Anda di halaman 1dari 13

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pentingnya pendidikan dalam membentuk bangsa yang terhormat karena pendidikan dapat
mengubah ke arah yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Sauri S (2012 hlm.) .
Islam sangat menjunjung tinggi akhlak. Akhlak manusia akan menuntun kepada kebaikan di dunia
maupun di akhirat. Dengan akhlak manusia akan dimuliakan dan dengan akhlak pula akan membedakan
manusia satu dengan yang lainnya. Akhlak menurut agama Islam mempunyai dua sumber yaitu Alquran
dan As-Sunnah yang menjadi pegangan dalam menentukan segala urusan dunia dan akhirat.
Akhlak dari segi istilah :Menurut Imam al-Ghazali, "Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam
jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pertimbangan
terlebih dahulu."
Daripada definisi tersebut dapat kita fahami bahawa akhlak merupakan suatu perlakuan yang tetap
sifatnya di dalam jiwa seseorang yang tidak memerlukan daya pemikiran di dalam melakukan sesuatu
tindakan.
Menurut Sauri S (2012 hlm. 159) dalam bukunya Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam
hakikat akhlak yaitu :
Akhlak adalah jamak dari khuluq yang berarti adat kebiasaan (al-adat), perangai, tabiat (al sajjiyat),
watak (al thab), adab/ sopan santun (al-muru’at), dan agama (ad-din).Menurut para ahli masa lalu (al-
qudama) akhlaq adalah kemampuan jiwa untuk melahirkan suatu perbuatan secara spontan, tanpa
pemikiran atau pemaksaan.Sering pula yang dimaksud akhlaq adalah semua perbuatan yang lahir atas
dorongan jiwa berupa perbuatan baik atau buruk.
Dalam HR Imam Ahmad dikatakan bahwa “Jika ingin menjadi manusia terbaik, lakukanlah
kebaikan terhadap manusia lain, maka engkau akan menjadi manusia terbaik”.
Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang dirinya sendiri, dimana manusia melihat atau
merasakan diri sendiri sebagai berhadapan dengan baik dan buruk.Disitulah membedakan halal dan
haram, hak dan bathil, boleh dan tidak boleh dilakukan, meskipun dia bisa melakukan.Itulah hal yang
khusus manusiawi.Dalam dunia hewan tidak ada hal yang baik dan buruk atau patut tidak patut, karena
hanya manusialah yang mengerti dirinya sendiri, hanya manusialah yang sebagai subjek menginsafi
bahwa dia berhadapan pada perbuatannya itu, sebelum, selama dan sesudah pekerjaan itu
dilakukan.Sehingga sebagai subjek yang mengalami perbuatannya dia bisa dimintai
pertanggungjawaban atas perbuatannya itu.
Pada kenyataannya, di lingkungan masyarakat masih banyak ditemukan perpecahan (disintegrasi)
maupun gesekan-gesekan sosial seperti kawan menjadi lawan, perkelahian, tawuran bahkan peperangan.
Hal tersebut disebabkan karena tidak adanya rasa peduli terhadap orang lain, terutama tidak saling
berusaha menjadi manusia yang terbaik.
Oleh karena itu, berdasarkan permasalahan tersebut penulis bermaksud untuk dalam makalah yang
berjudul “Hakikat Pendidikan Akhlak”

1.2 Rumusan Masalah


a. Apakah yang dimaksud dengan pendidikan akhlak?
b. Apa sajakah macam-macam akhlak?

1
c. Bagaimanakah proses dalam mengaktualisasikan pendidikan akhlak ?
d. Apa sajakah hambatan-hambatan dalam mengaktualisasikan pendidikan akhlak ?
e. Bagaimanakah menjadi manusia yang memiliki akhlak islamiyah?
f. Apakah perbedaan antara akhlak, moral, dan nilai?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum


Untuk mengetahui konsep tentang hakikat akhlak dan perbedaannya dengan moral dan nilai
serta mengetahui konsep menjadi manusia yang berakhlak islamiyah.

1.3.2 Tujuan Khusus


Adapun tujuan khususnya ialah:
a) Untuk mengetahui pengertian pendidikan akhlak
b) Untuk mengetahui konsep akhlak dalam ajaran Islam, Hindu dan Budha
c) Untuk mengetahui macam-macam akhlak
d) Untuk mengetahi tingkatan-tingkatan akhlak pada seseorang
e) Untuk mengetahui perbedaan akhlak, moral dan nilai
f) Untuk mengetahui menjadi manusia yang memiliki akhlak islamiyah

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Manfaat Teoritis


Memperkuat teori tentang hakikat pendidikan akhlak

1.4.2 Manfaat Praktis


Adapun manfaat praktis dari makalah ini ialah:
a) Menjadi salah satu panduan untuk membuat sebuah makalah mengenai hakikat akhlak
b) Menjadi bahan referensi bagi siapa saja yang hendak membuat makalah mengenai hakikat akhlak
c) Membantu mahasiswa baru atau pemula dalam memahami hakikat akhlak

1.5 Metode Penulisan


Metode yang digunakan pada penulisan makalah ini adalah studi pustaka (Library Research )
dengan mengambil sumber-sumber referensi dari bernbagai literatur yang berkaitan dengan masalah
yang hendak di paparkan diantanya buku, jurnal, maupun blog. Kemudian penulis menganalisis apa
yang telah dibaca untuk di paparkan dalam makalah ini.

1.6 Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan: Bab I memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat
penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan
Bab II Landasan Teoritis : Bab ini memuat pengertian akhlak, pendidikan akhlak, macam-macam
akhlak, tingkatan-tingkatan akhlak pada seseorang, perbedaan akhlak, moral dan nilai, dan menjadi
manusia yang memiliki akhlak islamiyah.
Bab III Pembahasan
Bab IV Simpulan Dan Rekomendasi

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Pendidikan Akhlak

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana dalam mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang berubah ke arah yang lebih baik dan pendidikan pun dapat mewujudkan
hubungan antar manusia yang lebih harmonis.

Akhlak berasal dari bahasa Arab jama’ dari khuluqun yang menurut bahasa diartikan sebagai budi
pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan
perkataan khalqun yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan khaliq yang berarti pencipta, dan
makhluq yang berarti yang diciptakan. (Ya'qub, 1988: 11)

Akhlak itu adalah adat yang dengan sengaja dikehendaki adanya, jika anda menghendaki katakanlah
bahwa akhlak itu ialah ‘azimah atau kemauan yang kuat tentang sesuatu yang dilakukan berulang-ulang
sehingga menjadi adat atau membudaya yang mengarah kepada kebaikan dan keburukan. (Al Hufy, 1978:
hlm. 13)

Pendidikan akhlak adalah inti pendidikan semua jenis pendidikan karena ia mengarahkan terciptanya
perilaku lahir dan batin manusia sehingga menjadi manusia yang seimbang dalam arti terhadap dirinya
maupun terhadap luar dirinya. Dengan demikian, pendekatan pendidikan akhlak bukan monolitik dalam
pengertian harus menjadi nama bagi suatu mata pelajaran atau lembaga, melainkan terintegrasi kedalam
berbagai mata pelajaran atau lembaga. Sauri S (2012: hlm. 169)

2.2 Konsep akhlak dalam ajaran Islam, Hindu, dan Budha


Akhlak dalam ajaran Islam yaitu mengerjakan perbuatan yang baik dan menjauhi perbuatan yang
munkar, berdiri tegak pada kebenaran dan keadilan. Islam tidak memberi petunjuk kecuali kepada akhlak
yang utama dan nilai-nilai yang tinggi.

Akhlak dalam ajaran Hindu yang termaktub dalam kita Veda yaitu sifat patuh dan disiplin dalam
melaksanakan upacara-upacara ajarannya sebagaiman mestinya. Manakala seseorang dapat melaksanakan
kewajiban tersebut dengan sempurna, dapatlah dipandang sebagai orang yang mencapai derajat kemuliaan
yang sesungguhnya.

Akhlak dalam ajaran Budha yaitu meliputi 8 perkara diantaranya melazimi kebaikan, bersifat kasih
sayang, suka menolong, mencintai orang lain, suka memaafkan orang, ringan dalam kebaikan, mencabut
diri sendiri dari sekalian kepentingan yang penting-penting, mogok dari hajat kalau perlu dikorbankan
untuk menolong orang lain. (Ya'qub, 1988: 33-35)

2.3 Macam-macam Akhlak

2.3.1 Akhlak Terpuji (Mahmudah)


Akhlak mahmudah ialah perbuatan terpuji menurut pandangan akal dan syariat Islam. Akhlak
mahmudah ini ialah sifat Rasulullah saw, dan amalan utama penganut Islam sejati. Imam Ghazali telah

3
menetapkan empat prisnsip utama akhlak yang menunjangi akhlak manusia bagi melahirkan akhlak
terpuji yaitu:

a) Hikmah ( Kebijaksanaan)
b) Adil
c) Syajaah
d) Iffah

2.3.2 Akhlak Tercela (Mazmumah)


Akhlak mazmumah ialah perbuatan tercelai menurut pandangan akal dan syariat Islam. Akhlak
mazmumah ini bukan sifat Rasulullah s.a.w. dan amalan utama penganut Islam sejati, sebagaimana
sabda Rasulullah s.a.w. yang bermaksud, “Tidak akan masuk ke dalam syurga orang yang dalam
hatinya terdapat kesombongan yang sebesar zarah.” (Riwayat Muslim)

Akhlak tercela atau akhlak buruk dalam bahasa Arab dikenali sebagai sifat-sifat mazmumah,
merupakan sifat-sifat yang bercanggah dengan ajaran al-Quran dan as-Sunnah. Sebarang sifat dan
akhlak yang tergolong dalam kategori akhlak buruk amat dibenci dan dikeji dalam pandangan Islam.
Antara akhlak atau sifat mazmumah ialah menyengutukan Allah Swt, bohong, takbur, dengki, khianat,
bakhil, marah dan sebagainya.

2.4 Tingkatan-tingkatan akhlak pada seseorang


Terdapat beberapa derajat yang berbeda-beda dan lapisan yang bertingkat-tingkat dalam akhlak. Yaitu
akhlak adalah Nafsiyah (bersifat kejiwaan) atau Ma’nawiyah (sesuatu yang abstrak), dan bentuknya yang
kelihatan dinamakan Mu’amalah (Tindakan) atau Suluk (Perilaku), maka akhlak adalah sumber dan
perilaku adalah bentuknya. (Al Hufy, 1978:14)

2.5 Perbedaan akhlak, moral, dan nilai


Dalam bahasa Indonesia selain menerima perkataan akhlak, etika, dan moral yang masing masing
berasal dari bahasa Arab, Yunani dan Latin, juga dipergunakan beberapa perkataan yang makna dan
tujuannya sama atau hampir sama dengan perkataan Akhlak. Yaitu susila, kesusilaan, tata susila, budi
pekerti, kesopanan, sopan santun, adab, perangai, tingkah laku, perilaku dan kelakuan.

Moral berasal dari bahasa latin Mores kata jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan. Dalam bahasa
indonesia, moral diterjemahkan dengan arti “susila”. Yang dimaksud dengan moral ialah sesuai dengan
ide ide yang umum, diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan wajar. Jadi sesuai dengan
ukuran ukuran tindakan yang umum diterima yang meliputi kesatuan sosial atau lingkungan tertentu.
(Ya'qub, 1988: 14)

Menurut Ustadz Sofyan Sauri dalam bukunya Filsafat dan Teosofat Akhlak (2011:7) nilai adalah fitrah
tauhidullah yang dikembangkan dan diinternalisasikan dalam pribadi seseorang untuk mencapai akhlak
mulia demi kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Menurut Djahiri (1999) nilai adalah harga, makna, isi, dan pesan, semangat atau jiwa yang tersurat dan
tersirat dalam fakta, konsep, dan teori sehingga bermakna secara fungsional. Disini nilai difungsikan
untuk mengarahkan, mengendalikan, dan menentukan kelakuan seseorang karena nilai standar perilaku.

4
2.6 Menjadi Manusia Yang Memiliki Akhlak Islamiyah
Dalam buku akhlak Nabi Muhammad saw, al-hufi (1978:41-58) menjelaskan bahwa sifat-sifat utama
utama menjadikan berakhlak mulia ialah taqwa. Pengertian taqwa selain mengandung sifat-sifat yang
utama dan membuang semua sifat-sifat yang rendah, yaitu makna makna yang terperinci yang berkaitan
dengan sifst-difat yang utama dan tertentu sebagai berikut:

a) Sifat pemurah
b) Sifat Syaja’ah (keberanian)
c) Sifat adil
d) Sifat ‘Iffah ( memelihari diri dari maksiat )
e) Sifat benar
f) Memenuhi janji
g) Sifat ramah
h) Sifat al’afwu
i) Sifat sabar
j) Sifat amanah
k) Kokoh ‘azimah ( kemauan yang keras )

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Akhlak


Akhlak disebut juga ilmu tingkah laku atau perangai (‘ilm al-suluk) atau tahzib al-ahlak (falsafat
akhlak), atau al-hikmat al-‘amaliyyat yang dimaksud adalah pengetahuan tentang keutamaan-keutamaan
dan cara memperolehnya, agar jiwa mnjadi bersih dan pengetahuan tentang kehinaan-kehinaan jiwa untuk
mensucikannya.
Akhlak adalah perilaku yang spontan muncul dari diri seseorang, ia dapat muncul akibat perilaku yang
terus berulang sehingga menjadi kebiasaan dan melekat pada diri seseorang. Ketika seseorang melakukan
suatu hal pada keadaan tertentu kemudian diwaktu yang lain tidak melakukannya lagi, maka itu belum
disebut dengan akhlak, contoh : ada seorang pedagang buah, beliau menimbang buah sesuai yang diminta
oleh pembeli, namun suatu hari ia mengurangi timbangannya, berarti pedagang tersebut belum memiliki
akhak yang jujur atau seseorang
Kita telah memiliki contoh yang sempurna dalam akhlak, beliau adalah Rasulullah SAW. Karena akhlak
beliau sudah di puji kemulyaannya oleh Allah SWT, sebagaimana firmannya yang artinya “sesungguhnya
didalam diri baginda Rasulullah terdapat akhlak yang agung”. Segala perilaku yang baik pada diri
Rasulullah SAW sudah menjadi tabiat tidak berubah tidak melihat waktu dan tidak melihat keadaan.
Akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara Khaliq dengan
makhluk dan antara makhluk dengan makhluk. Akhlak sangat berperan penting dalam kelangsungan hidup
dan kehidupan manusia karena dengan akhlak manusia mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan
lingkungannya. Dan akhlak juga merupakan gambaran dari jiwa yang tersembunyi.

3.2 Konsep akhlak dalam ajaran Islam, Hindu, dan Budha


Akhlak yang dijelaskan dalam ajaran islam sangatlah sempurna karena islam sebagai rahmat bagi
seluruh alam. Dengan banyaknya Rasul yang telah diutus Allah Swt. untuk merehabilitasi akhlak

5
umatnya. Dua puluh lima Rasul yang dicatat dalam Al-Qur’an dari mulai nabi Adam a.s sampai nabi akhir
zaman yaitu Nabi muhammad Saw.
Akhlak yang dipandang baik dalam ajaran Hindu ialah kemerdekaan, kesehatan , kekayaan, kebahagiaan
yang sempurna itu dapat dicapai manakala seseorang patuh melaksanakan upacara keagamaan dengan baik
dan sempurna.

3.3 Macam-macam Akhlak


Akhlak terbagi menjadi dua yaitu akhlak mahmudah dan mazmumah. Ada pun penjelasannya sebagai
berikut:

3.3.1 Akhlak Mahmudah


Akhlak menjadi tolak ukur menilai seseorang, apakah seseorang itu berperilaku baik atau tidak
baik. Sehingga akhlak pun terbagi menjadi dua yaitu akhlak mahmudah atau akhlak terpuji dan
akhlak mazmumah atau akhlak tercela.

Imam al Ghazali berpendapat bahawa akhlak yang baik dapat dicapai melalui proses mujahadah
dan riadah dengan melawan hawa nafsu dan coba mempertingkatkan akhlak diri sendiri.

Akhlak mahmudah merupakan akhlak terpuji atau akhlak baik. Contohnya, pemaaf, sabar, tidak
ingkar janji, husnudzan dan lain sebagainya. Akhlak yang membuat orang tersebut menjadi mulia
karena terpancar dari perilakunya yang baik, dari perkataannya lemah lembut dan sopan santun serta
akhlak mahmudah ini semuanya membawa kebaikan dan tidak akan merugikan orang lain.

Setiap akhlak terpuji selalu ada tuntunan dalam al-Qur’an dan hadits nabi. Dari Imam Malik
berkata “setiap agama memiliki akhlak, dan akhlak islam ialah malu”. Malu merupakan dasar akhlak
manusia, karena dengan memiliki rasa malu pada Allah swt, akan takut untuk melakukan perbuatan-
perbuatan tercela dan keji.

Diantara sekian banyak perilaku terpuji, berikut ini adalah beberapa diantaranya yaitu:

a) Hikmah/bijaksana
Sikap hikmah ini akan melahirkan sifat baik hati, cerdik, pemurah, berprasangka baik, dan
pertimbangan baik.
b) 'Adl/adil
Sikap adil terdapat dua bentuk, yaitu:
- adil terhadap perseorangan, maksudnya suatu tindakan memberi hak kepada yang berhak
menerimanya. Seperti suatu keadaan dimana kita menggunakan hak sesuai kebutuhannya,
dan tanpa melewati batas. Atau ketika kita memberikan hak kepada orang lain tanpa
menguranginya sedikitpun.
- adil terhadap hal hal yang berhubungan dengan masyarakat dan pemerintahan
c) Syajaah/berani
Sikap keberanian ini melipuyi banyak aspek dalam kehidupan. Namum yang lebih mendapat
perhatian disini adalah keberanian dalam menguasai hawa nafsu dikala marah, ketika
menghadapi bahaya, yang membuat seseorang berbuat semestinya.
d) Iffah
Sikap ini adalah suatu keadaan yang muncul dari diri sendiri dalam mendidik kemauan nafsu
syahwat agar tunduk terhadap akal dan syariat.

6
3.3.2 Akhlak Mazmumah
Akhlak tercela atau akhlak buruk dalam bahasa Arab dikenali sebagai sifat-sifat mazmumah,
merupakan sifat-sifat yang bercanggah dengan ajaran al-Quran dan as-Sunnah. Sebarang sifat dan
akhlak yang tergolong dalam kategori akhlak buruk amat dibenci dan dikeji dalam pandangan Islam.
Akhlak atau sifat mazmumah contohnya seperti berikut:

a) Riya : Beramal atau melakukan suatu perbuatan baik dengan niat ingin mendapat pujian dari orang
lain atau disebut dengan pamer

b) Ujub : Mengagumi diri sendiri


c) Sum’ah : Melakukan perbuatan atau berkata sesuatu agar di dengar orang lain dengan maksud agar
namanya dikenal.
d) Takabbur : Mengbanggakan diri sendiri karena merasa dirinya lebih baik dari yang lain
e) Tamak: serakah atau rakus terhadap apa yang ingin dimiliki
f) Malas : enggan melakukan sesuatu
g) Fitnah: mengatakan sesuatu yang bukan sebenarnya. Memfitnah, merupakan salah satu dosa yang
sangat dilarang oleh agama karena fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan
h) Bakhil: tidak suka membagi atau memberi sesuatu yang dimiliki pada orang lain.

3.4 Tingkatan-tingkatan akhlak pada seseorang


Ternyata ada beberapa derajat tingkatan dalam akhlak, yang pertama adalah Nafsiyah (bersifat kejiwaan)

atau Ma’nawiyah (sesuatu yang abstrak), jiwa adalah sesuatu yang tidak kasat mana, jiwa adalah

tersembunyi, yang dimiliki oleh setiap makhluk, maka akhlak bermula dari dorongan jiwa dan dari rasa
ingin melakukan sesuatu.

Betapa banyak orang yang butuh bantuan disekitar kita, tentu sebagai seseorang yang merasa terpanggil
jiwanya ingin menolong orang yang butuh bantuan atau banyak kita berjumpa dengan berbagai macam
orang yang memiliki keunikannya masing-masing, tentu sebagai seseorang yang memiliki fitrah yang baik
atau dorongan jiwa yang baik tentu ingin berlaku baik kepada setiap orang, namun apakah hal tersebut
direalisasikan atau hanya menjadi sebuah keinginan hati.

Karena tingkatan yang kedua adalah Mu’amalah (Tindakan) atau Suluk (Perilaku), setelah jiwanya
terdorong untuk melakukan sesuatu, maka wujudnya adalah perilaku atau tindakan yang muncul secara
spontan tanpa dipikir atau dipertimbangkan terlebih dahulu atau tindakan tersebut mudah untuk
direalisasikan.

Akhlak itu bisa jadi berasal dari tabi’at aslinya, dan ada pula yang diperoleh dari kebiasaan yang
berulang – ulang. Boleh jadi pada mulanya tindakan – tindakan itu melalui pikiran dan pertimbangan,
kemudian dilakukan terus – menerus maka jadilah suatu akhlak.

3.5 Perbedaan Akhlak, Moral, dan Nilai

3.5.1 Akhlak
Secara bahasa, berasal dari bahasa Arab yaitu khuluqun yang diartikan sebagai budi pekerti,
perangai, tingkah laku, atau tabiat.

7
Akhlak bersifat spontan, kebiasaan jiwa, dan dilakukan secara berulang ulang.Yang menjadi sumber
akhlak adalah yang menjadi ukuran baik dan buruk atau mulia dan tercela. Sumber akhlak adalah Al-
Quran dan sunah.

3.5.2 Moral
Secara bahasa, berasal dari bahasa Latin yaitu Mores, bentuk jamak dari Mos yang diartikan sebagai
adat kebiasaan. Dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai "Susila".

Moral lebih banyak bersifat praktis.

Selain itu, terdapat pengertian moral dalam kamus filsafat diantaranya:

a) Menyangkut kegiatan-kegiatan yang dipandang baik atau buruk, benar atau salah, tepat atau
tidak tepat.
b) Sesuai dengan kaidah-kaidah yang diterima, menyangkut apa yang dianggap benar, baik, adil
dan pantas.
c) Memiliki:
·Kemampuan untuk diarahkan oleh (dipengaruhi oleh) keinsyafan benar atau salah.
·Kemampuan untuk mengarahkan (mempengaruhi) orang lain sesuai dengan kaidah-kaidah
perilaku nilai benar dan salah.
d) Menyangkut cara seseorang bertingkah laku dalam berhubungan dengan orang lain
Moral pun ada dua macam yaitu sebagai berikut:
a) Moral keagamaan merupakan moral yang selalu berdasarkan pada ajaran agama Islam.
b) Moral sekuler merupakan moral yang tidak berdasarkan pada ajaran agama dan hanya bersifat
duniawi semata-mata.

3.5.3 Nilai
Menurut Fraenkel (1977) “A Value is an idea- a concept about- what some thinks is important in
life ( nilai adalah ide atau konsep tentang apa yang dipikirkan seseorang atau dianggap penting oleh
seseorang)

Nilai, mempunyai definisi yang sangat beragam dilihat dari berbagai sudut pandangnya. Misalnya,
Allport (Mulyana, 2004: 9) mendefinisikan nilai sebagai sebuah keyakinan yang membuat seseorang
bertindak atas dasar pilihannya. Sebagai seorang ahli psikologi kepribadian, Allport menyatakan
bahwa nilai terjadi pada wilayah psikologis yang disebut keyakinan. Keyakinan merupakan wilayah
psikologis tertinggi dari wilayah lainnya seperti hasrat, motif, sikap, keinginan dan kebutuhan. Oleh
karenanya, keputusan benar-salah, baik-buruk, indah-tidak indah pada wilayah ini merupakan hasil dari
sebuah rentetan proses psikologis yang kemudian mengarahkan individu pada tindakan dan perbuatan
yang sesuai dengan nilai pilihannya.

Lalu Kupperman (Mulyana, 2004: 9) menafsirkan nilai sebagai patokan normatif yang
mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihannya di antara cara-cara tindakan alternatif. Ia
memberi penekanan pada norma sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku manusia.
Sebagai seorang sosiolog, Kupperman memandang norma sebagai salah satu bagian terpenting dari
kehidupan sosial. Oleh karena itu, salah satu bagian terpenting dalam proses pertimbangan nilai (value
judgement) adalah pelibatan nilai-nilai normatif yang berlaku di masyarakat.

8
Dalam teori nilai yang digagas oleh Spranger (Mulyana, 2004: 32) menjelaskan ada enam orientasi
nilai yang sering dijadikan rujukan oleh manusia dalam kehidupannya. Dalam pemunculannya, enam
nilai tersebut cenderung menampilkan sosok yang khas terhadap pribadi seseorang. Ke-enam nilai
tersebut adalah sebagai berikut:

Nilai teoretik, yang melibatkan pertimbangan logis dan rasional dalam memikirkan dan
membuktikan kebenaran sesuatu. Nilai teoretik memiliki kadar benar-salah menurut pertimbangan
akal. Oleh karena itu nilai erat dengan konsep, aksioma, dalil, prinsip, teori dan generalisasi yang
diperoleh dari sejumlah dan pembuktian ilmiah. Komunitas manusia yang tertarik pada nilai ini adalah
para filosof dan ilmuwan.

Nilai ekonomis, yang terkait dengan pertimbangan nilai yang berkadar untung-rugi. Objek yang
ditimbangnya adalah “harga” dari suatu barang atau jasa. Karena itu, nilai ini lebih mengutamakan
kegunaan sesuatu bagi kehidupan manusia. Oleh karena pertimbangan nilai ini relatif pragmatis,
Spranger melihat bahwa dalam kehidupan manusia seringkali terjadi konflik antara kebutuhan nilai
ekonomis ini dengan nilai lainnya. Kelompok manusia yang tertarik nilai ini adalah para pengusaha
dan ekonom.

Nilai estetik, yang menempatkan nilai tertingginya pada bentuk dan keharmonisan. Apabila nilai ini
ditilik dari subyek yang memiliknya, maka akan muncul kesan indah-tidak indah. Nilai estetik berbeda
dengan nilai teoretik. Nilai estetik lebih mengandalkan pada hasil penilaian pribadi seseorang yang
bersifat subyektif, sedangkan nilai teroretik lebih melibatkan penilaian obyektif yang diambil dari
kesimpulan atas sejumlah fakta kehidupan. Nilai estetik banyak dimiliki oleh para seniman seperti
musisi, pelukis, atau perancang model.

Nilai sosial, yang merupakan nilai tertinggi dari nilai ini adalah kasih sayang di antara manusia.
Karena itu kadar nilai ini bergerak pada rentang kehidupan yang individualistik dengan yang altruistik.
Sikap yang tidak berpraduga jelek terhadap orang lain, sosiabilitas, keramahan, serta perasaan simpati
dan empati merupakan kunci keberhasilan dalam meraih nilai sosial. Nilai sosial ini banyak dijadikan
pegangan hidup bagi orang yang senang bergaul, suka berderma, dan cinta sesama manusia.

Nilai politik yaitu nilai tertinggi dalam nilai ini adalah kekuasaan. Karena itu, kadar nilainya akan
bergerak dari intensitas pengaruh yang rendah sampai pengaruh yang tinggi (otoriter). Kekuatan
merupakan faktor penting yang berpengaruh pada diri seseorang. Sebaliknya, kelemahan adalah bukti
dari seseorang kurang tertarik pada nilai ini. Dilihat dari kadar kepemilikannya nilai politik memang
menjadi tujuan utama orang-orang tertentu seperti para politisi dan penguasa.

Nilai agama, yang secara hakiki sebenarnya nilai ini merupakan nilai yang memiliki dasar
kebenaran yang paling kuat dibandingkan dengan nilai-nilai sebelumnya. Nilai ini bersumber dari
kebenaran tertinggi yang datangnya dari Tuhan. Nilai tertinggi yang harus dicapai adalah kesatuan
(unity). Kesatuan berarti adanya keselarasan semua unsur kehidupan, antara kehendak manusia dengan
kehendak Tuhan, antara ucapan dengan tindakan, antara i’tikad dengan perbuatan. Spranger melihat
bahwa pada sisi nilai inilah kesatuan filsafat hidup dapat dicapai. Di antara kelompok manusia yang
memiliki orientasi kuat terhadap nilai ini adalah para nabi, imam, atau orang-orang sholeh.

Maka dapat disimpulkan bahwa akhlak, moral, dan nilai adalah beberapa perkataan yang makna dan
tujuannya hampir sama mengenai perilaku manusia.

9
Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa
akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik
tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.

Cara membedakan akhlak, moral dan etika yaitu Dalam etika, untuk menentukan nilai perbuatan
manusia baik atau buruk menggunakan tolok ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan dalam moral dan
susila menggunakan tolok ukur norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung dalam
masyarakat (adat istiadat), dan dalam akhlaq menggunakan ukuran Al Qur’an dan Al Hadits untuk
menentukan baik-buruknya.

3.6 Menjadi Manusia yang Memiliki Akhlak Islamiyah


Menjadi manusia yang mulia merupakan dambaan semua orang tidak ada pengecualian sekalipun ia
seorang penjahat yang suka maksiat pasti mereka menginginkan keturunannya shaleh shalehah yang
mempunyai budi pekerti yang luhur. Akan tetapi untuk menjadi manusia yang berakhlak mulia
membutuhkan keteguhan hati dan pendirian yang kuat seperti melaksanakan segala apa yang di
perintahkan Allah dan Rasulnya serta menjauhi apa saja yang di larang oleh Allah dan Rasulnya yang
disebut dengan taqwa.
Semua orang ingin mendapatkan kebahagiaan di dunia serata akhirat dan menghapapkan tempat kembali
yang bahagia yaitu surga akan tetapi Allah swt, menyediakan surga hanya untuk orang-orang yang
bertaqwa sebagaimana firmannya “wajannatin ‘ardhuhas samawati wal’ardh u’iddat lilmuttaqiin” artinya
Allah menyediakan surga yang bidangnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang
bertaqwa. (QS. Ali Imran:133).
Dalam bukunya al hufi menjelaskan bahwa orang yang bertaqwa memiliki sifat-sifat utama yang
disebutkan sekitar sebelas sifat diantanya:
a) Sifat pemurah maksudanya orang yang mampu memberikan hartanya fi sabilillah (di jalan Allah) maka
Allah akan memberikan pahala yang besar dan ditempatkan ditempat yang indah surganya Allah swt.
Begitu luar biasa menjadi orang yang pemurah. Sebagaimana sabdanya dalam al-Qur’an surat al-lail
ayat 5-7 yang berbunyi:

) ٧( ‫س ُرهُ ِل ْليُس َْرى‬ َ ‫) َف‬٦( ‫صدَّقَ بِ ْال ُح ْسنَى‬


ِّ ِ َ‫سنُي‬ َ ‫فَأ َ َّما َم ْن أ َ ْع‬
َ ‫) َو‬٥( ‫طى َواتَّقَى‬
Artinya: “Maka barangsiapa memberikan (hartanya) di jalan Allah dan bertaqwa dan membenarkan
adanya pahala yang terbaik (surga) , maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.”
(QS. Al- Lail:5-7)
b) sifat syaja’ah (keberanian) artinya orang yang memiliki akhlak islami itu harus berani dalam
memberantas kebathilan sekalipun dengan nyawanya. Sebagaimana firmannya,
َ ‫ار َو ْليَ ِجد ُْوا فِ ْي ُك ْم ِغ ْل‬
‫ظةً َوا ْعلَ ُم ْوا‬ ِ َّ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذيْنَ آ َمنُ ْوا قَاتِلُ ْوا الَّ ِذيْنَ يَلُ ْونَ ُك ْم ِمنَ ْال ُكف‬
)123( َ‫أ َ َّن هللاَ َم َع ْال ُمت َّ ِقيْن‬

Artinya “Hai orang-orang yang beriman perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan
hendaklah mereka merasakan sikap tegas darimu, dan ketahuilah bahwa Allah bersama orang yang
betakwa.” (QS. At-Taubah: 123)

c) Sifat adil yang berhubungan dengan taqwa. Allah swt berfirman:

َ‫َّللا‬ َ ‫علَ ْي ِه ِب ِمثْ ِل َما ا ْعتَدَ ٰى‬


َّ ‫ع َل ْي ُك ْم ۚ َواتَّقُوا‬ َ ‫علَ ْي ُك ْم فَا ْعتَد ُوا‬
َ ‫فَ َم ِن ا ْعتَدَ ٰى‬

10
)194( َ‫َّللاَ َم َع ْال ُمتَّقِين‬
َّ ‫َوا ْعلَ ُموا أ َ َّن‬
Artinya , “Oleh sebab itu, barang siapa menyerang kamu, maka seranglah dia setimpal dengan
serangannya terhadap kamu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-
orang yang bertakwa. (QS. Al-Baqarah : 194)
d) Sifat ‘Iffah ( memelihari diri dari maksiat ), sifat ini sangat penting sebagai benteng diri kita dari segala
kemaksiatan yang berhubungan dengan taqwa. Allah berfirman:
ْ َ‫ض ْعنَ بِ ْالقَ ْو ِل َفي‬
‫ط َم َع‬ َ ‫اء ۚ ِإ ِن ات َّ َق ْيت ُ َّن فَ ََل ت َ ْخ‬
ِ ‫س‬َ ِّ‫ي ِ لَ ْست ُ َّن َكأ َ َح ٍد ِمنَ ال ِن‬
ِّ ‫سا َء النَّ ِب‬
َ ِ‫يَا ن‬
)32( ‫ض َوقُ ْلنَ قَ ْو ًًل َم ْع ُروفًا‬ ٌ ‫الَّذِي فِي قَ ْلبِ ِه َم َر‬
Artinya , “Wahai istri-istri Nabi! Kamu tidak seperti perempuan-perempuan yang lain, jika kamu
bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk (melemah lembutkan suara) dalam berbicara sehingga
bangkit nafsu orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik. (QS. Al-
Ahzab : 32)
e) Sifat benar, menjadi orang senantiasa ada dalam kebenaran. Sebagaimna firman Allah Swt.
َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا اتَّقُوا‬
َّ ‫َّللاَ َو ُكونُوا َم َع ال‬
)119( َ‫صا ِدقِين‬
Artinya “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu
bersama orang-orang yang benar”.(QS. At-Taubah 119)
f) Memenuhi janji adalah cabang dari taqwa, Allah Swt. berfirman:

ۚ ‫علَى ْال ُمؤْ ِمنِينَ َوأ َ ْلزَ َم ُه ْم َك ِل َمةَ الت َّ ْق َو ٰى َو َكانُوا أ َ َح َّق ِب َها َوأ َ ْهلَ َها‬ ُ ‫علَ ٰى َر‬
َ ‫سو ِل ِه َو‬ َ ُ‫س ِكي َنتَه‬ َّ ‫فَأ َ ْنزَ َل‬
َ ُ‫َّللا‬
)26( ‫ع ِلي ًما‬ َ ٍ‫ش ْيء‬َ ‫َّللاُ ِب ُك ِِّل‬
َّ َ‫َو َكان‬
Artinya : “Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin
dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat-takwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa
itu dan patut memilikinya. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.(QS. Al Fath:26)
g) Sifat ramah adalah sebuah dahan dari pohon taqwa. Allah berfirman:

)56( َ‫ْت ِم ْن ُه ْم ث ُ َّم َي ْنقُضُونَ َع ْهدَ ُه ْم ِفي ُك ِِّل َم َّر ٍة َو ُه ْم ًَل َيتَّقُون‬ َ َ‫الَّذِين‬
َ ‫عا َهد‬
Artinya: “(Yaitu) orang-orang yang kamu telah mengambil perjanjian ‫س ِيِّئ َ ٍة‬
َ ‫ َو َجزَ ا ُء‬dari mereka,
sesudah itu mereka mengkhianati janjinya pada setiap kalinya, dan mereka tidak takut (akibat-
akibatnya) (QS. An Anfal : 56).
h) Sifat al’afwu (memaafkan) adalah sebagian dari taqwa, Allah berfirman :

َّ ُّ‫َّللا ۚ ِإنَّهُ ًَل ي ُِحب‬


)40( ‫الظا ِل‬ َ ُ‫صلَ َح فَأ َ ْج ُره‬
ِ َّ ‫علَى‬ ْ َ‫عفَا َوأ‬
َ ‫س ِيِّئَةٌ ِمثْلُ َها ۖ فَ َم ْن‬
َ
Artinya : “Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa
memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak
menyukai orang-orang yang zalim (QS. Asy Syura : 40)
i) Sifat sabar sekelumit dari taqwa, Allah berfirman :

‫صب ُْر َك‬ َ ‫صبِ ْر َو َما‬ ْ ‫) َوا‬126( َ‫صابِ ِرين‬ َّ ‫صبَ ْرت ُ ْم لَ ُه َو َخي ٌْر ِلل‬ ُ ‫عاقَ ْبت ُ ْم فَعَاقِبُوا بِ ِمثْ ِل َما‬
َ ‫عوقِ ْبت ُ ْم بِ ِه ۖ َولَ ِئ ْن‬ َ ‫َوإِ ْن‬
‫َّللاَ َم َع الَّذِينَ اتَّقَ ْوا َوالَّذِينَ ُه ْم‬
َّ ‫) إ َّن‬127 ( َ‫ق ِم َّما َي ْم ُك ُرون‬ ٍ ‫ض ْي‬ َ ‫ع َل ْي ِه ْم َو ًَل تَكُ ِفي‬ َ ‫اَّللِ ۚ َو ًَل تَ ْحزَ ْن‬ َّ ‫ِإ ًَّل ِب‬
َ‫ُم ْح ِسنُون‬
Artinya : “Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama
dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah
yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.

11
Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan
Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit
dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan.
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat
kebaikan.(QS. An Nahl: 126-128)
j) Sifat amanah (jujur) adalah cabang dari pada taqwa, Allah berfirman:

ُ‫ضا فَ ْلي َُؤ ِدِّ الَّذِي اؤْ ت ُ ِمنَ أ َ َمانَتَه‬ ُ ‫ضةٌ ۖ فَإ ِ ْن أ َ ِمنَ بَ ْع‬
ً ‫ض ُك ْم بَ ْع‬ َ ‫َان َم ْقبُو‬ ٌ ‫سفَ ٍر َولَ ْم ت َ ِجدُوا َكاتِبًا فَ ِره‬ َ ‫علَ ٰى‬ َ ‫َوإِ ْن ُك ْنت ُ ْم‬
)283( ‫ع ِلي ٌم‬ َّ ‫ش َهادَة َ ۚ َو َم ْن َي ْكت ُ ْم َها فَإِنَّهُ آثِ ٌم قَ ْلبُهُ ۗ َو‬
َ َ‫َّللاُ ِب َما ت َ ْع َملُون‬ َّ ‫َّللاَ َربَّهُ ۗ َو ًَل ت َ ْكت ُ ُموا ال‬
َّ ‫ق‬ ِ َّ ‫َو ْل َيت‬

Artinya : “Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak
memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang
berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang
dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang
menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Baqarah: 283).
k) Kokoh ‘azimah ( kemauan yang keras ) adalah satu kenyataan dari taqwa, Allah berfirman:

‫ان‬
ِ ‫ط‬َ ‫ش ْي‬
َّ ‫ف ِمنَ ال‬ ٌ ِ‫طائ‬ َ ‫س ُه ْم‬َّ ‫) ِإ َّن الَّذِينَ اتَّقَ ْوا ِإذَا َم‬199( َ‫ض َع ِن ْال َجا ِهلِين‬ ِ ‫ُخ ِذ ْال َع ْف َو َوأْ ُم ْر ِب ْالعُ ْر‬
ْ ‫ف َوأَع ِْر‬
‫ع ِلي ٌم‬
َ ‫س ِمي ٌع‬ َّ ‫ان ن َْزغٌ فَا ْست َ ِع ْذ ِب‬
َ ُ‫اَّللِ ۚ إِنَّه‬ ِ ‫ط‬َ ‫ش ْي‬ َ َ‫) َوإِ َّما يَ ْنز‬200( َ‫ْص ُرون‬
َّ ‫غنَّ َك ِمنَ ال‬ ِ ‫تَذَ َّك ُروا فَإِذَا ُه ْم ُمب‬
Artinya : “Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan maka berlindunglah kepada Allah.
Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada
orang-orang yang bodoh. Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was
dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-
kesalahannya(QS. Al-A’raf1 : 99-201).

BAB IV
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1 Simpulan

4.1.1 Simpulan Umum


Dari paparan diatas penulis dapat kengambil kesimpulan secara umum yaitu mengetahui konsep
tentang hakikat akhlak, perbedaan antara akhlak, nilai dan norma serta menjadi manusia yang memiliki
akhlakul islamiyah.

4.1.2 Simpulan Khusus


a) Akhlak berasal dari bahasa Arab jama’ dari khuluqun yang menurut bahasa diartikan sebagai budi
pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Kalimat tersebut menjelaskan bahwa adanya hubungan
erat antara individu dengan orang lain dalam melangsungkan hidup dan kehidupan, dihiasi dengan
budi pekerti yang baik serta tabiat yang mulia. Hal itu akan melahirkan keharmonisan dalam hidup
dan kehidupan.
b) Akhlak dalam ajaran Islam, Hindu dan Budha semuanya mengajarkan pada kebaikan dan
mengarahkan manusia untuk berperilaku baik antar sesama dan dituntut untuk melakukan ibadah
yang telah di syari’atkan oleh agamanya masing-masing.

12
c) Akhlak mahmudah ialah perbuatan terpuji menurut pandangan akal dan syariat Islam. Sedangkan
akhlak mazmumah kebalikannya dari akhlak mahmudah.
d) Tingkatan-tingkatan akhlak pada seseorang ada dua tingkatan pertama, adalah Nafsiyah (bersifat

kejiwaan) atau Ma’nawiyah (sesuatu yang abstrak), kedua, adalah Mu’amalah (Tindakan) atau

Suluk (Perilaku).
e) Perbedaan antara akhlak, nilai dan norma. Aklak Secara bahasa, berasal dari bahasa Arab yaitu
khuluqun yang diartikan sebagai budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Moral, Secara
bahasa, berasal dari bahasa Latin yaitu Mores, bentuk jamak dari Mos yang diartikan sebagai adat
kebiasaan. Dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai "Susila". Sedangkan Nilai, sebagai sebuah
keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya.
f) Menjadi manusia yang memiliki akhlak islamiyah yaitu kuncinya dengan ketaqwaan kepada Allah
Swt, bangga Islam sebagai agamanya, takut pada tuhannya dan cinta kepada Nabinya.

4.2 Rekomendasi
Setelah memaparkan semua materinya, penulis memberikan rekomendasi sebagai berikut:

a) Setelah membaca dan memahami tentang hakikat akhlak , pembaca dapat menjadikan makalah ini
sebagai salah satu panduan dalam melakukan penelaahan mengenai hakikat akhlak dan memberikan
kritikannya dalam upaya evaluasi makalah dari sudut pandang pembaca
b) Pembaca diharapkan membaca literatur lain yang dapat dijadikan bahan perbandingan untuk makalah
ini
c) Setelah membaca dan memahami isi kandungan dari makalah tersebut, pembaca dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari agar menjadi manusia yang berakhlakul karimah
d) Apa yang penulis paparkan dalam makalah ini tentu ada kekurangan. Diharapkan ada yang
melanjutkan pembahasan ini guna melengkapi kekurangan yang terdapat dalam kinerja penulis.

13

Anda mungkin juga menyukai