Anda di halaman 1dari 8

A.

Tujuan Pratikum

Tujuan dilaksanakannya kegiatan Pratikum Farmakognosi adalah untuk menambah


pengetahuan dan pehaman mahasiswa mengenai mata kuliah farmakognosi yang diperoleh di
kelas. Pratikum ini disusun sedemekian rupa berdasarkan materi mata kuliah farmakognosi
agar terjadi kesinambungan antara kegiatan pratikum dan perkuliahan sehingga mampu
meningkatkan pemahaman mahasiswa. Tujuan pratikum ini adalah agar mahasiswa dapat
mengidentifikasi simplisia campuran yang diberikan untuk diamati secara maksroskopik dan
mikroskopik serta untuk mengetahui fragmen-fragmen khas yang ada pada simplisia-simplisia
tersebut yang nantinya dapat ditentukan kebenaran bahan apa saja yang ada di dalam simplisia
campuran tersebut.

Kegiatan pratikum farmakognosi antara lain membuat simplisia tanaman / tumbuhan


(haksel/rajangan dan serbuk), karakterisasi simplisia secara makroskopik, mikroskopik dan
mengidentifikasi simplisia nabati. Identifikasi diantaranya dapat dilakukan terhadap simplisia
baik dalam keadaan tunggal maupun campuran dari bahan utuh/ rajangan ataupun serbuk.

Pemeriksaan mutu simplisia umumnya diawali dari proses penyimpanan simplisia, untuk
memeriksa mutu simplisia sudah ada pedoman resmi dari Dapartemen Kesehatan RI yaitu
monografi-monografi yang tertera dalam Farmakope Indonesia (FI), Ekstrak Farmakope
Indonesia (EFI), dan Materia Medika Indonesia (MMI). Pengujian mutu simplisia meliputi
pemeriksaan:
A. Organoleptis
B. Kebenaran jenis simplisia, yang dapat ditentukan secara
1. Makroskopik dan mikroskopik
2. Kimia, yaitu identifikasi kompenen kimia dominan dalam simplisia secara kualitatif
dan kuantitatif.
C. Kadar air dan susut pengeringan dengan metode resmi yang berlaku atau metode lain yang
sesuai
D. Senyawa yang larut dalam etanol air, batas bahan organik asing dan kadar abu.
E. Pemeriksaan aktivitas farmakologi
F. Untuk simplisia asal kultur jaringan dilakukan pemeriksaan cemaran pestisida (apabila
diperlukan).

Metode mikroskopik merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui
ada tidaknya pemalsuan simplisia, namun terbatas pada segi kualitatif saja. Untuk maksud ini,
penganalisis harus memahami betul secara ciri khas dari setiap simplisia secara mikroskopi.

Pertelaan atau deskripsi yang diperlukan dalam mendeskripsikan suatu simplisia meliputi
tumbuhan dan tanaman asal, suku atau familia, bentuk sediaan dan pertelaan secara
organoleptis, ciri khas (bila ada), ukuran bila perlu, serta gambar dari contoh simplisia yang
dideskrisikan.
B. Dasar Teori

1.) Pengertian Simplisia

Simplisia terbagi atas 3, yaitu :


 Simplisia Nabati
Simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman,
atau gabungan ketiganya. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan
keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya,
berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya dengan cara tertentu
dipisahkan, diisolasi dari tanamannya. (Gunawan, 2004)
 Simplisia Hewan
Simplisia berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan
dan belum berupa bahan kimia mumi (minyak ikan / Oleum iecoris asselli,
dan madu / Mel depuratum). (Gunawan, 2004)
 Simplisia Mineral
Simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah
diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia murni (serbuk
seng dan serbuk tembaga). (Gunawan, 2004).

Dalam hal simplisia sebagai bahan baku (awal) dan produk siap dikonsumsi
langsung, dapat dipertimbangkan tiga konsep untuk menyusun parameter
standar mutu simplisia yaitu sebagai berikut (Dirjen POM, 1989):
1. Bahwa simplisia sebagai bahan kefarmasian seharusnya mempunyai tiga
parameter mutu umum suatu bahan (material), yaitu kebenaran jenis
(identifikasi), kemurnian (bebas dari kontaminasi kimia dan
biologis), serta aturan penstabilan (wadah, penyimpanan dan
transportasi).
2. Bahwa simplisia sebagai bahan dan produk konsumsi manusia sebagai
obat tetap diupayakan memiliki tiga paradigma seperti produk kefarmasian
lainnya, yaitu Quality-Safety-Efficacy (mutu-aman-manfaat).
3. Bahwa simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia yang
bertanggung jawab terhadap respons biologis untuk mempunyai
spesifikasi kimia, yaitu informasi komposisi (jenis dan kadar) senyawa
kandungan.

Untuk mengetahui kebenaran dan mutu obat tradisional termasuk


simplisia, maka dilakukan analisis yang meliputi analisis kuantitatif dan
kualitatif. Analisis kuantitatif terdiri atas pengujian organoleptik,
pengujian makroskopik, pengujian dan pengujian mikroskopik.
a. Uji Organoleptik, meliputi pemeriksaan warna, baud an rasa dari bahan.
b. Uji Makroskopik, meliputi pemeriksaan cirri-ciri bentuk luar yang
spesifik dari bahan (morfologi) maupun ciri-ciri spesifik dari bentuk
anatominya.
c. Uji fisika dan kimiawi, meliputi tetapan fisika (indeks bias, titik lebur,
dan kelarutan) serta reaksi-reaksi identifikasi kimiawi seperti reaksi
warna dan pengendapan.
d. Uji biologi, meliputi penetapan angka kuman, pencemaran, dan
percobaan terhadapa binatang. (Gunawan, 2004).
2.) Tahap Pembuatan Simplisia
Cara pembuatan simplisia adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan/Panen:
a. Tekhnik pengumpulan
Pengumpulan/panen dapat dilakukan dengan tangan atau menggunakan
alat (mesin). Apabila pengambilan dilakukan secara langsung (pemetikan)
maka harus memperhatikan keterampilan si pemetik, misalnya
dikehendaki daun yang muda, maka daun yang tua jangan dipetik dan
jangan merusak bagian tanaman lainnya. (Winda, 2013)

b. Waktu pengumpulan atau panen


Kadar kandungan zat aktif suatu simplisia dilakukan oleh waktu panen,
umur tanaman, bagian yang diambil dan lingkungan tempat tumbuhnya,
sehingga diperlukan satu waktu pengumpulan yang tepat yaitu pada saat
kandungan zat aktifnya mencapai jumlah maksimal.
Pada umumnya waktu pengumpulan sebagai berikut :
 Daun dikumpulkan sewaktu tanaman berbunga dan sebelum buah
menjadi masak.
 Bunga dikumpulkan sebelum atau segera setelah mekar.
 Buah dipetik dalam keadaan tua, kecuali buah mengkudu dipetik
sebelum buah masak.
 Biji dikumpulkan dari buah yang masak sempurna.
 Akar, rimpang (rhizoma), umbi (tuber), dan umbi lapis (bulbus)
dikumpulkan sewaktu proses pertumbuhannya berhenti.
(Winda, 2013)
c. Bagian tanaman
Adapun cara pengambilan simplisia/bagian tanaman adalah :
1. Kulit batang/klika (cortex) diambil dari batang utama dan cabang,
dikelupas dengan ukuran panjang dan lebar tertentu.
 Kadar air simplisia ≤ 10%
2. Batang (caulis) diambil dari cabang utama sampai leher akar,
dipotong-potong dengan panjang dan diameter tertentu.
 Kadar air simplisia ≤ 10%
3. Kayu (lignum) diambil dari batang atau cabang, kelupas kulitnya
dan dipotong-potong kecil.
 Kadar air simplisia ≤ 10%
4. Daun (folium) diambil daun tua daun kelima dari pucuk. Daun
muda dipetik satu persatu secara manual.
 Kadar air simplisia ≤ 5%
5. Bunga (flos) dapat berupa kuncup atau mahkota bunga atau daun
bunga, dapat dipetik langsung dengan tangan.
 Kadar air simplisia ≤ 5%
6. Akar (radix) diambil bagian yang berada dibawah permukaan
tanah dipotong-potong dengan ukuran tertentu.
 Kadar air simplisia ≤ 10%
7. Rimpang (rhizoma). Tanaman dicabut, rimpang diambil dan
dibersihkan dari akar, dipotong melintang dengan ketebalan
tertentu.
 Kadar air simplisia ≤ 8%
8. Buah (fructus) dapat berupa buah yang masak, matang, atau buah
muda, dipetik dengan tangan.
 Kadar air simplisia ≤ 8%
9. Biji (semen). Buah yang dipetik dikupas kulitnya menggunakan
tangan atau alat, biji dikumpulkan dan dicuci.
 Kadar air simplisia ≤ 10%
10. Herba atau bagian tanaman yang berada diatas tanah diambil dan
dibersihkan.
11. Kulit buah seperti biji, kulit buah dikumpulkan dan dicuci.
 Kadar air simplisia ≤ 8%
12. Bulbus adalah tanaman dicabut, bulbus dipisahkan dari daun dan
akar dengan memotongnya, kemudia dicuci.
 Kadar air simplisia ≤ 8%
(Winda, 2013)
2. Pasca panen
a. Sortasi basah dan pencucian
Sortasi basah dan pencucian dimaksudkan untuk membersihkan tanaman
dari benda-benda asing dari luar (tanah, batu, dan sebagainya) dan
memisahkan bagian tanaman yang tidak dikehendaki. Pencuciaan terutama
dilakukan bagi simplisia utamanya bagian tanaman yang berada di bawah
tanah, untuk membersihkan simplisia dari sisa-sisa tanah yang melekatat.
(Winda, 2013)
b. Perajangan
Perajangan dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan dan
perwadahan. Setelah dicuci dan dibersihkan dari kotoran dan benda-benda
asing, materi dijemur dulu kurang lebih 1 hari kemudian dipotong-potong
kecil dengan ukuran antara 0,25-0,6 cm yang setara dengan ayakan 4/18.
Pembuatan serbuk simplisia kecuali dinyatakan lain, seluruh simplisia
harus dihaluskan menjadi serbuk (4/18). (Winda, 2013)
c. Pengeringan
Pengeringan simplisia bisa dilakukan dengan cara diangin-anginkan di
atas koran pada suhu tertentu (misalnya daun, buah, biji, bunga, kulit
batang, rimpang) ataupun dikeringkan dibawah sinar matahari dengan
menggunakan kain hitam (misalnya pada akar, batang, dan kayu). Jika
dikeringkan pada ada suhu kamar berkisar 15-300C, pada suhu sejuk
berkisar 5-150C, pada suhu dingin 0-50C. Menurut Dirjen POM (1985),
ada dua pengeringan alami: Dengan panas dari cahaya matahari langsung
dan dengan cara dianginkan dan tidak kena cahaya matahari langsung.

- Tujuan pengeringan pada tanaman:


 Untuk mendapatkan simplisia yang awet, tidak rusak dan dapat
digunakan dalam jangka waktu yang relatif lama.
 Mengurangi kadar air, sehingga mencegah pertumbuhan
mikroorganisme seperti terjadinya pembusukan oleh jamur atau
bakteri karna terhentinya proses enzimatik dalam jaringan
tumbuhan yang selnya telah mati. Agar reaksi enzimatik tidak
dapat berlangsung, kadar air yang dianjurkan adalah kurang dari
10%.
 Mudah dalam penyimpanan dan dihaluskan bila dibuat serbuk.
(Winda, 2013)

d. Sortasi kering

Sortasi kering dilakukan sebelum perwadahan yang bertujuan memisahkan


sisa-sisa benda asing atau bagian tanaman yang tidak dikehendaki pada
saat sortasi basah. Pemilihan dilakukan terhadap bahan-bahan yang terlalu
gosong, bahan yang rusak akibat terlindas roda kendaraan (misalnya
dikeringkan ditepi jalan raya). (Winda, 2013)

e. Pengemasan dan penyimpanan simplisia

Cara pengemesan simplisia tergantung pada jenis simplisia dan tujuan


penggunaan pengemasan. Bahan dan bentuk pengemasannya harus sesuai,
dapat melindungi dari kemungkinan kerusakan simplisia dan dengan
memperhatikan segi pemanfaatan ruang untuk keperluan pengangkutan
maupun penyimpanannya.

Wadah harus bersifat tidak beracun dan tidak bereaksi (inert)


dengan isinya sehingga tidak menyebabkan terjadinya reaksi serta
penyimpangan rasa, warna, bau dan sebagainya pada simplisia. Selain itu
wadah harus melindungi simplisia dari cemaran mikroba, kotoran,
serangga serta mempertahankan senyawa aktif yang mudah menguap atau
mencegah pengaruh sinar, masuknya uap air dan gas-gas lainnya yang
dapat menurunkan mutu simplisia. Untuk simplisia yang tidak tahan
terhadap sinar, misalnya yang banyak mengandung vitamin, pigmen atau
minyak, diperlukan wadah yang melindungi simplisa terhadap cahaya,
misalnya aluminium foil, plastik atau botol yang berwarna gelap, kaleng
dan lain sebagainya. Simplisia yang berasal dari akar, rimpang, umbi, kulit
akar, kulit batang, kayu, daun, herba, buah, biji dan bunga sebaiknya
dikemas pada karung plastik.

Selama penyimpanan kemungkinan bisa terjadi kerusakan pada


simplisia, kerusakan tersebut dapat mengakibatkan kemunduran mutu,
sehingga simplisia yang bersangkutan tidak lagi memenuhi persyaratan.
Oleh karena itu, pada penyimpanan simplisia perlu diperhatikan hal yang
dapat menyebabkan kerusakan pada simplisia, yaitu cara pengepakan,
pembungkusan dan pewadahan, persyaratan gudang simplisia, cara sortasi
dan pemeriksaan mutu serta cara pengawetannya. Penyebab utama pada
kerusakan simplisia yang utama adalah air dan kelembaban. Untuk dapat
disimpan dalam waktu lama, simplisia harus dikeringkan terlebih dahulu
sampai kering, sehingga kandungan airnya tidak lagi dapat menyebabkan
kerusakan pada simplisia.

Cara menyimpan simplisia dalam wadah yang kurang sesuai


memungkinkan terjadinya kerusakan pada simplisia karena dimakan kutu
atau ngengat yang temasuk golongan hewan serangga atau insekta.
Berbagai jenis serangga yang dapat menimbulkan kerusakan pada hampir
semua jenis simplisia yang berasal dari tumbuhan dan hewan, biasanya
jenis serangga tertentu merusak jenis simplisia tertentu pula. Kerusakan
pada penyimpanan simplisia yang perlu mendapatkan perhatian juga ialah
kerusakan yang ditimbulkan oleh hewan pengerat seperti tikus.

Anda mungkin juga menyukai