Psikologi Perkembangan Perkembangan Masa

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 17

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

PERKEMBANGAN MASA DEWASA

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Perkembangan
Semester Genap Jurusan Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Oleh :
Nurul Istiqomah
1511505338

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
Mei 2016
MASA DEWASA AWAL

Menurut Hurlock, masa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun sampai kira – kira
umur 40 tahun. Saat perubahan – perubahan fisik dan psikologis yang menyertai
berkurangnya kemampuan reproduktif. Pembagian usia tidak mutlak dan ketat. Pembagian ini
hanya menunjukkan umur rata – rata pria dan wanita mulai menunjukkan perubahan dalam
penampilan, minat, sikap, dan perilaku yang terkena tekanan – tekanan lingkungan tertentu
dalam kebudayaan akan menimbulkan masalah – masalah penyesuaian diri yang harus
dihadapi orang dewasa.
“Usia yang tepat saat perubahan – perubahan itu terjadi adalah prosuk dari
kepribadian gaya hidup dan sub – budaya total seorang individu” – Gould
Ciri – ciri masa dewasa awal sebagai berikut :
1. Masadewasa awal sebagai “Masa Pengaturan”
2. Masa dewasa awal sebagai “Usia Reproduktif”
3. Masa dewasa awal sebagai “Masa Bermasalah”
4. Masa dewasa awal sebagai “Masa Ketegangan Emosional”
5. Masa dewasa awal sebagai “Masa Keterasingan Sosial”
6. Masa dewasa awal sebagai “Masa Komitmen”
7. Masa dewasa awal sebagai “Masa Ketergantungan”
8. Masa dewasa awal sebagai “Masa Perubahan Nilai”
9. Masa dewasa awal sebagai “Masa Penyesuaian Diri dengan Cara Hidup Baru”
10. Masa dewasa awal sebagai “Masa Kreatif”

I. Perkembangan Keribadian– Jung pada Masa Dewasa Awal


Pemuda berjuang untuk mandirisecara fisik dan psikis dari orangtuanya;
menemukan pasangan,membina rumah tangga, dantempat tinggal. Tahap ini ditandai oleh
meningkatnya kegiatan,kematangan seksual, tumbuh-kembangnya kesadaran,
danpemahaman bahwa era bebas masalahdari kehidupan anak-anak sudahhilang. Kesulitan
utama yang dihadapipemuda adalah bagaimana melupakanhidup dengan kesadaran yang
sempitpada masa anak-anak. Kecenderunganuntuk hidup seperti anak-anak danmenolak
menghadapi kelumpuhanpribadi pada separo kehidupannyayang akan datang,
mengalamihambatan usaha mencapai realisasidiri, tidak mampu menciptakan tujuanbaru,
dan tidak bisa mencari maknabaru dalam kehidupan. “kelahiranjiwa” terjadi pada awal
pubertas,mengikuti terjadinya perubahan-perubahan fisik dan ledakanseksualitas. Tahap ini
ditandai olehperbedaan perlakuan orang tua, dariperlakukan kepada anak-anak
menjadiperlakuan kepada orang dewasa. Tiba-tiba kepribadian harus banyakmembuat
keputusan dan menyesuaikandiri dengan kehidupan sosial.
Jikapemuda disiapkan secara baik,perubahan dari aktivitas anak-anakmenjadi
aktivitas vokasional akanberlangsung lancar. Jika pemudaterikat dengan ilusi anak-anak,
ataumengembangkan harapan yang tidakrealistik, dia akan menghadapimasalah yang luar
biasa besar.Misalnya pemuda yang bercita-citamenjadi pilot, ternyata ketajamanmatanya
tidak memenuhi syarat,kalau dia tidak segera menggesertujuannya (berarti dia terikat
ilusimasa kecilnya), dia mungkin akanmengalami distres.
Tidak semuamasalah tahap kedua ini datang dariluar, seperti pilihan pekerjaan
tadi.Kesulitan bisa datang dari dalam,misalnya yang disebabkan oleh instingseksual, atau
terlalu peka, atauperasaan tidak aman. Di dalam lubuk jiwa seseorang, dia mungkin
ingintetap menjadi anak, tetap beradadalam tahap dimana tidak adamasalah nyata dan tidak
adatanggung jawab. Namun tugas dariusia perkembangan tahap kedua iniyang lebih
penting adalah menanganimasalah yang datang dari luar. Orangharus mampu membuat
keputusan,mengatasi hambatan, dan memperolehkepuasan bagi dirinya sendiri dan
bagiorang lain.

II. Transisi Keluarga pada Masa Dewasa Awal


Pada masa ini mereka akan menindaklanjuti hubungan dengan pacarnya untuk segera
menikah agar dapat membentuk dan memelihara kehidupan rumah tangga yang baru, yakni
terpisah dari orang tuanya. Di dalam kehidupan rumah tangga yang baru inilah, masing –
masing pihak memiliki peran ganda yakni sebagai individu yang bekerja di lembaga
pekerjaan ataupun sebagai ayah atau ibu bagi anak – anaknya.
Seorang laki – laki sebagai kepala rumah tangga sedangkan wanita sebagai ibu rumah
tangga. Tanpa meninggalkan tugas karis tempat mereka bekerja. Namun, tidak sedikit
seorang wanita yang yang memilih meninggalkan karirnya untuk menekuni sebagai tugas –
tugas ibu rumah tangga.
Sebagai anggota masyarakat, mereka mulai terlibat dalam kegiatan – kegiatana social
di lingkungannya, seperti kerja bakti atau anggota PKK.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Terhadap Pasangan
Konsep Pasangan Ideal
Semakin seseorang tidak mampu menyesuaikan diri terhadap realita, semakin sulit pula
penyesuaian yang dilakukan terhadap pasangan.

Pemenuhan Kebutuhan
Apabila orang dewasa perlu pengenalan, pertimbangan prestasi, dan status social agar
bahagia, pasangan harus membantu pasangan lainnya untuk memenuhi kebutuhan
tersebut.

Kesamauan Latar Belakang


Semakin sama latar belakang suami istri, semakin mudah pula untuk melakukan
penyesuaian terhadap keduanya.

Minat dan Kepentingan Bersama


Kepentingan yang saling bersamaan tentang suatu hal, cenderung membawa penyesuaian
yang baik.

Keserupaan Nilai
Pasangan yang memiliki nilai serupa lebih mudah melakukan menyesuaikan. Barangkali
kesamaan latar belakang turut berpengaruh pada hal ini.

Konsep Peran
Setiap lawan pasangan mengharapkan pasangan yang lainnya dapat memainkan perannya
dalam berumah tangga. Apabila hal ini tidak terpenuhi, maka akan memicu terjadinya
konflik.
Perubahan dalamz Pola Hidup
Mengorganisasika pola kehidupan, mengubah persahabatan – persahabatan, kegiatan
social, serta mengubah persyaratan pekerjaan.

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri dengan Pihak Keluarga


Stereotipe Tradisional
Stereotipe tentang “ibu mertua yang representatif” dapat menimbulkan perangkat mental
yang tidak menyenangkan bahkan sebelum pernikahan.

Keinginan untuk Mandiri


Orang yang menikah muda cenderung menolak berbagai saran dan petunjuk dari orang
tua mereka, walaupun mereka menerima bantuan keuangan.

Keluargaisme
Penyesuaian dalam perkawinan akan lebih sulit ketika salah satu pasangan menggunakan
lebih banyak waktunya terhadap keluarganya daripada yang sebenarnya mereka ingin
berikan.

Mobilitas Sosial
Orang dewasa awal yang meningkat status sosialnya di atas anggota keluarga atau di atas
keluarga pasangan membuat banyak orang tua dan anggota keluarganya sering
bermusuhan dengan pasangan muda.

III. Perkembangan Fisik pada Masa Dewasa Awal


Di masa dewasa awal, kita tidak hanya
meraih puncak performa fisik, di masa ini
performa fisik kita juga mulai menurun,
Perkembangan dan Performa Fisik
kesehatan dan kekuatan otot biasanya mulai
memperlihatkan tanda-tanda penurunan di
usia sekitar 30.
Ketika beranjak dewasa dan masa dewasa
awal, beberapa individu berhenti
Kesehatan memikirkan bagaimana gaya hidup akan
mempengaruhi kesehatan mereka nantinya
ketika dewasa.
Berat badan berlebih atau obesitas juga
berhubungan dengan masalah kesehatan
mental, studi terbaru mengungkapkan
Pola Makan dan Berat Tubuh bahwa wanita yang kelebihan berat badan
lebih besar kemungkinannya untuk
menderita depresi dibanding wanita dengan
berat badan normal.
Masa beranjak dewasa adalah kerangka
waktu di mana kebanyakan individu aktif
secara seksual dan belum menikah.Orientasi
seksual individu (homoseksual,
Seksualitas
heteroseksual, atau biseksual), paling
dipengaruhi oleh kombinasi antara faktor
genetik, hormonal, kognitif, dan
lingkungan.

IV. Perkembangan Kognitif pada Masa Dewasa Awal


Menurut Piaget, berpikir formal operasional, yang dimulai dari usia 11-15 tahun,
adalah tahap kognitif yang terakhir. Meskipun jika dilihat dari segi kuantitas jumlah
pengetahuan orang dewasa lebih besar dibandingkan remaja, secara kualitatif tahap.
perkembangan kognitif orang dewasa tidak berbeda dari remaja.
Piaget juga berpendapat bahwa penambahan pengetahuan pada orang dewasa
secara khusus terjadi dalam bidang-bidang tertentu.
Beberapa ahli perkembangan berpendapat bahwa banyak individu yang baru akan
mengkonsolidasikan pemikiran operasional formalnya ketika memasuki masa dewasa,
di masa remaja mereka memang mulai mampu menyusun rencana dan hipotesis, namun
di masa dewasa muda,mereka menjadi lebih sistematis dan terampil.
Menurut para ahli perkembangan, ketika
seorang individu pada masa dewasa awal
mulai memasuki dunia kerja, cara berpikir
mereka pun berubah, mereka mulai
menghadapi paksaan realitas yang
Berpikir Realistis dan Pragmatis
disebabkan oleh pekerjaan, idealisme
mereka menurun. Perspektif lain
mengatakan, orang dewasa cenderung
tidak mencapai cara berpikir ilmiah yang
terdapat pada tahap operasional formal.
Aspek penting perkembangan kognitif
pada individu yang beranjak dewasa,
menentukan pandangan khususnya
Pemikiran Reflektif dan Relativistik mengenai dunia, mengenali bahwa
pandangan dunia bersifat subjektif, dan
memahami perlunya mengetahui berbagai
pandangan dunia yang berbeda-beda.
Pemikiran postformal melibatkan
pemahaman bahwa jawaban yang benar
terhadap sebuah persoalan menuntut
pemikiran reflektif dan dapat bervariasi
dari situasi yang satu ke situasi yang lain;
serta bahwa pencarian kebenaran
Tahap Postformal
seringkali merupakan proses yang
berlangsung terus menerus dan tidak
pernah selesai, mereka dapat memahami
bahwa solusi terbaik yang diterapkan di
pekerjaan tidak selalu juga merupakan
solusi terbaik di rumah.
MASA DEWASA MADYA

Pada umumnya usia dewasa madya atau usia setengah baya dipandang sebagai usia
antara 40 tahun – 60 tahun. Pada akhirnya, masa ini ditandai oleh perubahan fisik dan mental.
Pada usia 60 tahun seringkali seseorang mengalami penurunan fisik disertai dengan
penurunan daya ingat. Usia madya merupakan periode yang panjang dalam rentang kehidupan
manusia, membuatnya seringkali dibagi lagi menjadi sub bagian yaitu usia madya dini (40 –
50 tahun) dan usia madya lanjut (50 – 60 tahun).
Karakteristik usia madya, sebagai berikut :
1. Usia madya adalah periode yang sangat ditakuti
2. Usia madya adalah masa transisi
3. Usia madya adalah masa stress
4. Usia madya adalah usia yang paling berbahaya
5. Usia madya adalah usia canggung
6. Usia madya adalah masa berprestasi
7. Usia madya adalah masa evaluasi
8. Usia madya adalah masa sepi
9. Usia madya adalah masa jenuh

I. Perkembangan Keribadian – Jung pada Masa Dewasa Madya


Puncak perkembangan sudah lewat, tetapi periode ini justru ditandai dengan
aktualisasi potensi yang sangat bervariasi. Pada usia ini orang yang ingin tetap memakai
nilai- nilai sosial dan moral usia pemuda, menjadi kaku dan fanatik dalam
mempertahankan postur dan kelenturan fisiknya, mereka mungkin berjuang habis-
habisan untuk mempertahankan tampang dan gaya hidup masa mudanya.
Menurut Jung, kebanyakan orang tidak siap melangkah menuju usia pertengahan,
orang berada di usia pertengahan dengan menganggap nilai-nilai mudanya masih bisa
berlaku sampai sekarang. Sesuatu yang mustahil karena orang tidak dapat hidup di masa
pertengahan dengan aturan anak-anak, apa yang bagus pada masa anak-anak menjadi
buruk pada masa pertengahan, apa yang dulu dianggap benar kini menjadi penipuan.
Menurut Jung, tahap ini ditandai dengan munculnya kebutuhan nilai spiritual,
kebutuhan yang selalu menjadi bagian dari jiwa, tetapi pada usia muda dikesampingkan
karena pada usia itu orang lebih tertarik dengan nilai materialistik. Pada usia
pertengahan orang sudah berhasil menyesuaikan diri dengan lingkungan, memiliki
pekerjaan mantap, kawin, punya anak, ikut serta dalam kegiatan sosial. Tiba-tiba
mereka menemukan dirinya kehilangan tidak tahu makna dan tujuan hidupnya sendiri.
Mereka tidak lagi berminat kepribadiannya menjadi kosong. Mereka membutuhkan
nilai-nilai baru yang dapat memperluas pandangan hidup yang materialistik.
Usia pertengahan adalah usia realisasi diri. Mereka ingin memahami makna
kehidupan dirinya, ingin memahami kehidupan di dalam diri mereka sendiri.

II. Transisi Keluarga pada Masa Dewasa Awal


Seperti diungkapkan Cavan “Perubahan yang p;aling besar adalah penarikan diri
dari….. anak – anak dari keluarga, meningglakan bapak dan ibunya dari unit keluarga.”
 Penyesuaian terhadap perubahan peran
Perubahan peran yang perlu dolakukan pada periode sarang kosong adalah lebih
banyak mempengaruhi wanita daripada pria. Menurut kepercayaan tradisional masa
sarang kosong merupakan periode traumatic dan kehidupan yang tidak
menyenangkanbagi wanita tertentu dan pria tertentu dan pengaruhnya pun relative
kecil.

 Penyesuaian diri dengan pasangan


Dengan berakhirnya tanggung jawab sebagai orang tua, suami istri menjadi saling
bergantung satu sama lain. Berhasil tidaknya pola suatu hubungan bergantung pada
seberapa baik penyesuaian yang mereka lakukan saat peranan mereka saat menjadi
orang tua dianggap lebih penting daripada status suami istri.

 Penyesuaian seksual
Kepuasan seksual bagi pria dan wanita bertambah besar, apabila pada saat suami
istri melakukan hubunga seksual dapat diselesaikan dengan sempurna oleh kedua
belah pihak. Tetapi menurut laporan bahwa wanita pada usia madya dapat lebih
menikmati coitus tanpa orgasme daripada yang pernah mereka rasakan selama awal
tahun perkiwanan. Di lain pihak , pria harus dapat menyesuaikan tindakan
seksualnya agar puas.

 Penyesuaian terhadap pihak keluarga pasangan


Orang usia madya yang memikul beban merawat orang tua sering terhalang untuk
mengembangkan minat baru dan tidak punya kesempatan untuk terlibat dalam
kegiatan social luar rumah. Sementara merawat orang tua berusia lanjut dapat
membantu untuk mengisi jurang yang diciptakan apabila anak – anak telah
meninggalkan rumah, kepuasan yang timbul dari kebersamaan hidup mungkin jauh
dari cukup dan mungkin semakin memperdalam rasa kesepian orang tua.

 Penyesuaian diri dengan masa kakek/nenek.


Kakek atau nenek sebagai kelompok yang memegang peranan kurang penting
dalam kehidupan anak – anak dan cucu – cucunya ketimbang yang pernah mereka
lakukan pada masa sebelumnya. Karena kakek dan nenek sekarang memiliki hanya
sedikit waktu untuk berhubungan dengan cucunya. Maka cucu – cucunya kurang
dipengaruhi oleh nenek dan kakek bila dibandingkan dengan generasi sebelumnya.

III. Perkembangan Fisik pada Masa Dewasa Madya


Perubahan Fisik
Berat badan bertambah
Selama usia madya lemak mengumpul terutama di sekitar perut dan paha.

Berkurangnya rambut dan uban


Rambut pada pria yang berusia madya mulai jarang, menipis, dan terjadi kebotakan
pada bagian atas kepala. Rambut wanita semakin tipis dan rambut diatas bibir dan dagu
bertambah banyak.
Perubahan pada kulit
Kulit pada wajah, leher, lengan, dan tangan menjadi lebih kering dan keriput. Kulit di
bagian bawah mata mengembung seperti kantong dan lingkaran hitam di area ini
menjadi lebih jelas dan permanen.
Tubuh menjadi gemuk
Bahu seringkali berbentuk bulat, dan terjadi penggemukan seluruh tubuh yang membuat
perut terlihat lebih menonjol, sehingga seseorang menjadi lebih pendek.

Perubahan otot
Umumnya otot orang berusia madya menjadi sangat lembek dan mengendur di sekitar
dagu, pada lengan atas, dan perut.

Masalah persendian
Beberapa orang berusia madya memiliki permasalah dengan persendian di sekitar
tungkai dan lengan.

Perubahan pada gigi


Gigi menjadi lebih kuning dan harus sering diganti sebagian atau keseluruhan dengan
gigi palsu.

Perubahan pada mata


Mata terlihat kurang bersinar daripada saat masih muda dan cenderung mengeluarkan
kotoran mata yang cenderung menumpuk di sudut mata.

IV. Perkembangan Kognitif pada Masa Dewasa Madya


Menurut Piaget, masa dewasa madya termasuk dalam tahap operasional
formal.Pada tahap ini perkembangan intelektual dewasa sudah mencapai titik akhir puncaknya
yang sama dengan perkembangan tahap sebelumnya (tahap pemuda). Semua hal yang
berikutnya sebenarnya merupakan perluasan, penerapan, dan penghalusan dari pola pemikiran
ini. Orang dewasa mampu memasuki dunia logis yang berlaku secara mutlak dan universal yaitu
dunia idealitas paling tinggi. Orang dewasa dalam menyelesaikan suatu masalah langsung
memasuki masalahnya. Ia mampu mencoba beberapa penyelesaian secara konkrit dan dapat
melihat akibat langsung dari usaha- usahanya guna menyelesaikan masalah tersebut. Orang
dewasa mampu menyadari keterbatasan baik yang ada pada dirinya (baik fisik maupun kognitif)
maupun yang berhubungan dengan realitas di lingkungan hidupnya.Orang dewasa dalam
menyelesaikan masalahnya juga memikirkannya terlebih dahulu secara teoritis. Ia menganalisis
masalahnya dengan penyelesaian berbagai hipotesis yang mungkin ada. Atas dasar analisanya
ini, orang dewasa lalu membuat suatu strategi penyelesaian secara verbal. Yang kemudian
mengajukan pendapat- pendapat tertentu yang sering disebut sebagai proporsi, kemudian
mencari sintesa dan relasi antara proporsi yang berbeda-beda tadi.
MASA DEWASA AKHIR

Masa dewasa lanjut usia merupakan masa lanjutan atau masa dewasa akhir (60 ke atas).
Perlu memperhatikan khusus bagi orangtuanya yang sudah menginjak lansia dan anaknya
yang butuh dukungan juga untuk menjadi seorang dewasa yang bertanggungjawab. Di
samping itu permasalahan dari diri sendiri dengan perubahan fisik, mulai tanda penuaan yang
cukup menyita perhatian. Saat individu memasuki dewasa akhir, mulai terlihat gejala
penurunan fisik dan psikologis, perkembangan intelektual dalam lambatnya gerak motorik,
pencarian makna hidup selanjutnya.
Karakteristik masa dewasa akhir, sebagai berikut :
1. Adanya periode penurunan atau kemunduran
2. Perbedaan individu dalam efek penuaan
3. Ada stereotip-stereotip mengenai usia lanjut
4. Sikap sosial terhadap usia lanjut. Kebanyakan masyarakat menganggap orang
berusia lanjut tidak begitu dibutuhkan karena energinya sudah melemah.
5. Mempunyai status kelompok minoritas.
6. Adanya perubahan peran.
7. Penyesuaian diri yang buruk
8. Ada keinginan untuk menjadi muda kembali.

I. Perkembangan Keribadian – Jung pada Masa Dewasa Akhir


Carl Jung mengatakan bahwa pada usia lanjut, pikiran tenggelam jauh di dalam
ketidaksadaran (Santrock, 2002: 250). Berdasarkan pendapat Jung ini, mungkin saja hal
ini yang membuat orang yang sudah tua mudah lupa, karena sulit untuk memanggilnya
kembali ke alam sadar. Hal ini mungkin saja disebabkan oleh sedikitnya kontak dengan
realitas, sehingga pikirannya terpendam dalam ketidaksadaran.
Menurutnya, usia tuamirip dengan usia anak-anak; padakedua tahap itu fungsi
jiwa sebagianbesar bekerja di tidak sadar. Padaanak-anak belum terbentuk pikirandan
kesadaran ego, sedang padaorang tua mereka berangsur-angsurtenggelam dalam
taksadar, danakhirnya hilang-masuk ke dalamnya.Jika pada awal kehidupan orang
takuthidup (nanti kerja apa, rumahnyadimana, dan seterusnya), pada usiatua hampir
pasti orang takut mati.Takut mati mungkin sesuatu yangnormal, namun menurut Jung
matiadalah tujuan hidup. Hidup hanyabenar-benar bermakna kalaukematian dipandang
sebagai tujuanhidup.

II. Transisi Keluarga pada Masa Dewasa Akhir


Sebagian besar hubungan lansia dengan anak jauh kurang memuaskan yang
disebabkan oleh berbagai macam hal. Penyebabnya antara lain : kurangnya rasa
memiliki kewajiban terhadap orang tua, jauhnya jarak tempat tinggal antara anak dan
orang tua. Lansia tidak akan merasa terasing jika antara lansia dengan anak memiliki
hubungan yang memuaskan sampai lansia tersebut berusia 50 sampai 55 tahun.
Orang tua usia lanjut yang perkawinannya bahagia dan tertarik pada dirinya
sendiri maka secara emosional lansia tersebut kurang tergantung pada anaknya dan
sebaliknya. Umumnya ketergantungan lansia pada anak dalam hal keuangan. Karena
lansia sudah tidak memiliki kemampuan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Anak-anaknya pun tidak semua dapat menerima permintaan atau tanggung jawab yang
harus mereka penuhi.
Perubahan-perubahan tersebut pada umumnya mengarah pada kemunduruan
kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya akan berpengaruh juga pada aktivitas ekonomi
dan sosial mereka. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada aktivitas kehidupan
sehari-hari.

III. Perkembangan Fisik pada Masa Dewasa Akhir


Sistem pernafasan pada lansia
Kapasitas pernafasan pada lansia akan menurun pada usia 20 hingga 80 tahun sekalipun
tanpa penyakit. Paru paru kehilangan elatisitasnya, dada menyusut, dan diafragma
melemah.

Perubahan Sistem persyarafan


- Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.
- Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.
- Mengecilnya syaraf panca indera.
- Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf pencium
& perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan
terhadap dingin.
- Otak dan sistem syaraf. Aspek yang signifikan dari proses penuaan mungkin
adalah bahwa neuron neuron itu tidak mengganti dirinya sendiri.
- Perubahan sensori fisik masa dewasa akhir melibatkan indera
penglihatan,pendengaran, perasa, pembau, dan indera peraba.

Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia


Ciri – ciri perubahan pada indra masa lansia salahsatunya sekresi saliva berkurang
mengakibatkan pengeringan rongga mulut. Papil-papil pada permukaan lidah
mengalami atrofi sehingga terjadi penurunan sensitivitas terhadap rasa terutama rasa
manis dan asin.

Perubahan cardiovaskuler
Tidak lama berselang terjadi penurunan jumlah darah yang dipompa oleh jantung
dengan seiringnya pertambahan usia sekalipun pada orang dewasa yang sehat.

IV. Perkembangan Kognitif pada Masa Dewasa Akhir


Issue mengenai penurunan intelektual selama tahun-tahun masa dewasa
merupakan suatu hal yang provokatif (Santrock, 2004). David Wechsler (1972), yang
mengembangkan skala inteligensi, menyimpulkan bahwa masa dewasa dicirikan dengan
penurunan intelektual, karena adanya proses penuaan yang dialami setiap orang.
Sementara, John Horn (1980) berpendapat bahwa beberapa kemampuan memang
menurun, sementara kemampuan lainnya tidak. Horn menyatakan bahwa kecerdasan
yang mengkristal (crystallized intelligence = yaitu sekumpulan informasi dan
kemampuan-kemampuan verbal yang dimiliki individu) meningkat, seiring dengan
peningkatan usia. Sedangkan kecerdasan yang mengalir (fluid intelligence = yaitu
kemampuan seseorang untuk berpikir abstrak) menurun secara pasti sejak masa dewasa
madya.
Dari banyak penelitian (Baltes, Smith & Staudinger, in press;; Dobson, dkk, 1993;
Salthouse,1992, 1993, in press; Salthouse & Coon, 1993; Sternbern & McGrane, 1993),
diterima secara luas bahwa kecepatan memproses informasi mengalami penurunan pada
masa dewasa akhir. Penelitian lain membuktikan bahwa orang-orang dewasa lanjut
kurang mampu mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan dalam ingatannya.
Kecepatan memproses informasi secara pelan-pelan memang akan mengalami
penurunan pada masa dewasa akhir, namun factor individual differences juga berperan
dalam hal ini :
Pendidikan
Fasilitas pendidikan, semakin tahun memang semakin meningkat, sehingga
generasi sekarang memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang
lebih baik daripada generasi sebelumnya. Pengalaman-pengalaman di dunia
pendidikan, ternyata berkorelasi positif dengan hasil skor pad tes-tes inteligensi
dan tugas-tugas pengolahan informasi (ingatan) (Verhaegen, Marcoen &
Goossens, 1993).
Pekerjaan
Searah dengan kemajuan teknologi biasanya orang-orang dewasa lanjut,
sesuai dengan kompetensi yang dimiliki, cenderung bekerja dengan jenis
pekerjaan yang belum mengarah ke orientasi kognitif, seperti generasi sesudahnya.
Hal ini mengakibatkan banyak tenaga dewasa lanjut yang “harus” tersingkir dari
dunia kerja karena tidak mampu lagi bersaing dengan generasi yang berikutnya.
Kesehatan
Tidak bisa dipungkiri bahwa fasilitas kesehatan sekarang ini jauh lebih baik
dibanding masa-masa sebelumnya, padahal dari hasil penelitian kondisi kesehatan
berkorelasi positif dengan kemampuan intelektual individu (Hultsch, Hammer &
Small, 1993). Seperti satu hasil penelitian yang menemukan bahwa hipertensi
ternyata berkorelasi dengan berkurangnya performance pada tes WAIS pada
individu berusia di atas 60 tahun (Wilkie & Eisdorfer, 1971). Semakin tua,
semakin banyak masalah kesehatan yang dihadapi (Siegler & Costa, 1985). Jadi
beberapa penurunan kemampuan intelektual yang ditemukan pada orang-orang
dewasa lanjut sangat mungkin disebabkan oleh faktor-faktor yang terkait dengan
kesehatan daripada factor usia semata.
DAFTAR PUSTAKA

Desmita. (2013). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Haditono, S. Rahayu. (2006). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gajah Mada University


Press

Hendriana, A.A., Wiwin H. (2015). Regulasi Emosi pada Wanita Dewasa Awal yang Ditolak
Cintanya (Studi Kasus Pada Cinta Tak Terbalas). Jurnal Psikologi Pendidikan dan
Perkembangan, Vol. 4 (1), hal. 57 – 62

Hurlock, B. Elizabeth. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga

Papilia E. Diane, dkk. (2008). Human Development. Jakarta: Prenada Media Group

Santrock J.W. (2002). Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga

Weiten, W. (2013). Psychology Themes and Variations. 9th ed. Canada : WadsWorth
Cengage Learning

http://www.psikomedia.com/art/pdf.php?id=1

http://www.tatsachen-ueber-deutschland.de/id/gesellschaft/main-content-08/orang-lanjut-
usia.html

Anda mungkin juga menyukai