FENOMENA
Pola asuh merupakan suatu sistem atau cara pendidikan dan pembinaan yang
diberikan oleh orang tua kepada anaknya. Jadi, pengasuhan anak adalah kepemimpinan
dan bimbingan kepada anak yang berkaitan dengan kepentingan hidup, perkembangan,
seperti masalah perkembangan emosi yang biasanya terjadi pada anak, dengan salah
satu gangguan diantaranya yaitu temper tantrum (Hasan Maimunah, 2009). .Temper
tantrum dapat diartikan sebagai ledakan emosi atau luapan kemarahan yang dilakukan
anak kecil. Tingkah laku ini biasanya mencapai titik terburuk sekitar usia 18 bulan
hingga 3 tahun, dan kadang masih ditemui pada anak usia 5 atau 6 tahun (Octopus,
2005). Perilaku temper tantrum terjadi biasanya ketika keinginan si anak tidak
terpenuhi. Pada awalnya anak akan berteriak kepada ibunya ketika meminta sesuatu.
Jika ibunya tidak langsung mengabulkan permintaan dan keinginannya, maka
kemarahannya akan meledak dilanjutkan perilaku mengamuk. Biasanya perilaku
mengamuk yang sering muncul adalah membuang atau membanting benda atau barang
yang berada di sekitar anak.
Sebuah kasus terjadi pada seorang anak laki-laki yang berusia 3 tahun 9 bulan.
Ada beberapa masalah perkembangan yang dialami oleh subjek. Salah satu masalah
subjek adalah kemarahan yang meledak-ledak disertai dengan perilaku mengamuk
(temper trantrums). Kecenderungannya perilaku ini sudah berlangsung cukup lama,
sejak ia belum memiliki adik; namun semenjak kelahiran adiknya, ia mengalami
kecemburuan dengan saudara kandungnya (sibling rivalry) sehingga memicu perilaku
temper tantrums yang meningkat frekuensinya. Selain itu, perilaku lainnya yang juga
perlu dikurangi atau dihilangkan adalah kebiasaannya dalam minum susu dari botol
sambil memegang puting ibunya. Tanpa stimulasi ini, ia akan mengamuk serta menolak
untuk minum susu dari botol. Perilaku ini dilakukan semenjak ia berusia 22 bulan,
ketika ia mulai dipisahkan dari air susu ibunya.
Perilaku temper trantrums terjadi biasanya ketika keinginannya tidak terpenuhi.
Pada awalnya ia akan berteriak kepada ibunya ketika meminta sesuatu. Jika ibunya
tidak langsung mengabulkan permintaan dan keinginannya, maka kemarahannya akan
meledak dilanjutkan perilaku mengamuk. Perilaku mengamuk yang sering muncul
adalah membuang atau membanting benda atau barang yang berada di sekitarnya.
Selain itu, ia akan juga memukul atau menendang orang yang ada di sekitarnya.
Perilaku tersebut tidak hanya dilakukan di rumah, tetapi juga dilakukan di sekolah.
Guru sekolahnya mengatakan bahwa beberapa kali subjek
Penelitian tentang perilaku anak yang dilakukan Wakschalg dan timnya, pada
1.500 orang tua yang memiliki anak usia 3-5 tahun mayoritas balita menemukan fakta
bahwa (83,7 persen) terkadang mengalami tantrum, 8,6 persen yang setiap hari marah
dan mengamuk. Penelitian yang dilakukan di Chichago 50-80% temper tantrum ini
terjadi pada usia 2-3 tahun terjadi seminggu sekali, dan 20% terjadi hampir setiap hari,
dan 3 atau lebih temper tantrum terjadi selama kurang lebih 15 menit Tifanny (2012)
dalam Zakiyah (2015). Indonesia sendiri, balita yang biasanya mengalami tantrum
selama kurun waktu satu tahun, dengan 23% - 83% dari anak usia 2 sampai 4 tahun
pernah mengalami temper tantrum (Pzikologizone, 2012) dalam Zakiyah (2015).
BAB II
Temper Tantrum
1. Pengertian
Temper tantrum adalah suatu luapan emosi yang meledak-ledak dan
tidak terkontrol. Temper tantrum seringkali muncul pada anak suai 15 bulan
hingga 6 tahun (Zaviera, 2008). Umumnya anak kecil lebih emosional daripada
orang dewasa karena pada usia ini anak masih relatif muda dan belum dapat
mengendalikan emosinya. Pada usia 2-4 tahun, karakteristik emosi anak
muncul pada ledakan marahnya atau temper tantrum (Hurlock, 2000). Sikap
yang ditunjukkan untuk menampilkan rasa tidak senangnya, anak melakukan
tindakan yang berlebihan, misalnya menangis, menjerit-jerit, melemparkan
benda, berguling-guling, memukul ibunya atau aktivitas besar lainnya
(Hurlock,2000).
Tantrum lebih mudah terjadi pada anak-anak yang dianggap sulit
dengan ciri-ciri memiliki kebiasaan tidur, makan dan buang air besar yang tidak
teratur, sulit menyukai situasi, makanan dan orang-orang baru, lambat
beradaptasi terhadap perubahan, suasana hati lebih sering negative, mudah
terprovokasi, gampang merasa marah dan sulit dialihkan perhatiannya (Zaviera,
2008). La Forge (dalam Zaviera, 2008) menilai bahwa tantrum adalah suatu
perilaku yang masih tergolong normal yang merupakan bagian dari proses
perkembangan, suatu periode dalam perkembangan fisik, kognitif, dan emosi.
Sebagai periode dari perkembangan, tantrum pasti akan berakhir.
Berdasarkan teori-teori di atas disimpulkan bahwa tempertantrum
merupakan luapan emosi yang meledak-ledak akibat suasana yang tidak
menyenangkan yang dirasakan oleh anak. Ledakan emosi tersebut dapat berupa
menangis, menjerit-jerit, melemparkan benda, berguling-guling, memukul
ibunya atau aktivitas besar lainnya.
2. Manifestasi Tantrum Berdasarkan Kelompok Usia
Berdasarkan kelompok usia tantrum dibedakan menjadi (Zaviera, 2008):
a. Dibawah 3 tahun Anak dengan usia di bawah 3 tahun ini bentuk
tantrumnya adalah menangis, menggigit, memukul, menendang,
menjerit, memekikmekik, melengkungkan punggung, melempar
badan ke lantai, memukul-mukulkan tangan, menahan napas,
membentur-benturkan kepala dan melempar-lempar
barang(Zaviera, 2008).
b. Usia 3-4 tahun Anak dengan rentang usia antara 3 tahun sampai
dengan 4 tahun bentuk tantrumnya meliputi perilaku pada anak
usia di bawah 3 tahun ditambah dengan menghentak-hentakkan
kaki, berteriak-teriak, meninju, membanting pintu, mengkritik
dan merengek (Zaviera, 2008).
c. Usia 5 tahun ke atas Bentuk tantrum pada anak usia 5 tahun ke
atas semakin meluas yang meliputi perilaku pertama dan kedua
ditambah dengan memaki, menyumpah, memukul, mengkritik
diri sendiri, memecahkan barang dengan sengaja dan
mengancam (Zaviera, 2008). Menurut Purnamasari (2005)
menyebutkan bahwa stiap anak yang setidaknya telah berusia 18
bulan hingga tiga tahun dan bahkan lebih akan menentang
perintah dan menunjukkan individualitasnya sekali waktu. Hal
ini merupakan bagian normal balita karena mereka terus
menerus mengeksplorasi dan mempelajari batasan-batasan
disekelilingnya. Anak akan menunjukkan berbagai macam
tingkah laku, seperti keras kepala dan membangkang karena
sedang mengembangkan kepribadian dan otonominya.
Tantrum juga merupakan cara normal untuk mengeluarkan semua
perasaan yang menumpuk. Seorang anak pada usia ini akan menunjukkan
beberapa atau semua tingkah laku sebagai berikut:
a. Penolakan atas kontrol dalam bentuk apapun
b. Keinginan untuk mandiri, lebih banyak menuntut dan menunjukkan
tingkah laku yang membangkang.
c. Berganti-ganti antara kemandirian dan bertingkah manja.
d. Ingin mendapatkan kendali dan ingin mengendalikan
e. Pada umumnya menunjukkan tantrum.
Disusun Oleh:
INILVITA A. MUIS
Nim : 1673201036