Anda di halaman 1dari 14

II.

LANDASAN TEORI

2.1 BBM, Subsidi BBM, BBM Bersubsidi, BBM Non-Subsidi dan MOPS

BBM (bahan bakar minyak): adalah jenis bahan bakar (fuel) yang dihasilkan dari

pengilangan (refining) minyak mentah (crude oil). Minyak mentah dari perut bumi diolah

dalam pengilangan (refinery) terlebih dulu untuk menghasilkan produk-produk minyak

(oil products), yang termasuk di dalamnya adalah BBM. Selain menghasilkan BBM,

pengilangan minyak mentah menghasilkan berbagai produk lain terdiri dari gas, hingga

ke produk-produk seperti naphta, light sulfur wax residue (LSWR) dan aspal. Pemakaian

BBM akan terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia

Daryanto ( 2007 ) dan akan berkurang dari waktu ke waktu sesuai dengan cadangan /

persediaan nasional Indonesia kecuali diketemukan sumber cadangan baru ataupun

penggunaan energi baru terbarukan.

Subsidi BBM , sebagaimana dapat dipahami dari naskah RAPBN dan Nota Keuangan

setiap tahun, adalah “pembayaran yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia kepada

Pertamina (pemegang monopoli pendistribusian BBM di Indonesia, sejak tahun 2009

sudah tidak dimonopoli lagi) dalam situasi dimana pendapatan yang diperoleh Pertamina

dari tugas menyediakan BBM di Tanah Air adalah lebih rendah dibandingkan biaya yang
dikeluarkannya untuk menyediakan BBM tersebut”. Dalam hal ia bernilai positif, seperti

dulu sering dialami, angka itu disebut Laba Bersih Minyak.

Harga BBM Bersubsidi di Indonesia adalah harga sama yang diatur oleh pemerintah dan

berlaku sama di seluruh wilayah Indonesia. Pada dasarnya, pemerintah bersama DPR

menetapkan harga BBM setelah memperhatikan biaya-biaya pokok penyediaan BBM

yang diberikan Pertamina / Badan Usaha lainnya serta tingkat kemampuan (willingness to

pay) masyarakat.

BBM Non-Subsidi adalah BBM yang mana harganya tidak diatur oleh Pemerintah,

Badan Usaha dipersilakan untuk bersaing secara sehat dan efisien, tentu di dalam koridor

Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi No. 22 Tahun 2001 beserta turun dan perubahan

sampai saat ini. Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi No 22 Tahun 2001 menegaskan

bahwa penugasan khusus kepada Pertamina untuk menyediakan BBM di dalam negeri

akan diakhiri pada (bulan November) 2005 yang dikutip dari Hanan Nugroho,

Penyediaan BBM: Masalah Besar Menghadang, Kompas, 6 Juli 2004. Pemerintah

melalui BPH Migas mempersilakan Badan Usaha yang telah memiliki Izin Usaha dari

Kementerian ESDM untuk bersaing secara terbuka di pasar domestic Indonesia.

MOPS ( Means Oils of Platts Singapore ) adalah acuan dan pedoman secara international

yang dipakai oleh hampir di semua Negara Asia Pasifik di dalam menentukan jual-beli /

perdagangan minyak bumi dan turunannya di Singapore. Harga International menurut

Rober J Dolan & Hermann Simon diaplikasi berbeda dimasing-masing Negara,

15
tergantung kepada pasaran setempat, harmonisasi factor produk sejenis dan juga Kurs

mata uang Negara bersangkutan. Walaupun Negara Singapore bukan Negara besar

pengekspor minyak bumi, tetapi karena acuannya sudah dipakai sejak lama, maka itu lah

yang di pakai. Acuan MOPS digunakan di Indonesia sejak 1 April 2001 dengan dasar

Keppres No. 45 Tahun 2001 yang dikeluarkan tgl 29 Maret 2001.

Dibawah terlampir adalah beberapa jenis BBM yang umunmnya digunakan di Negara

Republik Indonesia ini antara lain :


Avgas ( Aviation Gasoline)

Bahan Bakar Minyak ini merupakan BBM jenis khusus yang dihasilkan dari fraksi

minyak bumi. Avgas didisain untuk bahan bakar pesawat udara dengan tipe mesin

sistem pembakaran dalam (internal combution), mesin piston dengan sistem

pengapian. Performa BBM ini ditentukan dengan nilai octane number antara nilai

dibawah 100 dan juga diatas nilai 100 . Nilai octane jenis Avgas yang beredar di

Indonesia memiliki nilai 100/130.

Avtur (Aviation Turbine)

Bahan Bakar Minyak ini merupakan BBM jenis khusus yang dihasilkan dari fraksi

minyak bumi. Avtur didisain untuk bahan bakar pesawat udara dengan tipe mesin

turbin (external combution). performa atau nilai mutu jenis bahan bakar avtur

ditentukan oleh karakteristik kemurnian bahan bakar, model pembakaran turbin dan

daya tahan struktur pada suhu yang rendah.

16
Bensin

Jenis Bahan Bakar Minyak Bensin merupakan nama umum untuk beberapa jenis

BBM yang diperuntukkan untuk mesin dengan pembakaran dengan pengapian. Di

Indonesia terdapat beberapa jenis bahan bakar jenis bensin yang memiliki nilai

mutu pembakaran berbeda. Nilai mutu jenis BBM bensin ini dihitung berdasarkan

nilai Real Octane Number (RON). Berdasarkan RON tersebut maka BBM bensin

dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:

- Premium (RON 88) : Premium adalah bahan bakar minyak jenis distilat berwarna

kekuningan yang jernih. Warna kuning tersebut akibat adanya zat pewarna

tambahan (dye). Penggunaan premium pada umumnya adalah untuk bahan bakar

kendaraan bermotor bermesin bensin, seperti : mobil, sepeda motor, motor tempel

dan lain-lain. Bahan bakar ini sering juga disebut motor gasoline atau petrol.

- Pertamax (RON 92) : ditujukan untuk kendaraan yang mempersyaratkan

penggunaan bahan bakar beroktan tinggi dan tanpa timbal (unleaded). Pertamax

juga direkomendasikan untuk kendaraan yang diproduksi diatas tahun 1990

terutama yang telah menggunakan teknologi setara dengan electronic fuel injection

dan catalytic converters.

- Pertamax Plus (RON 95) : Jenis BBM ini telah memenuhi standar performance

International World Wide Fuel Charter (WWFC). Ditujukan untuk kendaraan yang

berteknologi mutakhir yang mempersyaratkan penggunaan bahan bakar beroktan

tinggi dan ramah lingkungan. Pertamax Plus sangat direkomendasikan untuk

17
kendaraan yang memiliki kompresi ratio > 10,5 dan juga yang menggunakan

teknologi Electronic Fuel Injection (EFI), Variable Valve Timing Intelligent

(VVTI), (VTI), Turbochargers dan catalytic converters.

Minyak Tanah (Kerosene)

Minyak tanah atau kerosene merupakan bagian dari minyak mentah yang memiliki

titik didih antara 150 °C dan 300 °C dan tidak berwarna. Digunakan selama

bertahun-tahun sebagai alat bantu penerangan, memasak, water heating,

dll. Umumnya merupakan pemakaian domestik (rumahan), usaha kecil.

Minyak Solar (HSD)

High Speed Diesel (HSD) merupakan BBM jenis solar yang memiliki angka

performa cetane number 45, jenis BBM ini umumnya digunakan untuk mesin

trasportasi mesin diesel yang umum dipakai dengan sistem injeksi pompa mekanik

(injection pump) dan electronic injection, jenis BBM ini diperuntukkan untuk jenis

kendaraan bermotor trasportasi dan mesin industri.

Minyak Diesel (MDF)

Minyak Diesel adalah hasil penyulingan minyak yang berwarna hitam yang

berbentuk cair pada temperatur rendah. Biasanya memiliki kandungan sulfur yang

rendah dan dapat diterima oleh Medium Speed Diesel Engine di sektor industri.

Oleh karena itulah, diesel oil disebut juga Industrial Diesel Oil (IDO) atau Marine

Diesel Fuel (MDF).

18
Minyak Bakar (MFO)

Minyak Bakar bukan merupakan produk hasil destilasi tetapi hasil dari jenis residu

yang berwarna hitam. Minyak jenis ini memiliki tingkat kekentalan yang tinggi

dibandingkan minyak diesel. Pemakaian BBM jenis ini umumnya untuk

pembakaran langsung pada industri besar dan digunakan sebagai bahan bakar untuk

steam power station dan beberapa penggunaan yang dari segi ekonomi lebih murah

dengan penggunaan minyak bakar. Minyak Bakar tidak jauh berbeda dengan

Marine Fuel Oil (MFO)

Biodiesel

Jenis Bahan Bakar ini merupakan alternatif bagi bahan bakar diesel berdasar-

petroleum dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak nebati atau hewan.

Secara kimia, ia merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono-alkyl

ester dari rantai panjang asam lemak. Jenis Produk yang dipasarkan saat ini

merupakan produk biodiesel dengan campuran 95 persen diesel petroleum dan

mengandung 5 persen CPO yang telah dibentuk menjadi Fatty Acid Methyl Ester

(FAME).

Pertamina DEX

Adalah bahan bakar mesin diesel modern yang telah memenuhi dan mencapai

standar emisi gas buang EURO 2, memiliki angka performa tinggi dengan cetane

number 53 keatas, memiliki kualitas tinggi dengan kandungan sulfur di bawah 300

ppm, jenis BBM ini direkomendasikan untuk mesin diesel teknologi injeksi terbaru

(Diesel Common Rail System), sehingga pemakaian bahan bakarnya lebih irit dan

19
ekonomis serta menghasilkan tenaga yang lebih besar.

Sumber : www.pertamina.com

2.2 Deregulasi dan Restrukturisasi Kegiatan Usaha Hilir Migas

Dalam menghadapi perkembangan dan persaingan global di masa mendatang, kegiatan

usaha Minyak dan Gas Bumi ( Migas ) di Indonesia, dituntut lebih mandiri, handal,

wajar, sehat, berdaya saing, efisien dan berwawasan lingkungan yang dapat

meningkatkan kemampuannya dalam mendukung kesinambungan pembangunan nasional

guna mewujudkan peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

Usaha pembaruan peraturan perundang-undangan yang mengatur kegiatan usaha Migas

dimulai diundangkannya UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi ( 23

November 2001 ) dan diikuti dengan peraturan-peraturan pelaksanaannya ( PP No.

67/2002, PP No. 36/2004 dan Jo. PP No. 30/2009 ).

Dibidang usaha hilir, guna menjamin ketersediaan dan distribusi BBM dan Gas Bumi

yang ditetapkan pemerintah du seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

serta meningkatkan pemanfaatan Gas Bumi di dalam negeri, pemerintah telah membantu

suatu badan independen yaitu Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan

Bakar Minyak dan Kegiatan Usaha Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa ( PP No.

67/2002 dan Jo. PP No. 30/2009 ) yang di sebut Badan Pengatur Kegiatan Hilir Usaha

Minyak dan Gas Bumi ( BPH Migas ).

20
Tabel 8. Regulasi BBM

Kewajiban Pendaftaran Penugasan Badan Usaha


Bagi Badan Usaha yang untuk Penyediaan dan
Melaksanakan Kegiatan Pendistribusian Jenis
Usaha Bahan Bakar Bahan Bakar Minyak
Minyak Tertentu

Pengaturan dan Pengaturan dan


Pengawasan Penyediaan Pengawasan atas
dan Pendistribusian Pelaksanaan Penyediaan
Bahan Bakar Minyak dan Pendistribusian
Bahan bakar Minyak
Regulasi Penerbangan di

Bidang BBM
Pedoman Pemanfaatan Pelaksanaan dan
Bersama Fasilitas Pengawasan Sistem
Pengangkutan dan Pendistribusian Tertutup
Penyimpanan Bahan Bakar Jenis Minyak Tanah
Minyak Serta Fasilitas Bersubsidi untuk Rumah
Penunjangnya Milik Tangga dan Usaha Kecil
Badan Usaha

Pedoman Penetapan
Wilayah Distribusi
Niaga Jenis Bahan Bakar
Minyak Tertentu

Sumber BPH Migas

Dari table 8, dapat diketahui bahwa sebelum memulai suatu kegiatan usaha BBM, badan

usaha perlu menyediakan fasilitas mulai dari penyimpanan, pengangkutan sampai proses

distribusi. Kemudian dengan penyediaan fasilitas tersebut, badan usaha dapat

mengajukan dan mendaftarkan izin legal untuk mendapatkan hak dan kewajiban dalam

melaksanakan kegiatan usaha BBM. Badan usaha saat ini dapat menyediakan,

menyalurkan dan mendistribusikan BBM di dalam wilayah Republik Indonesia dan BPH

Migas akan bertugas mengatur dan mengawasi atas pelaksanaan kegiatan usaha tersebut.

21
Tabel 9. Deregulasi dan Restrukturisasi Kegiatan Usaha Hilir Migas

PP No. 67 tahun 2002 Jo.


Keppres No. 86 tahun 2002
Dibentuk Badan Pengatur yang akan
Mengatur dan Mengawasi
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Hilir
UU Migas No. 22 Tahun 2001
Deregulasi dan Restrukturisasi Sektor
Migas, November 2001

PP No. 31 Tahun 2003 Pertamina Dialihkan


Bentuknya menjadi Persero, Juni 2003

Pelantikan Komite BPH Migas 13


Mei 2003

Peraturan Pemerintah No. 36/2004 Tentang


Kegiatan Usaha Hilir Migas, Oktober 2004

Pertamina Menjadi PT (Persero) 17


September 2003

PP No. 1 tahun 2006 Tentang besaran


dan Penggunaan Iuran Badan Usaha
dalam Kegiatan usaha Penyediaan dan
Pendistribusian BBM dan Pengangkutan
Putusan Mahkamah Konstitusi Perintah Gas Mumi melalui Pipa
amandemen pasal-pasal tertentu UU
Migas, desember 2004

Peraturan Pemerintah Jo. No. 30/2009 Tentang


Perubahan atas Peraturan Pemerintah No.
36/2004

Pasar terbuka,
Persaingan
usaha yang
wajar, sehat
dan transparan

Sumber BPH Migas

22
2.3 Fungsi dan Tugas BPH Migas

Adapun fungsi dan tugas BPH Migas adalah sebagai berikut :

• BPH Migas melaksanakan tanggung jawab Pemerintah atas pengaturan

pengawasan kegiatan usaha penyediaan dan pendistribusian BBM di seluruh

wilayah NKRI dan kegiatan usaha pengangkutan Gas Bumi melalui pipa

transmisi dan distribusi dengan memberikan Hak Khusus dan yang

menyangkut kepentingan umum, pengusahaannya diatur agar pemanfaatannya

terbuka bagi semua pemakai.

• Fungsi BPH Migas adalah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan

penyediaan dan pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan pengangkutan Gas

Bumi melalui pipa, dalam suatu pengaturan agar ketersediaan dan distribusi

Bahan Bakar Minyak yang ditetap Pemerintah dapat terjamin di seluruh

wilayah NKRI serta meningkatkan pemanfaatan Gas Bumi di dalam negeri.

• Tugas BPH Migas meliputi pengaturan, penetapan dan pengawasan mengenai

• Ketersediaan dan distribusi BBM

• Cadangan BBM nasional

• Pemanfaatan fasilitas pengangkutan dan penyimpanan BBM

• Tarif pengangkutan Gas Bumi melalui pipa

• Harga Gas Bumi untuk rumah tangga dan pelanggan kecil

• Pengusahaan transmisi dan distribusi Gas Bumi

23
2.4 Struktur Pasar Kegiatan Usaha Hilir Migas

Tabel 10. Pasar kegiatan Usaha Hilir Migas

PRA PASCA DEREGULASI


REGULASI Terbuka, Transparan,
Monopolistik, Persaingan Sehat
Harga dikontrol

Pemain Pengatur/Pengawas Pembina


Pemerintah

Pemerintah
Pengatur / Pemain

+ Deregulas
i Pasar
BPH Migas
Pertamina

Pemerintah

Perusahaan A

Perusahaan B

Sumber BPH Migas

2.5 Pengaturan dan Penetapan Bidang BBM

BPH Migas melakukan pengaturan dan penetapan:

• Kewajiban badan usaha dalam penyediaan dan pendistribusian BBM termasuk ke

daerah yang mekanisme pasarnya belum berjalan dan daerah terpencil, agar

ketersediaan BBM yang telah ditetapkan Pemerintah terjamin di seluruh wilayah

NKRI

• Alokasi cadangan BBM Nasional untuk Badan Usaha ( Pengolahan, Penyimpanan

dan Niaga ) yang ditunjuk oleh Menteri

24
• Wilayah distribusi niaga jenis BBM tertentu untuk Badan Usaha pemegang Izin

Usaha Niaga

• Pemanfaatan bersama termasuk mekanisme penentuan tarif atas fasilitas

Pengangkutan dan Penyimpanan BBM serta fasilitas penunjungannya

• Penggunaan cadangan BBM Nasional pada saat terjadinya kelangkaan

• Pemberian sanksi yang berkaitan dengan pelanggaran kewajiban badan usaha

dalam penyediaan dan pendistribusian BBM

• Sistem informasi penyediaan dan pendistribusian BBM

• Besaran iuran Badan Usaha ( sesuai dengan volume BBM yang diperdagangkan

berdasarkan formula yang ditetapkan oleh Pemerintah )

• Penyelesaian perselisihan yang terkait dengan kegiatan usaha niaga BBM

2.6 Kebijakan Harga BBM

Tabel 11. Kebijakan Harga BBM

Sumber BPH Migas

25
2.7 Konsumsi BBM Per Sektor

Bahan Bakar Minyak (BBM) BBM merupakan jenis energi final yang dominan di

Indonesia. Energi ini digunakan di semua sektor kegiatan. Saat ini (2008) konsumen

terbesar BBM adalah sektor transportasi (61%), diikuti oleh industri (16%), rumah tangga

(13%), PKP (8%) dan komersial (2%). Berdasarkan Skenario Dasar pada 2010-2030

permintaan BBM akan tumbuh rata-rata 5,4% per tahun (Tabel 12) Pertumbuhan

permintaan BBM menurut sektor pada perioda tersebut adalah sebagai berikut:

transportasi 6,30%, PKP 4,02%, rumah tangga 2,42%, komersial 1,63% dan industri

1,79%. Dengan pertumbuhan tersebut pangsa masing-masing sektor pengguna BBM di

2030 menjadi: transportasi 81,0%, PKP 9,1%, industri 7,8%, komersial 1,6%, dan rumah

tangga 0,5%. Perlu dicatat bahwa masih adanya permintaan BBM di rumah tangga adalah

untuk keperluan penerangan di daerah-daerah yang sangat terpencil yang tidak

mempunyai akses listrik walaupun program subsitusi BBM oleh LPG sektor rumah

tangga telah tercapai 100%. Penurunan pangsa BBM di industri terkait upaya industri

untuk mengurangi ketergantungan terhadap BBM yang harganya mahal dan

menggantikannya dengan gas dan batubara. Masih tingginya pangsa BBM di sektor

transportasi terjadi karena pertumbuhan permintaan energi sektor transportasi cukup

tinggi sedangkan penetrasi bahan bakar alternatif di sektor ini (BBN, gas) masih relatif

rendah.

26
27

Anda mungkin juga menyukai