Disusun Oleh:
Puji dan Syukur saya haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan penyertaan-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan pendahuluan
yang berjudul Hubungan Antara Kurangnya Pengetahuan Ibu Terhadap Gizi Balita.
1. Dr. Muhammad Sajidin, S. Kep. M. Kes, selaku Ketua Stikes Bina Sehat PPNI
Mojokerto
2. Ana Zakiyah S. kep. Ns., M. Kes, selaku Kaprodi S1 Ilmu Keperawatan Stikes Bina
Sehat PPNI Mojokerto
3. Ifa Roifah S.Kep, Ns., M.Kes, ing kami, yang memberikan dorongan, ide, serta
masukan kepada kami.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, dari semua pihak demi
kesempurnaan penyusunan laporan pendahuluan ini di masa yang akan datang. Akhirnya
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita semua mengenai
Hubungan Antara Kurangnya Pengetahuan Ibu Terhadap Gizi Balita.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3 Tujuan .................................................................................................. 3
PENDAHULUAN
TINJAUAN TEORI
Sesuai dengan fungsinya, zat-zat gizi dapat kita golongkan menjadi tiga yaitu
zat tenaga, yang terdiri dari karbohidrat, lemak dan protein. Zat pembangun
berupa protein, mineral dan air. Zat pengatur tubuh terdiri dari vitamin, mineral,
protein dan air (Achmad, 2013). Zat-zat tersebut yang dibutuhkan oleh tubuh
untuk metabolisme.
a. Karbohidrat
Fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan energi bagi tubuh.
Karbohidrat merupakan sumber utama energi bagi penduduk di seluruh
dunia, karena banyak didapat di alam dan harganya relatif murah. Satu
gram karbohidrat menghasilkan 4 kalori. Sebagian karbohidrat di dalam
tubuh berada dalam sirkulasi darah sebagai glukosa untuk keperluan energi
segera, sebagian disimpan sebagai glikogen dalam hati dan jaringan otot,
dan sebagian diubah menjadi lemak untuk kemudian disimpan sebagai
cadangan energi di dalam jaringan lemak (Almatsier S, 2010).
Sumber karbohidrat adalah padi-padian atau serelia, umbi-umbian,
kacang-kacangan kering dan gula. Hasil olahan bahan-bahan ini adalah
bihun, mie, roti, tepung-tepungan, selai, sirup dan sebagainya. Sebagian
besar sayur dan buah tidak banyak mengandung karbohidrat. Sayur umbi-
umbian, seperti wortel dan bit serta sayur kacang-kacangan relatif lebih
banyak mengandung karbohidrat daripada sayur daun-daunan. Bahan
makanan hewani seperti daging, ayam, ikan telur dan susu sedikit
mengandung karbohidrat (Almatsier S, 2010).
b. Protein
Fungsi protein di dalam tubuh sangat erat hubungannya dengan hidup sel.
Dapat dikatakan bahwa setiap gerak hidup sel selalu bersangkutan dengan
fungsi protein. Dalam hal ini protein mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Protein sebagai zat pembangun. Protein merupakan bahan pembangun
sel-sel tubuh yang membentuk bagian-bagian tubuh seperti otot, kelenjar-
kelenjar, hormon, darah, organ-organ tubuh.
2. Protein sebagai zat pengatur, baik secara langsung maupun tidak
langsung di dalam tubuh. Protein mengatur berbagai proses antara lain:
protein merupakan bagian dari hemoglobin (Hb), yaitu bagian dari darah
merah yang berfungsi mengangkut oksigen ke jaringan-jaringan tubuh,
sebagai protein plasma berfungsi untuk mengatur tekanan osmosa dan
mampertahankan keseimbangan cairan dalam jaringan dan saluran darah.
Sebagai protein darah berperan dalam mengatur keseimbangan asam basa
dalam tubuh. Kekebalan tubuh terhadap penyakit disebabkan oleh adanya
zat-zat anti yang juga terbuat dari protein. Enzim-enzim dan hormon yang
mengatur berbagai proses dalam tubuh terbuat dari protein (Achmad
Djaeni, 2000).
Sumber makanan hewani merupakan sumber protein yang baik, dalam
jumlah maupun mutu, seperti telur, susu, daging, unggas, ikan, dan kerang
(Sunita Almatsier, 2009).
c. Lemak
Lemak dalam bahan makanan tidak mengalami pencernaan di dalam
rongga mulut, karena tidak ada enzim yang dapat memecahnya. Kebutuhan
tubuh akan lemak ditinjau dari sudut fungsinya:
1. Lemak sebagai sumber utama energi
2. Lemak sebagai sumber PUFA (Polynusaturated fattyacid)
3. Lemak sebagai pelarut vitamin-vitamin yang larut lemak (vitamin -
vitamin A, D, E dan K) (Departemen Gizi dan Kesehan Masyarakat. 2009).
d. Vitamin
Vitamin berperan dalam beberapa tahap reaksi metabolisme energi,
pertumbuhan, dan pemeliharaan tubuh, pada umumnya sebagai koenzim
atau sebagai bagian dari enzim (Sunita Almatsier, 2009). Fungsi vitamin
untuk pertumbuhan sel terutama pada vitamin A yang berpengaruh
terhadap sintesis protein. Vitamin A dibutuhkan untuk perkembangan
tulang dan sel epitel yang membentuk email dalam pertumbuhan gigi
(Sunita Almatsier, 2009).
e. Air
Air mempunyai berbagai fungsi dalam proses vital tubuh. Air sebagai
pelarut zat-zat gizi dan alat angkut. Air juga berfungsi sebagai katalisator
dalam berbagai reaksi biologic dalam sel, termasuk dalam saluran cerna.
Air diperlukan untuk pertumbuhan dan zat pembangun (Sunita Almatsier,
2009).
f. Mineral
Kira-kira 6% tubuh manusia dewasa terbuat dari mineral. Mineral yang
dibutuhkan manusia diperoleh dari tanah. Mineral merupakan bahan
anorganik dan bersifat essensial (Baliwati, 2004). Fungsi mineral dalam
tubuh sebagai berikut:
1. Memelihara keseimbangan asam tubuh dengan jalan penggunaan
mineral pembentuk asam (klorin fosfor, belerang) dan mineral
pembentuk basa (kapur, besi, magnesium, kalium, natrium).
2. Mengkatalisasi reaksi yang bertalian dengan pemecahan karbohidrat,
lemak, dan protein serta pembentukan lemak dan protein tubuh.
3. Sebagai hormon (I terlibat dalam hormon tiroksin; Co dalam vitamin
B12; Ca dan P untuk pembentukan tulang dan gigi) dan enzim tubuh
(Fe terlibat dalam aktifitas enzim katalase dan sitokrom).
4. Membantu memelihara keseimbangan air tubuh (klorin, kalium,
natrium).
5. Menolong dalam pengiriman isyarat keseluruhan tubuh (kalsium,
kalium, natrium).
6. Sebagai bagian cairan usus (kalsium, magnesium, kalium, natrium).
7. Berperan dalam pertumbuhan dan pemeliharaan tulang, gigi dan
jaringan tubuh lainnya (kalsium, fosfor, fluorin) (Baliwati, 2004).
2.2.4 Total Energi dan Parenteral nutrisi
Komisi ahli FAO/WHO dalam tahun 1971 mengemukan bahwa rekruitmen
dari kalori harus disesuiakan dengan berat badan selama masa pertumbuhan.
Nelson tidak membedakan jenis kelamin dalam masa remaja. Perbedaan tersebut
sebenarnya diperlukan, mengingat dalam masa remaja terjadi perbedaan dari
permulaan pubertas dan juga perbedaan rekruitmen dari nutrient lain.
Kalori yang diberikan akan digunakan untuk :
a. Metabolism basal : bayi membutuhkan 55 kal/kgBB/hari, kemudian pada usia
selnjutnya berkurang dan setelah dewasa menjadi 25-30 kal/kgBB/hari.
Metabolism basal meningkat 10% untuk tiap kenaikan suhu 10C.
b. Specific dynamic Action (SDA) ialah kenaikan kalori yang diperlukan diatas
keperluan metabolism basal, yang disebabkan oleh peristiwa makan dan
mencerna makanan. Pada masa bayi rata-rata 7-8% dari seluruh masukan
kalori, sedangkan pada anak kira-kira 5% bila diberikan makanan biasa.
c. Pembuangan ekskreta (sisa yang tidak terpakai): biasanya tidak lebih dari
10%.
d. Aktifitas jasmani : 15-25 kal/kgBB/hari. Pada saat sangat aktif dapat mencapai
50-80 kal/kgBB untuk waktu yang singkat, misalnya saat berolahraga (atletik,
berenang, dan sebaginya).
e. Pertumbuhan merupakan jumlah kalori yang tidak digunakan untuk keperluan
tersebut diatas dan merupakan kalori yang disimpan.
Bergantung pada fase pertumbuhan, pad hari-hari permulaan kira-kira 20-40
kal/kgBB/hari, kemudian berkurang sehingga pada akhir masa bayi menjadi
15-25 kal/kgBB/hari. Pada masa remaja kenutuhan kalori untuk pertumbuhan
akan menigkat lagi.
Kalori dalam makanan berasal dari nutrient protein, lemak, dan karbohidrat.
Setiap gram protein menghasilkan 4 kalori, lemak 9 kalori dan karbohidrat 4
kalori.
Distribusi kalori dalam makanan anak yang dalam keseimbangan diet (balnced
diet) ialah 15% berasal dari protein, 35% dari lemak, dan 50% dari
karbohidrat. Menurut Platt (1961), bila makanan tersebut diukur nilai gizinya
dengan Net Dietary protein calories % atau NDpCals %, maka sesuatu
makanan bernilai cukup (adekuat) sebagai berikut :
Kelebihan kalori yang tetap setiap hari sebanyak 500 kalori, dapat
menyebabkan kenaikan berat badan 500 gram dalam seminggu.
2.2.5 PEMBERIAN NUTRISI PADA BAYI DAN BALITA
Adapun tujuan dari pemberian nutrisi pada Bayi dan Balita ini adalah sebagai
berikut:
1. Mencapai berat badan normal dan mempertahankannya;
2. Mempertahankan status gizi dalam keadaan baik;
3. Menyediakan zat gizi untuk menjamin tumbuh kembang dan
meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi; dan,
4. Membina kebiasaan makan yang baik, menumbuhkan pengetahuan
tentang makan dan makanan yang baik pada anak
A. Pendidikan Formal
Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan formal adalah pendidikan di
sekolah teratur, sistematis, mempunyai jenjang dan dibagi dalam waktu-
waktu tertentu yang berlangsung dari Taman Kanak-Kanak sampai
Perguruan Tinggi (Soewarmin 1980: 59). Tempat untuk melaksanakan
pendidikan formal disebut lembaga pendidikan formal, karena mempunyai
bentuk yang jelas dan program yang telah direncanakan dengan peraturan
dan ditetapkan secara resmi. Tujuan pendidikan formal adalah untuk
memberikan bekal pengetahuan dan ketrampilan serta membina sikap
kepribadian kepada anak didik sesuai dengan kebutuhannya.
B. Pendidikan Informal
Menurut Philip H. Coomb, pendidikan informal adalah : Pendidikan yang
diperoleh sekarang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak
sadar sejak seseorang lahir sampai mati di dalam keluarga, dalam pekerjaan
atau pergaulan sehari-hari (S.T. Vembrianto, 1981: 22). Dalam pendidikan
informal berlangsung setiap saat tidak terikat waktu dan tempat.
C. Pendidikan Non-formal
Menurut Philip H. Coomb pendidikan non formal adalah : Pendidikan yang
teratur dengan sadar dilakukan tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan-
peraturan yang tetap dan ketat (S.T. Vembrianto 1981: 23). Pendidikan non
formal mempunyai bentuk dan aktivitas yang luas dan beraneka ragam
dengan tujuan yang berbeda dan di bawah tanggung jawab Departemen
yang berbeda tergantung dari tujuannya. Dewasa ini, pendidikan non formal
pada umumnya dalam bentuk kursus-kursus. Poerwosoedarmo (1977: 3)
menjelaskan bahwa: Pokok ilmu gizi adalah bahwa tubuh dalam segala
fugsinya memerlukan zat-zat makanan yang diperoleh dari makanan sehari-
hari. Hal ini mendasari hubungan pengetahuan ibu tentang gizi balita
terhadap pola makan balita. Pemberian makan pada usia balita tak lepas
dari peran ibu sebagai sebagai penyelenggara maupun pengatur makan
keluarga. Makanan yang disediakan oleh ibu harus memenuhikebutuhan
gizi balita. Pengetahuan gizi untuk pertumbuhan balita penting untuk
dimiliki karena:
1. Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan
kesejahteraan.
2. Setiap orang hanya akan cukup gizibila makanan yang dimakan
mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan secara optimal,
pemeliharaan, dan energi.
3. Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat
belajar menggunakan pangannya dengan baik bagi kesejahteraan gizi
(Suhardjo, dkk. 1985: 31) .
BAB 3
HASIL PENELTIAN
A. Design Penelitian
Desain penelitian dalam penelitian ini adalahdeskriptif korelasi dengan pendekatan
cross sectional. Penelitian ini bertujuan untu mengidentifikasi hubungan tingkat
pengetahuan ibu tentang gizi anak dengan status gizi pada anak usia 1-3 tahun. Jika di
gambarkan dengan disain :
X Y
X : Kurangnya Pengetahuan Ibu
Y :Gizi Balita
: Hubungan
B. Populasi
Semua ibu diwilayah kerja Puskesmas Rejosari Kelurahan Sail Kecamatan Tenayan
Raya Kota Pekanbaru
C. Sampling
Sampel dalam penelitian ini adalah dengan mengunakan dengan metode cluster
sampling. Analisa data terdiri dari analisa univariat dan bivariat. Analisa univariat
digunakan untuk mengetahui karakteristik ibu yang terdiri dari umur ibu dan
pendidikan ibu, serta untuk mengetahui karakteristik anak yang terdiri dari umur
anak, jenis kelamin anak serta status gizi anak. Analisa bivariat menggunakan uji
chisquare.
D. Sampel
E. Sampel pada penelitian ini adalah 98 responden ibu yang memiliki anak usia 1-3
tahun.
F. Variabel Penelitian
G. Definisi Operasional
DAFTAR PUSTAKA
Suhardjo (1993) Pangan dan Gizi, Teknologi dan Konsumen. PT. Gramedia: Jakarta
Supariasa IDN., Bakri B. & Fajar I. (2002) Penilaian Status Gizi. EGC : Jakarta.
Moehji ,S. 2003. Ilmu Gizi 2 Penanggulangan Gizi Buruk. Jakarta : Papas Sinar
Sinanti.
Almatsier S., 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Achmad Djaeni Sediaoetama. 2000. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi di
Indonesia Jilid I. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat