Anda di halaman 1dari 19

METODE PENELITIAN

Hubungan Antara Kurangnya Pengetahuan Ibu Terhadap Gizi Balita

Disusun Untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Metode Penelitian

Dosen Pengajar : Ifa Roifah, S.Kep., Ns., M.Kes

Disusun Oleh:

Nawang Wulandari ( 201601190 )

Kelas E Tingkat III Semester VI

Prodi S1-Ilmu Keperawatan

STIKes BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

Jln. Raya Jabon Km 06, Mojoanyar, Mojokerto Jawa Timur

Tahun Ajaran 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan penyertaan-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan pendahuluan
yang berjudul Hubungan Antara Kurangnya Pengetahuan Ibu Terhadap Gizi Balita.

Ucapan terima kasih, di sampaikan kepada:

1. Dr. Muhammad Sajidin, S. Kep. M. Kes, selaku Ketua Stikes Bina Sehat PPNI
Mojokerto
2. Ana Zakiyah S. kep. Ns., M. Kes, selaku Kaprodi S1 Ilmu Keperawatan Stikes Bina
Sehat PPNI Mojokerto
3. Ifa Roifah S.Kep, Ns., M.Kes, ing kami, yang memberikan dorongan, ide, serta
masukan kepada kami.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, dari semua pihak demi
kesempurnaan penyusunan laporan pendahuluan ini di masa yang akan datang. Akhirnya
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita semua mengenai
Hubungan Antara Kurangnya Pengetahuan Ibu Terhadap Gizi Balita.

Mojokerto, 03 juni 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................. i


Kata Pengantar ................................................................................................. ii
Daftar Isi .......................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3 Tujuan .................................................................................................. 3

BAB 2 TINJUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Anak Balita


2.1.1 Pengertian Balita
2.2 Konsep Dasar Status Gizi
2.2.1 Pengertian Status Gizi
2.2.2 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Balita
2.2.3 Kegunaan Zat Gizi
2.2.4 Total Energi dan Parenteral nutrisi
2.2.5 Pemberian Nutrisi Pada Bayi dan Balita
2.2.6 Faktor - faktor yang mempengaruhi status gizi balita
2.2.7 Penilaian Status Gizi
2.2.8 Pola Makan Balita
2.3 Pengetahuan Ibu tentang Gizi Balita
BAB 3 HASIL PENELITIAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Kesehatan adalah hak asasi manusia, dan merupakan investasi sumber daya
manusia yang paling mahal ,serta memiliki konstribusi yang besar untuk
meningkatkan Indeks Pembangungan Manusia (Human Development Index-HDI).
Oleh karena itu menjadi keharusan bagi semua pihak untuk memelihara
,meningkatkan dan melindungi kesehatan seluruh masyarakat ( Depkes RI 2007).
Balita merupakan kelompok umur yang paling sering menderita kekurangan
gizi dan gizi buruk (Notoatmodjo, 2010). Kebutuhan gizi untuk anak pada awal masa
kehidupannya merupakan hal yang sangat penting. Kekurangan gizi dapat
memberikan konsekuensi buruk yang tak terelakkan, dimana manifestasi terburuk
dapat menyebabkan kematian. Menurut UNICEF (2013) tercatat ratusan juta anak di
dunia menderita kekurangan gizi yang artinya permasalahan ini terjadi dalam populasi
yang jumlahnya sangat besar.
Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 dalam Astuti dan Sulistyowati (2013)
menerangkan bahwa terjadi penurunan balita dengan masalah gizi kurang, yaitu
sekitar 18,4% pada tahun 2007 menjadi 17,9% tahun 2010. Balita dengan gizi buruk
juga mengalami penurunan yaitu 5,4% tahun 2007 menjadi 4,9 % pada tahun 2010,
sedangkan balita dengan gizi kurang tetap yaitu 13,0%. Penelitian yang dilakukan
oleh Kartono, Sudiaman, Jahari dan Widjojo (2008) di kabupaten Sragen dan
Srawang juga menemukan tingginya persentase anak dan balita dengan status gizi
kurang yaitu diatas 20%, prevalensi balita pendek diatas 30%, dan konsumsi energi
batita dibawah 70% dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Masalah gizi tersebut
juga ditemukan di Provinsi Riau.
Penimbangan yang dilakukan di kabupaten atau kota di Provinsi Riau pada
balita tahun 2008 mencatat bahwa 14.779 anak sekitar 2,9% dari 510.167 balita
mengalami gizi buruk. Tahun 2009 dari 436.189 anak, 1,8% mengalami gizi buruk,
tahun 2010 2,1% dari 37.973 anak dengan status gizi buruk, dan tahun 2011, 308 anak
dengan gizi buruk dari 41.847 penimbangan yang dilakukan pada 12 kabupaten atau
kota di Provinsi Riau tahun 2011 tercatat 927 anak atau 1,7% dari 55.540 anak yang
ditimbang di Kota Pekanbaru adalah anak dengan status gizi buruk (Dinas Kesehatan
Provinsi Riau, 2013).
Tahun 2012 data dari Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru (2012), dari 93.314
penimbangan yang dilakukan di seluruh Puskesmas yang ada di Kota Pekanbaru, 531
orang anak berada dibawah garis merah dan 105 anak dengan masalah gizi kurang
berada di Puskesmas Rejosari Kecamatan Tenayan Raya dari 4.639 jumlah anak balita
yang berada di wilayah kerja Puskesmas tersebut (Puskesmas Desa Rejosari, 2012).
Kasus baru anak dengan status gizi kurang juga masih sering dijumpai pada
penimbangan yang dilakukan di Posyandu Puskesmas Desa Rejosari, seperti pada
bulan September 2013 ditemukan 5 orang anak kasus baru, 2 kasus baru ditemukan
pada bulan Oktober 2013 dan sebanyak 3 kasus baru ditemukan pada bulan November
2013.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, sementara di sana belum ada kajian yang
mengaitkan,Hubungan Antara Kurangnya Pengetahuan Ibu Terhadap Gizi Balita maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan Antara Kurangnya
Pengetahuan Ibu Terhadap Gizi Balita di wilayah kerja Puskesmas Rejosari
Kelurahan Sail Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru”.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
1. Mengetahui Pengetahuan Ibu Terhadap Gizi Balita di wilayah kerja
Puskesmas Rejosari Kelurahan Sail Kecamatan Tenayan Raya Kota
Pekanbaru.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi Pengetahuan Ibu Terhadap Gizi Balita di wilayah kerja
Puskesmas Rejosari Kelurahan Sail Kecamatan Tenayan Raya Kota
Pekanbaru.
2. Menganalisis Pengetahuan Ibu Terhadap Gizi Balita di wilayah kerja
Puskesmas Rejosari Kelurahan Sail Kecamatan Tenayan Raya Kota
Pekanbaru.
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP DASAR ANAK BALITA


2.1.1 Pengertian Balita
Anak balita adalah anak yag berusia dibawah 5 tahun. Balita usia 1-5 tahun
dapat dibedakan menjadi dua yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang
dikenal dengan batita dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal
dengan usia prasekolah (Proverawati, 2010). Salah satu masalah kesehatan yang dihadapi
adalah masalah kurang gizi. Anak yang kurang gizi daya tahan tubuhnya rendah sehingga
mudah terkena penyakit infeksi (Depkes RI, 2007).
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima
makanan dari apa yang disediakan ibunya sehingga anak batita sebaiknya
diperkenalkan dengan berbagai bahan makanan. Laju pertumbuhan masa balita
lebih besar dari masa usia prasekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang
relatif besar. Pola makan yang diberikan sebaiknya dalam porsi kecil dengan
frekuensi sering karena perut balita masih lebih kecil sehingga tidak mampu
menerima jumlah makanan dalam sekali makan.
Masa balita adalah periode perkembangan fisik dan mental yang pesat.
Kesehatan seorang balita sangat dipengaruhi oleh gizi yang terserap didalam
tubuh. Kurangnya gizi yang diserap oleh tubuh mengakibatkan mudah terserang
penyakit karena gizi memberi pengaruh yang besar terhadap kekebalan tubuh.
Gizi bukan hanya mempengaruhi kesehatan tubuh, tetapi juga mempengaruhi
kecerdasan. Apabila gizi yang diperlukan oleh otak tidak terpenuhi, otak akan
mengalami pengaruh sehingga tidak dapat berkembang (Ellya Sibagariang, 2010).
2.2 KONSEP DASAR STATUS GIZI
2.2.1 Pengertian Status Gizi
Status gizi merupakan gambaran kesehatan sebagai refleksi penggunaan
konsumsi pangan yang dikonsumsi oleh seseorang dan penggunaannya oleh tubuh
(jonny, 2005, Sumarti, 2004).
Penilaian status gizi balita dengan standar nasional yang diterbitkan oleh
kementrian Kesehatan Republik Indonesia hanya menggunakan pengukuran
antropometri (penilaian gizi secara langsung) yaitu berdasarkan BB/U (berat
badan/umur) dengan klasifikasi gizi kurang, gizi buruk, gizi baik, gizi lebih.
Berdasarkan TB/U (tinggi badan/umur) diklasifikasikan menjadi sangat pendek,
pendek, normal, tinggi, dan berdasarkan BB/TB (berat badan/tinggi badan)
dengan klasifikasi sangat kurus, kurus, gemuk (DEPKES RI, 2011).
Pengukuran langsung selain antropometri adalah pengukuran secara klinis,
biokimia, dan biofisik. Sedangkan pengukuran secara tidak langsung adalah
dengan survei konsumsi makanan dan statistik (Supariasa, Bukhari, dan Fajar,
2013).
2.2.2 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Balita
a. Berat badan menurut umur ( BB/TB)
Gemuk = > + SD
Normal = > -2 SD sampai dengan+2SD
Kurus = < -SD sampai dengan >- 3SD
Kurus sekali = < - 3 SD
b. Tinggi badan menurut umur (TB/U)
Sangat Pendek = < -3 SD
Pendek = -3 SD sampai dengan <- 2SD
Normal = -2 SD sampai dengan 2 SD
Tinggi = > 2SD
c. Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Sangat Kurus = < -3 SD
Kurus = -3 SD sampai dengan <- 2SD
Normal = -2 SD sampai dengan 2 SD
Gemuk = > 2SD
2.2.3 Kegunaan Zat Gizi

Sesuai dengan fungsinya, zat-zat gizi dapat kita golongkan menjadi tiga yaitu
zat tenaga, yang terdiri dari karbohidrat, lemak dan protein. Zat pembangun
berupa protein, mineral dan air. Zat pengatur tubuh terdiri dari vitamin, mineral,
protein dan air (Achmad, 2013). Zat-zat tersebut yang dibutuhkan oleh tubuh
untuk metabolisme.
a. Karbohidrat
Fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan energi bagi tubuh.
Karbohidrat merupakan sumber utama energi bagi penduduk di seluruh
dunia, karena banyak didapat di alam dan harganya relatif murah. Satu
gram karbohidrat menghasilkan 4 kalori. Sebagian karbohidrat di dalam
tubuh berada dalam sirkulasi darah sebagai glukosa untuk keperluan energi
segera, sebagian disimpan sebagai glikogen dalam hati dan jaringan otot,
dan sebagian diubah menjadi lemak untuk kemudian disimpan sebagai
cadangan energi di dalam jaringan lemak (Almatsier S, 2010).
Sumber karbohidrat adalah padi-padian atau serelia, umbi-umbian,
kacang-kacangan kering dan gula. Hasil olahan bahan-bahan ini adalah
bihun, mie, roti, tepung-tepungan, selai, sirup dan sebagainya. Sebagian
besar sayur dan buah tidak banyak mengandung karbohidrat. Sayur umbi-
umbian, seperti wortel dan bit serta sayur kacang-kacangan relatif lebih
banyak mengandung karbohidrat daripada sayur daun-daunan. Bahan
makanan hewani seperti daging, ayam, ikan telur dan susu sedikit
mengandung karbohidrat (Almatsier S, 2010).
b. Protein
Fungsi protein di dalam tubuh sangat erat hubungannya dengan hidup sel.
Dapat dikatakan bahwa setiap gerak hidup sel selalu bersangkutan dengan
fungsi protein. Dalam hal ini protein mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Protein sebagai zat pembangun. Protein merupakan bahan pembangun
sel-sel tubuh yang membentuk bagian-bagian tubuh seperti otot, kelenjar-
kelenjar, hormon, darah, organ-organ tubuh.
2. Protein sebagai zat pengatur, baik secara langsung maupun tidak
langsung di dalam tubuh. Protein mengatur berbagai proses antara lain:
protein merupakan bagian dari hemoglobin (Hb), yaitu bagian dari darah
merah yang berfungsi mengangkut oksigen ke jaringan-jaringan tubuh,
sebagai protein plasma berfungsi untuk mengatur tekanan osmosa dan
mampertahankan keseimbangan cairan dalam jaringan dan saluran darah.
Sebagai protein darah berperan dalam mengatur keseimbangan asam basa
dalam tubuh. Kekebalan tubuh terhadap penyakit disebabkan oleh adanya
zat-zat anti yang juga terbuat dari protein. Enzim-enzim dan hormon yang
mengatur berbagai proses dalam tubuh terbuat dari protein (Achmad
Djaeni, 2000).
Sumber makanan hewani merupakan sumber protein yang baik, dalam
jumlah maupun mutu, seperti telur, susu, daging, unggas, ikan, dan kerang
(Sunita Almatsier, 2009).
c. Lemak
Lemak dalam bahan makanan tidak mengalami pencernaan di dalam
rongga mulut, karena tidak ada enzim yang dapat memecahnya. Kebutuhan
tubuh akan lemak ditinjau dari sudut fungsinya:
1. Lemak sebagai sumber utama energi
2. Lemak sebagai sumber PUFA (Polynusaturated fattyacid)
3. Lemak sebagai pelarut vitamin-vitamin yang larut lemak (vitamin -
vitamin A, D, E dan K) (Departemen Gizi dan Kesehan Masyarakat. 2009).
d. Vitamin
Vitamin berperan dalam beberapa tahap reaksi metabolisme energi,
pertumbuhan, dan pemeliharaan tubuh, pada umumnya sebagai koenzim
atau sebagai bagian dari enzim (Sunita Almatsier, 2009). Fungsi vitamin
untuk pertumbuhan sel terutama pada vitamin A yang berpengaruh
terhadap sintesis protein. Vitamin A dibutuhkan untuk perkembangan
tulang dan sel epitel yang membentuk email dalam pertumbuhan gigi
(Sunita Almatsier, 2009).
e. Air
Air mempunyai berbagai fungsi dalam proses vital tubuh. Air sebagai
pelarut zat-zat gizi dan alat angkut. Air juga berfungsi sebagai katalisator
dalam berbagai reaksi biologic dalam sel, termasuk dalam saluran cerna.
Air diperlukan untuk pertumbuhan dan zat pembangun (Sunita Almatsier,
2009).
f. Mineral
Kira-kira 6% tubuh manusia dewasa terbuat dari mineral. Mineral yang
dibutuhkan manusia diperoleh dari tanah. Mineral merupakan bahan
anorganik dan bersifat essensial (Baliwati, 2004). Fungsi mineral dalam
tubuh sebagai berikut:
1. Memelihara keseimbangan asam tubuh dengan jalan penggunaan
mineral pembentuk asam (klorin fosfor, belerang) dan mineral
pembentuk basa (kapur, besi, magnesium, kalium, natrium).
2. Mengkatalisasi reaksi yang bertalian dengan pemecahan karbohidrat,
lemak, dan protein serta pembentukan lemak dan protein tubuh.
3. Sebagai hormon (I terlibat dalam hormon tiroksin; Co dalam vitamin
B12; Ca dan P untuk pembentukan tulang dan gigi) dan enzim tubuh
(Fe terlibat dalam aktifitas enzim katalase dan sitokrom).
4. Membantu memelihara keseimbangan air tubuh (klorin, kalium,
natrium).
5. Menolong dalam pengiriman isyarat keseluruhan tubuh (kalsium,
kalium, natrium).
6. Sebagai bagian cairan usus (kalsium, magnesium, kalium, natrium).
7. Berperan dalam pertumbuhan dan pemeliharaan tulang, gigi dan
jaringan tubuh lainnya (kalsium, fosfor, fluorin) (Baliwati, 2004).
2.2.4 Total Energi dan Parenteral nutrisi
Komisi ahli FAO/WHO dalam tahun 1971 mengemukan bahwa rekruitmen
dari kalori harus disesuiakan dengan berat badan selama masa pertumbuhan.
Nelson tidak membedakan jenis kelamin dalam masa remaja. Perbedaan tersebut
sebenarnya diperlukan, mengingat dalam masa remaja terjadi perbedaan dari
permulaan pubertas dan juga perbedaan rekruitmen dari nutrient lain.
Kalori yang diberikan akan digunakan untuk :
a. Metabolism basal : bayi membutuhkan 55 kal/kgBB/hari, kemudian pada usia
selnjutnya berkurang dan setelah dewasa menjadi 25-30 kal/kgBB/hari.
Metabolism basal meningkat 10% untuk tiap kenaikan suhu 10C.
b. Specific dynamic Action (SDA) ialah kenaikan kalori yang diperlukan diatas
keperluan metabolism basal, yang disebabkan oleh peristiwa makan dan
mencerna makanan. Pada masa bayi rata-rata 7-8% dari seluruh masukan
kalori, sedangkan pada anak kira-kira 5% bila diberikan makanan biasa.
c. Pembuangan ekskreta (sisa yang tidak terpakai): biasanya tidak lebih dari
10%.
d. Aktifitas jasmani : 15-25 kal/kgBB/hari. Pada saat sangat aktif dapat mencapai
50-80 kal/kgBB untuk waktu yang singkat, misalnya saat berolahraga (atletik,
berenang, dan sebaginya).
e. Pertumbuhan merupakan jumlah kalori yang tidak digunakan untuk keperluan
tersebut diatas dan merupakan kalori yang disimpan.
Bergantung pada fase pertumbuhan, pad hari-hari permulaan kira-kira 20-40
kal/kgBB/hari, kemudian berkurang sehingga pada akhir masa bayi menjadi
15-25 kal/kgBB/hari. Pada masa remaja kenutuhan kalori untuk pertumbuhan
akan menigkat lagi.
Kalori dalam makanan berasal dari nutrient protein, lemak, dan karbohidrat.
Setiap gram protein menghasilkan 4 kalori, lemak 9 kalori dan karbohidrat 4
kalori.
Distribusi kalori dalam makanan anak yang dalam keseimbangan diet (balnced
diet) ialah 15% berasal dari protein, 35% dari lemak, dan 50% dari
karbohidrat. Menurut Platt (1961), bila makanan tersebut diukur nilai gizinya
dengan Net Dietary protein calories % atau NDpCals %, maka sesuatu
makanan bernilai cukup (adekuat) sebagai berikut :

1. Masa bayi : 8,0


2. Balita 1-3 tahun : 7,8
3. Balita 4-5 tahun : 5,9

Kelebihan kalori yang tetap setiap hari sebanyak 500 kalori, dapat
menyebabkan kenaikan berat badan 500 gram dalam seminggu.
2.2.5 PEMBERIAN NUTRISI PADA BAYI DAN BALITA
Adapun tujuan dari pemberian nutrisi pada Bayi dan Balita ini adalah sebagai
berikut:
1. Mencapai berat badan normal dan mempertahankannya;
2. Mempertahankan status gizi dalam keadaan baik;
3. Menyediakan zat gizi untuk menjamin tumbuh kembang dan
meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi; dan,
4. Membina kebiasaan makan yang baik, menumbuhkan pengetahuan
tentang makan dan makanan yang baik pada anak

2.2.6 Faktor - faktor yang mempengaruhi status gizi balita


Faktor yang secara langsung mempengaruhi status gizi adalah asupan
makanan dan penyakit infeksi. Berbagai faktor yang melatarbelakangi kedua
faktor tersebut misalnya faktor ekonomi dan keluarga (Suhardjo, 2000).
a. Faktor Langsung
1. Konsumsi Pangan
Penilaian konsumsi pangan rumah tangga atau secara perorangan
merupakan cara pengamatan langsung yang dapat menggambarkan pola
konsumsi penduduk menurut daerah, golongan sosial ekonomi dan sosial
budaya. Konsumsi pangan lebih sering digunakan sebagai salah satu
teknik untuk memajukan tingkat keadaan gizi (Moehji, 2003).
2. Infeksi
Penyakit infeksi dan keadaan gizi anak merupakan 2 hal yang saling
mempengaruhi. Dengan infeksi, nafsu makan anak mulai menurun dan
mengurangi konsumsi makanannya, sehingga berakibat berkurangnya zat
gizi ke dalam tubuh anak. Dampak infeksi yang lain adalah muntah dan
mengakibatkan kehilangan zat gizi. Infeksi yang menyebabkan diare pada
anak mengakibatkan cairan dan zat gizi di dalam tubuh berkurang.
Kadang–kadang orang tua juga melakukan pembatasan makan akibat
infeksi yang diderita dan menyebabkan asupan zat gizi sangat kurang
sekali bahkan bila berlanjut lama mengakibatkan terjadinya gizi buruk
(Moehji, 2003).

b. Faktor Tidak Langsung


1. Pengetahuan Gizi
Pengetahuan tentang gizi adalah kepandaian memilih makanan yang
merupakan sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam mengolah bahan
makanan. Status gizi yang baik penting bagi kesehatan setiap orang,
termasuk ibu hamil, ibu menyusui dan anaknya. Pengetahuan gizi
memegang peranan yang sangat penting dalam penggunaan dan pemilihan
bahan makanan dengan baik sehingga dapat mencapai keadaan gizi yang
seimbang (Suhardjo, 2005).
2. Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan sangat menentukan bahan makanan yang akan dibeli.
Pendapatan merupakan faktor yang penting untuk menetukan kualitas dan
kuantitas makanan, maka erat gubungannya dengan gizi (Suhardjo, 2005).
3. Besar Keluarga
Besar keluarga atau banyaknya anggota keluarga berhubungan erat
dengan distribusi dalam jumlah ragam pangan yang dikonsumsi anggota
keluarga (Suhardjo, 2005).
Keberhasilan penyelenggaraan pangan dalam satu keluarga akan
mempengaruhi status gizi keluarga tersebut. Besarnya keluarga akan
menentukan besar jumlah makanan yang di konsumsi untuk tiap anggota
keluarga. Semakin besar umlah anggota keluarga maka semakin sedikit
jumlah konsumsi gizi atau makanan yang didapatkan oleh masing-masing
anggota keluarga dalam jumlah penyediaa makanan yang sama
(Supariasa, 2002).
2.2.7 Penilaian Status Gizi
Menurut (Supariasa, 2002), pada dasarnya penilaian status gizi dapat dibagi
dua yaitu secara langsung dan tidak langsung.
1. Penilaian Status Gizi Secara Langsung
Penilaian status gizi secara lansung dapat dibagi menjadi empat penilaian
yaitu : antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Secara umum
antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang
gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat
umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk
melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi.
Ketidakseimbanagan ini terlihat pada pola pertumbuhna fisik dan proporsi
jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa,
2002).
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk melihat
status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan
yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini
dapat dilihat pada jaringan epitel (sipervicial epithelial tissues) seperti
kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat
dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid (Supariasa, 2002).
Metode klinis umumnya untuk survey klinis secara cepat (rapid clinical
suveys). Survey ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda
klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu
digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan
melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau
riwayat penyakit (Supariasa, 2002).
Pemeriksaan secara biokimia merupakan pemeriksaan spesimen yang diuji
secara laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.
Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja, dan juga
beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk
suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi
yang lebih parah lagi (Supariasa, 2002).
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi
dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat
perubahan struktur dan jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi
tertentu seperti kejadian buta senja epidemik, cara yang digunakan adalah
tes adaptasi gelap (Supariasa, 2002).

2. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung


Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu: survei
konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.
a. Survei konsumsi makanan merupakan metode penentuan status gizi
secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang
dikonsumsi.
b. Statistik vital merupakan pengukuran dengan menganalisis data
beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian bedasarkan umur,
angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu.
c. Faktor ekologi digunakan untuk mengungkapkan bahwa malnutrisi
merupakan masalah ekologi sebagai hasil interkasi beberapa faktor
fisik, biologis, dan lingkungan budaya
2.2.8 Pola makan Balita
Pola makan adalah cara seseorang atau sekelompok orang dalam memilih
makanan dan mengkonsumsi makanan tersebut sebagai reaksi fisiologis,
psikologis, budaya, dan sosial. Pola makan ini disebut juga pola pangan atau
kebiasaan makan (Suhardjo, 1985: 80). Menurut Khumaidi dalam Sri Handajani,
(1994: 29), mengatakan bahwa pola makan adalah tingkah laku kelompok
manusia dalam memenuhi kebutuhan akan makan meliputi sikap, kepercayaan,
dan pemilihan bahan makanan. Sedangkan Djiteng Rudjito, (1989: 7),
berpendapat bahwa pola makan merupakan cara yang ditempuh seseorang
atausekelompok orang untuk memilih makanan dan mengkonsumsinya sebagai
reaksi terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, dan sosial budaya. Ada juga
pendapat lain yang mengatakan bahwa pola makan merupakan informasi yang
memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang
dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas suatu kelompok
masyarakat tertentu. (Sri Kardjati, 1985)
Kebiasaan makan merupakan suatu istilah untuk menggambarkan kebiasaan
dalam perilaku yang berhubungan dengan makanan seperti tata krama makan,
frekuensi makan seseorang, pola makanan yang dimakan, kepercayaan tentang
makanan, distribusi makanan diantara anggota keluarga, penerimaan terhadap
makanan (suka atau tidak suka) dan pemilihan bahan yang hendak dimakan. Jadi
pola makan merupakan suatu kebiasaan makan yang ada dalam suatu kelompok
masyarakat tertentu atau suatu keluarga dalam hal macam dan jumlah bahan
makanan yang di makan setiap hari.
Pola makan balita dibedakan atas umur. Untuk balita di bawah umur satu
tahun berbeda dengan balita di atas satu tahun. Balita usia 0-1 tahun masih disebut
sebagai bayi, dengan makanan utamanya adalah ASI/PASI dan makanan
pelengkap. Sedangkan balita usia 1-5 tahun makanan yang dibutuhkan sudah lebih
variatif.
2.3 Pengetahuan Ibu tentang Gizi Balita
Menurut Poerwodarminto (1976: 104) pengetahuan dapat diartikan sebagai
segala apa yang diketahui berkenaan dengan suatu hal. Dalam kamus besar
Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan gizi adalah zat makanan pokok yang
diperlukan bagi pertumbuhan dan kesehatan badan (Depdikud, 1977: 731). Jadi
pengetahuan ibu tentang gizi balita dapat diartikan sebagai segala apa yang
diketahui oleh ibu tentang zat makanan pokok yang diperlukan bagi pertumbuhan
dan kesehatan badan balita.
Balita merupakan anak usia di bawah lima tahun (0-5) tahun. Pada usia
tersebut merupakan masa pertumbuhan yang memerlukan perhatian khusus dari
orangtua. Orangtua yang paling berperan dalam tumbuh kembang anak adalah ibu,
terutama dalam hal makanan agar asupan gizi yang diberikan balita dapat
seimbang. Hal tersebut dikarenakan balita merupakan usia yang rentan akan gizi
dan perlu pemantauan khusus masalah gizi agar mampu tumbuh dan berkembang
secara optimal.
Sumber pengetahuan tentang gizi balita yang dimiliki oleh ibu dapat diperoleh
dari jenjang pendidikan, yaitu a) Pendidikan formal, b) Pendidikan informal,
c)Pendidikan non formal.

A. Pendidikan Formal
Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan formal adalah pendidikan di
sekolah teratur, sistematis, mempunyai jenjang dan dibagi dalam waktu-
waktu tertentu yang berlangsung dari Taman Kanak-Kanak sampai
Perguruan Tinggi (Soewarmin 1980: 59). Tempat untuk melaksanakan
pendidikan formal disebut lembaga pendidikan formal, karena mempunyai
bentuk yang jelas dan program yang telah direncanakan dengan peraturan
dan ditetapkan secara resmi. Tujuan pendidikan formal adalah untuk
memberikan bekal pengetahuan dan ketrampilan serta membina sikap
kepribadian kepada anak didik sesuai dengan kebutuhannya.
B. Pendidikan Informal
Menurut Philip H. Coomb, pendidikan informal adalah : Pendidikan yang
diperoleh sekarang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak
sadar sejak seseorang lahir sampai mati di dalam keluarga, dalam pekerjaan
atau pergaulan sehari-hari (S.T. Vembrianto, 1981: 22). Dalam pendidikan
informal berlangsung setiap saat tidak terikat waktu dan tempat.
C. Pendidikan Non-formal
Menurut Philip H. Coomb pendidikan non formal adalah : Pendidikan yang
teratur dengan sadar dilakukan tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan-
peraturan yang tetap dan ketat (S.T. Vembrianto 1981: 23). Pendidikan non
formal mempunyai bentuk dan aktivitas yang luas dan beraneka ragam
dengan tujuan yang berbeda dan di bawah tanggung jawab Departemen
yang berbeda tergantung dari tujuannya. Dewasa ini, pendidikan non formal
pada umumnya dalam bentuk kursus-kursus. Poerwosoedarmo (1977: 3)
menjelaskan bahwa: Pokok ilmu gizi adalah bahwa tubuh dalam segala
fugsinya memerlukan zat-zat makanan yang diperoleh dari makanan sehari-
hari. Hal ini mendasari hubungan pengetahuan ibu tentang gizi balita
terhadap pola makan balita. Pemberian makan pada usia balita tak lepas
dari peran ibu sebagai sebagai penyelenggara maupun pengatur makan
keluarga. Makanan yang disediakan oleh ibu harus memenuhikebutuhan
gizi balita. Pengetahuan gizi untuk pertumbuhan balita penting untuk
dimiliki karena:
1. Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan
kesejahteraan.
2. Setiap orang hanya akan cukup gizibila makanan yang dimakan
mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan secara optimal,
pemeliharaan, dan energi.
3. Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat
belajar menggunakan pangannya dengan baik bagi kesejahteraan gizi
(Suhardjo, dkk. 1985: 31) .
BAB 3

HASIL PENELTIAN

A. Design Penelitian
Desain penelitian dalam penelitian ini adalahdeskriptif korelasi dengan pendekatan
cross sectional. Penelitian ini bertujuan untu mengidentifikasi hubungan tingkat
pengetahuan ibu tentang gizi anak dengan status gizi pada anak usia 1-3 tahun. Jika di
gambarkan dengan disain :

X Y
X : Kurangnya Pengetahuan Ibu
Y :Gizi Balita
: Hubungan

B. Populasi
Semua ibu diwilayah kerja Puskesmas Rejosari Kelurahan Sail Kecamatan Tenayan
Raya Kota Pekanbaru
C. Sampling
Sampel dalam penelitian ini adalah dengan mengunakan dengan metode cluster
sampling. Analisa data terdiri dari analisa univariat dan bivariat. Analisa univariat
digunakan untuk mengetahui karakteristik ibu yang terdiri dari umur ibu dan
pendidikan ibu, serta untuk mengetahui karakteristik anak yang terdiri dari umur
anak, jenis kelamin anak serta status gizi anak. Analisa bivariat menggunakan uji
chisquare.
D. Sampel
E. Sampel pada penelitian ini adalah 98 responden ibu yang memiliki anak usia 1-3
tahun.
F. Variabel Penelitian

G. Definisi Operasional
DAFTAR PUSTAKA

Suhardjo (1993) Pangan dan Gizi, Teknologi dan Konsumen. PT. Gramedia: Jakarta

Ahmad Jauhari, Dasar-dasar Ilmu Gizi, Jaya Ilmu, Yogyakarta, 2013

Rika Susanti, G. I. (OKTOBER 2014). HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI,


ANAK USIA 1-3 TAHUN VOL 1. No 2

Supariasa IDN., Bakri B. & Fajar I. (2002) Penilaian Status Gizi. EGC : Jakarta.

Moehji ,S. 2003. Ilmu Gizi 2 Penanggulangan Gizi Buruk. Jakarta : Papas Sinar
Sinanti.

Suhardjo. 2005. Perencanaan Pangan dan Gizi. Bumi Aksara. Jakarta

Almatsier S., 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Achmad Djaeni Sediaoetama. 2000. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi di
Indonesia Jilid I. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat

Anda mungkin juga menyukai

  • Djuer Djies
    Djuer Djies
    Dokumen21 halaman
    Djuer Djies
    Kconk Jejes
    Belum ada peringkat
  • Mutu
    Mutu
    Dokumen8 halaman
    Mutu
    Kconk Jejes
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen20 halaman
    Bab 1
    Kconk Jejes
    Belum ada peringkat
  • Makalah TOF Fiks
    Makalah TOF Fiks
    Dokumen37 halaman
    Makalah TOF Fiks
    Kconk Jejes
    Belum ada peringkat
  • Atresia Ani Bu Siti New-1
    Atresia Ani Bu Siti New-1
    Dokumen23 halaman
    Atresia Ani Bu Siti New-1
    Kconk Jejes
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen10 halaman
    Bab V
    Kconk Jejes
    Belum ada peringkat
  • JUDUL
    JUDUL
    Dokumen1 halaman
    JUDUL
    Kconk Jejes
    Belum ada peringkat
  • Waham New-2-1
    Waham New-2-1
    Dokumen80 halaman
    Waham New-2-1
    Kconk Jejes
    Belum ada peringkat
  • Pertanyaan 1
    Pertanyaan 1
    Dokumen1 halaman
    Pertanyaan 1
    Kconk Jejes
    Belum ada peringkat
  • TERAPI TUJUAN
    TERAPI TUJUAN
    Dokumen8 halaman
    TERAPI TUJUAN
    Kconk Jejes
    Belum ada peringkat
  • Fix Kepribadian
    Fix Kepribadian
    Dokumen12 halaman
    Fix Kepribadian
    Kconk Jejes
    Belum ada peringkat
  • Dokumen (1) - 1
    Dokumen (1) - 1
    Dokumen1 halaman
    Dokumen (1) - 1
    Kconk Jejes
    Belum ada peringkat
  • Leafleat Cuci Tangan
    Leafleat Cuci Tangan
    Dokumen2 halaman
    Leafleat Cuci Tangan
    Ahmad Suhir
    Belum ada peringkat
  • JUDUL
    JUDUL
    Dokumen1 halaman
    JUDUL
    Kconk Jejes
    Belum ada peringkat
  • Leafleat Cuci Tangan
    Leafleat Cuci Tangan
    Dokumen2 halaman
    Leafleat Cuci Tangan
    Ahmad Suhir
    Belum ada peringkat
  • Latihan Soal
    Latihan Soal
    Dokumen5 halaman
    Latihan Soal
    yin yin
    100% (1)
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen11 halaman
    Bab 3
    Kconk Jejes
    Belum ada peringkat
  • TERAPI TUJUAN
    TERAPI TUJUAN
    Dokumen8 halaman
    TERAPI TUJUAN
    Kconk Jejes
    Belum ada peringkat
  • Lanjutkannn WOiiii
    Lanjutkannn WOiiii
    Dokumen16 halaman
    Lanjutkannn WOiiii
    Kconk Jejes
    Belum ada peringkat
  • Askep
    Askep
    Dokumen23 halaman
    Askep
    Kconk Jejes
    Belum ada peringkat
  • Dokumen (1) - 1
    Dokumen (1) - 1
    Dokumen1 halaman
    Dokumen (1) - 1
    Kconk Jejes
    Belum ada peringkat
  • Partisipasi Ibu Dalam Posyandu Sebagai Upaya Peningkatan Kesehatan
    Partisipasi Ibu Dalam Posyandu Sebagai Upaya Peningkatan Kesehatan
    Dokumen4 halaman
    Partisipasi Ibu Dalam Posyandu Sebagai Upaya Peningkatan Kesehatan
    Kconk Jejes
    Belum ada peringkat
  • SHOK JANTUNG
    SHOK JANTUNG
    Dokumen23 halaman
    SHOK JANTUNG
    Anna Maulina Kustantie
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen11 halaman
    Bab 3
    Kconk Jejes
    Belum ada peringkat
  • File PDF
    File PDF
    Dokumen129 halaman
    File PDF
    fanny domingga
    Belum ada peringkat
  • Pemeriksaan Fis
    Pemeriksaan Fis
    Dokumen2 halaman
    Pemeriksaan Fis
    Kconk Jejes
    Belum ada peringkat
  • Askep Artritis Reumatoid
    Askep Artritis Reumatoid
    Dokumen76 halaman
    Askep Artritis Reumatoid
    Dewi Fauziyyah
    Belum ada peringkat
  • Surat Permohonan
    Surat Permohonan
    Dokumen1 halaman
    Surat Permohonan
    Kconk Jejes
    Belum ada peringkat
  • Askep
    Askep
    Dokumen23 halaman
    Askep
    Kconk Jejes
    Belum ada peringkat
  • Askep
    Askep
    Dokumen23 halaman
    Askep
    Kconk Jejes
    Belum ada peringkat