Anda di halaman 1dari 6

A.

Pengertian Campak dan Rubella


Campak (Measles) dan Rubella merupakan penyakit infeksi menular melalui saluran
nafas yang disebabkan oleh virus Campak dan Rubella (IDAI, 2017). Batuk dan bersin
dapat menjadi jalur masuknya virus campak maupun rubella (WHO, 2017). . Gejala
campak muncul sekitar 10 hari setelah infeksi, dan ruam coklat kemerahan muncul sekitar
14 hari setelah infeksi. Gejala penyakit campak diantaranya demam tinggi, bercak
kemerahan pada kulit (rash) dapat disertai batuk dan atau pilek maupun konjungtivitis
serta dapat mengakibatkan kematian apabila terdapat komplikasi penyerta seperti
pneumonia, diare, dan meningitis (Ditjen P2P, 2016). Campak merupakan penyakit
menular yang disebabkan oleh virus genus Morbillivirus (Kutty, et al., 2013). Rubella
(campak Jerman) adalah penyakit akut dan ringan yang sering menginfeksi anak dan
dewasa muda yang rentan tetapi dapat memberikan dampak buruk apabila terjadi pada
ibu hamil trimester pertama yaitu keguguran ataupun kecacatan pada bayi sering disebut
Congenital Rubella Syndrom (CRS) seperti kelainan jantung dan mata, ketulian dan
keterlambatan perkembangan (Depkes RI, 2017). Penyakit ini disebabkan oleh togavirus
yang termasuk dalam golongan virus RNA. Virus Rubella rubella ini dapat menyebar
dengan sangat mudah namun virusnya ini cepat mati oleh sinar ultraviolet, bahan kimia,
bahan asam dan pemanasan. Virus dapat berkembang biak di nasofaring dan kelenjar
getah bening regional, dan viremia terjadi 4-7 hari setelah virus masuk tubuh. Masa
penularan diperkirakan terjadi pada 7 hari sebelum hingga 7 hari setelah rash. Masa
inkubasi rubella berkisar antara 14-21 hari. Gejala Rubella ditandai dengan demam ringan
(37,2’C), dan bercak merah/rash makulopapuler disertai pembesaran kelenjar limfe di
belakang telinga, leher belakang dan sub occipital. Namun Rubella pada anak sering
menimbulkan gejala deman ringan atau bahkan tanpa gejala sehingga sering tidak
terlaporkan, namun rubella pada wanita dewasa sering menimbulkan sakit sendi (​arthritis
atau ​arthralgia​).

Tabel 1. Perbedaan Campak dan Rubella​7

Morbili Rubella

Etiologi Morbilivirus (Paramoviridae) Rubivirus (Togaviridae)

Gejala klinis Demam tinggi, 3C( Coryza, Demam subfebris, pilek, pusing,
cough, conjunctivitis) nyeri tenggorokan

Masa inkubasi 10-14 hari 14-21 hari

Durasi ruam 5 hari 2-3 hari

Skin lesion ● Maculopapular ● Macula

● ruam tidak gatal ● ruam gatal

● Karakteristik ruam: ruam ● Karakteristik ruam:


muncul dari belakang
telinga ke wajah lalu ke ruam muncul dari wajah dan
seluruh tubuh badan lalu menyebar ke
ekstremitas

Pem. Fisik Bercak koplik pada hari ke-3 Forchheimer spot pada hari ke-1,
sebelum stadium erupsi limfadenopati retroaurikular dan
suboksipital

Pem. Penunjang Darah rutin, sekret faring Darah rutin, sekret faring

B. Epidemiologi Campak dan Rubella di Indonesia


Di Indonesia pada tahun 2010 sampai 2015, terdapat 23.164 kasus campak dan
30.463 kasus rubella(Ditjen P2P, 2016). Kasus campak tertinggi menurut provinsi adalah
Sulawesi Tengah (15,64), Jambi (14,43), dan Papua (13,27) (Kemenkes RI, 2016). Setiap
tahun melalui kegiatan survailens dilaporkan lebih dari 11.000 kasus suspek campak, dan
hasil konfirmasi laboratorium menunjukkan 12-39% diantaranya adalah campak pasti
sedangkan 16-43% adalah rubella pasti. Di Indonesia, rubella merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan upaya pencegahan efektif. Dari data
survailens selama lima tahun terakhir menunjukkan 70% kasus rubella terjadi pada
kelompok usia <15 tahun. Sedangkan berdasarkan studi estimasi beban penyakit CRS di
Indonesia pada tahun 2013 diperkirakan terdapat 2.767 kasus CRS, 82/100.000 terjadi
pada usia ibu 15-19 tahun dan menurun menjadi 47/100.000 pada usia ibu 40-44 tahun.

Gambar 1. Estimasi Kasus Campak dan Rubella di Indonesia Tahun 2010-2015​1

Pada tahun 2015-2016, 13 RS Sentinel melaporkan 226 kasus CRS yang terdiri dari
83 kasus pasti dan 143 kasus klinis. Dari 83 kasus pasti yang dilaporkan 77% menderita
kelainan jantung, 67,5% menderita katarak dan 47% menderita ketulian.

Gambar 2. Kumpulan Gejala Kasus CRS dari 13 RS Sentinel Indonesia 2015-2016

Sedangkan untuk campak sendiri sangat potensial untuk menimbulkan wabah,


sebelum imunisasi campak dipergunakan secara luas di dunia hampir setiap anak dapat
terinfeksi campak. Indonesia adalah negara ke empat terbesar penduduknya di dunia yang
memiliki angka kesakitan campak sekitar 1 juta per tahun dengan 30.000 kematian, yang
menyebabkan Indonesia termasuk salah satu dari 47 negara prioritas yang diidentifikasi
oleh WHO dan UNICEF untuk melaksanakan akselerasi dalam rangka eliminasi campak.
Perkembangan kasus campak di Indonesia menurut data survailens rutin kasus campak
mengalami kenaikan dan penurunan dari tahun 2009-2014. Puncak peningkatan campak
terjadi pada tahun 2011. Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia
yang jumlah kasusnya menduduki ranking 4 dari 33 provinsi pada tahun 2012, dan naik
menjadi ranking 3 pada tahun 2013.​4

Gambar 3. Kasus Campak di Jawa Timur tahun 2009-2014​5

C. Komplikasi
Komplikasi

Pada penyakit campak dapat menyebabkan komplikasi seperti​9,10​ :

a. Radang paru (pneumonia)

b. Radang otak (ensefalitis)

c. Kebutaan

d. Diare

Sedangkan pada penyakit rubella dapat menyebabkan komplikasi seperti​9,10​ :

a. Kelainan jantung

b. Kelainan mata (katarak kongenital)

c. Tuli

d. Keterlambatan perkembangan

e. Kerusakan jaringan otak


f. Keguguran (pada wanita hamil trimester 1)

Gambar 4. Organ yang terkena pada Penyakit Campak dan Rubella​1

D. Kampanye Imunisasi Measles Rubella

Kampanye imunisasi Measles Rubella (MR) adalah suatu kegiatan imunisasi secara masal sebagai
upaya untuk memutuskan transmisi penularan virus campak dan rubella. Imunisasi MR ditujukan
kepada anak usia 9 bulan sampai dengan <15 tahun, tanpa mempertimbangkan status imunisasi
sebelumnya. Kampanye imunisasi MR dilaksanakan dengan tujuan untuk mendukung tercapainya
eliminasi campak dan pengendalian rubella / ​Rubella Congenital Syndrome​ (CRS). Target ini sejalan
dengan program WHO untuk mengeliminasi campak dan rubella, yaitu Global Vaccine Action Plan
(GVAP) dan Global Measles and Rubella Strategic Plan 2012 – 2020. ​ ​Dalam Global Vaccine Action
Plan (GVAP), campak dan rubella ditargetkan untuk dapat dieliminasi di 5 regional WHO pada tahun
2020. Sejalan dengan GVAP, The Global Measles & Rubella Strategic Plan 2012-2020 memetakan
strategi yang diperlukan untuk mencapai target dunia tanpa campak, rubella atau CRS. 3 diantara
lima strategi adalah mencapai dan mempertahankan tingkat kekebalan masyarakat yang tinggi
dengan memberikan dua dosis vaksin yang mengandung campak dan rubella melalui imunisasi rutin
dan tambahan dengan cakupan yang tinggi (>95%) dan merata. Indonesia telah berkomitmen untuk
mencapai eliminasi campak dan pengendalian rubella/CRS pada tahun 2020. Berdasarkan data
surveilans dan cakupan imunisasi, maka imunisasi campak rutin saja belum cukup untuk mencapai
target eliminasi campak. Sedangkan untuk akselerasi pengendalian rubella/CRS maka perlu dilakukan
kampanye imunisasi tambahan sebelum introduksi vaksin MR ke dalam imunisasi rutin. Untuk itu
diperlukan kampanye pemberian imunisasi MR pada anak usia 9 bulan sampai dengan​ ​Pemberian
imunisasi MR pada usia 9 bulan sampai dengan <15 tahun dengan cakupan tinggi (minimal 95%) dan
merata diharapkan akan membentuk imunitas kelompok (​herd immunity​), sehingga dapat
mengurangi transmisi virus ke usia yang lebih dewasa dan melindungi kelompok tersebut ketika
memasuki usia reproduksi.​ ​Pada tahun 2011 WHO merekomendasikan bahwa semua negara yang
belum mengintroduksikan vaksin rubella dan telah menggunakan 2 dosis vaksin campak dalam
program imunisasi rutin seharusnya memasukkan vaksin rubella dalam program imunisasi rutin.

E. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian imunisasi


Ibu sebagai orang tua memiliki peran yang penting dalam pencapaian imunisasi anak. ​Menurut
teori Health Belief Model, ada 3 kategori utama dalam pelayanan
kesehatan yaitu persepsi individu, faktor-faktor modifikasi yang
terdiri-dari usia, jenis kelamin, etnis, kepribadian, sosial-ekonomi,
pengetahuan, cuess to action (isyarat untuk bertindak), serta
kemungkinan tindakan. Selain teori HBM ada model Keonseptual
Pengambilan Keputusan Perental menurut Sturm et.al. (2005),

Anda mungkin juga menyukai