kecil dan sedang yang sebagian
besar mengenai saluran nafas atas, paru-paru dan ginjal.
3) Sarkoidosis
Sarkoidosis adalah sebuah penyakit granulomatous nonkaseosa
multisistem yang belum diketahui etiologinya. Penyakit ini banyak terjadi
pada dewasa muda usia 20 atau 30 tahun. Sarkoidosis banyak terjadi pada ras
kulit hitam dan dapat mempengaruhi hampir semua organ tubuh, seperti paru-
paru, mata, hati, kulit, limpa, tulang,sendi, otot rangka, jantung dan sistem
saraf pusat serta gingiva. Sarkoidosis juga disebut sarcoid yang berasal dari
5
bahasa Yunani sark dan oid yang berarti kelihatan seperti daging. Sarkoidosis
juga disebut penyakit Besnier-Boeck.
2.2.4.3.2 Keadaan sistemik tubuh
1) Kehamilan
Selama kehamilan terjadi peningkatan hormon progesterone dan
esterogen. Pada trimester ke-3 kehamilan, peningkatan kedua hormon bisa
mencapai 10-30 kali. Hal ini menyebabkan perubahan permeabilitas vaskuler,
memicu timbulnya edema pada gingiva dan berpotensi menginduki terjadinya
iritasi lokal pada jaringan gingiva. Gingiva tampak merah, mengkilat, lunak
dan sering terjadi perdarahan spontan. Reduksi spontan terjadi setelah selesai
masa kehamilan dan setelah iritasi lokal dihilangkan. Selama kehamilan,
wanita mengalami keningkatan produksi hormon estradiol (20mg/hari),
estriol (80mg/hari), dan progesteron (300mg/hari). Inflamasi gingiva yang
terjadi akibat plak, lalu mengalami eksaserbasi akibat perubahan hormon ini
pada trimester 2 atau 3 kehamilan, disebut sebagai pregnancy gingivitis.
Terjadi peningkatan pada angka gingival probing depth, bleeding on probing,
& crevicular fluid flow. Inflamasi ini bisa diminimalisir dengan kontrol plak
yang baik.
Meningkatnya kadar progesteron selama kehamilan mempengaruhi
jumlah patogen periodontal tertentu. Saat kehamilan, jumlah Prevotella
intermedia pada plak subgingival bisa meningkat sampai 55x. Progesteron
berperan sebagai faktor pertumbuhan bagi Prevotella intermedia. Selama
kehamilan,
Meningkatnya progesteron juga bisa meningkatkan permeabilitas kapiler,
sehingga meningkatkan aliran Gingival Crevicular Fluid (GCF). Selain itu,
peningkatan estrogen dan progesteron akan menurunkan tingkat keratinisasi epitel
gingiva, sehingga pelindung mekanis gingiva terhadap bakteri lebih lemah. Selain
itu, meningkatnya kadar estrogen & progesteron juga memperlemah respons imun
terhadap bakteri (menurunnya respons antibodi, sel T, neutrofil).
6
2) Pubertas
Terjadi pada laki-laki atau perempuan remaja pada saat masa pubertas.
Pembesaran gingiva sering terjadi pada tempat akumulasi plak gigi.
Manifestasi kliniknya berupa penonjolan bulbous pada tepi dan interdental
gingiva, berwarna merah, mengkilat dan edema.
3) Defisiensi vitamin C
Tampak merah kebiruan pada gingiva, permukannya mengkilat dan lunak
serta terjadi pembesaran pada tepi gingiva. Gingiva dapat berdarah secara
spontan atau dengan sedikit provokasi. Pada permukaan gingiva terdapat
jaringan nekrosis disertai pseudomembran.
4) Plasma cell gingivitis (atipikal gingivitis)
Terjadi pembesaran pada tepi gingiva dan jarang terjadi pada gingiva
cekat. Gingiva tampak merah dan kasar, sangat rapuh dan bertendensi untuk
berdarah.
5) Granuloma pyogenicum (pembesaran gingiva non-spesifik)
Granuloma pyogenicum adalah lesi pada pembuluh darah yang disebabkan
oleh proliferasi kapiler. Gambaran klinisnya bervariasi dari diskret, sferis
sampai seperti tumor dengan permukaan bertonjol-tonjol.
1.2.4.4 Diagnosis
Diagnosis dapat ditetapkan setelah dokter melakukan analisis terhadap tanda serta
gejala yang dialami pasien yang disertai dengan beberapa tes seperti probing,
radiograf, dan sebagainya. Prosedur diagnosis antara lain:
1. Kunjungan Pertama
Pada kunjungan awal, seorang dokter harus mengetahui karakteristik pasien seperti
status emosional, temperamen, dan sikap.
Riwayat Penyakit
Seorang dokter wajib mengetahui riwayat penyakit pasien. Terkadang pasien tidak
mengetahui bahwa riwayat penyakit yang diderita berhubungan dengan kesehatan
gigi dan mulut. Oleh sebab itu, pasien perlu diberi peringatan tentang :
1. Peran penyakit sistemik dan faktor kebiasaan pasien yang dapat berdampak pada
penyakit periodontal.
7
2. Beberapa kondisi penyakit periodontal membutuhkan perawatan khusus.
Dental History
Yang perlu diperhatikan dalam mengamati dental history antara lain :
1. Frekuensi kunjungan ke dokter gigi.
2. Tingkat Oral Hygiene pasien.
Range indeks untuk plaque index/calculus index:
0,1-06 : Baik
0,7-1,8 : Sedang
1,9-3,0 : Buruk
Range Oral Hygiene Index
0,1-12 : Baik
1,3-3,0 : Sedang
3,1-6,0 : Buruk
8
3. Adanya orthodontic treatment pada pasien.
4. Jika pasien merasakan sakit pada gigi atau gingiva maka perlu diketahui kapan
ketika pasien merasa sakit dan merasa lebih baik.
5. Pendarahan pada gingiva (perlu diperhatikan kapan dan sedang apa pendarahan
tersebut berlangsung.
6. Rasa tidak enak pada mulut dan food impaction.
7. Mobilitas gigi pasien.
8. Kebiasaan pasien terhadap gigi dan mulut seperti tooth grinding, nail biting, atau
tobacco smoking.
9. Riwayat masalah periodontal.
9
Pemeriksaan Gigi dan Implan
Pemeriksaan ini meliputi adanya karies, restorasi buruk, anomali pembentukan gigi
, hipersensitivitas, dan lainnya
1. Wasting disease of teeth
2. Adanya dental stains yang disebabkan oleh deposit pigmen
3. Hipersensitivitas
4. Kontak proksimal
5. Mobilitas gigi pasien
Adapun klasifikasi mobilitas gigi menurut Miller yaitu :
- Derajat 1 : Pergerakan horizontal sebesar 0,2-1 mm
- Derajat 2 : Pergerakan horizontal 1 mm
- Derajat 3 : Pergerakan menuju arah horizontal dan vertikal
6. Adanya trauma dari oklusi (Trauma From Occlusion)
7. Pathologic Migration of Teeth
8. Sensitivitas pada perkusi
9. Pemeriksaan gigi-geligi dengan rahang tertutup
10. Hubungan oklusal
10
c) Penggunaan indikasi klinis
Gingival Index digunakan untuk mengetahui inflamasi gingiva dan dapat digunakan
untuk membandingkan kesehatan gingiva sebelum dan sesudah perawatan fase I
atau sebelum dan sesudah fase bedah. Itu juga dapat digunakan untuk
membandingkan keadaan gingiva pada kunjungan berikutnya.
Sulcus Bleeding Index adalah untuk menegetahui status gingiva. Ini biasanya
digunakan untuk mendeteksi awal dari inflamasi yang ada di dasar pocket
periodontal.
d) Poket periodontal
Yang diperiksa adalah permukaan gigi, ada/tidaknya poket, distribusinya pada
beberapa permukaan gigi, kedalaman poket, ada/ tidaknya perdarahan ketika
probing, tingkat perlekatan pada akar gigi dan tipe dari poket (suprabony atau
intrabony).
- Sign and Symptoms
Walaupun probing digunakan untuk mendeteksi pocket, secara klinis kita juga
dapat melihatnya yaitu : perubahan warna, margin gingiva menjadi membulat,
pembesaran, edema gingiva,. Adanya bleeding, supurasi mengindikasikan adanya
pocket. Periodontal pocket kebanyakan tidak sakit namun dapat meningkat ketika
makan, minum panasa dan dingin.
1.2.4.5. Prognosis
Untuk penyakit gingivitis, prognosisnya bisa berupa excellent atau good.
Prognosis untuk Pasien yang mengalami Penyakit Gusi (Gingival Disease)
Penyakit gusi yang diinduksi oleh dental plaque
- Gingivitis dihubungkan dengan dental plaque
Plaque-induced gingivitis bersifat reversibel, disebabkan karena akumulasi bakteri
di gingival margin. Penyakit ini terjadi pada periodonsium tanpa kehilangan
perlekatan. Prognosisnya excellent asalkan seluruh iritan lokal dihilangkan dan
pasien kooperatif dengan menjaga agar oral hygiene tetap baik
- Plaque-induced gingivitis dimodifikasi oleh faktor sistemik.
Respons inflamasi pada margin gingival dapat dipengaruhi oleh faktor sistemik,
seperti perubahan endokrin, bisa dikaitkan dengan pubertas, menstruasi, kehamilan,
11
diabetes, dan kelainan darah. Prognosis jangka panjang dari pasien ini bergantung
tidak hanya pada kontrol plak bakteri tapi juga kontrol atau perbaikan dari faktor
sistemiknya.
- Plaque-induced gingivitis dimodifikasi oleh medikasi
Pada gingivitis yang dimodifikasi oleh medikasi seperti phenytoin, siklosporin,
nifedipine, dan kontrasepsi oral, kehadiran plaknya relatif sedikit. Pembengkakan
gusi dipengaruhi oleh obat-obatan tersebut. Prognosis dari pasien ini bergantung
tidak hanya pada kontrol plak bakteri namun juga kecenderungan pasien tersebut
untuk terus menggunakan obat tersebut atau tidak.
1.2.4.6. Tata Laksana Perawatan
Gingivitis merupakan penyakit reversible. Terapi bertujuan pada
pengurangan faktor etiologi untuk mengurangi atau menghilangkan inflamasi
sehingga memungkinkan jaringan gingiva untuk sembuh.
Perawatan pada gingivitis adalah debridement dan penghilangan faktor
retensi plak, seperti scaling dan root planning. Tujuannya adalah untuk
menghilangkan plak dan kalkulus untuk menurunkan bakteri subgingiva di bawah
batas ambang yang dapat menginisiasi inflamasi. Obat kumur seperti Chx atau
tricoslan dapat direkomendasikan untuk menurunkan kapasitas bakteri.
Alternatifnya dapat menggunakan obat kumur atau spray yang mengandung
benzylamine untuk mengurangi inflamasi, khususnya dengan kontak dengan
mukosa berkepanjangan. Akan tetapi, penetrasi agen topical ini ke sulkus gingiva
tidak terlalu baik (minimal), sehingga lebih banyak digunakan untuk mengontrol
plak supragingiva.
Kontrol Plak
Kontrol plak merupakan pembersihan plak dari permukaan gigi dan jaringan
gingiva, dan pencegahan pertumbuhan bakteri yang baru. Kontrol plak yang efektif
bisa menyembuhkan inflamasi gingiva dan sangat penting dalam setiap terapi
periodontal. Perawatan periodontal tanpa kontrol plak yang baik pasti gagal, akibat
terjadinya kembali penyakit. Kontrol plak ada yang secara mekanis maupun secara
kimia.
12
Kontrol Plak Mekanis
Dapat dilakukan dengan menggunakan:
Sikat gigi elektrik,
Sikat gigi,
ada banyak jenisnya. Bulu sikat yang halus memiliki fleksibilitas lebih dan bisa
menjangkau daerah interproksimal dan subgingival
Pasta gigi,
mengandung abrasif (silika), air, pengawet, perasa, pewarna, deterjen, & agen
terapeutik (cth: fluoride). Pasta gigi yang mengandung bahan abrasif lebih banyak
tidak direkomendasikan
o Interspace brushes (ISBs), berbentuk seperti sikat gigi yang memiliki 1 ikat bulu
sikat gigi saja. Digunakan untuk membersihkan daerah interproksimal, permukaan
distal gigi paling posterior, permukaan lingual gigi RB, dll
13
B. HUBUNGAN KEHAMILAN DAN PENYAKIT PERIODONTAL
1. PENDAHULUAN
Pada masa kehamilan terjadi beberapa perubahan baik secara fisik maupun
fisiologis. Perubahan ini terjadi karena tubuh mempersiapkan diri untuk proses
melahirkan serta untuk perkembangan janin. Perubahan yang terjadi dapat
mempengaruhi sistem dalam tubuh yang berdampak terhadap fisiologis bagian-
bagian tubuh termasuk rongga mulut. Pada masa kehamilan terjadi peningkatan
kadar asam di dalam rongga mulut, dan jika wanita hamil mengalami mual dan
muntah maka dapat mengakibatkan paparan asam lambung pada gigi dan gingiva.
Hal ini dapat mengakibatkan peradangan pada gingiva, yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi kehamilan dan perkembangan janin. Adanya perubahan hormon
selama kehamilan dapat mempengaruhi respon gingiva yang berlebihan terhadap
plak sehingga meningkatkan risiko terjadinya penyakit periodontal. Perubahan
hormon pada ibu hamil yang disertai dengan perubahan vaskuler juga menyebabkan
gingiva menjadi lebih sensitif terhadap bakteri dan produk-produknya. Selain itu,
adanya perubahan pola makan dan kebiasaan tidak menjaga kebersihan gigi dan
mulut pada sebagian ibu hamil dapat meningkatkan risiko penyakit periodontal
yang pada perkembangannya akan mempengaruhi lagi kondisi kehamilannya. Pada
masa kehamilan, terjadi perubahan hormonal yang ditandai dengan meningkatnya
kadar hormon estrogen dan progesteron. Siklus peningkatan produksi hormon
estrogen dan progesteron seringkali mengubah komposisi mikrobiota biofilm,
biologis jaringan gingiva dan pembuluh darah. Secara umum, hasilnya adalah
respon peradangan berlebihan dengan tanda-tanda klinis dan dapat menyebabkan
pelebaran pembuluh darah sehingga sering terjadi pembesaran pada gingiva ibu
hamil. Perubahan paling menonjol selama masa kehamilan yang berkaitan dengan
jaringan periodontal adalah adanya gingivitis kehamilan. Gingivitis kehamilan
terjadi sebagai hasil dari peningkatan kadar hormon progesteron dan estrogen.
Hormon progesteron dan estrogen dapat merangsang pembentukan prostaglandin
pada gingiva ibu hamil. Perubahan hormonal juga dapat menekan limfosit T dan
mempengaruhi peningkatan Prevotella intermedia (Gambar 1). Gingivitis
kehamilan merupakan manifestasi oral yang paling sering terjadi selama masa
kehamilan. Gingivitis kehamilan mempunyai gambaran klinis berupa marginal
14
gingiva dan papila interdental yang berwarna merah terang, permukaannya licin
dan mengkilap, berkurangnya kekenyalan dan mudah berdarah.
15
Ibu hamil
Perubahan Hormonal
Akumulasi
Plak
Estrogen dan Progesteron
Meningkat
Sel Prevotella
Limfosit T Intermedia
Rentan Terhadap
Peradangan
Gingivitis Kehamilan
16
periodontal merangsang produksi prostaglandin dan komponen peradangan yang
dapat menyebabkan dilatasi serviks dan kontraksi uterus. Proses perpindahan
bakteri yang dapat memicu terjadinya kelahiran prematur dapat dimulai dari adanya
bakterimia. Bakterimia seringkali terjadi pada orang dengan kondisi periodontal
yang tidak sehat, yaitu adanya perdarahan pada gingiva baik secara spontan maupun
pada saat menyikat gigi. Perdarahan pada gingiva dapat memicu terjadinya
bakterimia dan selanjutnya peradangan akan melalui sistem peredaran darah masuk
melalui plasenta. Bakteri dapat menyebabkan infeksi, dan lipopolisakarida yang
dihasilkan oleh bakteri akan menyebar ke dalam rongga rahim. Bakteri dan
produknya akan berinteraksi pada membran, memicu produksi prostaglandin atau
secara langsung menyebabkan kontraksi otot rahim dan dilatasi serviks sehingga
bakteri yang masuk lebih banyak dan terus berlanjut proses kerusakannya.
Peradangan pada jaringan periodontal dapat mempengaruhi kehamilan melalui
bakteri Gram negatif anaerob dan produknya seperti lipopolisakarida yang dapat
merangsang pelepasan modulator imun seperti PGE2 dan TNFα yang dibutuhkan
pada waktu kelahiran normal. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya kelahiran
sebelum waktunya karena sistem dalam tubuh mengira sudah waktu melahirkan
oleh karena adanya pelepasan PGE2 sehingga berakibat pada kelahiran prematur
(Gambar 2).
Bakteri
Endotoksin
Bayi Prematur
17
BAB II
LAPORAN KASUS
1.1 Identitas
Usia : 29 tahun
Alamat : Kotaraja
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : S1
1.2 Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan terdapat pada benjolan pada gusi bawah
bagian kiri.
Pasien datang dengan keluhan terdapat pada gusi bawah bagian kiri sejak ±
2 bulan yang lalu. Awal mula benjolan muncul sebesar biji kacang hijau namun
lama-kelamaan benjolan dirasakan semakin membesar. Benjolan dirasakan
pasien mulai timbul setelah beberapa kali pasien menyikat gigi dan berdarah.
Keluhan benjolan tidak terasa sakit. Menurut pasien kadang gusinya luka dan
berdarah, terutama saat pasien menyikat gigi. Perdarahannya akan berhenti saat
pasien mengumur air. Hal ini baru pertama kali dialami oleh pasien. Menurut
pasien saat ini sedang mengandung anak pertama dengan HPHT 20-9-2018.
18
1.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
a. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Nadi : 72 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu Badan : 36,9 °C
b. Kepala
Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
Hidung : Sekret (-)
Telinga : Bentuk normal, sekret (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), Peningkatan JVP (-)
19
c. Thorax
Pulmo
I : Simetris, retraksi (-) pulmo dextra, ikut gerak napas.
P : Vokal fremitus (D=S)
P : Sonor
A : SN vesikuler, Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung
I : Iktus cordis tidak terlihat
P : Thrill (-)
P : Redup
A : BJ I – II regular, gallop (-), mur-mur (-)
d. Abdomen
I : Tampak Cembung
A : Bising usus normal.
P : Hepar dan Lien: tidak teraba membesar, Nyeri tekan (-), supel.
P : Tympani
20
1.3.2 Status Lokalis
Regio Fasialis :
Inspeksi: Wajah tampak Simetris tidak terlihat kelainan pada struktur wajah.
Palpasi: Nyeri tekan (-), permukaan rata (+), panas (-)
Intra Oral:
21
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien datang dengan keluhan terdapat pada gusi bawah bagian kiri sejak ± 2 bulan
yang lalu. Awal mula benjolan muncul sebesar biji kacang hijau namun lama-kelamaan
benjolan dirasakan semakin membesar. Keluhan benjolan tidak terasa sakit. Menurut pasien
kadang gusinya luka dan berdarah, terutama saat pasien menyikat gigi. Perdarahannya akan
berhenti saat pasien mengumur air. Hal ini baru pertama kali dialami oleh pasien. Menurut
pasien saat ini sedang mengandung anak pertama dengan HPHT 20-9-2018.
Tekanan darah pasien diukur 120/90 mmHg. Dari hasil pemeriksaan fisik didapat
Wajah tampak Simetris tidak terlihat kelainan pada struktur wajah. Nyeri tekan (-),
permukaan rata (+), panas (-). Regio gingiva rahang bawah Sinistra hiperpigmentasi dengan
tepi berwarna putih (+), ulcer (-), massa berukuran + 5 x 3 cm, konsistensi lunak, permukaan
benjolan bagian 1/3 atas licin, permukaan 2/3 benjolan tengah-bawah berbendol-bendol
berbentuk sayap. Regio gingiva rahang atas dekstra hiperpigmentasi berwarna kecoklatan
(+), ulcer (-), darah (-), abses (-). Pasien didiagnosa Pregnancy Gingivitis.
Pembesaran gingiva atau yang sering dikenal dengan istilah gingiva enlargement
adalah jaringan gusi membesar secara berlebihan di antara gigi dan atau pada daerah leher
gigi.. Penyebab dari kondisi ini dapat dipengaruhi banyak hal, tetapi pada pasien ini
dicurigai pembengkakan gusi terjadi akibat perubahan hormonal yang terjadi karena saat
ini pasien sedang Hamil dengan usia kehamilan di trisemester ke 2.
Manifestasi klinik abses gingiva berupa lesi merah menonjol yang terlokalisir dengan
permukaan yang mengkilat, nyeri jika ditekan, terdapat adanya eksudat yang purulen pada
tepi gingiva atau papilla interdental.
Pemeriksaan radiologi sangat berperan penting dan biasanya merupakan pilihan dalam
mengevaluasi apakah ini merupakan inflamasi biasa atau mengarah tumor pada rahang.
Untuk menyingkirkan diagnose banding diperlukan identifikasi histopatologi dari lesi
tersebut.
Untuk tata laksana setelah diagnose ditegakkan bisa dengan drainage, resection,
rehabilitasi.
22