Pi x Pj
Tij = ---------------
(Dij)2
dimana :
Tij = pergerakan penduduk tempat i ke tempat j
Pi = jumlah penduduk di tempat i
Pj = jumlah penduduk di tempat j
Dij = jarak antara tempat i – tempat j
Penerapan model grafitasi pada interaksi sosial diperkenalkan oleh Reilly pada
tahun 1929 dalam perniagaan. Para geograf pada abad ke-19 telah memakai hukum
grafitasi Newton (1687).
Bintarto (1983) menerapkan model grafitasi untuk empat kotamadya di jawa
tengah dan DI Yogyakarta, Surakarta, Salatiga dan Magelang, yang lokasinya
mengelilingi kompleks gunung kembar Merapi-Merbabu. Dengan sarana model segi
empat ini Bintarto mengukur interaksi sosial keempat kota tersebut, hasilnya adalah
sebagai berikut:
Simpulan :
Gaya tarik dua kota dapat di buktikan dengan adanya mobilitas ataupun bentuk
interaksi lain penduduk dari satu wilayah ke wilayah lain. Daya tarik kota yang kuat
akan menarik interaksi yang besar ke dalam wilayah kota yang bersangkutan. Hal
ini disebabkan oleh adanya perbedaan potensi yang
dimiliki suatu kota, serta adanya persamaan kepentingan. Unsur - unsur pendukung
suatu kota juga berperan penting dalam timbulnya daya tarik antar kota, faktor
fisiogafis, sosial,ekonomi, teknologi kota yang berbeda akan memunculkan suatu
interaksi yang mengakibatakan daya tarik antar keduanya. Adanya
komplementaritas antar kota akan semakin memperkuat daya tarik antar kedua
kota, hal ini juga didukung oleh transferbilitas yang dapat tercipta antar keduanya.
Semakin besar tranferbilitas yang terjadi maka dapat dikatakan daya tarik antar
kota tersebut sangat kuat, jarak dalam hal ini dapat diatasi dengan pembangunan
akses jalan yang baik, untuk mendukung kelancaran interaksi keduanya.
Dari perhitungan di atas, terlihat bahwa interaksi antara A dan B lebih besar dari
interaksi antara B dan C. Untuk membuktikan interaksi AB lebih kuat daripada C,
juga dapat dilihat dari jumlah penumpang kendaraan, angkutan barang, arus
transportasi, dan jenis interaksi lain.
b. Hukum Gravitasi
Dasar interaksi desa-kota adalah hukum gravitasi dari Issac Newton, seorang ahli
ilmu fisika. Sir Issac Newton (1687) mengatakan bahwa dua buah benda atau materi
memiliki gaya tarik-menarik yang kekuatannya berbanding lurus dengan hasil kali
kedua massa tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak benda
tersebut.
Hukum gravitasi Newton dapat diterapkan dalam studi geografi pemasaran dan
studi transportasi. Selain itu, juga digunakan dalam studi perpindahan penduduk,
masalah memilih lokasi, dan masalah interaksi. Jika hukum gravitasi Newton
digunakan untuk menghitung besarnya interaksi antara wilayah pertumbuhan A dan
B, maka rumusnya menjadi:
Contoh soal:
Hitunglah interaksi antara A, B, dan C, bila diketahui:
Jumlah penduduk wilayah pertumbuhan A = 300.000 jiwa.
Jumlah penduduk wilayah pertumbuhan B = 20.000 jiwa.
Jumlah penduduk wilayah pertumbuhan C = 10.000 jiwa.
Jarak antara wilayah pertumbuhan A dengan wilayah pertumbuhan B = 5 km maka,
Jika di dekat wilayah pertumbuhan A ada desa lain, yaitu wilayah pertumbuhan C
dengan jumlah penduduk 10.000 jiwa dan jaraknya dengan A = 10 km, maka:
Teori Titik Henti (Breaking Point Theory) merupakan hasil modifikasi dari Model
Gravitasi Reilly. Teori ini memberikan gambaran tentang perkiraan posisi garis batas
yang memisahkan wilayah-wilayah perdagangan dari dua kota atau wilayah yang
berbeda jumlah dan komposisi penduduknya. Teori Titik Henti juga dapat digunakan
dalam memperkirakan penempatan lokasi industri atau pusat pelayanan
masyarakat. Penempatan dilakukan di antara dua wilayah yang berbeda jumlah
penduduknya agar terjangkau oleh penduduk setiap wilayah.
Menurut teori ini jarak titik henti (titik pisah) dari lokasi pusat perdagangan (atau
pelayanan sosial lainnya) yang lebih kecil ukurannya adalah berbanding lurus
dengan jarak antara kedua pusat perdagangan. Namun, berbanding terbalik dengan
satu ditambah akar kuadrat jumlah penduduk dari kota atau wilayah yang
penduduknya lebih besar dibagi jumlah penduduk kota yang lebih sedikit
penduduknya.
Rumus:
¿
Pbanyak
1+¿
Psedikit
D= ¿ √¿
J A −B
¿
Jawab:
diketahui
P a = 320.000 jiwa
P b = 20.000 jiwa
d AB = 25 km
TH = d
1 + akar P byk/P sdkit
= 25
1 + akar 320 / 20
= 25
1 + akar 16
= 25
1+4
= 25
5
=5
1. Angka Mobilitas adalah rasio dan banyaknya penduduk yang pindah secara
lokal dalam jangka waktu tertentu dengan banyaknya penduduk.
M
m= (k)
P
m = angka mobilitas
M = jumlah mover
P = penduduk
k = 1000
I
mi= (k )
P
O
M 0= (k )
P
4. Angka Migrasi Neto: selisih banyaknya migran masuk dan keluar ke suatu
daerah per 1000 penduduk dalam satu tahun.
I −O
M n= (k )
P
I +O
M g= (k )
P1 + P 2
4. teori grafik
Salah satu faktor yang mendukung kekuatan dan intensitas interaksi antarwilayah
adalah kondisi prasarana transportasi yang menghubungkan suatu wilayah dengan
wilayah lain di sekitarnya. Jumlah dan kualitas prasarana jalan, baik jalan raya, jalur
udara, maupun laut, tentunya sangat memperlancar laju dan pergerakan distribusi
manusia, barang, dan jasa antarwilayah. Anda tentu sependapat bahwa antara satu
wilayah dan wilayah lain senantiasa dihubungkan oleh jalur-jalur transportasi
sehingga membentuk pola jaringan transportasi. Tingkat kompleksitas jaringan
yang menghubungkan berbagai wilayah merupakan salah satu indikasi kuatnya
arus interaksi.
Sebagai contoh, dua wilayah yang dihubung kan dengan satu jalur jalan tentunya
memiliki kemungkinan hubungan penduduknya jauh lebih kecil dibandingkan
dengan dua wilayah yang memiliki jalur transportasi yang lebih banyak.
Keterangan :
β = indeks konektivitas
e = jumlah jaringan jalan
v = jumlah kota
Contoh Soal 4 :
Diketahui :
Wilayah A: e = 9, v = 6
Wilayah B: e = 10, v = 7
Kunci Jawaban :
(1) Wilayah A
β = 1,5
(2) Wilayah B
β = 1,4
(3) Jadi, dilihat dari konektivitasnya, potensi interaksi antarkota di wilayah A lebih
tinggi jika dibandingkan wilayah B. Hal tersebut terjadi dengan catatan kondisi
alam, sosial serta kualitas prasarana jalan antara kedua wilayah relatif sama. Dalam
kaitannya dengan perencanaan pembangunan wilayah, analisis indeks konektivitas
dapat dijadikan salah satu indikator dan pertimbangan untuk merencanakan
pembangunan infrastruktur jalan serta fasilitas transportasi lainnya. Dengan analisis
indeks konektivitas dapat meningkat kan hubungan suatu wilayah dengan wilayah-
wilayah lainnya, serta memperlancar arus pergerakan manusia, barang, dan jasa
yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.