Anda di halaman 1dari 58

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Obyek Penelitian

PT. Philips Indonesia merupakan sebuah perusahan yang bergerak pada

produksi barang-barang seperti alat rumah tangga, peralatan bayi, kebutuhan kantor

yang terbagi menjadi tiga kategori berbeda, yaitu Lighting, Consumer Lifestyle dan

Healthcare.

4.2 Latar belakang perusahaan

PT. Philips Indonesia adalah sebuah perusahaan yang berfokus pada

peningkatan kehidupan masyarakat melalui berbagai jenis invosi produk yang berarti

bagi masyarakat. Sebagai pemimpin market dunia pada bidang Healthcare,

Consumer Lifestyle dan Lighting. Philips mengintegrasikan teknologi dengan design

berdasarkan customer insights.

Sudah Lebih dari 120 tahun Philips berdiri dan Philips bukan hanya

berfokus pada sektor Consumer lifestule, Healthcare dan Lighting, tetapi Philips

juga melakukan berbagai jenis kegiatan untuk mengatasi masalah yang ada di

masyarakat ini, seperti mempromosikan gaya hidup sehat, meningkatkan standar

hidup kota kita dan kegiatan-kegiatan lain yang bermakna bagi kelangsungan hidup

kita.

54
55

Inovasi merupakan inti dari bisnis dari Philips, Philips ingin membuat sebuah

dunia yang lebih sehat dan lebih bermakna. Philips Research bekerja sama dengan

para ahli untuk menggunakan daya inovati bersama untuk membawa inovasi

kedalam pasar. Terobosan yang telah dicapai selama 90 tahun ini mencakup hal dari

lampu, radio untuk peralatan medis, alat cukur elektrik, televisi dan semikonduktor.

Philips merupakan sebuah perusahaan yang telah ada jejaknya di Indonesia

sejak tahun 1985 dan pada tahun tersebut merupakan aktivitas pertama penyuplaian

bohlam telah terjadi. Pada tahun 1940 pabrik lampu pertama berdiri di Surabaya

bernama “ NV Philips fabricage en Handels Maatschappij”. Dan dengan berbagai

perkembangan dan perubahan di pertengahan dan akhir abad 20, Philips yang ada di

Indonesia pada awal abad 21 menjadi sebuah perusahaan yang utuh, dimana pada

masa ini Philips akhirnya lepas tergabung menjadi satu yang dimana pusatnya ada di

Jakarta (head office) dan Pabrik ada di Surabaya. Pada pertengahan abad 20 Philips

itu terbagi menjadi dua, yaitu : PRE (Philips Ralin Electronics) dan PEI (Philips

Electronics Indonesia).

PT. Philips Indonesia mempunyai komitmen untuk melakukan berbagai

pendekatan kepada masyarakat untuk membawakan berbagai jenis alat teknologi

yang dapat menjawab permasalahan yang di alami oleh masyarakat dan

memudahkan pekerjaan masyarakat dengan alat-alat produksi Philips yang terbagi

menjadi tiga kategori. Kategori yang pertama itu adalah Healthcare, Healthcare

merupakan salah satu fokus yang ada pada brand Philips untuk memberikan solusi

didalam bidang kesehatan yang dimana pada bagian ini Philips menawarkan

berbagai jenis sistem alat kesehatan yang dimana sistem alat tersebut dapat

diupgrade oleh para penggunanya, alat dari Healthcare ini bukan hanya dapat di-
56

upgrade tetapi alat ini dapat membantu anda dalam memudahkan proses rumit yang

biasanya dapat ditemukan pada alat-alat produksi lain dan hemat waktu.

Philips Healthcare mempunya beberapa produk yang merupakan produk

dengan kategori terbaik dikelasnya, seperti teknologi X-ray, Ultra Sound, Magnetic

Resonance Computed Tomography, Nuclear Medicine, PET, Radiation oncology

sustems, patient monitoring dan berbagai jenis alat Healthcare lainnya.

Di Indonesia, Philips Healthcare telah menyuplai berbagai alat kesehatan

seperti MRI, CT scan dan sistem cardiovascular, dan alat terbaru yaitu Patient

Monitoring Systems. Beberapa rumah sakit pribadi dan umum di Indonesia yang

menggunakan produk tersebut adalah, Rumah sakit Cipto Mangunkusumo, Harapan

Kita Nasional Cardiac enter, Rumah sakit Boromomeus, Rumah sakit Siloam dan

Rumah sakit Cinere. Philips juga merupakan salah satu market leader dalam alat

cardiovascular, patient monitoring dan echocardiography.

Fokus kedua dari Philips adalah pada Lighting. Dalam hal Lighting, brand

Philips merupakan produsen no 1 secara global pada bidang ini, posisi ini didukung

oleh berbagai inovasi yang digabungkan dengan berbagai pendekatan yang sistematis

untuk mencari peluang pasar baru. Produk Lighting ini dapat ditemukan pada seluruh

belahan bumi ini, bukan hanya dapat di temukan didalam rumah tetapi produk

Lighting kami juga dapat ditemukan pada berbagai aplikasi professional. Philips

Lighting ini mempunyai berbagai solusi untuk berbagai jenis keperluan seperti pada

bidang industri, toko, kantor, jalan, rumah sakit, olahraga, kota, dan berbagai tempat

lainya. Philips Lighting juga memperoleh berbagai penghargaan seperti: Zero

accident, SMK3 dan Safety awards dari pemerintah Indonesia.


57

Fokus terakhir yang ada pada Philips dalam rangka untuk memenuhi berbagai

jenis kebutuhan yang ada pada masyarakat adalah, Consumer Lifestyle. Pada fokus

ini Philips menawarkan berbagai jenis alat yang dapat merelaksasi pikiran mereka.

Pada sektor Consumer Lifestyle ini, Philips beroperasi pada bisnis: Healthy life,

Personal Care, Home living dan Interactive living. Pada fokus Consumer Liferstyle

ini, ada beberapa jenis kategori produk yaitu: Home Video, Home Cinema Sound,

Mainstream Audio Video, Portable Audio Video, Peripherals andAccessories.

Nama Perusahaan PT. Philips Indonesia

Bidang Usaha Terbagi menjadi 3 kategori :

Produk Lighting

Cuctomer Lifestyle

Healthcare

Jaringan kantor Batam, Surabaya, Makassar, Medan, Balikpapan

Jaringan pembayaran American Express, Lintas Cargo

Jaringan media sosial Facebook Avent (Philips Avent Indonesia)

Facebook Lighting ( Philips berbagi terang)

Facebook Aqua touch ( Philips self expression

Indonesia)

Facebook Corporate (Philips Indonesia)

New ! ( Philips domestic appliences)

Alamat kantor Gedung Philips, Jl. Buncit Raya kav.99, Jakarta,

12510, Indonesia

Telp:+62217940040

Fax:+62217940030

Tabel 4.1 Gambaran singkat PT. Philips Indonesia


58

4.2.1 Logo dan Lokasi Perusahaan

Gambar 4.1 Logo Philips

Tagline dari PT. Philips Indonesia sendiri adalah “ Sense and simplicity”

Lokasi dari PT Philips Indonesia:

Gedung Philips, Jl. Buncit Raya Kav.99, Jakarta 12510, Indonesia

Tel: +62 21 794 00 40

Fax: +62 21 794 00 30

4.2.2 Visi Misi dan Nilai Perusahaan

Setiap perusahaan pasti memiliki tujuan utama yang biasanya disebut dengan

Visi dan Misi, yang merupakan landasan bagi perusahaan untuk menjalankan

tugasnya yaitu:

Visi

“Improving people’s lives through meaningful innovation

Misi
59

At Philips, we strive to make the world healthier and more sustainable through

innovation. Our goal is to improve the lives of 3 billion people a year by 2025. We

will be the best place to work for people who share our passion. Together we will

deliver superior value for our customers and shareholders”

Nilai dari PT. Philips Indonesia”

1. Eager to win

• Take an outside in perspective, serve our customers

• Adapt to diversity of Businesses and Markets

• Ensure speed of action, curpace competition

• Resource to win for long term leadership

2. Take ownership

• Take courageous decisions

• Empower and hold each other accountable to deliver

• Execute rigorously, see things through

• Focus on results over activity

3. Team up to excel

• Have open and tough dialogues, productive conclusions

• Collaborate, leverage each other

• Celebrate success

• Learn, improve, develop


60

4.2.3 Struktur Organisasi

Gambar 4.2 Struktur Organisasi


61

4.2.4 Job Description

• President Director

1. Memimpin seluruh karyawan dan perusahaan.

2. Mengatur strategi dan arah perusahaan.

3. Memimpin para manager senior dan supervisor di perusahaan.

4. Mengatur financial perusahaan.

5. Melapor kepada Presiden komisaris dan para dewan direksi.

• Management Team

1. Mengkoordinasi dan membimbing karyawan-karyawan untuk

mencapai tujuan-tujuan dari setiap sektor sesuai visi dan misi dari

perusahaan.

2. Bertanggung jawab atas segala kegiatan operasional karyawan di

lapangan.

3. Bertanggung jawab kepada president director atas hasil kerja team.

4. Perumusan strategi, menjalankan strategi dan mengevaluasi strategi.

• HRD

1. Merekrut para kandidat berpotensi yang akan bekerja di dalam PT. Philips

Indonesia

2. Mentraining para karyawan Philips untuk melatih dan meningkatkan

kemampuan mereka dalam soft skill maupun hardskill.

3. Memotivasi serta menjamin hak-hak karyawan di dalam perusahaan

• Finance

1. Mengatur masalah keuangan perusahaan


62

2. Melakukan Auditing atas segala jenis transaksi yang dilakukan oleh

perusahaan.

• Legal

1. Mengatur segala jenis surat atau perjanjian yang mengatas namakan hukum

• Public Relations

1. Membangun hubungan dengan para vendor PT. Philips Indonesia

Membantu marketing dalam memperkenalkan produk ke masyarakat.

2. Meningkatkan brand awarenes produk melalui program-program public

relations PT. Philips Indonesia.

3. Menjaga citra atau nama baik PT. Philips Indonesia di mata masyarakat

Indonesia.

• Country Internet Manager

1. Mengatur semua jenis media PT. Philips Indonesia, seperti: Facebook,

Twitter, Blog etc.

2. Mendukung kegiatan PT. Philips Indonesia melalui Internet

3. Bertanggung jawab atas isi content di dalam website Philips Indonesia

4. Bekerja sama dengan para pengguna media internet, untuk mendukung, PT.

Philips Indonesia
63

4.3 Karakteristik Key Informan

Peneliti memilih pihak yang akan diwawancarai peneliti dengan,

mengetahui terlebih dahulu latar belakang orang tersebut, seperti mengetahui

siapakah orang tersebut, posisi apa yang sedang dijabat oleh orang tersebut,

apakah orang tersebut mempunyai hubungan kerja sama dengan public

relations PT. Philips Indonesia, apa peran orang tersebut dalam perusahaan,

apakah orang tersebut kompeten atau tidak. Dengan memperhatikan beberapa

kriteria tersebut , peneliti memilih empat orang yang akan diwawancarai oleh

peneliti, yaitu: ibu Chatrine Siswoyo, selaku Corporate Communication

Manager, yang mempunyai tugas untuk menjalankan segala kegiatan humas

yang ada di dalam PT. Philips Indonesia. Ibu Ella Viryananda selaku Country

Internet Manager yang mempunyai tugas untuk menjalankan segala kegiatan

PT. Philips Indonesia melalui meda sosial. Ibu Maria Simanjuntak selaku

Marketing Manager dari Consumer Lifestyle dan bapak Teguh Purwanto

selaku General Manager dari Healthcare. beliau berdua merupakan

stakeholder penting dalam sektor Consumer Lifestyle dan Healthcare dan

mereka juga merupakan pihak yang mempunyai kaitan erat dengan public

relations di dalam perusahaan tersebut.

4.4 Penyajian Data Penelitian

4.4.1 Data Primer

Data Primer yang peneliti kumpulkan terdiri dari hasil wawancara, hasil

observasi. Hasil wawancara akan dapat menggambarkan permasalahan penelitian

langsung dari individu-individu yang bersangkutan. Dalam proses wawancara,

peneliti akan melakukannya kepada empat narasumber internal dari PT. Philips
64

Indonesia yang terdiri atas Ibu Chatrine Siswoyo selaku Corporate Communication

Manager, Ibu Ella Viryananda selaku Country Internet Manager, Maria Simanjuntak

selaku Marketing Manager for Consumer Lifestyle, Teguh Prabowo selaku General

Manager dari sektor Healthcare.

Hasil observasi yang peneliti paparkan merupakan hasil kerja praktek peneliti

dengan observasi terhadap kegiatan yang dilakukan oleh public relations PT.

Philips Indonesia. Penyajian data akan dilakukan secara berurutan.

4.4.1.1 Wawancara dengan Ibu Chatrine Siswoyo

Peneliti memilih ibu Chatrine Siswoyo sebagai salah satu narasumber untuk

wawancara, karena ia merupakan seorang Corporate Communication Manager yang

berperan aktif serta bertanggung jawab atas segala kegiatan Public Relations pada

PT. Philips Indonesia. dengan alasan ini, peneliti berharap dapat mendapatkan

informasi yang dapat mendukung penelitian peneliti.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Chatrine Siswoyo, peneliti berusaha

melakukan wawancara terpimpin dengan pertanyaan yang terstruktur dan alur

pertanyaan yang bersifat lengkap dan terpenrinci sehingga jawaban tersebut tidak

melenceng dari pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Tujuan dari wawancara yang

dilakukan adalah supaya peneliti dapat memperoleh berbagai jenis informasi

mengenai strategi public relations PT. Philips Indonesia dalam rangka untuk

meningkatkan brand awareness masyarakat atas produk dari kategori Consumer

Lifestyle dan Healthcare. Wawancara dilakukan pada hari Rabu, 15 Mei 2013, pada

pukul 12.30 WIB, di Front desk ibu Chatrine Siswoyo


65

Pertanyaan pertama yang peneliti ajukan kepada ibu Chaterine Siswoyo adalah,

bagaimana strategi anda untuk meningkatkan brand awareness yang dimana ketika

orang mendengar nama brand Philips mereka juga bisa mengingat produk

Healthcare dan Consumer Lifestyle yang dijawab oleh ibu Chaterine Siswoyo adalah,

“Di Indonesia Philips itu kan memang dikenal sebagai brand, diidentifikasikan

sebagai brand yang langsung terkait dengan light bulb , which is not true .karena

bisnis kita sudah mulai berkembang dalam sepuluh tahun belakangan ini, sudah

berembang ke ketiga sektor yaitu Lighting, Consumer Lifestyle dan juga Healthcare.

Ada beberapa strategi, salah satunya adalah dengan mengintegrasikan ke dalam

message yang kita komunikasikan ke publik, baik ke media, atau konsumen bahwa

Philips itu adalah perusahaan diversivied company, dalam arti tidak hanya berfokus

pada satu bidang saja, yang kedua kita memberikan beberapa program, yaitu kami

meluncurkan sebuah program yang bernama + project, dimana dalam program

tersebut kami mengajak masyarakat untuk mengidentifikasikan challenges, dan

juga oppurtunity dalam tiga tema. Tema tersebut dikaitkan kembali dengan ketiga

bisnis sektor kami, jadi mulai dari situlah kami berharap masyarakat mulai mengerti

bahwa Philips itu tidak hanya brand yang represent light bulb, juga Healthcare dan

Consumer Lifestyle”

Pertanyaan kedua yang peneliti ajukan adalah, Sebagai seorang Corporate

Communication Manager, menurut anda pribadi, apa yang menyebabkan rendahnya

awareness masyarakat atas produk Healthcare dan Consumer Lifestyle? atau anda

tidak setuju dengan pertanyaan tersebut? yang dijawab oleh ibu Chaterine Siswoyo

adalah,
66

“kalau mengenai awareness masyarakat terhadap poduk Consumer Lifestyle dan

Healthcare masih termasuk limited, karena dalam hal ini Philips kan emang di

lahirkan sebagai perusahaan lampu yang dilahirkan di Einhoven pada tahun 1891,

dan dari awalnya Philips itu memproduksi lampu, dan tentu saja masyarakt tahu

jejaknya Philips , dalam produknya seperti Healthcare kembali lagi pada tahun

1940an, dimana kami termasuk salah satu perusahaan yang meng-invent X-ray,

tetapi Philips masih belum mulai berfokus pada Healthcare sama Consumer

Lifestyle. Philips baru mulai fokus 10 tahun ke belakang ini, maka dari itu kami

ingin dikenal sebagai perusahaan inovasi teknologi yang bisa membantu improving

peoples live.”

Pertanyaan ketiga yang peneliti ajukan adalah, Salah satu tujuan public relations

adalah mendukung bauran pemasaran, yang ingin saya tanyakan adalah, bagaimana

peran anda sebagai corporate communication manager untuk mendukung bauran

pemasaran tersebut, yang dihawab oleh ibu Chaterine Siswoyo adalah,

“ kalau mengenai pemasaran itu tergantung pemasarannya apa ya, make sure

that everything is align to our brand, and our brand it need should be expose in any

event, its basicly my job, im not really responsible for the marketing, because its not

the public relations is about, so basicly yang dari corporate communication

lakukan adalah making sure that in all marketing activity event yang berkaitan

dengan media terutama atau stakeholder kita masih dalam satu guideline untuk

brand kita”

Pertanyaan keempat yang peneliti ajukan adalah, apakah public relations pernah

melakukan kolaborasi dengan marketing dari Health care dan Consumer Lifestyle
67

untuk meningkatkan penjualan produk dari sektor tersebut , yang dijawab oleh ibu

Chaterine Siswoyo adalah,

“Untuk berkolaborasi tentu saja, karena dalam hal ini salah satu tugas dari

public relations adalah mendukung program – program marketing, tapi bukan

dalam penjualannya tetapi lebih mengenai bagaimana kita mengenalkan Brand

Philips dan dikaitkan dengan produk tersebut. terus penjualan ya bukan , kami tidak

melakukan itu.”

Pertanyaan terakhir yang peneliti ajukan kepada ibu Chaterine Siswoyo adalah,

seperti yang kita ketahui PR tools itu beraneka ragam, yang ingin saya tanyakan

adalah, kenapa PT. Philips Indonesia tidak mengiklankan produk seperti Healthcare

dan Consumer Lifestyle kemudian kenapa Sektor Lighting ada Kota Terang Hemat

Energi, sedangkan sektor yang lain tidak ada yang sejenis Kota Terang Hemat Energi

, kalau tidak ada apakah ada planning untuk membuat event khusus untuk Consumer

Lifestyle dan Healthcare yang dijawab oleh Ibu Chaterine Siswoyo adalah,

“Seperti yang kita ketahui PR tools itu beraneka ragam, karena begini, sebenarnya

kami mengiklankan kayak consumerLifestyle, tapi kami tidak mengiklankan di

televisi, tetapi kami mempunyai iklan - iklan banyak di media, sedangkan kenapa

Healthcare kami tidak terlalu mengiklankan di media, itu karena target audiens

kami kan berbeda, dalam arti ketika kita ingin reaching certain target audiences, we

use that specific channel yang bisa reaching out to them, yang tidak melulu

mengenai iklan, jadi ya misalnya mengadakan seminar, terus mengundang ahli

radiologi untuk memperkenalkan Philips itu sendiri, memperkenalkan produk produk

Philips, seperti itu, jadi tidak melulu mengenai iklan.”


68

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Chatrine Siswoyo, peneliti menemukan

bahwa perusahaan Philips itu pada dasarnya adalah produk Lighting dan sejak awal

lahirnya hingga pertama kalinya masuk ke Indonesia itu juga adalah produk Lighting,

sehingga masyarakat pada umumnya lebih mengenal brand Philips sebagai produsen

produk Lighting. Dengan dikenalnya brand Philips sebagai produk Lighting

daripada produk Consumer Lifestyle dan Healthcare. Dalam 10 tahun terakhir ini

Philips mulai fokus untuk memperkenalkan produk dari Consumer Lifestyle dan

Healthcare dengan meluncurkan sebuah program yang bernama + Project, dimana

dalam program tersebut kami mengajak masyarakat untuk mengidentifikasikan

challenges, dan juga oppurtunity dalam tiga tema. Tema tersebut dikaitkan kembali

dengan ketiga bisnis sektor Philips, jadi mulai dari situlah kami berharap masyarakat

mulai mengerti bahwa Philips itu tidak hanya brand yang represent light bulb, juga

Healthcare dan Consumer Lifestyle”.

4.4.1.2 Wawancara dengan Ibu Ella Viryananda

Peneliti memilih ibu Ella Viryananda sebagai salah satu narasumber untuk

wawancara, karena ia merupakan seorang Country Internet Manager yang berperan

aktif serta bertanggung jawab atas segala kegiatan PT. Philips Indonesia melalui

media sosial dan merupakan salah satu bagian dari Corporate Communicatio. dengan

alasan ini, peneliti berharap dapat mendapatkan informasi yang dapat mendukung

penelitian peneliti.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Ella Viryananda, selaku Country

Internet Manager, peneliti berusaha melakukan wawancara terpimpin dengan

pertanyaan yang terstruktur dan alur pertanyaan yang bersifat lengkap dan

terpenrinci sehingga jawaban tersebut tidak melenceng dari pertanyaan yang


69

diajukan oleh peneliti. Tujuan dari wawancara yang dilakukan adalah supaya peneliti

dapat memperoleh berbagai jenis informasi mengenai strategi Country Internet

Manager yang merupakan bagian dari Corporate Communication dari PT. Philips

Indonesia dalam rangka untuk meningkatkan brand awareness masyarakat atas

produk dari kategori Consumer Lifestyle dan Healthcare. Wawancara dilakukan pada

hari Kamis, 23 Mei 2013, pada pukul 16.30 WIB, di Front desk ibu Ella

Viryananda.

Pertanyaan pertama yang peneliti ajukan kepada ibu Ella Viryananda adalah,

peran apa yang anda mainkan oleh seorang Country Internet Manager dalam PT.

Philips Indonesia ini?, yang dijawab oleh mbak Ella adalah,

“sebagai seorang Country Internet Manager, tugas yang harus dilakukan adalah

meng-overview dan memanage semua digital access di perusahaan, kalau kita lihat

digital access itu apa saja, yang pertama website itu sudah pasti, kedua yang

sekarang memang lagi merupakan consumer heaven itu ada di sosial media

seperti Facebook,Twitter Youtube dan lain sebagainya. Nah perannya disini adalah

bagaimana channel-channel yang ada itu, digunakan untuk mensupport bisnis PT.

Philips Indonesia, nah kalau kita melihat bisnis Philips dari sisi apanya, kalau di

website itu pasti product information, begitu orang meilhat produk Philips atau apa

mereka ingin mengenal Philips mereka akan datang ke website mereka akan

melihat produknya and then how to drive the conversion, konversi ini darimana?

Misalnya kita mau ukur klik ke dealer locater, artinya mereka ada intention to buy

dikarenakan mereka ingin menemukan produk ini secara offline dimana? Digital

access seperti itu yang kita manage -supaya drivenya adalah ke bisnis termasuk

juga di social media. Fungsinya dari sosial media itu apa? satu kita connect

dengan target audience atau consumer, kemudian kita pasti melakukan


70

engagement dengan mereka kemudian mereka akan menganggap kita as a brand.

Kita akan menyediakan content –content yang relevan untuk mereka, mulai dari

product information ditempat untuk mereka connect secara digital, bila mereka

mempunyai pertanyaan, yang tidak kalah penting adalah bagaimana menengage

mereka sebagai consumer kita untuk arahnya adalah ke bisnis kita, setelah mereka

merasakan produk ini, dia akan berpikir saya beli dari phiilips kemudian dengan

support seperti ini, informasi yang lebih banyak itu akan m emudahkan atau

memotivasi mereka untuk membeli produk Philips lainnya. Bila mereka memang

tertarik dengan apa yang telah kita bangun dan bisa jadi lebih preferred dengan

Philips maka mereka akan menjadi brand ambassador , misalnya seperti itu . itu

beberapa secara singkat apa sih yang dilakukan oleh Country Internet Manager.”

Pertanyaan kedua yang peneliti ajukan kepada Ibu Ella Viryananda adalah,

strategi apa saja yang telah anda lakukan/ tindakan apa yang telah anda lakukan

sampai sekarang untuk membangun kesadaran produk akan PT. Philips Indonesia,

terutama dalam kategori, Consumer Lifestyle dan Healthcare ?, yang dijawab oleh

ibu Ella Viryananda adalah,

“Visibility yang tidak kalah dengan Lighting adalah, kalau di web itu sendiri

ada yang namanya cross kategori kalau melihat di website tersebut begitu kita klik

produk langsung semua produk ada disitu. Mulai dari Lighting , Consumer

Lifestyle dan semuanya , tantang Philips ada disitu, termasuk juga Healthcare,

itu merupakan sisi dari website. Kemudian dari sisi sosial media channel misalnya

kita juga melakukan yang namanya bukan cross campaign artinya visibility dari

sektor lain ada disana, misalnya kalau kita lihat di Facebook Lighting disana ada

link juga untuk Facebook Consumer Lifestyle baik itu avent , shaver maupun

Domestic appliences ada interlink visibility dan connection antar sektor itu kita
71

manage juga. Terakhir itu kalau kamu pernah dengar, yang sekarang kita lagi

persiapkan adalah + project . program itu lebih seperti brand campaign supaya

Philips ingat as a brand , dimana masyarakat mendapatkan perceive yang total

yang complete bahwa Philips itu bukan hanya Lighting tapi didalamnya ada

Consumer Lifestyle dan ada Healthcare juga, itu lah yang digarap dari the +

project, yaitu untuk mengintegrasi atau menjahiti 3 sektor ini menjadi satu in term

of digital di Philips, misalnya presence Lighting disosial media juga lebih kuat,

mereka sudah memulai duluan dengan dengan fanspage yang lebih banyak dengan

activites yang lebih banyak dan tentunya didukung dengan budget yang lebih

besar, tapi artinya Consumer Lifestyle jaraknya tidak boleh terlalu jauh dengan

Lighting. Tahun lalu untuk Consumer Lifestyle itu hanya ada 2 kategori , yang

punya sosial media presence itu untuk mother and child care which is avent dan

yang kedua itu untuk male grooming which is itu shaver yang Philips self self

expression itu, tahun ini kita baru launch juga untuk kategori Domestic

Appliences, itu baru ditahun ini.”

Pertanyaan ketiga yang peneliti ajukan kepada ibu Ella Viryananda adalah, PT.

Philips Indonesia mempunyai beberapa account Facebook yang terdiri atas

Facebook Philips Indonesia, Avent, Self-expression dan Philips berbagi terang.

Pertanyaan saya adalah, kenapa Healthcare tidak ada facebook tersendiri? yang

dijawab oleh ibu Viryananda adalah,

“Jawaban dari nomor tiga ini sudah saya jawab pada nomor dua tadi,

kemudian kalau mengenai Facebook tersebut juga di diperkuat dengan fungsinya

sosial media ini sendiri ada di sana untuk mendukung bisnis sektor Consumer

Lifestyle dan Lighting , jadi berbagai aktivitas juga sedang kita coba untuk

merencanakan, kita mencoba untuk menjahit dan mensupport ketiga sektor ini,
72

misalnya activities di facebooknya Domestic Appliences itu juga ada product show

case , link untuk ke e-commerce, rencana ini lagi tahap persiapan tetapi masih

belum launch namun ide tersebut sudah ada, yaitu untuk meng-connect consumer

brand dan juga akses ke produk yaitu melalui e-commerce dari digital

activationnya, kalau dari sisi web sendiri memang tidak ada bedanya antara

Consumer Lifestyle, Healthcare dan Lighting. Semua produk update, semua

informasi kita perlakukan sama dan itu dijawab supaya selalu update, jadi tidak

ada yang mana porsinya lebih besar , karena semua informasi harus ada disana

dan terupdate. Sementara untuk Healthcare sosial media untuk saat ini bisa

dikatakan memang belum , tetapi dari corporate level kita bawanya lebih ke

linkedin , kalau di linkedin itu lebih bersifat B to B yaitu business to business,

sementara social media seperti Facebook dan Twitter itu lebih kepada B to C yaitu

business to consumer.”

Pertanyaan terakhir yang peneliti tanyakan kepada ibu Ella Viryananda

adalah, berdasarkan pengalaman pebeliti sampai sekarang ini, dalam melihat

perkembangan media sosial PT. Philips Indonesia, dapat dilihat bahwa begitu banyak

prosedur sehingga menyebabkan keterlambatan dalam memberikan feedback kepada

para penanya di account facebook dan , menurut anda apakah lebih baik , prosedur

seperti itu di hilangkan? sehingga feedback tersebut dapat diberikan dengan cepat?

apa pendapat anda? yang dijawab oleh ibu Ella Viryananda adalah,

“disitu sebenarnya ada kebutuhan untuk stakeholder, atau pemilik platform

tersebut untuk intouch disana sehingga jawaban bisa diberikan lebih cepat,

karena informasi datang dari pihak pertama, tapi pada kenyataannya resource

untuk melakukan itu tidak ada, hal itu menandakan adanya gap antara brand

social media, kemudian supervisor atau manager untuk mengelolah social media,
73

jadi kurang lebih apa yang menyebabkan terlambat adalah, ketersediaan informasi

untuk menjawab itu , bisa disebabkan oleh akses kepada informasi atau sumber

informasi, pihak pertama itu tidak bisa cepat didapatkan dan dua knowledge dari

orang yang mengurusi social media memang tidak sejauh dari yang ditanyakan ,

kurang lebih itu. Jadi sebetulnya bukan karena prosedur tetapi lebih dikarenakan

oleh operation dalam operasi sehari-hari untuk bisa memberikan jawaban. Alasan

kenapa proses menjawab menjadi agak lama adalah karena kita tidak bisa

menjawab dengan menjawab yang tidak valid , karena lebih baik telat dan jawaban

benar daripada jawab cepat tapi salah.”

Berdasarkan hasil wawacara dengan ibu Ella Viryananda, peneliti

menemukan bahwa pada dasarnya Philips mempunyai beberapa account di media

sosial, seperti Philips Self Expression yang fokus untuk alat shaver, Philips Avent

yang fokus untuk perlengkapan bayi, Philips Indonesia yang fokus pada kegiatan

Philips pada umumnya. Seperti yang dapat kita lihat, account-account yang peneliti

sebutkan tersebut adalah account untuk Facebook dan Twitter untuk sektor

Consumer Lifestyle dan Lighting. kenapa Healthcare tidak ada? Itulah pertanyaan

yang saya ajukan kepada ibu Ella Viryananda dan peneliti menemukan bahwa, pada

dasarnya sektor Consumer Lifestyle dan Healthcare targetnya adalah customer dan

Facebook dan Twitter itu bersifat B2C alias business to customer sehingga kedua

sektor tersebut mempunyai account Facebook dan Twitter. Sedangkan Linkendin

yang merupakan media sosial yang digunakan oleh sektor Healthcare yang

cenderung lebih bersifat B2B alias business to business, sehingga itulah alasan

dibalik kenapa Healthcare tidak ada account media sosial seperti Facebook dan

Twitter, karena target audiencenya adalah para Distributor.


74

4.4.1.3 Wawancara dengan ibu Maria Simanjuntak

Peneliti memilih ibu Maria Simanjuntak sebagai salah satu narasumber untuk

wawancara, karena ia merupakan seorang Marketing Manager untuk Consumer

Lifestyle yang mempunyai berbagai jenis kegiatan kerjasama dengan Public Reltions

untuk melaksanakan kegiatan sektor Consumer Lifestyle. Dengan alasan ini, peneliti

berharap dapat mendapatkan informasi yang dapat mendukung penelitian peneliti.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Maria Simanjuntak, selaku Marketing

Manager Consumer Lifestyle, peneliti berusaha melakukan wawancara bebas

terpimpin dengan pertanyaan yang terstruktur dan jawaban bebas dengan

mengarahkan jawaban yang diberikan oleh informan apabila ternyata ia

menyimpang. Tujuan dari wawancara yang dilakukan adalah supaya peneliti dapat

memperoleh berbagai jenis informasi dari ibu Maria Simanjuntak yang merupakan

Marketing Manager untuk Consumer Lifestyle. dengan mewawancarai pihak yang

merupakan bagian dari sektor Consumer Lifestyle, peneliti berharap dengan

wawancara ini peneliti dapat mengetahui apa saja kolaborasi yang dilakukan antara

sektor Consumer Lifestyle dengan public relations, pendapat ibu Maria mengenai

strategi yang dijalankan oleh public relations untuk mendukung kegiatan sektor

Consumer Lifestyle dan mengetahui permasalahan – permasalahan yang belum

diketahui oleh peneliti. Wawancara tersebut dilakukan pada hari selasa, 28 Mei 2013,

pada pukul 09.41 WIB, di meeting room gedung baru Philips.

Pertanyaan pertama yang peneliti ajukan kepada ibu Maria Simanjuntak adalah,

seperti yang kita ketahui brand Philips itu lebih dikenal masyarakat Indonesia

sebagai brand untuk produk Lighting daripada brand untuk produk Healthcare dan
75

Consumer Lifestyle apa pendapat anda? Alasannya?, yang dijawab oleh ibu Maria

Simanjuntak adalah,

“mungkin kalau ini ditanyakan untuk lima tahun yang lalu saya setuju, tetapi

jika ditanyakan untuk akhir-akhir ini saya kurang setuju. Karena kalau misalnya

orang ingat brand Philips itu bukan hanya ingat bola lampu tetapi mereka akan

mengingat setrikaan dan blender juga dan kebetulan memang untuk produk

setrika dan blender itu kita mendapat TOP Brand Award jadi consumer awareness

untuk blender dan setrika specifically untuk dikategori Consumer Lifestyle sudah

lumayan tinggi awarenessnya. Sektor Lighting lebih dikenal masyarakat sebagai

produk dari brand Philips karena memang sektor tersebut yang start pertama kali

di Indonesia dan mereka juga mempunyai budget yang cukup karena

penjualannya dari sektor lighting memungkinkan sektor tersebut untuk advertise di

televisi, media hal itu yang mendorong mereka, sedangkan kalau sektor Consumer

Lifestyle specifically di Domestic Appliences khususnya seperti setrika, blender itu

memang karena kita punya kegiatan below the line yang cukup banyak , kita

mengadakan demo-demo approaching secara langsung kepada community ibu-

ibu segala macam, akhirnya dengaan approaching tersebut produk kita tersebar

melalui mulut ke mulut. Saat ini untuk setrika dan blender kita masih nomor satu

berdasarkan data market share dan juga kita dapat Top Brand award untuk

kedua kategori tersebut, jadi kesimpulannya saya setuju jika itu lima tahun yang

lalu, tetapi akhir-akhir ini orang sudah mulai aware dengan blender dan setrika

dan mixer".

Pertanyaan kedua yang peneliti ajukan kepada ibu Maria Simanjuntak adalah,

berdasarkan informasi yang saya dapatkan dari ibu Chatrine Siswoyo, Philips mulai

fokus untuk memperkenalkan produk Consumer Lifestyle dan Healthcare untuk10


76

tahun terakhir ini, menurut anda bagaimana peran public relations untuk mendukung

sektor Consumer Lifestyle dalam usaha untuk meningkatkan awareness masyarakat

atas produk dari sektor anda? Pertanyaan ini merupakan pertanyaan asli yang

peneliti ajukan kepada ibu Maria Simanjuntak dan dikarenakan Mbak Maria hanya

bekerja selama 10 bulan di PT. Philips Indonesia sehingga peneliti bertanya

mengenai pendapat ibu Mari Simanjuntak terhadap peran public relations untuk

mendukung kegiatan Consumer Lifestyle selama 10 bulan beserta saran untuk

public relations supaya bisa memberikan dukungan yang lebih efektif terhadap

kegiatan Consumer Lifestyle. Jawaban yang diberikan oleh ibu Maria Simanjuntak

adalah,

“mungkin yang bisa saya lihat peran dari public relations , sebelum itu saya

akan menjelaskan sesuatu terlebih dahulu, proses ini kurang berjalan dengan baik

dikarenakan oleh budget ATL kita yang terbatas untuk memasang iklan secara

terus - menerus sehingga hal itu sangat tidak memungkinkan, unlike rekan kita

Lighting. Peran dari public relations itu adalah membantu mempublikasikan

produk kita seperti produk-produk baru kepada media dan masyarakat banyak , itu

merupakan salah satu keuntungan yang kami peroleh tetapi kalau beriklan itu

orang hanya bisa melihat feature dari produk produk Consumer Lifestyle, tetapi

dengan peran dari public relations tersebut dapat memungkinkan media untuk

meng-cover aplikasi pemakaian produk kami berupa test and review di media -

media. Pada dasarnya a orang juga pingin melihat produk tersebut diaplikasikan

dan bukan nya hanya feature dan highlight saja, tentunya kita mau highlight yang

bagus – bagus sehingga dengan adanya publisitas ini bisa menjadikan kami lebih

objektif.”
77

Pada pertanyaan kedua ini peneliti peneliti menambahkan pertanyaan sampingan

yang berisi, apakah ibu Maria ada saran untuk public relations sehingga ia lebih

bisa mendukung proses kerja anda dalam sektor Consumer Lifestyle? kemudian ibu

Maria menjawab,

“kalau sudah berjalan baik sih ya, paling pemilihan medianya seperti itu yang

perlu kita berunding bareng-bareng kemudian lebih dari kreativitasnya si public

relations Agency tersebut supaya media-media lebih interest untuk meliput berita

dengan publisitas yang dilakukan oleh public relations. Dengan alasan untuk

memperoleh jawab yang lebih mendalam, peneliti kembali memberikan pertanyaan

sampingan yang berupa selama sepuluh bulan jabatan ibu Maria Simanjuntak,

berapa jumlah publisitas yang berhasil dilakukan oleh public relations atas produk

dari kategori Consumer Lifestyle? kalau dilihat dari over target kita tidak achieve

karena hal tersebut lebih kepada masalah internal problems tetapi so far yang

mereka lakukan baik.”

Pertayaan ketiga yang peneliti ajukan kepada ibu Maria Simanjuntak adalah,

seperti yang kita ketahui Healthcare dan Lighting berhasil mencapai target pada Q1

sedangkan Consumer Lifestyle tidak berhasil mencapai target. Menurut anda yang

merupakan salah satu bagian dari sektor tersebut, hal apa yang menyebabkan sektor

Consumer Lifestyle tidak dapat mencapai target pada Q1? dan menurut anda

bagaimana peran public relations dalam mendukung sektor Consumer Lifestyle

pada Q1 ini?, yang dijawab dari ibu Maria Simanjuntak adalah,

“sebenarnya ada banyak hal yang mendukung untuk mencapai target, dan

tentunya bukan hanya karena marketing program atau karena sales program yang
78

tidak berjalan dengan baik tetapi ada juga masalah-masalah internal-internal yang

tidak bisa saya utarakan disini. Sekali lagi yang menyebabkan sektor Consumer

Lifestyle tidak mencapai target bukan karena marketing program dan sales kita

tidak running well maksudnya produk dari Consumer Lifestyle terdistribusi dengan

baik dan sesuai harapan masyarakat tetapi ada internal-internal problems karena

belum ada kesepakatan kita dengan distributor, lebih dari itu bukan karena

marketing program kita tidak berjalan dengan baik atau berkurangnya animo

masyrakat terhadap produk kita, jadi so far sales throughnya itu ada sale in yaitu

jualan kita ke distributor dan ada sales through yaitu jualan distributor ke

konsumen sale throughnya berjalan dengan baik begitu juga dengan selling amount

dan consumer acceptance. Kesimpulannya hal yang menyebabkan sektor kami tidak

dapat mencapai target pada Q1 ini adalah lebih kepada masalah internal, karena

memang masalah kita ada sama distributor. Kalau mengenai kinerja public

relations untuk 10 bulan ini , sebenarnya kita yang lebih menghambat

pergerakan public relations untuk melakukan kegiatan pada sektor kami, karena

kita tahu masalah yang sedang kita hadapi adalah masalah internal yaitu antara

kami dengan distributor yang sampai sekarang masih belum terselesaikan.

Takutnya kalau kita sudah heboh melalui kegiatan yang dilakukan oleh public

relations tetapi produk tidak didistribusikan dengan baik dan sebagainy, hal tersebut

akan menjadi problems karena begitu produk tersebut dipublikasikan ke media dan

sebagainya, supposely produk kita harus ada di pasaran betul? mau bagaimana

consumer akan terima bila mereka sudah melihat publisitas yang dilakukan oleh

public relations melalui media tetapi mereka tidak dapat menemukan produk

tersebut di pasaran? Tentunya mereka akan kecewa. Kesimpulannya adalah pada


79

Q1 memang sektor Consumer Lfiestyle yang menghambat pergerakan dari public

relations tersebut.”

Pertanyaan terakhir yang peneliti ajukan kepada Ibu Maria Simanjuntak adalah,

public relations memiliki beberapa program, salah satunya adalah +Project. Apa

tanggapan anda mengenai +Project tersebut dan bagaimana pendapat anda mengenai

dampak yang diberikan +Project kepada sektor Consumer Lifestyle? yang dijawab

oleh ibu Maria Simanjuntak adalah,

“ Niat dari aktivitas ini sebenarnya baik, tujuannya adalah bagaimana + project

untuk Consumer Lifestyle yang berupa Chef Goes to School. Pada program ini kita

mau mengajari food seller mengenai bagaimana cara untuk menyajikan makanan

yang baik dan juga orang tua mengenai bagaimana caranya supaya mereka lebih

waspada terhadap makanan yang dimakan oleh anak- anak mereka di sekolah itu

seperti apa. Sebaiknya orang tua juga dapat memungkinkan anak – anak mereka

untuk membawa makanan sendiri dari rumah, hal tersebut lebih baik di ajarkan

dari sedini mungkin kepada mereka sehingga anak – anak dapat mengetahui bahwa

makanan yang sehat itu seperti apa dan merkea jatidak hanya bisa memilih

makanan-makaan yang tidak sehat. Program ini seharusnyat idak hanya dilakukan

sekali atau dua kali tetapi program ini harus bersifat continuous dan perlu

sustainability harus dijaga supaya program tersebut dapat reaching more people

untuk lebih sadar akan makanan yang sehat. Sebenarnya bagus program ini

bseserta dampaknya terhadap bisnis kita , seperti ketika orang yang ikut serta dalam

program ini mereka akan menjadi sadar untuk perlu minum jus setiap hari,

misalnya dengan menjadikan Philips juicer sebagai solusinya ataupun dengan air

fryer dari Philips mereka dapat menikmati makanan fried food without oil atau

perlu juga untuk mengukus makanan-makanan dengan alat berupa food steamer,
80

long term dari program ini menurut saya dapat memberikan dampak yang baik,

tetapi perlu konsistensi untuk menjalankan program ini secara berkala, dan

sebaiknya program ini bukan hanya dilakukan di sekolah - sekolah saja, tetapi

alangkah baiknya bila orang – orang dapat mengakses media internet untuk

melihat isi dari acara tersebut, tetapi baru beberapa persen sih sebenarnya

pengaruh internet ini. Jadi saya masih belum bisa megutarakan sekarang, tetapi so

far karena program ini begitu kita launching kita juga ada follow up survey

terhadap program tersebut dari tiga bulan setelah acara berlalu, yaitu sejak bulan

September setelah kita melaunching program ini kita memberikan edukasi kepada

food seller, parents, teacher dan juga anak-anak mengenai cara membuat makanan

yang sehat dan cara untuk menyajikannya, setelah 3 bulan kita menemukan bahwa

ternyata banyak food seller yang sudah berganti menu - menu makanan mereka

menjadi lebih variasi begitu juga dengan minumannya, walaupun anak-anak

cenderung tidak memlih makanan tersebut, mungkin dikarenakan mereka masih

tergiur dengan makanan seperti chiki dan segala macam dan minuman yang

berwarna-warni, sebenarnya si food seller sudah mulai menyajikan jus buah dan

oleh karena itu kami sangat appreciate”.

Berdasarkan hasil wawacara dengan ibu Maria Simanjuntak, peneliti

menyimpulkan bahwa pada dasarnya sektor Lighting merupakan sektor utama dan

terlama di Indonesia dan mempunyai anggaran dana yang lebih besar dibandingkan

dengan sektor Consumer Lifestyle dan Healthcare. Oleh karena dana yang

didapatkan tidak sebesar sektor Lighting dan dikarenakan oleh keerbatasan dana,

sektor Consumer Lifestyle juga mempunyai berbagai keterbatasan untuk melakukan

berbagai kegiatan di media maupun event untuk meningkatkan awareness

masyarakat atas produk dari Consumer Lifestyle. peneliti juga menemukan bahwa
81

Pada Q1 yaitu pada bulan januari sampai maret Consumer Lifestyle tidak mencapai

target dan ibu maria menyatakan bahwa ada masalah-masalah internal yang tidak

dapat dia utarakan kepada saya, tetapi yang jelas masalah tersebut adalah masalah

internal yaitu masalah dengan distributor sehingga dengan permasalahan internal

tersebut kegiatan public relations pada Q1 juga menjadi terhambat.

4.4.1.4 Wawancara dengan Bapak Teguh Purwanto selaku General

Manager Healthcare PT. Philips Indonesia

Peneliti memilih Bapak Teguh Purwanto sebagai salah satu narasumber untuk

wawancara, karena ia merupakan General Manager dari sektor Healthcare. dengan

posisi teratas di sektor Healthcare maka peneliti yakin bahwa ia merupakan orang

yang dapat memberikan informasi yang peneliti butuhkan untuk menjalankan

penelitian.

Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Teguh Purwaanto, selaku General

Manager untuk Healthcare, peneliti berusaha melakukan wawancara bebas terpimpin

dengan pertanyaan yang terstruktur dan jawaban bebas dengan mengarahkan

jawaban yang diberikan oleh informan apabila ternyata ia menyimpang. Tujuan dari

wawancara yang dilakukan adalah supaya peneliti dapat memperoleh berbagai jenis

informasi dari Bapak Teguh Purwanto yang merupakan General Manager untuk

Healthcare. dengan mewawancarai pihak yang merupakan bagian dari sektor

Healthcare, peneliti berharap dengan wawancara ini peneliti dapat mengetahui apa

saja kolaborasi yang dilakukan antara sektor Heatlhcare dengan public relations,

pendapat ibu bapak Teguh Purwanto mengenai strategi yang dijalankan oleh public

relations untuk mendukung kegiatan sektor Healthcare dan mengetahui


82

permasalahan – permasalahan yang belum diketahui oleh peneliti. Wawancara

tersebut dilakukan pada hari selasa, 30 Mei 2013, pada pukul 01.30 WIB, di ruang

kerja Bapak Teguh Purwanto.

Pertanyaan pertama yang peneliti ajukan bapak Teguh Purwanto adalah, seperti

yang kita ketahui brand Philips itu lebih dikenal masyarakat Indonesia sebagai

brand untuk produk Lighting daripada brand untuk produk Healthcare dan

Consumer Lifestyle apa pendapat anda mengenai pernyataan ini? Alasannya?, yang

dijawab oleh Bapak Teguh Purwanto adalah,

“Saya setuju, kalau memang brand daripada Philips ini sekarang adalah

Lighting, jadi ketika orang melihat Philips pasti ingatnya Lighting. Tagline Philips

yang orang ingat pasti terus terang – terang terus yang notebene itu adalah

brandnya Lighting. Hal tersebut tentu saja bisa dipahami karena sejak awal Philips

di Indonesia ini memang bergerak di bidang Lighting, terus kemudian second

brand dari Philips adalah di bidang audio atau domestic Appliances. Sebenarnya

healthcare sendiri masih banyak orang tidak terlalu aware bahwa Philips itu punya

Healthare. Pada tahun 2005/2006 Healthcare itu baru terbentuk, pada saat itu kami

melakukan simplifikasi, dari situlah Healthcare melakukan branding, bahwa Philips

itu ada sektor Healthcarenya. nah itu kan diubah dengan adanya Philips itu

sebagai sebuah perusahaan health and well being. Dari disitu lah merupakan asal

usul sebenarnya kemudian kenapa healthcare muncul”.

Kemudian peneliti bertanya kembali, apakah hal tersebut menandakan bahwa

Healthcare tersebut terbentuk pada tahun 2005? Yang dijawab oleh bapak Teguh

Purwanto adalah,
83

“Sebenarnya sudah lama tetapi dulunya Philips itu diversified dan boleh

disebut sebagai konglomerat, produk apa saja ada bahkan mulai dari radio masih

banyak lainnya, karena dia konglomerat tetapi dengan seiring berjalannya waktu

Philips mulai menyadari bahwa tidak bisa seperti itu, oleh karena itu kemudian

Philips merasa harus melakukan perubahan akhirnya Philips terbagi menjadi tiga

sektor seperti sekarang ini. Kemudian kami berubah menjadi Philips yang health

and well being dimana sektor Healthcare sebagai backbone makanya worldwide

tahun lalu healthcare itu laporan keuanngannya mencapai sebanyak 40%

kemudian disusul lighting dan consumer lifestyle, dengan adanya hasil seperti itu

menciptakan perubahan paradigma dan bisnis. dari situ maka strategi

komunikasinya healthcare menjadi lebih dominan, akan tetapi di Indonesia

memang bagaimanapun juga majority dari bisnis itu adalah Lighting, jadi tetap saja

persepsinya masyarakat atas brand philips yang paling kuat adalah Lighting. tetapi

Healthcare sekarang juga sudah mulai growth”

. Kemudian peliti bertanya kembali kepada pak Teguh mengenai apa usaha

sektor Healthcare untuk meningkatkan awareness dari masyarakat kepada sektor

Healthcare? Yang dijawab oleh pak Teguh adalah,

pertama yang kita lakukan tentu kita harus bicara fundamental bisnisnya dulu,

artinya adalah yang pertama forum bisnisnya harus ada dulu, kalau kita tidak

punya kan jadinya zero bisni dan tentu kita tidak dapat melakukan branding.

Makanya kita mesti punya fundamental atas bisnis tersebut terlebih dahulu, artinya

kita harus growth bisnisnya sampai jadi terlebih dahulu, kemudian kita mulai

agresif melakukan komunikasi dan edukasi kepada masyarakat bahwa Philips

Healthcare itu ada dan kita punya kontribusi, jadi itu yang kita lakukan. pertama
84

yang harus kita lakukan adalah membangun fundamental bisnis kemudian yang

kedua baru melakukan komunikasi mengenai bisnis apa yang kita lakukan”

Pertanyaan kedua yang peneliti ajukan kepada bapak Teguh Purwanto adalah,

public relations memiliki beberapa program, salah satunya adalah +Project. Apa

tanggapan anda mengenai +Project tersebut dan bagaimana pendapat anda mengenai

dampak yang diberikan +Project kepada sektor Healthcare? Yang dijawab oleh

bapak Teguh Purwanto adalah, +Project itu bagus dalam arti adalah

“pertama, ini merupakan program pertama setahu saya yang melibatkan

masyarakat untuk memberikan effort, kontribusi, dan ide untuk menentukan

seperti apa +project ini, acaranya seperti yang saya lihat itu adalah Spot It Your

Self, event itu sangat fenomenal. Menurut saya itu adalah sebuah event yang

menarik jadi memang + project ini bisa menjadi salah satu.tools bagi kita untuk

melakukan komunikasi kepada masyarakat karena dengan + Project ini kita

melakukan engage kepada masyarakat, kita memberikan platform supaya orang

bisa berpartisipasi, berkontribusi nah itu yang menarik dari + Project itu.”

Pertanyaan ketiga yang peneliti ajukan kepada Bapak Teguh Purwanto adalah,

seperti yang dapat kita lihat bahwa Healthcare merupakan salah satu dari ketiga

sektor PT. Philips Indonesia yang berhasil mencapai hasil yang memuaskan pada

Quarter 1, menurut anda seberapa besar kontribusi yang diberikan oleh public

relations atas pencapaian tersebut? Yang dijawab oleh bapak Teguh Purwanto

adalah,

“ Kembali lagi public relations itu punya objektif yang berbeda dengan bisnis,

public relations itu kalau saya bilang dia memberikan environment, memberikan
85

sebagai bisnis enable, dengan public relations yang baik kita bisa bekerja dengan

nyaman, komunikasi kita lancar kepada masyarakat begitu. Jadi kalau kita mesti

mengkuantifikasi peran public relations per quarter, menurut saya itu agak susah.

Pada dasarnya kita menyadari bahwa perannya public relations besar,

bagaimanapun bila kita diminta untuk mengukur itu menurut saya agak sulit, tetapi

yang jelas kita bisa melihat bahwa in this last five years, saya bisa merasakan ada

perubahan engagement dengan stakeholders, seperti pemerintah, customer,

akademisi itu ada perubahan. Justru itu role dari public relations, jadi kalau dalam

beberapa tahun terakhir itu ada perubahan menjadi lebih baik, tetapi kalau kita kita

mesti mengkuantifikasi peran public relations per quarter, menurut saya itu agak

sulit ya karena public relations sendiri kegiatannya kan juga tidak bisa per kuarter.

Itu seperti orang sedang menanam pohon-pohon besar sekali tanam mungkin

tumbuhnya beberapa tahun lagi, tetapi kalau bisnis kan orang lebih bisa tangible”.

Pertanyaan terakhir yang peneliti ajukan kepada Bapak Teguh Purwanto

adalah, berdasarkan informasi yang saya dapatkan dari Mbak Chatrine, Philips mulai

fokus untuk memperkenalkan produk Consumer Lifestyle dan Healthcare untuk 10

tahun terakhir ini. Menurut anda bagaimana peran public relations untuk

mendukung sektor Healthcare dalam usaha untuk meningkatkan awareness

masyarakat atas produk dari Healthcare selama 10 tahun terakhir ini? dan Apa saran

anda untuk public relations PT. Philips indonesia, supaya bisa lebih mendukung

sektor Healthcare dalam hubungan kerja sama untuk meningkatkan awareness

maysarakat atas produk Healthcare? Yang dijawab oleh bapak Teguh Purwanto

adalah,

“Betul lima sampai sepuluh tahun terakhir ini tentunya peran dari public
86

relations itu besar sekali. Jadi apa yang membedakan antara bisnis dalam arti

disini adalah komersial dengan public relation, kalau bisnis itu straight forward apa

yang saya lakukan hari ini supaya saya bisa mendapatkan penjualan, tetapi kalau

public relations adalah bagaimana kita menjadi bagian dari masyarakat yang baik

dan part of society yang baik and its public relations, in the end of the day kita

mengharapkan dengan public relations yang baik ada engagement baik dengan

semua stakeholders akan membuat perusahaan kita mencapai tujuan bisnis,

tentunya menjadi lebih cepat, gampang, efektif dan efisien. Jadi goalnya berbeda,

saya melihat bahwa dalam kerangka itu memang lima sampai sepuluh tahun terakhir

ini kita cukup banyak sekali melakukan kegiatan yang bersifat stakeholder

engagement, komunikasi kepada media massa kemudian melakukan kegiatan –

kegiatan yang kita sebutkan, misalnya dialog dengan masyarakat, praktisi,

akademisi nah itu yang dilakukan oleh public relations. Menurut saya hal tersebut

sangat berpengaruh positif, karena dengan begitu masyarakat di industri

kesehatan itu aware ternyata Philips itu ada di dunia kesehatan dan mungkin

mempermudah bisnis untuk kemudian mencapai tujuan – tujuan objektif.

Kemudian peneliti memberikan sub pertanyaan dari pertanyaan terakhir ini

dengan bertanya mengenai apa saran untuk public relations, supaya public relations

tersebut lebih bisa mendukung kegiata Healthcare?

“Yang dijawab oleh bapak Teguh Purwanto adalah, yang pertama adalah

public relations itu mesti punya konsep yang jelas. Jadi janganlah membuat

kegiatan bukan kegiatan yang adhoq, tetapi melainkan membuat suatu kegiatan yang

continuous. Oleh karena itu kita perlu strategi yang tepat dan disinilah kita perlu

adanya dialog dan agreement, alignment dengan bisnis mengenai objektif yang

ingin kita capai. Yang kedua adalah, continuous feed back juga, artinya adalah
87

baik dari sisi bisnis maupun dari sisi public relations, dua – duanya harus saling

memberikan feedback mengenai bagaimana supaya kegiatan yang dilakukan oleh

bisnis itu bisa dikomunikasikan dengan baik oleh public relations tetapi

sebaliknya aktivitas public relations itu dapat juga mendukung dan mendrive

bisnis dari sektor Healthcare. Jadi strategic planning kemudian continuous

feedback between sektor Healthcare and public relations menurut saya itu

merupakan kunci untuk sukses”.

Berdasarkan hasil wawacara dengan Bapak Teguh Purwanto, peneliti

menemukan bahwa pada tahun lalu laporang keuangan sektor Heatlhcare secara

worldwide mencapai sebanyak 40% kemudian disusul oleh Lighting dan Consumer

Lifesytle. Pak Teguh juga menyatakan bahwa bagaimanapun juga majority dari

bisnis Philips itu adalah Lighting sehingga persepsi masyarakat atas brand Philips

adalah produk Lighting. Bapak Teguh Purwanto mengatakan bahwa +Project

merupakan event pertama public relations yang melibatkan masyarakat dengan

mengajak mereka untuk memberikan effort , kontribusi dan ide untuk mewujudkan

kreatifitas mereka dan acara ini merupakan strategi yang digunakan oleh public

relations Philips secara World Wide untuk memperkenalkan ketiga sektor Philips.

Menurut Bapak teguh, kunci untuk sukses antara public relations dengan sektor

Healthcare adalah banyak melakukan strategic planning dan adanya continuous

feedback antara sektor Healthcare dan public relations.

4.4.2.1 Observasi

Observasi yang peneliti lakukan berlangsung selama tiga bulan, dimulai dari 25

Februari 2013 hingga 15 Juni 2013, dengan jumlah kehadiran setiap hari senin

sampai dengan jumat dengan jam kerja 08.00 – 18.00 WIB. Peraturan PT. Philips
88

Indonesia memberikan toleransi kepada setiap karyawan untuk jam masuk paling

lambat yaitu jam 09.00. Sebagai seorang Admin Corporate Communication, peneliti

berstatus sebagai Intern tetapi peneliti memiliki kewajiban yang sama dengan

karyawan lain dan tidak mendapatkan perlakuan khusus.

Dari hasil observasi di bagian Corporate Communication PT. Philips Indonesia

peneliti memiliki kompilasi sejumlah temuan di lapangan, mulai dari proses kerja

hingga isi program sendiri secara khusus. Dilihat dari proses kerja, peneliti

menemukan beberapa hal berikut:

1. Hampir semua kegiatan public relations PT. Philips Indonesia menggunakan

jasa vendor / public relations agency untuk menjalankan program – program public

relations.

2. Bagian Corporate Communication difokuskan untuk menjalankan setiap

kegiatan public relations PT. Philips Indonesia, baik untuk kegiatan internal maupun

kegiatan eksternal. Caranya adalah dengan mengadakan event-event baik sebagai

contoh ada beberapa event yang pernah berlangsung semasa masa penelitian adalah,

Town meeting, International Womens Day, Simply Healthy@ School, Spot it your

self, Chef Goes to School, Press conference dalam rangka memperingati World Sleep

Day di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah harapan Kita.

3. Bagian Corporate Communication PT. Philips Indonesia dijalankan oleh

Corporate Communication Manager dan Country Internet Manager sendiri sehingga

seluruh pekerjaan dikerjakan secara individu. Relasi kerja yang paling sering terjalin

untuk event adalah antara Coporate Marketing Manager dengan sektor Lighting,
89

dikarenakan sektor tersebut mempunyai dana yang lebih besar dibandingkan dengan

Consumer Lifestyle dan Healthcare.

4. Program-program Corporate Communication dilangsungkan dalam jendela

waktu yang cukup padat, sehingga pekerjaan harus diselesaikan secara efisien, cepat,

namun optimal.

5. Semua pekerjaan memiliki prosedur bertahap yang harus dipatuhi sebagai

standar dari proses berlangsungnya sebuah perusahaan besar di dunia.

6. Semua kegiatan public relations itu berasal dari pusat yang ada di Belanda,

kemudian public relations Indonesia yang menjalankan program Public Relations

tersebut berdasarkan perintah dari Philips regional yang berada di Singapore.

4.4.2.1.1 Observasi Strategi Marketing Public Relations

Peneliti akan memaparkan beberapa kegiatan yang merupakan salah satu

strategi yang dilakukan oleh public relations PT. Philips Indonesia untuk

meningkatkan awareness masyarakat atas produk Consumer Lifestyle dan

Healthcare berdasarkan atas tujuh kegiatan penting dari marketing public relations,

yaitu:

1. Kegiatan Publikasi

Dalam observasi ini, peneliti akan melihat secara langsung kegiatan

publisitas dan periklanan yang dilakukan oleh Corporate Communication Manager

selama kurang lebih empat bulan masa magang peneliti di PT. Philips Indonesia.
90

Pada dasarnya berbagai jenis kegiatan umum public relations ketiga sektor

dijalankan oleh public relations agency yang dikontrak.

Berdarkan hasil pengamatan, Peneliti pernah sekali melihat advertising

berbentuk advetorial dipasang oleh Corporate Communication Manager pada

majalah Now Jakarta edisi bulan april. Dimana advertising ini bukan atas inisiatif

ibu Chatrine Siswoyo sendiri, melainkan permohonan yang diajukan oleh bapak

Alistair Speirs yang merupakan pihak dari Now Jakarta Magazine untuk memasang

iklan di dalam majalah tersebut. Sedangkan kegiatan Publisitas yang dilakukan oleh

public relations untuk sektor Consumer Lifestyle dan Healthcare semasa peneliti

akan memaparkannya di data sekunder.

2. Kegiatan Identity media

Pada dasarnya Philips merupakan sebuah perusahaan yang dikenal baik

identitasnya oleh masyarakat. Tetapi hal tersebut tidak mendakan bahwa Philips

tidak akan membuat perubahan atas tagline yang ada pada Philips yang berbunyi

“Sense and Simplicity.” Pihak Philips secara global berencana untuk mengubah tag

line menjadi sebuah tagline yang baru dengan beberapa filosofi, yaitu:

1. At Philips we believe that people want to be healthy, live well and enjoy life.

2. We are technology company that cares about people.

3. We listen, discover and challenge to deliver meaningful innovation to you

Selain Philips akan mengubah tagline dari perusahaan tersebut, Philips juga

akan menggunakan brand promise yang baru yaitu, “ Philips delivers innovation

that matters to you”. Kegiatan ini masih bersifat internal dan masih belum
91

diperkenalkan lingkungan eksternal. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti

berdasarkan dokumen yang peneliti dapatkan, Philips akan melakukan external

brand launch pada bulan augstus sampai dengan bulan Desember untuk

memperkenalkan tagline baru dari Philips tersebut.

3. Kegiatan events

Berdasarkan observasi peneliti pada kegiatan yang berupa events yang dilakukan

oleh PT. Philips Indonesia, peneliti menemukan ada beberapa events yang

berlangsung ketika peneliti berada didalam perusahaan tersebut. Events tersebut

antara lain adalah:

- + Project

Event ini merupakan sebuah event pertama dan terbesar yang pernah dilakukan

oleh Philips secara worldwide untuk meningkatkan awareness masyarakat atas

produk Philips yang terdiri dari 3 sektor, yaitu Philips Ligting, Philips Consumer

Lifestyle, dan Philips Heatlhcare. +Project merupakan sebuah kompetisi yang

mengajak masyarakat untuk mengidentifikasi sekaligus menawarkan solusi dalam

mengatasi tantangan-tantangan yang dihadapi sehari-hari berkaitan dengan tiga tema,

yaitu: Kota Layak Huni, Hidup Sehat dan Akses Terhadap Layanan Kesehatan yang

kemudian dihubungkan dengan ketiga sektor Philips yaitu: Chef Goes to School

untuk tema hidup sehat, Halte Bus Hijau untuk tema Kota Layak Huni dan Deteksi

Dini Kanker Payudara untuk tema Akses Terhadap Layanan Kesehatan.

- Blog Competition Spot It Yourself

Spot it Yourself merupakan salah satu acara dari program +Project yang sedang

berlangsung ini. seiring berjalannya acara tersebut Public Relations menggunakan


92

kesempatan ini dengan mengadakan kompetisi menulis pada blog para bloggers

mengenai acara Spot it Yourself tersebut dengan menawarkan hadiah-hadiah menarik

dari produk Philips.

4. News

Berdasarkan pada observasi peneliti mengenai kegiatan berita yang dilakukan

oleh public relations. Peneliti akan memaparkan beberapa kegiatan seperti kegiatan

press conference dan Media tour yang telah dilakukan, kegiatan tersebut antara lain

adalah:

- Press Conference

Dalam observasi ini peneliti secara langsung terjun ke lapangan. Press

Conference tersebut diadakan pada tanggal 27 Mei 2013 di Rumah Sakit Pembuluh

Darah Harapan Kita, yang bertema Good Sleep, Healthy Aging, dan membahas risiko

gangguan tidur Obstructive sleep Opnea yang dapat mengakibatkan penyakit kronis

seperti penyakit jantung dan diabetes.

Acara Press Conference tersebut dihadiri oleh beberapa dokter dari Indonesia

Sleep Society yaitu Dr. Rimawati Tedjasukmana, SPS, RPSGT, bapak Bambang

Budi Siswanto, MD, PhD, FIHA, FAPSC, FAsCC dari Rumah Sakit Jantung Dan

Pembuluh Darah Harapab Kita, Bapak Teguh Purwanto selaku General Manager

Philips Healthcare Indonesia, ibu Chatrine Siswoyo selaku Corporate

Communication Manager Philips Indonesia dan beberapa media yang diundang.

Konferensi pers tersebut berlangsung kurang lebih sekitar dua jam, dimana isi dari

acara tersebut membahas mengenai gangguan tidur seperti Obstructive Sleep Apnea,

kemudian dilanjutkan dengan beberapa sesi tanya jawab antara media dengan Pihak
93

dokter ataupun dengan Pak Teguh Purwanto yang diakhiri dengan makan siang

bersama. Pada konferensi pers ini peneliti tidak melihat atribut-atribut yang berbau

komersial ataupun yang membawa nama Philips karena pihak Rumah Sakit tidak

mengizinkan hal tersebut, sehingga semua fasilitas tersebut merupakan fasilitas dari

Rumah Sakit. Peneliti sempat bertanya kepada ibu Chatrine Siswoyo, kenapa disana

tidak ada atribut yang membawa nama Philips? Kemudian ia menjawab bahwa

memang pihak Rumah Sakit tidak mengizinkan kami untuk memasang hal-hal yang

berbau komersial, tetapi kami menanganinya dengan menyediakan makan siang, kita

akan berinteraksi dengan para media yang datang dengan tujuan untuk memberikan

materi yang lebih bersifat antarpribadi. peneliti juga mempunyai peran untuk

memasang status status Facebook dan Twitter Philips Indonesia untuk memberikan

live report kepada masyarakat.

- Kegiatan Media Tour

Dalam observasi ini peneliti tidak secara langsung terjun kedalam kegiatan tersebut.

Kegiatan media tour ini akan berlangsung di Singapore karena Singapore merupakan

pusat regional untuk Philips yang ada di asia tenggar sehingga para media akan

dibawa utuk berkeliling untuk lebih mengenal mengenai apa sebenarnya Philips

Healthcare. Peneliti akan menyajikan schedule acara dan daftar media yang telah

mengikuti acara ini pada data sekunder untuk informasi yang lebih lengkap.

5. Speeches

Berdasarkan observasi peneliti mengenai kegiatan speeches menurut Philip dan

Kotler, peneliti belum pernah menemukan kegiatan yang dilakukan oleh public

relations PT. Philips Indonesia yang berupa pidato untuk memberikan pengarahan di
94

asosiasi penjualan beserta membicarakan soal penjualan untuk membangun citra

perusahaan.

6. Public-Service Activities

Berdasarkan observasi peneliti mengenai kegiatan sosial yang dilakukan oleh

pihak PT. Philips Indonesia. Perusahaan tersebut mempunyai sebuah program yang

merupakan kegiatan rutinitas dari perusahaan. Kegiatan tersebut adalah, Simply

Healthy @School yang akan dijelaskan sebagai berikut.

- Observasi kegiatan Simply Healthy@ School

Dalam observasi ini peneliti tidak secara langsung terjun ke lapangan, tetapi

peneliti lebih ke kegiatan-kegiatan public relations dengan menerima perintah

langsung dari Corporate Communicaiton Manager dan berhubungan langsung

dengan public relations agency beserta panitia dari acara CSR Simply Healthy@

School yang ada di Surabaya dan di Jakarta. Peneliti memilih event Simply Healthy@

School dikarenakan peneliti banyak berpartisipasi untuk berbagai kegiatan persiapan

sebelum event CSR tersebut dilaksanakan.

Pertama-tama peneliti ditugaskan oleh ibu Chatrine Siswoyo selaku

Corporate Communication Manager kepada peneliti adalah mempromosikan acara

Simply Healthy@ School tersebut kepada setiap karyawan yang ada di PT. Philips

Indonesia melalui via Email maupun secara face to face dengan semua orang yang

ada pada ketiga sektor tersebut. Tahap berikutnya peneliti akan mencatat nama dan

email dari setiap calon peserta kemudian mengirimnya kepada Ibu Feliciana. Ia

merupakan public relations Agency dari Edelman yang secara khusus di-hired untuk

mengurusi proses berjalannya event CSR Simply Healthy@ School tersebut dengan
95

mencari sekolah-sekolah yang berpotensial, vendor yang akan bekerja sama dalam

program Simply Healthy@ School, dan melakukan survei lapangan atas segala

kebutuhan sekolah beserta acara untuk menjalankan program CSR tersebut. Setelah

mengirimkan daftar peserta tersebut, peneliti akan mencari berbagai jenis kebutuhan

dengan menghubungi ibu Ayunisa Habsari, bapak Kemas, Ibu Dewi yang merupakan

karyawan dari sektor Lighting untuk mendapatkan Gimmick – Gimmick buat anak

sekolah dengan isi berupa kotak pensil, tas makan, baju, gelas dan lampu ecotones.

Selain untuk anak – anak PT. Philips Indonesia juga menyediakan souvenir yang

berupa lampu easy scene, blender dan rice cooker untuk para guru, orang tua,

beserta orang kantin. Peneliti juga berkoordinasi dengan public relations Agency

yang bernama Prisma untuk event ini, mereka merupakan public relations Agency

utama yang menjalankan semua kegiatan public relations secara keseluruhan dalam

PT. Philips Indonesia, sehingga pihak Prisma akan berkoordinasi dengan peneliti

beserta Edelman untuk program ini. Peneliti juga mendapatkan tugas untuk

membantu dalam proses briefing yang berlangsung pada tanggal 27 May 2013

dengan mengkoordinasi para calon peserta beserta tempat dan makanan untuk

menghadiri acara briefing mengenai program yang akan berlangsung pada tanggal 1

juni 2013. Pada tahap terakhir, peneliti akan memastikan bahwa barang-barang

tersebut sudah ada di pihak public relations agency baik itu Prisma maupun

Edelman dan berkoordinasi dengan Corporate Communication Manager untuk

proses lebih lanjut. Berdasarkan proses kerja yang telah peneliti lakukan dari awal

sampai akhir untuk acara Simply Healthy@ School ini, peneliti menemukan

beberapa hal yang kurang sepantasnya dilakukan oleh Ibu Chatrine Siswoyo, seperti

pada kasus ketika Pihak sekolah memberikan daftar jenis lampu dan jumlah yang

dibutuhkan untuk penggantian, ibu Chatrine Siswoyo terkesan tidak menghiraukan


96

hal tersebut dan tetap bersitegas untuk memberikan 1 jenis lampu saja tanpa

menghiraukan apakah lampu yang diberikan tersebut berguna bagi sekolah atau

tidak.

7. Sponsorship

Berdasarkan observasi peneliti mengenai sponsorship, Public Relations PT.

Philips Indonesia pernah memberikan sejumlah barang yang berupa produk Philips

yang disumbangkan kepada sebuah organisasi yang bernama Red Nose Foundation

yang bergerak di bidang sosial untuk memberikan fasilitas belajar kepada anak-anak

yang kekurangan. Selain itu, Philips juga kerap memberikan sponsorship kepada

acara pertandingan Golf.

4.4.2 Data sekunder

Data sekunder yang akan peneliti sajikan di dalam penelitian ini berupa foto,

yang akan digunakan sebagai pendukung dari data primer.

4.4.2.1 Foto untuk Kegiatan Publikasi dan periklanan

Pada bagian ini, peneliti akan menampilkan sebagian kegiatan periklanan

yang dilakukan oleh public relations PT. Philips Indonesia dalam periode 25

Februari sampai dengan 31 May 2013.

- Foto email dan iklan di majalah Now Jakarta untuk edisi april

Bedasarkan hasil screen shot peneliti pada email yang dikirim oleh Bapak

Alistair Speirs dari Now Jakarta Magazine kepada ibu Chatrine Siswoyo yang

merupakan Corporate Communication Manager dan Bapak Robert Fletcher yang


97

merupakan CEO PT. Philips Indonesia. Dengan email yang berisi permohonan dari

Bapak Alistair Speirs kepada pihak Philips untuk memasang iklan pada Now Jakarta

Magazine. Hasil screen shoot email ini telah memperlihatkan bahwa selama 3 bulan

masa magang peneliti di perusahaan tersebut, public relations pernah memasang

iklan sekali untuk produk Brand Philips diluar iklan yang dipasang oleh Marketing

pada sektor Healthcare, Consumer Lifestyle dan Lighting.

Gambar 4.3 Foto email Now Jakarta


98

Gambar 4.4 Foto iklan advertorial


99

- Foto pemasangan iklan di majalah Sekar mengenai alat masak

Gambar 4.5 Foto iklan di majalah Sekar


100

- Foto Pemasangan Iklan di Kompasiana untuk Event Spot it Your Self

Gambar 4.6 Foto iklan di Kompasiana


101

- Kegiatan Publisitas mengenai Juicer Philips

Gambar 4.7 Foto Publisitas mengenai produk Juicer


102

4.4.2.2 Foto untuk Kegiatan News

- Schedule dan daftar Media untuk Kegiatan Media Visit ke Singapore

Gambar 4.8 Foto jadwal acara Media Tour di Singaore

Gambar 4.9 Foto Daftar Media


103

4.4.2.3 Foto untuk kegiatan Identity Media

Gambar 4.10 Foto jadwal Brand Development Activities

4.4.2.4 Foto untuk kegiatan Sponsorship

Gambar 4.11 Foto Email pernyataan Sponsorship


104

Gambar 4.12 Foto anda terima pemberian barang sponsor


105

4.4.2.5 Foto untuk kegiatan Events

Gambar 4.13 Foto Kegiatan Chef Goes to School

Gambar 4.14 Foto Kegiatan Spot it Yourself di Bali


106

4.5 Pengolahan Data Penelitian

Pada subbab ini peneliti akan memaparkan ulasan terhadap hasil penelitian

untuk menganalisis strategi public relations PT. Philips Indonesia untuk

meningkatkan brand awareness produk dari kategori Consumer Lifestyle dan

Healthacre. Data yang dibahas pada subbab ini adalah data dari hasil wawancara,

observasi yang dilakukan oleh peneliti pada divisi Corporate Communication dalam

periode Maret 2013- Juni 2013. Data-data yang diperoleh melalui wawancara akan

dipergunakan sebagai data utama, sedangkan data yang diperoleh dari observasi dan

pengalaman personal akan digunakan sebagai data pendukung untuk melengkapi dan

memperjelas data yang diperoleh melalui hasil wawancara terhadap informan.

Dari hasil observasi yang peneliti lakukan, Publcic Relations atau Corporate

Communication itu terdiri atas dua manager, yaitu Corporate Communication -

Manager yang menjalankan kegiatan public relations pada umumnya dan Country

Internet Manager yang menjalankan kegiatan PT. Philips Indonesia melalui media

internet. Kedua manager merupakan satu bagian dari Corporate Communication dan

memainkan peran yang penting dalam menjalankan kegiatan public relations di

dalam perusahaan tersebut.

Dilihat dari fungsinya, public relations di PT. Philips Indonesia mempunyai

peran yang sangat penting, dimana Public Relation tersebut berperan untuk

membina relationship dengan publik internal dan publik eksternal. Fungsi dari PT.

Philips Indonesia mencakup kegiatan above the line dan below the line yang

kegiatanya antara lain adalah, media relations, media partner, sponsorship, media

gathering, media visiting, publikasi, advertisement, press conference dan sebagainya.

Seluruh kegiatan yang dilakukan merupakan strategi-trategi yang dilakukan untuk

meningkatkan awareness masyarakat atas produk Consumer Lifestyle dan


107

Healthcare. Berdasarkan empat data hasil wawancara yang peneliti lakukan, yaitu

dengan ibu Chatrine Siswoyo selaku Corporate Communication Manager, Ibu Ella

Viryananda selaku Country Internet Manager dan Bapak Teguh Purwanto selaku

General Manager Healthcare, peneliti akan mereduksi hasil wawancara tersebut

sesuai dengan hasil wawancara dengan masing-masing informan, dan hasil observasi

yang didapatkan oleh peneliti, akan dipaparkan sebagai berikut:

4.5.1 Ibu Chatrine Siswoyo

Berdasarkan data wawancara yang telah direduksi ini, peneliti akan

menyimpulkan data wawancara yang peneliti dapatkan melalui ibu Chatrine

Siswoyo. Beliau menyatakan bahwa perusahaan Philips itu pada dasarnya

dilahirkan sebagai sebuah perusahaan lampu dan Philips Indonesia memang

menyadari akan kurangnya awareness masyarakat atas produk dari sektor Consumer

Lifestyle dan Healthcare. Oleh karena perihal tersebut, PT. Philips Indonesia

mempunyai salah satu strategi berupa event yang dinamakan +Project, dimana

dalam program tersebut PT. Philips Indonesia mengajak masyarakat untuk

mengidentifikasikan challenges, dan juga oppurtunity dalam tiga tema. Tema

tersebut dikaitkan kembali dengan ketiga bisnis sektor yaitu Lighting, Healthcare dan

Consumer Lifstyle. jadi mulai dari situ PT. Philips Indonesia berharap masyarakat

mulai mengerti bahwa Philips itu bukan hanya brand yang represent light bulb, juga

Healthcare dan Consumer Lifestyle.

Bila kesimpulan dari data wawancara dengan ibu Chatrine, dikaitkan dengan

beberapa kegiatan yang menjadi tolak ukur kegiatan marketing public relations. Apa

yang tengah dilakukan oleh public relations PT. Philips Indonesia ini merupakan

sebuah usaha melalui kegiatan events. Dimana events ini dirancang oleh perusahaan
108

Philips untuk memperkenalkan ketiga sektor Philips yang berbeda yaitu: sektor

Lighting, Consumer Lifestyle dan Healthcare. Dengan didukungnya hasi observasi

peneliti mengenai kegiatan tersebut, peneliti menemukan bahwa kegiatan tersebut

merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Philips untuk pertama kalinya secara

global.

4.5.2 Ibu Ella Viryananda

Berdasarkan data yang telah direduksi ini, peneliti akan menyimpulkan data

wawancara yang peneliti dapatkan melalui ibu Ella Viryananda. Beliau menyatakan

bahwa seorang Country Internet Manager mempunyai tugas untuk mengawasi dan

mengurusi semua digital access diperusahaan seperti website, Facebook, Twitter dan

Linkendin setiap media sosial ini mempunyai fungsi yang berbeda beda, dimana

sektor Lighting dan Consumer Lifestyle mempunyai account Facebook dan Twitter

tetapi Healthcare tidak mempunyai account tersebut, hal ini dikarenakan oleh target

audience yang berbeda antara ketiga sektor yang ada di Philips. Pada dasarnya

Facebook dan Twitter itu merupakan sebuah sarana untuk kegiata B2C yang

maksudnya adalah Business to Customer, sedangkan Linkendin itu lebih bersifat

B2B yang maksudnya adalah Business to Business, sehingga dengan target audience

dari Healthcare adalah bukan masyarakat umum maka media sosial Linkendin

merupakan sarana yang lebih sesuai dibandingkan dengan Lighting dan Consumer

Lifestyle yang berfokus kepada masyarakat umum dengan menggunakan Facebook

dan Twitter.

Country Internet Manager mempunyai peran yang penting dalam

menjalankan kegiatan PT. Philips Indonesia melalui media sosial. Seperti yang kita
109

ketahui, pada zaman sekarang media sosial merupakan sebuah media yang ampuh

untuk menyebarkan suatu informasi kepada masyarakat luas dan merupakan media

yang baik untuk menjangkau target audience. Oleh karena itu kegiatan marketing

public relations juga memerlukan dukungan dari kegiatan melalui media sosial,

untuk menyebarkan informasi mengenai suatu produk, maupun untuk melakukan

sebuah kegiatan yang berhubungan dengan media sosial. Seperti pada hasil observasi

peneliti mengenai kegiatan public relations melalui media massa, adalah dengan

mengadakan kompetisi untuk menulis di Blog mengenai salah satu kegiatan +Project

yang bernama Spot it Your Self dan mencari para blogger yang berkompeten untuk

mereview produk Philips dari sektor Consumer Lifestyle yang berupa, Aqua Touch.

4.5.3 Ibu Maria Simanjuntak

Berdasarkan hasil wawancara yang telah direduksi ini, peneliti akan

menyimpulkan data wawancara yang peneliti dapatkan melalui ibu Maria

Simanjuntak. Beliau menyatakan bahwa ia setuju jika pernyataan tersebut

dinyatakan untuk lima tahun yang lalu, tetapi ia tidak setuju jika pernyataan itu

dinyatakan akhir – akhir ini ketika orang mendengar brand Philips, mereka juga

akan mengingat yang namanya blender dan setrika. Selain itu kedua produk tersebut

juga mendapatkan TOP brand Award untuk kedua kategori tersebut. Pada Q1

Consumer Lifestyle tidak mencapai target. Ibu maria menyatakan bahwa ada

masalah-masalah internal yang tidak dapat dia utarakan kepada saya, tetapi yang

jelas masalah tersebut adalah masalah internal yaitu masalah dengan distributor

sehingga dengan permasalahan internal tersebut kegiatan public relations juga

menjadi terhambat. Beliau juga menyatakan bahwa pada dasarnya anggaran dana
110

pada sektor Consumer Lifestyle tidak sebesar anggaran dana pada sektor Lighting,

yang dapat mengadakan berbagai jenis kegiatan event, pemasangan iklan di media

massa dan sektors Consumer Lifestyle tidak berhasil mencapai target publisitas.

Oleh karena itu sektor Consumer Lifestyle mempunyai berbagai keterbatasan.

Berdasarkan hasil observasi peneliti terhadap kegiatan publisitas. Pada dasarnya

kegiatan tersebut memang kurang dilakukan oleh berdasarkan data perusahaan yang

peneliti dapatkan melalui data sekunder. sehingga dengan kondisi seperti ini, peran

dari marketing public relations, sangat dibutuhkan untuk melakukan kegiatannya

yang dapat menekan anggaran dana yang perlu dikeluarkan oleh sektor Consumer

Lifestyle serta dapat meningkatkan awareness masyarakat berdasarkan tingkat

kredibilitas pesan yang disampaikan oleh public relations, bila dibandingkan dengan

Marketing yang membuat pesan untuk khalayak luas.

4.5.4 Bapak Teguh Purwanto

Berdasarkan hasil wawancara yang telah direduksi ini, peneliti akan

menyimpulkan data wawancara yang peneliti dapatkan melalui Bapak Teguh

Purwanto. Beliau menyatakan bahwa, ia setuju kalau memang brand dari Philips itu

lebih dikenal oleh masyrakat sebagai brand untuk produk Lighting daripada brand

untuk produk Healthcare atau Consumer Lifestyle. Pada tahun lalu Healthcare

mencapai 40% dari seluruh penghasilan Philips secara world wide, akan tetapi di

Indonesia memang bagaimanapun juga majority dari bisnis itu adalah Lighting

sehingga persepsi masyarakat atas brand Philips adalah produk Lighting. Bapak

Teguh Purwanto mengatakan bahwa +Project merupakan event pertama public

relations yang melibatkan masyarakat dengan mengajak mereka untuk memberikan


111

effort, kontribusi dan ide untuk mewujudkan kreatifitas mereka. Acara ini

merupakan strategi yang digunakan oleh public relations Philips secara World Wide

untuk memperkenalkan ketiga sektor Philips. Menurut Bapak teguh, kunci untuk

sukses antara public relations dengan sektor Healthcare adalah banyak melakukan

strategic planning dan adanya continuous feedback antara sektor Healthcare dan

public relations. pernyataan dari bapak teguh tersebut menandakan bahwa public

relations dan sektor Healthcare perlu melakukan komunikasi yang lebih intensif,

sehingga berbagai pesan, kegiatan, rencana dan strategi dapat dijalankan serta

dikomunikasikan dengan baik oleh public relations PT. Philips Indonesia kepada

masyarakat luas. Berdasarkan hasil observasi peneliti mengenai kegiatan marketing

public relations yang dilakukan pada sektor Healthcare. peneliti menemukan bahwa

+Project merupakan satu-satunya dam untuk pertama kalinya kegiatan yang

melibatkan sektor Healthcare. dimana pada kegiatan tersebut melahiran sebuah

event yang bernama Spot it Yourself, yang mengajak masyarakat untuk lebih aware

kepada penyakit kanker payudara. selain event utama yang berupa +Project, peneliti

jarang melihat kegiatan publisitas ataupun kegiatan dijalankan oleh public relations

kepada sektor Healthcare. dimana peneliti menjalankan masa internship dari tanggal

25 Februari sampai dengan 13 Juni 2013. Peneliti pernah melihat 1 kali kegiatan

press conference dan 1 kali kegiatan media tour yang dijalankan oleh public

relations. selain itu tidak ada lagi kegiatan marketing public relations yang

dilakukan untuk mendongkrak awareness masyarakat umum ataupun khusus yang

merupakan target audience dari sektor Healthcare tersebut.

Anda mungkin juga menyukai