HASIL PENELITIAN
produksi barang-barang seperti alat rumah tangga, peralatan bayi, kebutuhan kantor
yang terbagi menjadi tiga kategori berbeda, yaitu Lighting, Consumer Lifestyle dan
Healthcare.
peningkatan kehidupan masyarakat melalui berbagai jenis invosi produk yang berarti
Sudah Lebih dari 120 tahun Philips berdiri dan Philips bukan hanya
berfokus pada sektor Consumer lifestule, Healthcare dan Lighting, tetapi Philips
juga melakukan berbagai jenis kegiatan untuk mengatasi masalah yang ada di
hidup kota kita dan kegiatan-kegiatan lain yang bermakna bagi kelangsungan hidup
kita.
54
55
Inovasi merupakan inti dari bisnis dari Philips, Philips ingin membuat sebuah
dunia yang lebih sehat dan lebih bermakna. Philips Research bekerja sama dengan
para ahli untuk menggunakan daya inovati bersama untuk membawa inovasi
kedalam pasar. Terobosan yang telah dicapai selama 90 tahun ini mencakup hal dari
lampu, radio untuk peralatan medis, alat cukur elektrik, televisi dan semikonduktor.
sejak tahun 1985 dan pada tahun tersebut merupakan aktivitas pertama penyuplaian
bohlam telah terjadi. Pada tahun 1940 pabrik lampu pertama berdiri di Surabaya
perkembangan dan perubahan di pertengahan dan akhir abad 20, Philips yang ada di
Indonesia pada awal abad 21 menjadi sebuah perusahaan yang utuh, dimana pada
masa ini Philips akhirnya lepas tergabung menjadi satu yang dimana pusatnya ada di
Jakarta (head office) dan Pabrik ada di Surabaya. Pada pertengahan abad 20 Philips
itu terbagi menjadi dua, yaitu : PRE (Philips Ralin Electronics) dan PEI (Philips
Electronics Indonesia).
menjadi tiga kategori. Kategori yang pertama itu adalah Healthcare, Healthcare
merupakan salah satu fokus yang ada pada brand Philips untuk memberikan solusi
didalam bidang kesehatan yang dimana pada bagian ini Philips menawarkan
berbagai jenis sistem alat kesehatan yang dimana sistem alat tersebut dapat
diupgrade oleh para penggunanya, alat dari Healthcare ini bukan hanya dapat di-
56
upgrade tetapi alat ini dapat membantu anda dalam memudahkan proses rumit yang
biasanya dapat ditemukan pada alat-alat produksi lain dan hemat waktu.
dengan kategori terbaik dikelasnya, seperti teknologi X-ray, Ultra Sound, Magnetic
seperti MRI, CT scan dan sistem cardiovascular, dan alat terbaru yaitu Patient
Monitoring Systems. Beberapa rumah sakit pribadi dan umum di Indonesia yang
Kita Nasional Cardiac enter, Rumah sakit Boromomeus, Rumah sakit Siloam dan
Rumah sakit Cinere. Philips juga merupakan salah satu market leader dalam alat
Fokus kedua dari Philips adalah pada Lighting. Dalam hal Lighting, brand
Philips merupakan produsen no 1 secara global pada bidang ini, posisi ini didukung
oleh berbagai inovasi yang digabungkan dengan berbagai pendekatan yang sistematis
untuk mencari peluang pasar baru. Produk Lighting ini dapat ditemukan pada seluruh
belahan bumi ini, bukan hanya dapat di temukan didalam rumah tetapi produk
Lighting kami juga dapat ditemukan pada berbagai aplikasi professional. Philips
Lighting ini mempunyai berbagai solusi untuk berbagai jenis keperluan seperti pada
bidang industri, toko, kantor, jalan, rumah sakit, olahraga, kota, dan berbagai tempat
Fokus terakhir yang ada pada Philips dalam rangka untuk memenuhi berbagai
jenis kebutuhan yang ada pada masyarakat adalah, Consumer Lifestyle. Pada fokus
ini Philips menawarkan berbagai jenis alat yang dapat merelaksasi pikiran mereka.
Pada sektor Consumer Lifestyle ini, Philips beroperasi pada bisnis: Healthy life,
Personal Care, Home living dan Interactive living. Pada fokus Consumer Liferstyle
ini, ada beberapa jenis kategori produk yaitu: Home Video, Home Cinema Sound,
Produk Lighting
Cuctomer Lifestyle
Healthcare
Indonesia)
12510, Indonesia
Telp:+62217940040
Fax:+62217940030
Tagline dari PT. Philips Indonesia sendiri adalah “ Sense and simplicity”
Setiap perusahaan pasti memiliki tujuan utama yang biasanya disebut dengan
Visi dan Misi, yang merupakan landasan bagi perusahaan untuk menjalankan
tugasnya yaitu:
Visi
Misi
59
At Philips, we strive to make the world healthier and more sustainable through
innovation. Our goal is to improve the lives of 3 billion people a year by 2025. We
will be the best place to work for people who share our passion. Together we will
1. Eager to win
2. Take ownership
3. Team up to excel
• Celebrate success
• President Director
• Management Team
mencapai tujuan-tujuan dari setiap sektor sesuai visi dan misi dari
perusahaan.
lapangan.
• HRD
1. Merekrut para kandidat berpotensi yang akan bekerja di dalam PT. Philips
Indonesia
• Finance
perusahaan.
• Legal
1. Mengatur segala jenis surat atau perjanjian yang mengatas namakan hukum
• Public Relations
3. Menjaga citra atau nama baik PT. Philips Indonesia di mata masyarakat
Indonesia.
4. Bekerja sama dengan para pengguna media internet, untuk mendukung, PT.
Philips Indonesia
63
siapakah orang tersebut, posisi apa yang sedang dijabat oleh orang tersebut,
relations PT. Philips Indonesia, apa peran orang tersebut dalam perusahaan,
kriteria tersebut , peneliti memilih empat orang yang akan diwawancarai oleh
yang ada di dalam PT. Philips Indonesia. Ibu Ella Viryananda selaku Country
PT. Philips Indonesia melalui meda sosial. Ibu Maria Simanjuntak selaku
mereka juga merupakan pihak yang mempunyai kaitan erat dengan public
Data Primer yang peneliti kumpulkan terdiri dari hasil wawancara, hasil
peneliti akan melakukannya kepada empat narasumber internal dari PT. Philips
64
Indonesia yang terdiri atas Ibu Chatrine Siswoyo selaku Corporate Communication
Manager, Ibu Ella Viryananda selaku Country Internet Manager, Maria Simanjuntak
selaku Marketing Manager for Consumer Lifestyle, Teguh Prabowo selaku General
Hasil observasi yang peneliti paparkan merupakan hasil kerja praktek peneliti
dengan observasi terhadap kegiatan yang dilakukan oleh public relations PT.
Peneliti memilih ibu Chatrine Siswoyo sebagai salah satu narasumber untuk
berperan aktif serta bertanggung jawab atas segala kegiatan Public Relations pada
PT. Philips Indonesia. dengan alasan ini, peneliti berharap dapat mendapatkan
pertanyaan yang bersifat lengkap dan terpenrinci sehingga jawaban tersebut tidak
melenceng dari pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Tujuan dari wawancara yang
mengenai strategi public relations PT. Philips Indonesia dalam rangka untuk
Lifestyle dan Healthcare. Wawancara dilakukan pada hari Rabu, 15 Mei 2013, pada
Pertanyaan pertama yang peneliti ajukan kepada ibu Chaterine Siswoyo adalah,
bagaimana strategi anda untuk meningkatkan brand awareness yang dimana ketika
orang mendengar nama brand Philips mereka juga bisa mengingat produk
Healthcare dan Consumer Lifestyle yang dijawab oleh ibu Chaterine Siswoyo adalah,
“Di Indonesia Philips itu kan memang dikenal sebagai brand, diidentifikasikan
sebagai brand yang langsung terkait dengan light bulb , which is not true .karena
bisnis kita sudah mulai berkembang dalam sepuluh tahun belakangan ini, sudah
berembang ke ketiga sektor yaitu Lighting, Consumer Lifestyle dan juga Healthcare.
message yang kita komunikasikan ke publik, baik ke media, atau konsumen bahwa
Philips itu adalah perusahaan diversivied company, dalam arti tidak hanya berfokus
pada satu bidang saja, yang kedua kita memberikan beberapa program, yaitu kami
juga oppurtunity dalam tiga tema. Tema tersebut dikaitkan kembali dengan ketiga
bisnis sektor kami, jadi mulai dari situlah kami berharap masyarakat mulai mengerti
bahwa Philips itu tidak hanya brand yang represent light bulb, juga Healthcare dan
Consumer Lifestyle”
awareness masyarakat atas produk Healthcare dan Consumer Lifestyle? atau anda
tidak setuju dengan pertanyaan tersebut? yang dijawab oleh ibu Chaterine Siswoyo
adalah,
66
Healthcare masih termasuk limited, karena dalam hal ini Philips kan emang di
lahirkan sebagai perusahaan lampu yang dilahirkan di Einhoven pada tahun 1891,
dan dari awalnya Philips itu memproduksi lampu, dan tentu saja masyarakt tahu
jejaknya Philips , dalam produknya seperti Healthcare kembali lagi pada tahun
1940an, dimana kami termasuk salah satu perusahaan yang meng-invent X-ray,
tetapi Philips masih belum mulai berfokus pada Healthcare sama Consumer
Lifestyle. Philips baru mulai fokus 10 tahun ke belakang ini, maka dari itu kami
ingin dikenal sebagai perusahaan inovasi teknologi yang bisa membantu improving
peoples live.”
Pertanyaan ketiga yang peneliti ajukan adalah, Salah satu tujuan public relations
adalah mendukung bauran pemasaran, yang ingin saya tanyakan adalah, bagaimana
“ kalau mengenai pemasaran itu tergantung pemasarannya apa ya, make sure
that everything is align to our brand, and our brand it need should be expose in any
event, its basicly my job, im not really responsible for the marketing, because its not
lakukan adalah making sure that in all marketing activity event yang berkaitan
dengan media terutama atau stakeholder kita masih dalam satu guideline untuk
brand kita”
Pertanyaan keempat yang peneliti ajukan adalah, apakah public relations pernah
melakukan kolaborasi dengan marketing dari Health care dan Consumer Lifestyle
67
untuk meningkatkan penjualan produk dari sektor tersebut , yang dijawab oleh ibu
“Untuk berkolaborasi tentu saja, karena dalam hal ini salah satu tugas dari
Philips dan dikaitkan dengan produk tersebut. terus penjualan ya bukan , kami tidak
melakukan itu.”
Pertanyaan terakhir yang peneliti ajukan kepada ibu Chaterine Siswoyo adalah,
seperti yang kita ketahui PR tools itu beraneka ragam, yang ingin saya tanyakan
adalah, kenapa PT. Philips Indonesia tidak mengiklankan produk seperti Healthcare
dan Consumer Lifestyle kemudian kenapa Sektor Lighting ada Kota Terang Hemat
Energi, sedangkan sektor yang lain tidak ada yang sejenis Kota Terang Hemat Energi
, kalau tidak ada apakah ada planning untuk membuat event khusus untuk Consumer
Lifestyle dan Healthcare yang dijawab oleh Ibu Chaterine Siswoyo adalah,
“Seperti yang kita ketahui PR tools itu beraneka ragam, karena begini, sebenarnya
televisi, tetapi kami mempunyai iklan - iklan banyak di media, sedangkan kenapa
Healthcare kami tidak terlalu mengiklankan di media, itu karena target audiens
kami kan berbeda, dalam arti ketika kita ingin reaching certain target audiences, we
use that specific channel yang bisa reaching out to them, yang tidak melulu
bahwa perusahaan Philips itu pada dasarnya adalah produk Lighting dan sejak awal
lahirnya hingga pertama kalinya masuk ke Indonesia itu juga adalah produk Lighting,
sehingga masyarakat pada umumnya lebih mengenal brand Philips sebagai produsen
daripada produk Consumer Lifestyle dan Healthcare. Dalam 10 tahun terakhir ini
Philips mulai fokus untuk memperkenalkan produk dari Consumer Lifestyle dan
challenges, dan juga oppurtunity dalam tiga tema. Tema tersebut dikaitkan kembali
dengan ketiga bisnis sektor Philips, jadi mulai dari situlah kami berharap masyarakat
mulai mengerti bahwa Philips itu tidak hanya brand yang represent light bulb, juga
Peneliti memilih ibu Ella Viryananda sebagai salah satu narasumber untuk
aktif serta bertanggung jawab atas segala kegiatan PT. Philips Indonesia melalui
media sosial dan merupakan salah satu bagian dari Corporate Communicatio. dengan
alasan ini, peneliti berharap dapat mendapatkan informasi yang dapat mendukung
penelitian peneliti.
pertanyaan yang terstruktur dan alur pertanyaan yang bersifat lengkap dan
diajukan oleh peneliti. Tujuan dari wawancara yang dilakukan adalah supaya peneliti
Manager yang merupakan bagian dari Corporate Communication dari PT. Philips
produk dari kategori Consumer Lifestyle dan Healthcare. Wawancara dilakukan pada
hari Kamis, 23 Mei 2013, pada pukul 16.30 WIB, di Front desk ibu Ella
Viryananda.
Pertanyaan pertama yang peneliti ajukan kepada ibu Ella Viryananda adalah,
peran apa yang anda mainkan oleh seorang Country Internet Manager dalam PT.
“sebagai seorang Country Internet Manager, tugas yang harus dilakukan adalah
meng-overview dan memanage semua digital access di perusahaan, kalau kita lihat
digital access itu apa saja, yang pertama website itu sudah pasti, kedua yang
sekarang memang lagi merupakan consumer heaven itu ada di sosial media
seperti Facebook,Twitter Youtube dan lain sebagainya. Nah perannya disini adalah
bagaimana channel-channel yang ada itu, digunakan untuk mensupport bisnis PT.
Philips Indonesia, nah kalau kita melihat bisnis Philips dari sisi apanya, kalau di
website itu pasti product information, begitu orang meilhat produk Philips atau apa
mereka ingin mengenal Philips mereka akan datang ke website mereka akan
melihat produknya and then how to drive the conversion, konversi ini darimana?
Misalnya kita mau ukur klik ke dealer locater, artinya mereka ada intention to buy
dikarenakan mereka ingin menemukan produk ini secara offline dimana? Digital
access seperti itu yang kita manage -supaya drivenya adalah ke bisnis termasuk
juga di social media. Fungsinya dari sosial media itu apa? satu kita connect
Kita akan menyediakan content –content yang relevan untuk mereka, mulai dari
product information ditempat untuk mereka connect secara digital, bila mereka
mereka sebagai consumer kita untuk arahnya adalah ke bisnis kita, setelah mereka
merasakan produk ini, dia akan berpikir saya beli dari phiilips kemudian dengan
support seperti ini, informasi yang lebih banyak itu akan m emudahkan atau
memotivasi mereka untuk membeli produk Philips lainnya. Bila mereka memang
tertarik dengan apa yang telah kita bangun dan bisa jadi lebih preferred dengan
Philips maka mereka akan menjadi brand ambassador , misalnya seperti itu . itu
beberapa secara singkat apa sih yang dilakukan oleh Country Internet Manager.”
Pertanyaan kedua yang peneliti ajukan kepada Ibu Ella Viryananda adalah,
strategi apa saja yang telah anda lakukan/ tindakan apa yang telah anda lakukan
sampai sekarang untuk membangun kesadaran produk akan PT. Philips Indonesia,
terutama dalam kategori, Consumer Lifestyle dan Healthcare ?, yang dijawab oleh
“Visibility yang tidak kalah dengan Lighting adalah, kalau di web itu sendiri
ada yang namanya cross kategori kalau melihat di website tersebut begitu kita klik
produk langsung semua produk ada disitu. Mulai dari Lighting , Consumer
Lifestyle dan semuanya , tantang Philips ada disitu, termasuk juga Healthcare,
itu merupakan sisi dari website. Kemudian dari sisi sosial media channel misalnya
kita juga melakukan yang namanya bukan cross campaign artinya visibility dari
sektor lain ada disana, misalnya kalau kita lihat di Facebook Lighting disana ada
link juga untuk Facebook Consumer Lifestyle baik itu avent , shaver maupun
Domestic appliences ada interlink visibility dan connection antar sektor itu kita
71
manage juga. Terakhir itu kalau kamu pernah dengar, yang sekarang kita lagi
persiapkan adalah + project . program itu lebih seperti brand campaign supaya
yang complete bahwa Philips itu bukan hanya Lighting tapi didalamnya ada
Consumer Lifestyle dan ada Healthcare juga, itu lah yang digarap dari the +
project, yaitu untuk mengintegrasi atau menjahiti 3 sektor ini menjadi satu in term
of digital di Philips, misalnya presence Lighting disosial media juga lebih kuat,
mereka sudah memulai duluan dengan dengan fanspage yang lebih banyak dengan
activites yang lebih banyak dan tentunya didukung dengan budget yang lebih
besar, tapi artinya Consumer Lifestyle jaraknya tidak boleh terlalu jauh dengan
Lighting. Tahun lalu untuk Consumer Lifestyle itu hanya ada 2 kategori , yang
punya sosial media presence itu untuk mother and child care which is avent dan
yang kedua itu untuk male grooming which is itu shaver yang Philips self self
expression itu, tahun ini kita baru launch juga untuk kategori Domestic
Pertanyaan ketiga yang peneliti ajukan kepada ibu Ella Viryananda adalah, PT.
Pertanyaan saya adalah, kenapa Healthcare tidak ada facebook tersendiri? yang
“Jawaban dari nomor tiga ini sudah saya jawab pada nomor dua tadi,
sosial media ini sendiri ada di sana untuk mendukung bisnis sektor Consumer
Lifestyle dan Lighting , jadi berbagai aktivitas juga sedang kita coba untuk
merencanakan, kita mencoba untuk menjahit dan mensupport ketiga sektor ini,
72
misalnya activities di facebooknya Domestic Appliences itu juga ada product show
case , link untuk ke e-commerce, rencana ini lagi tahap persiapan tetapi masih
belum launch namun ide tersebut sudah ada, yaitu untuk meng-connect consumer
brand dan juga akses ke produk yaitu melalui e-commerce dari digital
activationnya, kalau dari sisi web sendiri memang tidak ada bedanya antara
informasi kita perlakukan sama dan itu dijawab supaya selalu update, jadi tidak
ada yang mana porsinya lebih besar , karena semua informasi harus ada disana
dan terupdate. Sementara untuk Healthcare sosial media untuk saat ini bisa
dikatakan memang belum , tetapi dari corporate level kita bawanya lebih ke
sementara social media seperti Facebook dan Twitter itu lebih kepada B to C yaitu
business to consumer.”
perkembangan media sosial PT. Philips Indonesia, dapat dilihat bahwa begitu banyak
para penanya di account facebook dan , menurut anda apakah lebih baik , prosedur
seperti itu di hilangkan? sehingga feedback tersebut dapat diberikan dengan cepat?
apa pendapat anda? yang dijawab oleh ibu Ella Viryananda adalah,
tersebut untuk intouch disana sehingga jawaban bisa diberikan lebih cepat,
karena informasi datang dari pihak pertama, tapi pada kenyataannya resource
untuk melakukan itu tidak ada, hal itu menandakan adanya gap antara brand
social media, kemudian supervisor atau manager untuk mengelolah social media,
73
jadi kurang lebih apa yang menyebabkan terlambat adalah, ketersediaan informasi
untuk menjawab itu , bisa disebabkan oleh akses kepada informasi atau sumber
informasi, pihak pertama itu tidak bisa cepat didapatkan dan dua knowledge dari
orang yang mengurusi social media memang tidak sejauh dari yang ditanyakan ,
kurang lebih itu. Jadi sebetulnya bukan karena prosedur tetapi lebih dikarenakan
oleh operation dalam operasi sehari-hari untuk bisa memberikan jawaban. Alasan
kenapa proses menjawab menjadi agak lama adalah karena kita tidak bisa
menjawab dengan menjawab yang tidak valid , karena lebih baik telat dan jawaban
sosial, seperti Philips Self Expression yang fokus untuk alat shaver, Philips Avent
yang fokus untuk perlengkapan bayi, Philips Indonesia yang fokus pada kegiatan
Philips pada umumnya. Seperti yang dapat kita lihat, account-account yang peneliti
sebutkan tersebut adalah account untuk Facebook dan Twitter untuk sektor
Consumer Lifestyle dan Lighting. kenapa Healthcare tidak ada? Itulah pertanyaan
yang saya ajukan kepada ibu Ella Viryananda dan peneliti menemukan bahwa, pada
dasarnya sektor Consumer Lifestyle dan Healthcare targetnya adalah customer dan
Facebook dan Twitter itu bersifat B2C alias business to customer sehingga kedua
yang merupakan media sosial yang digunakan oleh sektor Healthcare yang
cenderung lebih bersifat B2B alias business to business, sehingga itulah alasan
dibalik kenapa Healthcare tidak ada account media sosial seperti Facebook dan
Peneliti memilih ibu Maria Simanjuntak sebagai salah satu narasumber untuk
Lifestyle yang mempunyai berbagai jenis kegiatan kerjasama dengan Public Reltions
untuk melaksanakan kegiatan sektor Consumer Lifestyle. Dengan alasan ini, peneliti
menyimpang. Tujuan dari wawancara yang dilakukan adalah supaya peneliti dapat
memperoleh berbagai jenis informasi dari ibu Maria Simanjuntak yang merupakan
wawancara ini peneliti dapat mengetahui apa saja kolaborasi yang dilakukan antara
sektor Consumer Lifestyle dengan public relations, pendapat ibu Maria mengenai
strategi yang dijalankan oleh public relations untuk mendukung kegiatan sektor
diketahui oleh peneliti. Wawancara tersebut dilakukan pada hari selasa, 28 Mei 2013,
Pertanyaan pertama yang peneliti ajukan kepada ibu Maria Simanjuntak adalah,
seperti yang kita ketahui brand Philips itu lebih dikenal masyarakat Indonesia
sebagai brand untuk produk Lighting daripada brand untuk produk Healthcare dan
75
Consumer Lifestyle apa pendapat anda? Alasannya?, yang dijawab oleh ibu Maria
Simanjuntak adalah,
“mungkin kalau ini ditanyakan untuk lima tahun yang lalu saya setuju, tetapi
jika ditanyakan untuk akhir-akhir ini saya kurang setuju. Karena kalau misalnya
orang ingat brand Philips itu bukan hanya ingat bola lampu tetapi mereka akan
mengingat setrikaan dan blender juga dan kebetulan memang untuk produk
setrika dan blender itu kita mendapat TOP Brand Award jadi consumer awareness
untuk blender dan setrika specifically untuk dikategori Consumer Lifestyle sudah
produk dari brand Philips karena memang sektor tersebut yang start pertama kali
televisi, media hal itu yang mendorong mereka, sedangkan kalau sektor Consumer
memang karena kita punya kegiatan below the line yang cukup banyak , kita
ibu segala macam, akhirnya dengaan approaching tersebut produk kita tersebar
melalui mulut ke mulut. Saat ini untuk setrika dan blender kita masih nomor satu
berdasarkan data market share dan juga kita dapat Top Brand award untuk
kedua kategori tersebut, jadi kesimpulannya saya setuju jika itu lima tahun yang
lalu, tetapi akhir-akhir ini orang sudah mulai aware dengan blender dan setrika
dan mixer".
Pertanyaan kedua yang peneliti ajukan kepada ibu Maria Simanjuntak adalah,
berdasarkan informasi yang saya dapatkan dari ibu Chatrine Siswoyo, Philips mulai
tahun terakhir ini, menurut anda bagaimana peran public relations untuk mendukung
atas produk dari sektor anda? Pertanyaan ini merupakan pertanyaan asli yang
peneliti ajukan kepada ibu Maria Simanjuntak dan dikarenakan Mbak Maria hanya
mengenai pendapat ibu Mari Simanjuntak terhadap peran public relations untuk
public relations supaya bisa memberikan dukungan yang lebih efektif terhadap
kegiatan Consumer Lifestyle. Jawaban yang diberikan oleh ibu Maria Simanjuntak
adalah,
“mungkin yang bisa saya lihat peran dari public relations , sebelum itu saya
akan menjelaskan sesuatu terlebih dahulu, proses ini kurang berjalan dengan baik
dikarenakan oleh budget ATL kita yang terbatas untuk memasang iklan secara
terus - menerus sehingga hal itu sangat tidak memungkinkan, unlike rekan kita
produk kita seperti produk-produk baru kepada media dan masyarakat banyak , itu
merupakan salah satu keuntungan yang kami peroleh tetapi kalau beriklan itu
orang hanya bisa melihat feature dari produk produk Consumer Lifestyle, tetapi
dengan peran dari public relations tersebut dapat memungkinkan media untuk
meng-cover aplikasi pemakaian produk kami berupa test and review di media -
media. Pada dasarnya a orang juga pingin melihat produk tersebut diaplikasikan
dan bukan nya hanya feature dan highlight saja, tentunya kita mau highlight yang
bagus – bagus sehingga dengan adanya publisitas ini bisa menjadikan kami lebih
objektif.”
77
yang berisi, apakah ibu Maria ada saran untuk public relations sehingga ia lebih
bisa mendukung proses kerja anda dalam sektor Consumer Lifestyle? kemudian ibu
Maria menjawab,
“kalau sudah berjalan baik sih ya, paling pemilihan medianya seperti itu yang
relations Agency tersebut supaya media-media lebih interest untuk meliput berita
dengan publisitas yang dilakukan oleh public relations. Dengan alasan untuk
sampingan yang berupa selama sepuluh bulan jabatan ibu Maria Simanjuntak,
berapa jumlah publisitas yang berhasil dilakukan oleh public relations atas produk
dari kategori Consumer Lifestyle? kalau dilihat dari over target kita tidak achieve
karena hal tersebut lebih kepada masalah internal problems tetapi so far yang
Pertayaan ketiga yang peneliti ajukan kepada ibu Maria Simanjuntak adalah,
seperti yang kita ketahui Healthcare dan Lighting berhasil mencapai target pada Q1
sedangkan Consumer Lifestyle tidak berhasil mencapai target. Menurut anda yang
merupakan salah satu bagian dari sektor tersebut, hal apa yang menyebabkan sektor
Consumer Lifestyle tidak dapat mencapai target pada Q1? dan menurut anda
“sebenarnya ada banyak hal yang mendukung untuk mencapai target, dan
tentunya bukan hanya karena marketing program atau karena sales program yang
78
tidak berjalan dengan baik tetapi ada juga masalah-masalah internal-internal yang
tidak bisa saya utarakan disini. Sekali lagi yang menyebabkan sektor Consumer
Lifestyle tidak mencapai target bukan karena marketing program dan sales kita
tidak running well maksudnya produk dari Consumer Lifestyle terdistribusi dengan
baik dan sesuai harapan masyarakat tetapi ada internal-internal problems karena
belum ada kesepakatan kita dengan distributor, lebih dari itu bukan karena
marketing program kita tidak berjalan dengan baik atau berkurangnya animo
masyrakat terhadap produk kita, jadi so far sales throughnya itu ada sale in yaitu
jualan kita ke distributor dan ada sales through yaitu jualan distributor ke
konsumen sale throughnya berjalan dengan baik begitu juga dengan selling amount
dan consumer acceptance. Kesimpulannya hal yang menyebabkan sektor kami tidak
dapat mencapai target pada Q1 ini adalah lebih kepada masalah internal, karena
memang masalah kita ada sama distributor. Kalau mengenai kinerja public
pergerakan public relations untuk melakukan kegiatan pada sektor kami, karena
kita tahu masalah yang sedang kita hadapi adalah masalah internal yaitu antara
Takutnya kalau kita sudah heboh melalui kegiatan yang dilakukan oleh public
relations tetapi produk tidak didistribusikan dengan baik dan sebagainy, hal tersebut
akan menjadi problems karena begitu produk tersebut dipublikasikan ke media dan
sebagainya, supposely produk kita harus ada di pasaran betul? mau bagaimana
consumer akan terima bila mereka sudah melihat publisitas yang dilakukan oleh
public relations melalui media tetapi mereka tidak dapat menemukan produk
relations tersebut.”
Pertanyaan terakhir yang peneliti ajukan kepada Ibu Maria Simanjuntak adalah,
public relations memiliki beberapa program, salah satunya adalah +Project. Apa
tanggapan anda mengenai +Project tersebut dan bagaimana pendapat anda mengenai
dampak yang diberikan +Project kepada sektor Consumer Lifestyle? yang dijawab
“ Niat dari aktivitas ini sebenarnya baik, tujuannya adalah bagaimana + project
untuk Consumer Lifestyle yang berupa Chef Goes to School. Pada program ini kita
mau mengajari food seller mengenai bagaimana cara untuk menyajikan makanan
yang baik dan juga orang tua mengenai bagaimana caranya supaya mereka lebih
waspada terhadap makanan yang dimakan oleh anak- anak mereka di sekolah itu
seperti apa. Sebaiknya orang tua juga dapat memungkinkan anak – anak mereka
untuk membawa makanan sendiri dari rumah, hal tersebut lebih baik di ajarkan
dari sedini mungkin kepada mereka sehingga anak – anak dapat mengetahui bahwa
makanan yang sehat itu seperti apa dan merkea jatidak hanya bisa memilih
makanan-makaan yang tidak sehat. Program ini seharusnyat idak hanya dilakukan
sekali atau dua kali tetapi program ini harus bersifat continuous dan perlu
sustainability harus dijaga supaya program tersebut dapat reaching more people
untuk lebih sadar akan makanan yang sehat. Sebenarnya bagus program ini
bseserta dampaknya terhadap bisnis kita , seperti ketika orang yang ikut serta dalam
program ini mereka akan menjadi sadar untuk perlu minum jus setiap hari,
misalnya dengan menjadikan Philips juicer sebagai solusinya ataupun dengan air
fryer dari Philips mereka dapat menikmati makanan fried food without oil atau
perlu juga untuk mengukus makanan-makanan dengan alat berupa food steamer,
80
long term dari program ini menurut saya dapat memberikan dampak yang baik,
tetapi perlu konsistensi untuk menjalankan program ini secara berkala, dan
sebaiknya program ini bukan hanya dilakukan di sekolah - sekolah saja, tetapi
alangkah baiknya bila orang – orang dapat mengakses media internet untuk
melihat isi dari acara tersebut, tetapi baru beberapa persen sih sebenarnya
pengaruh internet ini. Jadi saya masih belum bisa megutarakan sekarang, tetapi so
far karena program ini begitu kita launching kita juga ada follow up survey
terhadap program tersebut dari tiga bulan setelah acara berlalu, yaitu sejak bulan
September setelah kita melaunching program ini kita memberikan edukasi kepada
food seller, parents, teacher dan juga anak-anak mengenai cara membuat makanan
yang sehat dan cara untuk menyajikannya, setelah 3 bulan kita menemukan bahwa
ternyata banyak food seller yang sudah berganti menu - menu makanan mereka
tergiur dengan makanan seperti chiki dan segala macam dan minuman yang
berwarna-warni, sebenarnya si food seller sudah mulai menyajikan jus buah dan
menyimpulkan bahwa pada dasarnya sektor Lighting merupakan sektor utama dan
terlama di Indonesia dan mempunyai anggaran dana yang lebih besar dibandingkan
dengan sektor Consumer Lifestyle dan Healthcare. Oleh karena dana yang
didapatkan tidak sebesar sektor Lighting dan dikarenakan oleh keerbatasan dana,
masyarakat atas produk dari Consumer Lifestyle. peneliti juga menemukan bahwa
81
Pada Q1 yaitu pada bulan januari sampai maret Consumer Lifestyle tidak mencapai
target dan ibu maria menyatakan bahwa ada masalah-masalah internal yang tidak
dapat dia utarakan kepada saya, tetapi yang jelas masalah tersebut adalah masalah
Peneliti memilih Bapak Teguh Purwanto sebagai salah satu narasumber untuk
posisi teratas di sektor Healthcare maka peneliti yakin bahwa ia merupakan orang
penelitian.
jawaban yang diberikan oleh informan apabila ternyata ia menyimpang. Tujuan dari
wawancara yang dilakukan adalah supaya peneliti dapat memperoleh berbagai jenis
informasi dari Bapak Teguh Purwanto yang merupakan General Manager untuk
Healthcare, peneliti berharap dengan wawancara ini peneliti dapat mengetahui apa
saja kolaborasi yang dilakukan antara sektor Heatlhcare dengan public relations,
pendapat ibu bapak Teguh Purwanto mengenai strategi yang dijalankan oleh public
tersebut dilakukan pada hari selasa, 30 Mei 2013, pada pukul 01.30 WIB, di ruang
Pertanyaan pertama yang peneliti ajukan bapak Teguh Purwanto adalah, seperti
yang kita ketahui brand Philips itu lebih dikenal masyarakat Indonesia sebagai
brand untuk produk Lighting daripada brand untuk produk Healthcare dan
Consumer Lifestyle apa pendapat anda mengenai pernyataan ini? Alasannya?, yang
“Saya setuju, kalau memang brand daripada Philips ini sekarang adalah
Lighting, jadi ketika orang melihat Philips pasti ingatnya Lighting. Tagline Philips
yang orang ingat pasti terus terang – terang terus yang notebene itu adalah
brandnya Lighting. Hal tersebut tentu saja bisa dipahami karena sejak awal Philips
brand dari Philips adalah di bidang audio atau domestic Appliances. Sebenarnya
healthcare sendiri masih banyak orang tidak terlalu aware bahwa Philips itu punya
Healthare. Pada tahun 2005/2006 Healthcare itu baru terbentuk, pada saat itu kami
itu ada sektor Healthcarenya. nah itu kan diubah dengan adanya Philips itu
sebagai sebuah perusahaan health and well being. Dari disitu lah merupakan asal
Healthcare tersebut terbentuk pada tahun 2005? Yang dijawab oleh bapak Teguh
Purwanto adalah,
83
“Sebenarnya sudah lama tetapi dulunya Philips itu diversified dan boleh
disebut sebagai konglomerat, produk apa saja ada bahkan mulai dari radio masih
banyak lainnya, karena dia konglomerat tetapi dengan seiring berjalannya waktu
Philips mulai menyadari bahwa tidak bisa seperti itu, oleh karena itu kemudian
Philips merasa harus melakukan perubahan akhirnya Philips terbagi menjadi tiga
sektor seperti sekarang ini. Kemudian kami berubah menjadi Philips yang health
and well being dimana sektor Healthcare sebagai backbone makanya worldwide
kemudian disusul lighting dan consumer lifestyle, dengan adanya hasil seperti itu
memang bagaimanapun juga majority dari bisnis itu adalah Lighting, jadi tetap saja
persepsinya masyarakat atas brand philips yang paling kuat adalah Lighting. tetapi
. Kemudian peliti bertanya kembali kepada pak Teguh mengenai apa usaha
pertama yang kita lakukan tentu kita harus bicara fundamental bisnisnya dulu,
artinya adalah yang pertama forum bisnisnya harus ada dulu, kalau kita tidak
punya kan jadinya zero bisni dan tentu kita tidak dapat melakukan branding.
Makanya kita mesti punya fundamental atas bisnis tersebut terlebih dahulu, artinya
kita harus growth bisnisnya sampai jadi terlebih dahulu, kemudian kita mulai
Healthcare itu ada dan kita punya kontribusi, jadi itu yang kita lakukan. pertama
84
yang harus kita lakukan adalah membangun fundamental bisnis kemudian yang
kedua baru melakukan komunikasi mengenai bisnis apa yang kita lakukan”
Pertanyaan kedua yang peneliti ajukan kepada bapak Teguh Purwanto adalah,
public relations memiliki beberapa program, salah satunya adalah +Project. Apa
tanggapan anda mengenai +Project tersebut dan bagaimana pendapat anda mengenai
dampak yang diberikan +Project kepada sektor Healthcare? Yang dijawab oleh
bapak Teguh Purwanto adalah, +Project itu bagus dalam arti adalah
seperti apa +project ini, acaranya seperti yang saya lihat itu adalah Spot It Your
Self, event itu sangat fenomenal. Menurut saya itu adalah sebuah event yang
menarik jadi memang + project ini bisa menjadi salah satu.tools bagi kita untuk
bisa berpartisipasi, berkontribusi nah itu yang menarik dari + Project itu.”
Pertanyaan ketiga yang peneliti ajukan kepada Bapak Teguh Purwanto adalah,
seperti yang dapat kita lihat bahwa Healthcare merupakan salah satu dari ketiga
sektor PT. Philips Indonesia yang berhasil mencapai hasil yang memuaskan pada
Quarter 1, menurut anda seberapa besar kontribusi yang diberikan oleh public
relations atas pencapaian tersebut? Yang dijawab oleh bapak Teguh Purwanto
adalah,
“ Kembali lagi public relations itu punya objektif yang berbeda dengan bisnis,
public relations itu kalau saya bilang dia memberikan environment, memberikan
85
sebagai bisnis enable, dengan public relations yang baik kita bisa bekerja dengan
nyaman, komunikasi kita lancar kepada masyarakat begitu. Jadi kalau kita mesti
mengkuantifikasi peran public relations per quarter, menurut saya itu agak susah.
bagaimanapun bila kita diminta untuk mengukur itu menurut saya agak sulit, tetapi
yang jelas kita bisa melihat bahwa in this last five years, saya bisa merasakan ada
akademisi itu ada perubahan. Justru itu role dari public relations, jadi kalau dalam
beberapa tahun terakhir itu ada perubahan menjadi lebih baik, tetapi kalau kita kita
mesti mengkuantifikasi peran public relations per quarter, menurut saya itu agak
sulit ya karena public relations sendiri kegiatannya kan juga tidak bisa per kuarter.
Itu seperti orang sedang menanam pohon-pohon besar sekali tanam mungkin
tumbuhnya beberapa tahun lagi, tetapi kalau bisnis kan orang lebih bisa tangible”.
adalah, berdasarkan informasi yang saya dapatkan dari Mbak Chatrine, Philips mulai
tahun terakhir ini. Menurut anda bagaimana peran public relations untuk
masyarakat atas produk dari Healthcare selama 10 tahun terakhir ini? dan Apa saran
anda untuk public relations PT. Philips indonesia, supaya bisa lebih mendukung
maysarakat atas produk Healthcare? Yang dijawab oleh bapak Teguh Purwanto
adalah,
“Betul lima sampai sepuluh tahun terakhir ini tentunya peran dari public
86
relations itu besar sekali. Jadi apa yang membedakan antara bisnis dalam arti
disini adalah komersial dengan public relation, kalau bisnis itu straight forward apa
yang saya lakukan hari ini supaya saya bisa mendapatkan penjualan, tetapi kalau
public relations adalah bagaimana kita menjadi bagian dari masyarakat yang baik
dan part of society yang baik and its public relations, in the end of the day kita
mengharapkan dengan public relations yang baik ada engagement baik dengan
tentunya menjadi lebih cepat, gampang, efektif dan efisien. Jadi goalnya berbeda,
saya melihat bahwa dalam kerangka itu memang lima sampai sepuluh tahun terakhir
ini kita cukup banyak sekali melakukan kegiatan yang bersifat stakeholder
akademisi nah itu yang dilakukan oleh public relations. Menurut saya hal tersebut
kesehatan itu aware ternyata Philips itu ada di dunia kesehatan dan mungkin
dengan bertanya mengenai apa saran untuk public relations, supaya public relations
“Yang dijawab oleh bapak Teguh Purwanto adalah, yang pertama adalah
public relations itu mesti punya konsep yang jelas. Jadi janganlah membuat
kegiatan bukan kegiatan yang adhoq, tetapi melainkan membuat suatu kegiatan yang
continuous. Oleh karena itu kita perlu strategi yang tepat dan disinilah kita perlu
adanya dialog dan agreement, alignment dengan bisnis mengenai objektif yang
ingin kita capai. Yang kedua adalah, continuous feed back juga, artinya adalah
87
baik dari sisi bisnis maupun dari sisi public relations, dua – duanya harus saling
bisnis itu bisa dikomunikasikan dengan baik oleh public relations tetapi
sebaliknya aktivitas public relations itu dapat juga mendukung dan mendrive
feedback between sektor Healthcare and public relations menurut saya itu
menemukan bahwa pada tahun lalu laporang keuangan sektor Heatlhcare secara
worldwide mencapai sebanyak 40% kemudian disusul oleh Lighting dan Consumer
Lifesytle. Pak Teguh juga menyatakan bahwa bagaimanapun juga majority dari
bisnis Philips itu adalah Lighting sehingga persepsi masyarakat atas brand Philips
mengajak mereka untuk memberikan effort , kontribusi dan ide untuk mewujudkan
kreatifitas mereka dan acara ini merupakan strategi yang digunakan oleh public
relations Philips secara World Wide untuk memperkenalkan ketiga sektor Philips.
Menurut Bapak teguh, kunci untuk sukses antara public relations dengan sektor
4.4.2.1 Observasi
Observasi yang peneliti lakukan berlangsung selama tiga bulan, dimulai dari 25
Februari 2013 hingga 15 Juni 2013, dengan jumlah kehadiran setiap hari senin
sampai dengan jumat dengan jam kerja 08.00 – 18.00 WIB. Peraturan PT. Philips
88
Indonesia memberikan toleransi kepada setiap karyawan untuk jam masuk paling
lambat yaitu jam 09.00. Sebagai seorang Admin Corporate Communication, peneliti
berstatus sebagai Intern tetapi peneliti memiliki kewajiban yang sama dengan
peneliti memiliki kompilasi sejumlah temuan di lapangan, mulai dari proses kerja
hingga isi program sendiri secara khusus. Dilihat dari proses kerja, peneliti
jasa vendor / public relations agency untuk menjalankan program – program public
relations.
kegiatan public relations PT. Philips Indonesia, baik untuk kegiatan internal maupun
contoh ada beberapa event yang pernah berlangsung semasa masa penelitian adalah,
Town meeting, International Womens Day, Simply Healthy@ School, Spot it your
self, Chef Goes to School, Press conference dalam rangka memperingati World Sleep
seluruh pekerjaan dikerjakan secara individu. Relasi kerja yang paling sering terjalin
untuk event adalah antara Coporate Marketing Manager dengan sektor Lighting,
89
dikarenakan sektor tersebut mempunyai dana yang lebih besar dibandingkan dengan
waktu yang cukup padat, sehingga pekerjaan harus diselesaikan secara efisien, cepat,
namun optimal.
6. Semua kegiatan public relations itu berasal dari pusat yang ada di Belanda,
strategi yang dilakukan oleh public relations PT. Philips Indonesia untuk
Healthcare berdasarkan atas tujuh kegiatan penting dari marketing public relations,
yaitu:
1. Kegiatan Publikasi
selama kurang lebih empat bulan masa magang peneliti di PT. Philips Indonesia.
90
Pada dasarnya berbagai jenis kegiatan umum public relations ketiga sektor
majalah Now Jakarta edisi bulan april. Dimana advertising ini bukan atas inisiatif
ibu Chatrine Siswoyo sendiri, melainkan permohonan yang diajukan oleh bapak
Alistair Speirs yang merupakan pihak dari Now Jakarta Magazine untuk memasang
iklan di dalam majalah tersebut. Sedangkan kegiatan Publisitas yang dilakukan oleh
public relations untuk sektor Consumer Lifestyle dan Healthcare semasa peneliti
identitasnya oleh masyarakat. Tetapi hal tersebut tidak mendakan bahwa Philips
tidak akan membuat perubahan atas tagline yang ada pada Philips yang berbunyi
“Sense and Simplicity.” Pihak Philips secara global berencana untuk mengubah tag
line menjadi sebuah tagline yang baru dengan beberapa filosofi, yaitu:
1. At Philips we believe that people want to be healthy, live well and enjoy life.
Selain Philips akan mengubah tagline dari perusahaan tersebut, Philips juga
akan menggunakan brand promise yang baru yaitu, “ Philips delivers innovation
that matters to you”. Kegiatan ini masih bersifat internal dan masih belum
91
brand launch pada bulan augstus sampai dengan bulan Desember untuk
3. Kegiatan events
Berdasarkan observasi peneliti pada kegiatan yang berupa events yang dilakukan
oleh PT. Philips Indonesia, peneliti menemukan ada beberapa events yang
- + Project
Event ini merupakan sebuah event pertama dan terbesar yang pernah dilakukan
produk Philips yang terdiri dari 3 sektor, yaitu Philips Ligting, Philips Consumer
yaitu: Kota Layak Huni, Hidup Sehat dan Akses Terhadap Layanan Kesehatan yang
kemudian dihubungkan dengan ketiga sektor Philips yaitu: Chef Goes to School
untuk tema hidup sehat, Halte Bus Hijau untuk tema Kota Layak Huni dan Deteksi
Spot it Yourself merupakan salah satu acara dari program +Project yang sedang
kesempatan ini dengan mengadakan kompetisi menulis pada blog para bloggers
4. News
oleh public relations. Peneliti akan memaparkan beberapa kegiatan seperti kegiatan
press conference dan Media tour yang telah dilakukan, kegiatan tersebut antara lain
adalah:
- Press Conference
Conference tersebut diadakan pada tanggal 27 Mei 2013 di Rumah Sakit Pembuluh
Darah Harapan Kita, yang bertema Good Sleep, Healthy Aging, dan membahas risiko
gangguan tidur Obstructive sleep Opnea yang dapat mengakibatkan penyakit kronis
Acara Press Conference tersebut dihadiri oleh beberapa dokter dari Indonesia
Sleep Society yaitu Dr. Rimawati Tedjasukmana, SPS, RPSGT, bapak Bambang
Budi Siswanto, MD, PhD, FIHA, FAPSC, FAsCC dari Rumah Sakit Jantung Dan
Pembuluh Darah Harapab Kita, Bapak Teguh Purwanto selaku General Manager
Konferensi pers tersebut berlangsung kurang lebih sekitar dua jam, dimana isi dari
acara tersebut membahas mengenai gangguan tidur seperti Obstructive Sleep Apnea,
kemudian dilanjutkan dengan beberapa sesi tanya jawab antara media dengan Pihak
93
dokter ataupun dengan Pak Teguh Purwanto yang diakhiri dengan makan siang
bersama. Pada konferensi pers ini peneliti tidak melihat atribut-atribut yang berbau
komersial ataupun yang membawa nama Philips karena pihak Rumah Sakit tidak
mengizinkan hal tersebut, sehingga semua fasilitas tersebut merupakan fasilitas dari
Rumah Sakit. Peneliti sempat bertanya kepada ibu Chatrine Siswoyo, kenapa disana
tidak ada atribut yang membawa nama Philips? Kemudian ia menjawab bahwa
memang pihak Rumah Sakit tidak mengizinkan kami untuk memasang hal-hal yang
berbau komersial, tetapi kami menanganinya dengan menyediakan makan siang, kita
akan berinteraksi dengan para media yang datang dengan tujuan untuk memberikan
materi yang lebih bersifat antarpribadi. peneliti juga mempunyai peran untuk
memasang status status Facebook dan Twitter Philips Indonesia untuk memberikan
Dalam observasi ini peneliti tidak secara langsung terjun kedalam kegiatan tersebut.
Kegiatan media tour ini akan berlangsung di Singapore karena Singapore merupakan
pusat regional untuk Philips yang ada di asia tenggar sehingga para media akan
dibawa utuk berkeliling untuk lebih mengenal mengenai apa sebenarnya Philips
Healthcare. Peneliti akan menyajikan schedule acara dan daftar media yang telah
mengikuti acara ini pada data sekunder untuk informasi yang lebih lengkap.
5. Speeches
Kotler, peneliti belum pernah menemukan kegiatan yang dilakukan oleh public
relations PT. Philips Indonesia yang berupa pidato untuk memberikan pengarahan di
94
perusahaan.
6. Public-Service Activities
pihak PT. Philips Indonesia. Perusahaan tersebut mempunyai sebuah program yang
Dalam observasi ini peneliti tidak secara langsung terjun ke lapangan, tetapi
dengan public relations agency beserta panitia dari acara CSR Simply Healthy@
School yang ada di Surabaya dan di Jakarta. Peneliti memilih event Simply Healthy@
Simply Healthy@ School tersebut kepada setiap karyawan yang ada di PT. Philips
Indonesia melalui via Email maupun secara face to face dengan semua orang yang
ada pada ketiga sektor tersebut. Tahap berikutnya peneliti akan mencatat nama dan
email dari setiap calon peserta kemudian mengirimnya kepada Ibu Feliciana. Ia
merupakan public relations Agency dari Edelman yang secara khusus di-hired untuk
mengurusi proses berjalannya event CSR Simply Healthy@ School tersebut dengan
95
mencari sekolah-sekolah yang berpotensial, vendor yang akan bekerja sama dalam
program Simply Healthy@ School, dan melakukan survei lapangan atas segala
kebutuhan sekolah beserta acara untuk menjalankan program CSR tersebut. Setelah
mengirimkan daftar peserta tersebut, peneliti akan mencari berbagai jenis kebutuhan
dengan menghubungi ibu Ayunisa Habsari, bapak Kemas, Ibu Dewi yang merupakan
karyawan dari sektor Lighting untuk mendapatkan Gimmick – Gimmick buat anak
sekolah dengan isi berupa kotak pensil, tas makan, baju, gelas dan lampu ecotones.
Selain untuk anak – anak PT. Philips Indonesia juga menyediakan souvenir yang
berupa lampu easy scene, blender dan rice cooker untuk para guru, orang tua,
beserta orang kantin. Peneliti juga berkoordinasi dengan public relations Agency
yang bernama Prisma untuk event ini, mereka merupakan public relations Agency
utama yang menjalankan semua kegiatan public relations secara keseluruhan dalam
PT. Philips Indonesia, sehingga pihak Prisma akan berkoordinasi dengan peneliti
beserta Edelman untuk program ini. Peneliti juga mendapatkan tugas untuk
membantu dalam proses briefing yang berlangsung pada tanggal 27 May 2013
dengan mengkoordinasi para calon peserta beserta tempat dan makanan untuk
menghadiri acara briefing mengenai program yang akan berlangsung pada tanggal 1
juni 2013. Pada tahap terakhir, peneliti akan memastikan bahwa barang-barang
tersebut sudah ada di pihak public relations agency baik itu Prisma maupun
proses lebih lanjut. Berdasarkan proses kerja yang telah peneliti lakukan dari awal
sampai akhir untuk acara Simply Healthy@ School ini, peneliti menemukan
beberapa hal yang kurang sepantasnya dilakukan oleh Ibu Chatrine Siswoyo, seperti
pada kasus ketika Pihak sekolah memberikan daftar jenis lampu dan jumlah yang
hal tersebut dan tetap bersitegas untuk memberikan 1 jenis lampu saja tanpa
menghiraukan apakah lampu yang diberikan tersebut berguna bagi sekolah atau
tidak.
7. Sponsorship
Philips Indonesia pernah memberikan sejumlah barang yang berupa produk Philips
yang disumbangkan kepada sebuah organisasi yang bernama Red Nose Foundation
yang bergerak di bidang sosial untuk memberikan fasilitas belajar kepada anak-anak
yang kekurangan. Selain itu, Philips juga kerap memberikan sponsorship kepada
Data sekunder yang akan peneliti sajikan di dalam penelitian ini berupa foto,
yang dilakukan oleh public relations PT. Philips Indonesia dalam periode 25
- Foto email dan iklan di majalah Now Jakarta untuk edisi april
Bedasarkan hasil screen shot peneliti pada email yang dikirim oleh Bapak
Alistair Speirs dari Now Jakarta Magazine kepada ibu Chatrine Siswoyo yang
merupakan CEO PT. Philips Indonesia. Dengan email yang berisi permohonan dari
Bapak Alistair Speirs kepada pihak Philips untuk memasang iklan pada Now Jakarta
Magazine. Hasil screen shoot email ini telah memperlihatkan bahwa selama 3 bulan
iklan sekali untuk produk Brand Philips diluar iklan yang dipasang oleh Marketing
Pada subbab ini peneliti akan memaparkan ulasan terhadap hasil penelitian
Healthacre. Data yang dibahas pada subbab ini adalah data dari hasil wawancara,
observasi yang dilakukan oleh peneliti pada divisi Corporate Communication dalam
periode Maret 2013- Juni 2013. Data-data yang diperoleh melalui wawancara akan
dipergunakan sebagai data utama, sedangkan data yang diperoleh dari observasi dan
pengalaman personal akan digunakan sebagai data pendukung untuk melengkapi dan
Dari hasil observasi yang peneliti lakukan, Publcic Relations atau Corporate
Manager yang menjalankan kegiatan public relations pada umumnya dan Country
Internet Manager yang menjalankan kegiatan PT. Philips Indonesia melalui media
internet. Kedua manager merupakan satu bagian dari Corporate Communication dan
peran yang sangat penting, dimana Public Relation tersebut berperan untuk
membina relationship dengan publik internal dan publik eksternal. Fungsi dari PT.
Philips Indonesia mencakup kegiatan above the line dan below the line yang
kegiatanya antara lain adalah, media relations, media partner, sponsorship, media
Healthcare. Berdasarkan empat data hasil wawancara yang peneliti lakukan, yaitu
dengan ibu Chatrine Siswoyo selaku Corporate Communication Manager, Ibu Ella
Viryananda selaku Country Internet Manager dan Bapak Teguh Purwanto selaku
sesuai dengan hasil wawancara dengan masing-masing informan, dan hasil observasi
menyadari akan kurangnya awareness masyarakat atas produk dari sektor Consumer
Lifestyle dan Healthcare. Oleh karena perihal tersebut, PT. Philips Indonesia
mempunyai salah satu strategi berupa event yang dinamakan +Project, dimana
tersebut dikaitkan kembali dengan ketiga bisnis sektor yaitu Lighting, Healthcare dan
Consumer Lifstyle. jadi mulai dari situ PT. Philips Indonesia berharap masyarakat
mulai mengerti bahwa Philips itu bukan hanya brand yang represent light bulb, juga
Bila kesimpulan dari data wawancara dengan ibu Chatrine, dikaitkan dengan
beberapa kegiatan yang menjadi tolak ukur kegiatan marketing public relations. Apa
yang tengah dilakukan oleh public relations PT. Philips Indonesia ini merupakan
sebuah usaha melalui kegiatan events. Dimana events ini dirancang oleh perusahaan
108
Philips untuk memperkenalkan ketiga sektor Philips yang berbeda yaitu: sektor
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Philips untuk pertama kalinya secara
global.
Berdasarkan data yang telah direduksi ini, peneliti akan menyimpulkan data
wawancara yang peneliti dapatkan melalui ibu Ella Viryananda. Beliau menyatakan
bahwa seorang Country Internet Manager mempunyai tugas untuk mengawasi dan
mengurusi semua digital access diperusahaan seperti website, Facebook, Twitter dan
Linkendin setiap media sosial ini mempunyai fungsi yang berbeda beda, dimana
sektor Lighting dan Consumer Lifestyle mempunyai account Facebook dan Twitter
tetapi Healthcare tidak mempunyai account tersebut, hal ini dikarenakan oleh target
audience yang berbeda antara ketiga sektor yang ada di Philips. Pada dasarnya
Facebook dan Twitter itu merupakan sebuah sarana untuk kegiata B2C yang
B2B yang maksudnya adalah Business to Business, sehingga dengan target audience
dari Healthcare adalah bukan masyarakat umum maka media sosial Linkendin
merupakan sarana yang lebih sesuai dibandingkan dengan Lighting dan Consumer
dan Twitter.
menjalankan kegiatan PT. Philips Indonesia melalui media sosial. Seperti yang kita
109
ketahui, pada zaman sekarang media sosial merupakan sebuah media yang ampuh
untuk menyebarkan suatu informasi kepada masyarakat luas dan merupakan media
yang baik untuk menjangkau target audience. Oleh karena itu kegiatan marketing
public relations juga memerlukan dukungan dari kegiatan melalui media sosial,
sebuah kegiatan yang berhubungan dengan media sosial. Seperti pada hasil observasi
peneliti mengenai kegiatan public relations melalui media massa, adalah dengan
mengadakan kompetisi untuk menulis di Blog mengenai salah satu kegiatan +Project
yang bernama Spot it Your Self dan mencari para blogger yang berkompeten untuk
mereview produk Philips dari sektor Consumer Lifestyle yang berupa, Aqua Touch.
dinyatakan untuk lima tahun yang lalu, tetapi ia tidak setuju jika pernyataan itu
dinyatakan akhir – akhir ini ketika orang mendengar brand Philips, mereka juga
akan mengingat yang namanya blender dan setrika. Selain itu kedua produk tersebut
juga mendapatkan TOP brand Award untuk kedua kategori tersebut. Pada Q1
Consumer Lifestyle tidak mencapai target. Ibu maria menyatakan bahwa ada
masalah-masalah internal yang tidak dapat dia utarakan kepada saya, tetapi yang
jelas masalah tersebut adalah masalah internal yaitu masalah dengan distributor
menjadi terhambat. Beliau juga menyatakan bahwa pada dasarnya anggaran dana
110
pada sektor Consumer Lifestyle tidak sebesar anggaran dana pada sektor Lighting,
yang dapat mengadakan berbagai jenis kegiatan event, pemasangan iklan di media
massa dan sektors Consumer Lifestyle tidak berhasil mencapai target publisitas.
kegiatan tersebut memang kurang dilakukan oleh berdasarkan data perusahaan yang
peneliti dapatkan melalui data sekunder. sehingga dengan kondisi seperti ini, peran
yang dapat menekan anggaran dana yang perlu dikeluarkan oleh sektor Consumer
kredibilitas pesan yang disampaikan oleh public relations, bila dibandingkan dengan
Purwanto. Beliau menyatakan bahwa, ia setuju kalau memang brand dari Philips itu
lebih dikenal oleh masyrakat sebagai brand untuk produk Lighting daripada brand
untuk produk Healthcare atau Consumer Lifestyle. Pada tahun lalu Healthcare
mencapai 40% dari seluruh penghasilan Philips secara world wide, akan tetapi di
Indonesia memang bagaimanapun juga majority dari bisnis itu adalah Lighting
sehingga persepsi masyarakat atas brand Philips adalah produk Lighting. Bapak
effort, kontribusi dan ide untuk mewujudkan kreatifitas mereka. Acara ini
merupakan strategi yang digunakan oleh public relations Philips secara World Wide
untuk memperkenalkan ketiga sektor Philips. Menurut Bapak teguh, kunci untuk
sukses antara public relations dengan sektor Healthcare adalah banyak melakukan
strategic planning dan adanya continuous feedback antara sektor Healthcare dan
public relations. pernyataan dari bapak teguh tersebut menandakan bahwa public
relations dan sektor Healthcare perlu melakukan komunikasi yang lebih intensif,
sehingga berbagai pesan, kegiatan, rencana dan strategi dapat dijalankan serta
dikomunikasikan dengan baik oleh public relations PT. Philips Indonesia kepada
public relations yang dilakukan pada sektor Healthcare. peneliti menemukan bahwa
event yang bernama Spot it Yourself, yang mengajak masyarakat untuk lebih aware
kepada penyakit kanker payudara. selain event utama yang berupa +Project, peneliti
jarang melihat kegiatan publisitas ataupun kegiatan dijalankan oleh public relations
kepada sektor Healthcare. dimana peneliti menjalankan masa internship dari tanggal
25 Februari sampai dengan 13 Juni 2013. Peneliti pernah melihat 1 kali kegiatan
press conference dan 1 kali kegiatan media tour yang dijalankan oleh public
relations. selain itu tidak ada lagi kegiatan marketing public relations yang