Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

ENDAPAN MINERAL

MINERAL ALTERASI

DisusunOleh:
Revlindah Adha Siahaan
21100117120003

LABORATORIUM PALEONTOLOGI, GEOLOGI


FOTO, DAN GEOOPTIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG
NOVEMBER 2019
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan praktikum Endapan Mineral Acara Mineral Alterasi yang disusun
oleh Revlindah Adha Siahaan telah disahkan pada:
hari :
tanggal :
waktu :
Sebagai syarat untuk memenuhi laporan praktikum Endapan Mineral

Semarang, 11 November 2019


Asisten Acara, Praktikan,

Saifullaf Fatah Al Ayyubi Revlindah Adha Siahaan


NIM : 21100116140060 NIM : 21100117120003

1
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Maksud
a. Melakukan deskripsi sayatan secara mikroskopis
b. Mengkalsifikasikan batuan pada sayatan berdasarkan Russel B
Travis, 1955
I.2 Tujuan
a. Mengetahui jenis batuan dari sayatan
b. Mengetahui struktur dan tekstur batuan yang terdapat pada sayatan
c. Mengetahui komposisi mineral serta persentase keterdapatannya
d. Mengetahui intensitas alterasi
e. Mengetahui nama batuan dari tiap sayatan
I.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Pemberian materi
hari/tanggal : Jum’at, 1 November 2019
waktu : 15.30 WIB – Selesai
tempat : Ruangan GS 302, lt 3, Gedung Pertamina
Sukowati, Universitas Diponegoro
Pengamatan
hari/tanggal : Senin, 4 November 2019
waktu : 20.00 WIB – Selesai
tempat : Laboratorium Petrologi, lt 3, Gedung Pertamina
Sukowati, Universitas Diponegoro

2
BAB II
HASIL DESKRIPSI
II.1 Sayatan Kode 45
UNIVERSITAS DIPONEGORO
DESKRIPSI PETROGRAFI
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN Nomor Sampel : 45
TEKNIK GEOLOGI

Pengamat : Nama Lapangan : Kuarsit (komposisi)


Revlindah Adha Siahaan Nama Petrografis : Kuarsit (komposisi)
Perbesaran : 4 x (2 mm)
Deskripsi sayatan tipis :
Jenis batuan : Alterasi
Struktur : Masif
Kristalinitas : Holokristalin
granularitas : Equigranular (Fanerik)

Deskripsi komposisi :
Primer

Sekunder
Mineral Kuarsa (100%)
- Gelapan bergelombang
- Tidak satu tubuh, melainkan pecah-pecah

Keterangan
100
Intensitas alterasi = 100 × 100% = 100% (Tinggi)

3
UNIVERSITAS DIPONEGORO
FOTO SAYATAN PETROGRAFI
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN Nomor Sampel : 45
TEKNIK GEOLOGI

Pengamat : Nama Lapangan : Kuarsit (komposisi)


Revlindah Adha Siahaan Nama Petrografis : Kuarsit (komposisi)
Perbesaran : 4 x (2 mm)

PPL XPL

PPL XPL

4
II.2 Sayatan Kode GMB 6
UNIVERSITAS DIPONEGORO
DESKRIPSI PETROGRAFI
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN Nomor Sampel : GMB 6
TEKNIK GEOLOGI

Pengamat : Nama Lapangan : Basal (Russel B Travis,1955)


Revlindah Adha Siahaan Nama Petrografis: Basal (Russel B Travis,1955)
Perbesaran : 4 x (2 mm)
Deskripsi sayatan tipis :
Jenis batuan : Beku
Struktur : Masif
Kristalinitas : Holokristalin
granularitas : Inequigranular (Faneroporfiritik)

Deskripsi komposisi :
Primer

Sekunder
Klorit (35%) Epidot (30%) Aktinolit (35%)
- Berwarna hijau - Berwarna warni (keorenan) - Berwana putih
- Berbentuk prismatik - Berbentuk bulat-bulat - Bentuknya menjarum

Keterangan
100
Intensitas alterasi = 100 × 100% = 100% (Tinggi)

5
UNIVERSITAS DIPONEGORO
FOTO SAYATAN PETROGRAFI
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN Nomor Sampel : GMB 6
TEKNIK GEOLOGI

Pengamat : Nama Lapangan : Basal (Russel B Travis,1955)


Revlindah Adha Siahaan Nama Petrografis : Basal (Russel B Travis,1955)
Perbesaran : 4 x (2 mm)

PPL XPL

PPL XPL

6
II.3 Sayatan Kode STA Puncak 43
UNIVERSITAS DIPONEGORO
DESKRIPSI PETROGRAFI
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN Nomor Sampel : STA Puncak 43
TEKNIK GEOLOGI

Pengamat : Nama Lapangan : Dasit (Russel B Travis,1955)


Revlindah Adha Siahaan Nama Petrografis: Dasit (Russel B Travis,1955)
Perbesaran : 4 x (2 mm)
Deskripsi sayatan tipis :
Jenis batuan : Alterasi
Struktur : Vein
Kristalinitas : Holokristalin
granularitas : Inequigranular (Faneroporfiritik)

Deskripsi komposisi :
Primer
Kuarsa (40%)
- Gelapan bergelombang
- Terdapat satu tubuh utuh

Sekunder
Kuarsa Sekunder (50%) Mineral Lempung (10%)
- Gelapan bergelombang - Warna kecoklatan
- Bentuknya terpecah-pecah - Tidak terdapat gelapan/kembaran
- Warna warni

Keterangan
Terdapat vein yang berisi kuarsa
Terdapat proses leaching yang ditandai warna hitam pada vein
60
Intensitas alterasi = 100 × 100% = 60 % (Sedang)

7
UNIVERSITAS DIPONEGORO
FOTO SAYATAN PETROGRAFI
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN Nomor Sampel : STA Puncak 43
TEKNIK GEOLOGI

Pengamat : Nama Lapangan : Dasit (Russel B Travis,1955)


Revlindah Adha Siahaan Nama Petrografis : Dasit (Russel B Travis,1955)
Perbesaran : 4 x (2 mm)

PPL XPL

PPL XPL

8
BAB III
PEMBAHASAN
Pada hari Jum’at, 1 November 2019 telah dilaksanakan pendahuluan dan
pengamatan praktikum Endapan Mineral dengan acara Mineral Alterasi.
Pendahuluan dilakukan di Ruang GS 302. Kemudian dilakukan pengamatan
sayatan batuan alterasi yang dilaksanakan pada hari senin tanggal 4 November 2019
yang dilakukan di Laboratorium Petrologi. Pengamatan dilakukan sebanyak 3
sayatan batuan dengan kode 45, GMB 6 dan STA Puncak 43. Hal yang perlu
dideksripsi pada saat pengamatan berupa struktur, tekstur serta komposisi mineral
dan persentasi keterdapatannya pada sayatan. Pendeksripsian bertujuan untuk
mengetahui jenis batuan, nama batuan yang kemudian diinterpretasikan
pembentukannya. Berikut pembahasan dari setiap sayatan :
III.1 Sayatan Kode 45
Sayatan kode 45 merupakan sayatan batuan yang tersusun atas mineral-
mineral sehingga dapat diinterpretasikan bahwa batuan pada sayatan ini
memiliki kristalinitas yaitu holokristalin. Kemudian mineral-mineral
penyusun nya memiliki ukuran yang relatif sama dan bentuk cukup kasar
atau besar yang dapat dilihat langsung dengan perbesaran 4 x (2 mm).
berdasarkan ukuran dan bentuk mineral nya dapat diinterpretasikan bahwa
batuan pada sayatan ini memiliki granularitas yaitu equigranular dan fanerik.
Pada sayatan ini tidak terdapat struktur yang kenampakan nya berbeda
sehingga setruktur nya dapat diinterpretasikan masif.
Mineral penyusun batuan ini merupakan mineral sekunder yang
terbentuk setelah mineral primer terbentuk. Mineral sekunder ini bisa
terbentuk akibat adanya proses seperti leaching, replacement, direct
deposition ataupun proses lain seperti hidrolisis, hidrasi dan lainnya. Tidak
terdapat mineral primer pada sayatan batuan kode 45 ini. Pada sayatan ini
terdapat mineral dengan ciri memiliki gelapan bergelombang, bentuknya
relatif sama terpecah-pecah atau disebut dengan polikristalin dan tidak satu
tubuh mineral. Memiliki warna yang beragam. Tidak memiliki pecahan dan
belahan serta kembaran. Sehingga berdasarkan hal tersebut dapat

9
diinterpretasikan bahwa mineral penyusun nya adalah mineral kuarsa yang
sudah teralterasi. Hal ini dinterpretasikan berdasarkan bentuknya yang sudah
tidak satu tubuh mineral lagi. Keterdapatan mineral ini pada sayatan kode 45
sejumlah 100 % yaitu menjadi mineral utama penyusun sayatan ini.
Dengan penyusun mineral sekunder berupa kuarsa yang
keterdapatannya 100 % dapat intensitas yaitu perbandingan antara mineral
teralterasi dengan total mineral dihasilkan bahwa batuan pada sayatan kode
45 ini teralterasi 100 %. Hasil alterasi 100% ini tergolong ke dalam tingkat
alterasi yang tinggi atau dapat diinterpretasikan bahwa sayatan ini terlaterasi
seluruhnya. Sehingga batuan ini merupakan kuarsit berdasarkan komposisi
mineralnya.
Berdasarkan keterdapatan mineral skeunder berupa kuarsa yang
merupakan mineral silika. Mineral ini merupakan mineral stabil yang
terbentuk pada pH yang rendah (<2). Mineral ini dapat terbentuk pada suhu
>200⁰ C. Proses terbentuknya merupakan hasil pengendapan langsung hal ini
diinterpretasikan dari tidak adanya bukti atau sisa dari proses leaching
ataupun penggantian mineral. Sehingga dapat diinterpretasikan terbentuk
pada zona argilik.
Mineral ini dapat terbentuk pada suhu 200-600⁰C (Reyes,2000).
Mineral in merupakan mineral yang memiliki ph yang bersifat asam-netral
atau cenderung netral. Dengan pH yang bersifat cenderung asam hingga
netral dapat diinterpretasikan bahwa fluidanya merupakan fluia Cl-netral.
Terbentuknya pada lingkungan mesotermal. Fluida Cl inimerupakan fluida
yang langsung berasal dari magma yang kemudian naik menuju permukaan.
Akibat adanya interaksi dengan batuan sampingnya maka akan terbentuk
mineral mineral baru, dengan suhu yang sedang, tidak terlalu tinggi sehingga
mineral yang dapat terbentuk adalah mineral kuarsa.

10
Gambar 3.1 Kuarsa dengan Tekstur Polikristalin
III.2 Sayatan Kode GMB 6
Sayatan kode GMB 6 merupakan sayatan batuan yang tersusun atas
mineral-mineral sehingga dapat diinterpretasikan bahwa batuan pada sayatan
ini memiliki kristalinitas yaitu holokristalin. Kemudian mineral-mineral
penyusun nya memiliki ukuran yang beragam dan bentuk cukup kasar atau
besar yang dapat dilihat langsung dengan perbesaran 4 x (2 mm).
berdasarkan ukuran dan bentuk mineral nya dapat diinterpretasikan bahwa
batuan pada sayatan ini memiliki granularitas yaitu inequigranular yaitu
faneroporfiritik. Pada sayatan ini tidak terdapat struktur yang kenampakan
nya berbeda sehingga setruktur nya dapat diinterpretasikan masif.
Mineral penyusun batuan ini merupakan mineral sekunder yang
terbentuk setelah mineral primer terbentuk. Mineral sekunder ini bisa
terbentuk akibat adanya proses seperti leaching, replacement, direct
deposition ataupun proses lain seperti hidrolisis, hidrasi dan lainnya. Tidak
terdapat mineral primer pada sayatan batuan kode GMB 6 ini. Pada sayatan
ini terdapat mineral dengan ciri berwarna hijau, berbentuk menyerabut, batas
antar mineral lainnya jelas sehingga dapat diinterpretasikan memiliki relief
yang tinggi. Dengan hasil deskripsi sifat fisik mineral nya secara
mikroskopik dapat diinterpretasikan bahwa mineral tersebut adalaj mineral
klorit. Mineral ini memiliki keterdapatan sebanyak 35%. Kemudian terdapat
mineral dengan warna kekuningan hingga keorenan. Bentuknga membulat.
Batas antara mineral lainnya terlihat cukup jelas sehingga mineral ini

11
memiliki relief tinggi. Berdasarkan hasil deskripsi, mineral ini merupakan
mineral epidot yang keterdapatannya sebanyak 30 %. Pada sayatan ini juga
terdapat mineral dengan ciri berbentuk menjarum, dan berwana putih. Batas
dengan mineral lainnya terlihat cukup jelas sehingga relief nya tinggi.
Mineral ini merupakan mineral aktinolit yang keterdapatan nya sebanyak
35%. Dari hasil deksripsi dapat diinterpretasikan batuan pada sayatan kode
GMB 6 ini merupakan basal (Ruseel B Travis, 1955)
Berdasarkan keterdapatan mineral yang didominasi oleh mineral
sekunder berupa mineral klorit, epidot dan aktinolit maka dapat dihitung
intensitas alterasinya dengan perbandingan mineral yang teralterasi dengan
total seluruhnya didapatkan bahwa batuan pada sayatan GMB 6 ini teralterasi
100% yang tergolong intensitas tinggi. Hal ini dapat diindikasikan dari
mineral yang terbentuk di dominasi oleh mineral sekunder. Mineral klorit
merupakan mineral hasil ubahan dari mineral mafik terutama mineral
piroksen, hornblen dan biotit. Mineral tersebut merupakan mineral yang
cukup stabil sehingga bisa terubahkan. Proses terubahkannya mineral ini
cenderung berkaitan dengan hidrotermal. Sehingga dapat diinterpretasikan
akibat adanya kontak antara hidrotermal dengan batuan samping yang
bersifat asam sehingga mineral-mineral piroksen, biotit dan hornblen akan
terubahkan dan membentuk mineral klorit. Kemudian mineral epidot
merupakan mineral hasil ubahan dari mineral plagioklas felspar. Proses
terubahkannya mineral ini akibat adanya alterasi hidrotermal. Dan mineral
aktinolit merupakan mineral hasil ubahan dari mineral amfibol. Umumnya
alterasi ini terjadi pada batuan basaltik yang kekurangan mineral hidrat.
Sehingga akibat adanya fluida hidrotermal yang melewati batuan tersebut
terubahkan mineral yang tidak stabil menjadi mineral hidrat yang kaya akan
unsur Mg dan Fe seperti aktinolit.
Berdasarkan keterdapatan mineral sekunder berupa mineral epidot
yang terbentuk pada suhu 180 - 220⁰ C (Fonkwe dkk., 2012) pada pH netral,
klorit yang terbentuk pada suhu >250⁰C pda pH netral dan aktinolit yang

12
merupakan ubahan dari mineral amfibol. Adanya mineral klorit dan epidot
merupakan penciri dari alterasi propilitik.
Alterasi ini umumnya terjadi pada batuan beku intermediet sampai
basa yang ditaindai secara mikroskopis didominasi oleh warna hijau hingga
kehitaman. Alterasi propilitik terjadi pada temperatur<250 hingga >280℃.
Dengan suhu yang cukup tinggi dan pH yang intermediet – basa dapat
diinterpretasikan bahwa fluida nya merupakan fluida magmatik. Batuan yang
cendering intermediet hingga basa diinterpertasikan terbentuk tidak jauh dari
magma. Hal ini disebabkan semakin berjala mendekati permukaan maka
akan banyak rposes yang mngekibatkan batuan berubah menjadi asam.
Sehingga pada proses pembentukannya fluida yang berada pada daerah
pembentukan merupakan fluida hidrotermal yang berasal dari magmatik.
III.3 Sayatan Kode STA Puncak 43
Sayatan kode STA Puncak 43 merupakan sayatan batuan yang
tersusun atas mineral-mineral sehingga dapat diinterpretasikan bahwa batuan
pada sayatan ini memiliki kristalinitas yaitu holokristalin. Kemudian
mineral-mineral penyusun nya memiliki ukuran yang beragam dan bentuk
cukup kasar atau besar yang dapat dilihat langsung dengan perbesaran 4 x (2
mm). berdasarkan ukuran dan bentuk mineral nya dapat diinterpretasikan
bahwa batuan pada sayatan ini memiliki granularitas yaitu inequigranular
yaitu faneroporfiritik. Pada sayatan ini terdapat sebuah rekahan yang terisi
oleh mineral. Sehingga keterdapatan rekahan tersebut merupakan struktur
berupa vein.
Mineral penyusun batuan ini merupakan mineral sekunder yang
terbentuk setelah mineral primer terbentuk. Mineral sekunder ini bisa
terbentuk akibat adanya proses seperti leaching, replacement, direct
deposition ataupun proses lain seperti hidrolisis, hidrasi dan lainnya. Pada
sayatan batuan kode STA Puncak 43 ini terdapat mineral dengan ciri
memiliki gelapan bergelombang, berbentuk prismatik dan tidak terdapat
pecahan ataupun belahan. Sehingga berdasarkan hasil deskripsi mineral ini
merupakan mineral kuarsa yang keterdapatannya sebanyak 40%. Kemudian

13
terdapat mineral dengan ciri memiliki gelapan bereglombang, berbentuk
polikristalin dan memiliki warna yang beragam. Mineral ini mengisi
rekahan. Sehingga dapat diinterpretasikan bahwa mineral ini merupakan
mineral sekunder berupa kuarsa. Mineran ini keterdapatnya sebanyak 50%.
Kemudian terdapat mineral yang memiliki ciri berwarna kecoklatan, tidak
memiliki gelapan ataupun kembaran. Dalam keadaan ppl dan xpl tidak
mengalami perubahan sehingga dapat diinterpretasikan mineral ini adalah
mineral lempung yang keterdapatannya sebanyak 10%. Berdasrkan
keterdapatan mineral nya dapat diinterpretasikan batuan pada sayatan kode
STA Puncak 43 ini merupakan Dasit (Russel B Travis, 195). Namun karena
adanya rekahan mengindikasikan adanya proses alterasi di dalamnya akibat
fluida yang melewatinya. Sehingga alterasi tersebut membentuk mineral
sekunder berupa kuarsa dengan bentuk polikristlin yang terdapat pada
veinnya.
Dengan keterdapatan mineral berupa mineral kuarsa, kuarsa sekunder
dan mineral lempung dapat diketahui intensitas alterasinya dengan
perbandingan jumlah mineral yang teralterasi dengan total mineral. Sehingga
di dapatkan hasil sejumlah 60%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa batuan
pada sayatan STA Puncak 43 ini sudah mengalamialterasi tingkat sedang.
Kemudian pada sayatan ini terdapat vein yang terisi oleh mineral kuarsa dan
adanya proses leaching yang terjadi pada vein tersebut yang dibuktikan
adanya bekas pencucian yang ditandai dengan warna kehitaman tanpa
terbentuk mineral apapun.
Berdasarkan keterdapatan mineral skeunder berupa kuarsa yang
merupakan mineral silika. Mineral ini merupakan mineral stabil yang
terbentuk pada pH yang rendah (<2). Mineral ini dapat terbentuk pada suhu
>200⁰ C kemudian terdapat mineral lempung yang terbentuk pada 250
hingga 300℃. Proses terbentuknya merupakan hasil leaching hal ini
diinterpretasikan dari adanya bukti atau sisa dari proses leaching. Kemudian
terdapat mineral lempung yang merupakan hasil ubahan dari mineral
plagioklas felspar. Sehingga berdasarkan mineral yang terbentuk berupa

14
kuarsa sekunder dan mineral lempung dapat diinterpretasikan bahwa batuan
ini terbentuk pada suhu >300℃ yang merupakan zona potasik. Zona ini
ditandai denga kehadiran mineral lempung dan juga felspar.
Proses pembentukanya terjadi ketika batuan akan terbentuk dan
tekanan dari bawah terus mendorong maka akan terbentuk rekahan-rekahan.
Fluida dari magma tersebut akan terus bergerak menuju ke permukaan
sehingga akan memasuki rekahan-rekahan yang terbetuk. Fluida tersebut
akan kontak dengan batuan sampingnya dan beberapa unsur akan saling
berikatan. Hasil kontak tersebut menghasilkan mineral-mineral yang
terendapkan yang berupa mineral kuarsa sekunder. Mineral tersebut
terendapkan sepanjang rekahan yang dilewati oleh fluida tersebut. Sementara
mineral felspar yang ada pada batuan tersebut terubahkan menjadi mineral
lempung akibat dari proses pencucian atau leaching tersebut. Fluida yang
melewati rekahan tersebut adalah fluida yang panas sehingga ada beberapa
tempat yang gosong akibat panas dari fuida yang melewatinya. Hal ini
ditandai dengan warna hitam yang ada pada vein tersebut. Seharusnya ketika
unsur saling berikatan dan bisa membentuk kuarsa. Maka kuarsa akan
terbentuk. Namun ketika unsur itu tidak memadai atau mineral yang dilewati
fluida tersebut tidak stabil makan yang akan terjadi mineral tidak akan
terbentuk melainkan habis.

15
LAMPIRAN

16

Anda mungkin juga menyukai