Model Pembinaan Olimpiade Matematika Sekolah Dasar Di Propinsi Bali
Model Pembinaan Olimpiade Matematika Sekolah Dasar Di Propinsi Bali
oleh
I Wayan Puja Astawa
Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas MIPA, Universitas Pendidikan Ganesha
ABSTRAK
______________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 2 TH. XXXX April 2007
ISSN 0215 - 8250 15
ABSTRACT
The objectives of this research were to: (1) know the effect of the
olympic training on mathematics developed by 30% theoritical discussion,
50% problem exercises, and 20% interview in increasing academic ability
of students who would be mathematics olympiad candidates and (2)
determine which of the training model either continuum block model or
discrete block model was higher in increasing academic ability of student of
mathematics olympiad candidates. This was an ex post facto research on
students of Bali in academic year 2004 who would be candidates for
national science olympiad on mathematics. Population of the study was all
students of grade 4, 5, and 6 who got at least 7.0 mark on their mathematics
subjects since they were in grade 4. The size of the was 20. It was drawn
from the population using purposive and quota sampling. The sample then
was split into 2 groups and each of them was given different training
model. One group followed a continuum block model and the other group
followed a discrete block model. The results of this research showed that
(1) the olympic training on mathematics that was developed as above could
improve academic ability of the students and (2) increment of academic
ability of the students who underwent the olympic training on mathematics
did not depend on the training model that was followed. Though, the
implementation of a combination of the two training models is suggested.
1. Pendahuluan
Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu poin penting
yang diamanatkan oleh Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini sangat mudah dipahami
karena mutu pendidikan akan menjadi ujung tombak untuk meningkatkan
daya saing bangsa (nation competitiveness) dalam menghadapi persaingan
global. Peningkatan mutu pendidikan harus menyeluruh yang mencakup
______________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 2 TH. XXXX April 2007
ISSN 0215 - 8250 16
semua bidang ilmu atau mata pelajaran yang diberikan di sekolah. Akan
tetapi, berbagai persoalan yang dihadapi, peningkatan mutu pendidikan
dapat diprioritaskan pada mata pelajaran-mata pelajaran yang esensial.
Salah satu mata pelajaran yang esensial tersebut adalah mata pelajaran ilmu
dasar, yaitu Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Prioritas kepada
kedua mata pelajaran ini diberikan karena keduanya memiliki peranan
sangat penting dalam pengembangan daya nalar dan kemampuan
pemecahan masalah (problem solving). Di samping itu, kedua mata
pelajaran tersebut merupakan tulang punggung dari pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Sejalan dengan amanat UU No. 20 tahun 2003, mutu pendidikan
juga digariskan dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalam PP ini ditegaskan tentang
pentingnya mutu pendidikan dan sistem penjaminannya yang memuat hal-
hal yang berkaitan dengan standarisasi pendidikan secara nasional. Secara
nasional, harus ada acuan tentang standar isi, standar proses, standar
pengelolaan, standar keuangan dan standar lainnya yang berkaitan dengan
proses pendidikan sebagai suatu sistem. Penetapan standar secara nasional
dimaksudkan sebagai acuan mutu pengembangan pendidikan di daerah-
daerah sehingga dapat dibandingkan antara satu dengan yang lainnya.
Dalam rangka peningkatan mutu, berbagai upaya telah dilakukan
pemerintah RI. Salah satunya adalah menyediakan sarana atau wadah
kompetisi atau lomba secara nasional dalam berbagai mata pelajaran dari
berbagai jenjang pendidikan (SD sampai SMA) yang dinamai Olimpiade
Sains Nasional (OSN) yang sudah dimulai sejak tahun 2002. Khusus untuk
siswa SD, mata pelajaran yang dikompetisikan adalah Matematika dan IPA
serta mulai dilaksanakan sejak OSN ke-2 di Kota Balikpapan, Kalimantan
Timur.
______________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 2 TH. XXXX April 2007
ISSN 0215 - 8250 17
samping itu, sifat ketergantungan dengan orang tua atau orang yang
menjadi pelindungnya relatif masih tinggi. Hal ini menjadi sangat krusial
manakala mereka berinteraksi dengan teman sejawatnya dalam
berkompetisi menjadi yang terbaik sehingga terpilih sebagai peserta OSN
wakil daerah. Oleh karena itu, peranan orang dewasa seperti
pembina/pelatih OSN atau orang tua masih sangat diperlukan. Kehadiran
sosok orang dewasa masih sangat dominan dalam rangka meredam
emosinya. Selanjutnya, calon peserta OSN untuk kedua model pembinaan
diberikan program pembinaan dengan struktur program 30% pemantapan
teori, 50% latihan soal, dan sisanya 20% wawancara atau moderasi. Terkait
dengan hal tersebut di atas, permasalahan yang akan dikaji lebih lanjut
adalah sebagai berikut. (1) Apakah model pembinaan Olimpiade
Matematika SD yang dikembangkan dengan struktur program 20%
pemantapan teori, 50% latihan soal, dan 30% wawancara atau moderasi
mampu meningkatkan kemampuan akademik calon peserta OSN
Matematika? (2) Model manakah, antara “blok kontinyu” dan “blok
diskrit” yang menghasilkan peningkatan kemampuan akademik calon
peserta OSN Matematika SD yang lebih tinggi?
Dari uraian di atas, dapat diajukan hipotesis yang dapat dijadikan
pegangan dalam mencari jawaban permasalahan yang diajukan. Hipotesis
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. (1) Model pembinaan Olimpiade
Matematika SD yang dikembangkan dengan struktur program 20%
pemantapan teori, 50% latihan soal, dan 30% wawancara atau moderasi
mampu meningkatkan kemampuan akademik calon peserta OSN
Matematika. (2) Model “blok diskrit” menghasilkan peningkatan
kemampuan akademik yang lebih tinggi calon peserta OSN Matematika SD
2. Metode Penelitian
______________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 2 TH. XXXX April 2007
ISSN 0215 - 8250 21
______________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 2 TH. XXXX April 2007
ISSN 0215 - 8250 23
3.2 Pembahasan
Hasil pengujian hipotesis untuk permasalahan pertama
menunjukkan bahwa model pembinaan yang dikembangkan dengan
struktur program pembinaan seperti diuraikan sebelumnya mampu
meningkatkan kemampuan akademik calon peserta olimpiade bidang
Matematika SD. Hal ini menunjukkan bahwa struktur program pembinaan
yang dikembangkan mampu meningkatkan kemampuan peserta dalam
menyelesaikan soal-soal Matematika yang setara dengan soal-soal
olimpiade nasional.
Peningkatan kemampuan akademik peserta pembinaan olimpiade
dalam menyelesaikan soal-soal Matematika merupakan hasil dari
pemantapan konsep-konsep dasar Matematika dan latihan-latihan soal
Matematika yang merupakan soal-soal pemecahan masalah. Latihan-latihan
soal yang diberikan selama pembinaan membuat peserta mampu
mengembangkan wawasan berpikir kritisnya. Hal ini sejalan dengan
pendapat Piaget yang menekankan pentingnya latihan-latihan serta
lingkungan dalam menumbuhkembangkan intelegensi siswa (Suparno,
2001).
Peranan lingkungan khususnya lingkungan belajar sangat penting
dalam menciptakan suasana yang memungkinkan tumbuhnya pengetahuan
______________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 2 TH. XXXX April 2007
ISSN 0215 - 8250 25
dan keterampilan baru pada diri siswa (Purwanto, 2004). Sejalan dengan
hal ini, model pembinaan olimpiade dilaksanakan untuk menciptakan
lingkungan yang sesuai agar mampu menumbuhkan kemampuan-
kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang calon peserta Olimpiade
Matematika. Unsur penting yang perlu diperhatikan dalam perkembangan
pemikiran siswa calon peserta olimpiade adalah latihan dan pengalaman
(Suparno, 2001). Latihan berpikir, merumuskan masalah dan
memecahkannya, serta mengambil kesimpulan akan membantu calon
peserta untuk mengembangkan pemikiran dan intelegensinya. Semakin
banyak latihan yang dilakukan semakin berkembanglah cara berfikirnya.
Demikian juga, kalau siswa semakin banyak melakukan latihan
memecahkan persoalan Matematika, maka siswa semakin mengerti dan
semakin berkembang cara berfikirnya.
Selain latihan, pengalaman juga mempunyai peranan penting dalam
perkembangan siswa. Kemampuan akademik siswa akan meningkat dari
berbagai fase perkembangan kognitif Piaget bila diciptakan kondisi-kondisi
lingkungan yang memungkinkan terjadi pengalaman fisik, pengalaman
logiko matematik, transmisi sosial dan pengaturan sendiri (Ratna Wilis
Dahar, 1989). Pengalaman fisik berguna untuk mengabstraksi benda-benda,
pengalaman logiko matematik berguna untuk mengkonstruksi hubungan-
hubungan antarobjek, transmisi sosial berasal dari orang lain sebagai
motivator atau fasilitator, dan pengaturan sendiri berguna untuk
memperoleh keseimbangan dengan pengalaman baru yang telah diperoleh
dari lingkungan. Pengalaman pisik, pengalaman logiko matematik,
transmisi sosial dan pengaturan sendiri dikembangkan secara maksimal
dalam program pembinaan yang dikembangkan.
Aspek penting yang lain yang dikembangkan dalam proses
pembinaan adalah menumbuhkan motivasi. Motivasi ini merupakan
dorongan bagi siswa (peserta) untuk dapat menunjukkan kemampuan
______________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 2 TH. XXXX April 2007
ISSN 0215 - 8250 26
4. Penutup
Berdasakan hasil analisis data dan pembahasan pada bab
sebelumnya dapat disimpulkan bahwa (1) Model pembinaan Olimpiade
Matematika SD yang dikembangkan dengan struktur program pembinaan
30% pemantapan teori, 50% latihan soal, dan 20% wawancara (moderasi)
mampu meningkatkan kemampuan akademik calon peserta OSN
Matematika. (2) Peningkatan kemampuan akademik peserta pembinaan
olimpiade tidak tergantung dari model pembinaan yang diterapkan. Dengan
kata lain, kedua model pembinaan yaitu model “blok kontinyu” dan model
______________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 2 TH. XXXX April 2007
ISSN 0215 - 8250 28
DAFTAR PUSTAKA
______________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 2 TH. XXXX April 2007
ISSN 0215 - 8250 29
______________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 2 TH. XXXX April 2007