Anda di halaman 1dari 30

ACUTE CORONARY

SYNDROME

Ns. Ida Ayu Agung Laksmi, S.Kep., M.Kep


Penyakit Jantung Koroner
—  PJK adalah istilah umum untuk penumpukan plak
di arteri jantung yang dapat menyebabkan
serangan jantung (American Heart Association,
2013).
—  PJK juga disebut penyakit arteri koroner (CAD),
atau acute coronary syndrome (ACS) atau penyakit
jantung iskemik (IHD), atau penyakit jantung
aterosklerotik, adalah hasil akhir dari akumulasi
plak ateromatosa dalam dinding-dinding arteri
yang memasok darah ke miokardium (otot jantung)
(Manitoba Centre for Health Policy, 2013).
Patofisiologi

—  Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah kondisi pada


arteri besar dan kecil yang ditandai penimbunan endapan
lemak, trombosit, neutrofil, monosit dan makrofag di seluruh
kedalaman tunika intima (lapisan sel endotel), dan akhirnya
ke tunika media (lapisan otot polos)

—  Apabila cedera dan inflamasi terus berlanjut, agregasi


trombosit meningkat dan mulai terbentuk bekuan darah
(tombus), sebagian dinding pembuluh diganti dengan
jaringan parut sehingga mengubah struktur dinding
pembuluh darah, hasil akhir adalah penimbunan kolesterol
dan lemak, pembentukan deposit jaringan parut,
pembentukan bekuan yang berasal dari trombosit dan
proliferasi sel otot polos sehingga pembuluh mengalami
kekakuan dan menyempit.
Patofisiologi

—  Apabila kekakuan ini dialami oleh arteri-arteri koroner akibat


aterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon
terhadap peningkatan kebutuhan oksigen, dan kemudian
terjadi iskemia (kekurangan suplai darah) miokardium dan
sel-sel miokardium sehingga menggunakan glikolisis anerob
untuk memenuhi kebutuhan energinya.

—  Proses pembentukan energi ini sangat tidak efisien dan


menyebabkan terbentuknya asam laktat sehinga menurunkan
pH miokardium dan menyebabkan nyeri

—  Ketika kekurangan oksigen pada jantung dan sel-sel otot


jantung berkepanjangan dan iskemia miokard yang tidak
tertasi maka terjadilah kematian otot jantung yang di kenal
sebagai miokard infark (Corwin, 2009).
Tanda dan Gejala
—  Dada terasa sakit, terasa Sesak Nafas
tertimpa beban, terjepit,
Takikardia
diperas, terbakar dan
tercekik. Jantung Berdebar

—  Nyeri terasa di bagian Cemas


tengah dada, menjalar ke
lengan kiri, leher, bahkan Gelisah
menembus ke punggung. Sakit Kepala berkepanjangan
Nyeri dada merupakan
keluhan yang paling Keringat dingin
sering dirasakan oleh
Lemah
penderita PJK
Pingsan
Sumber : Overbaugh, K.J. (2009). Acute Coronary Syndrome. AJN, 109 (5).
Sumber : Overbaugh, K.J. (2009). Acute Coronary Syndrome. AJN, 109 (5).
Klasifikasi
—  Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI:
ST segment elevation myocardial infarction)

—  Infark miokard dengan non elevasi segmen ST


(NSTEMI: non ST segment elevation myocardial
infarction)

—  Angina Pektoris tidak stabil (UAP: unstable angina


pectoris)
Unstable Angina
Cause
Terdapat trombus yang menyumbat sebagian arteri koroner

Signs and Symptoms


—  Pain with or without radiation to arm, neck, back, or
epigastric region
—  Shortness of breath, diaphoresis, nausea, tachycardia,
tachypnea, hypotension or hypertension, decreased arterial
oxygen saturation (SaO2) and rhythm abnormalities
—  Occurs at rest or with exertion; limits activity
Unstable Angina
Diagnostic Findings
—  ST-segment depression or T-wave inversion
—  Cardiac biomarkers not elevated

Treatment
—  Oxygen to maintain oxygen saturation level at > 90%
—  Nitroglycerin or morphine to control pain
—  β-blockers, angiotensin-converting enzyme inhibitors,
—  statins (started on admission and continued long term),
clopidogrel (Plavix), unfractionated heparin or low-
molecular-weight heparin, and glycoprotein IIb/IIIa
inhibitors
Non–ST-Segment Elevation Myocardial
Infarction (NSTEMI)
Cause

—  Thrombus partially or intermittently occludes the coronary artery


Signs and Symptoms

—  Pain with or without radiation to arm, neck, back, or epigastric


region

—  Shortness of breath, diaphoresis, nausea, lightheaded- ness,


tachycardia, tachypnea, hypotension or hyperten- sion, decreased
arterial oxygen saturation (SaO2) and rhythm abnormalities

—  Occurs at rest or with exertion; limits activity


Non–ST-Segment Elevation Myocardial
Infarction (NSTEMI)
Temuan Diagnostik
—  Depresi segmen ST atau inversi gelombang T
—  Adanya elevasi dari kardiak marker (enzym cardiac)

Penanganan :
—  Oxygen to maintain SaO level at > 90%
2

—  Nitroglycerin or morphine to control pain


—  β-blockers, angiotensin-converting enzyme inhibitors,
—  statins (started on admission and continued long
term), clopidogrel (Plavix), unfractionated heparin or
low- molecular-weight heparin, and glycoprotein IIb/
IIIa inhibitors
ST-Segment Elevation Myocardial
Infarction (STEMI)

Infark miokard dengan elevasi segmen ST akut (STEMI)


merupakan indikator kejadian oklusi total pembuluh darah
arteri koroner.

Tanda dan Gejala :


—  Nyeri dada tanpa atau dengan penjalaran ke lengan, bahu,
leher, dan regio epigastric.
—  Napas pendek, diaphoresis, nausea, light- headedness,
tachycardia, tachypnea, hypotension or hypertension,
abnormalitas ritme jantung, penutuan saturasi oksigen
—  Dapat terjadi saat istirahat sehingga aktivitas sangat terbatas
—  Durasi lebih lama dan lebih berat dibandingankan dengan UA
ST-Segment Elevation Myocardial
Infarction (STEMI)

Temuan Diagnostik:
—  Elevasi segmen ST atau adanya LBBB (left bundle branch
block) Adanya elevasi dari kardiak marker (enzym cardiac)

Penanganan :
—  Oxygen to maintain SaO2 level at > 90%
—  Nitroglycerin or morphine to control pain
—  β-blockers, angiotensin-converting enzyme inhibitors, statins
(started on admission and continued long term), clopidogrel
(Plavix), unfractionated heparin or low-molecular- weight heparin
—  Percutaneous coronary intervention within 90 minutes of medical
evaluation (PCI)
—  Fibrinolytic therapy within 30 minutes of medical evaluation
Lokasi Infark Miokard Berdasarkan EKG
STEMI
Initial drug of ACS
Emergency Management
REPERFUSION THERAPY
—  Reperfusion therapy is recommended in patients
diagnosed with STEMI.

—  Startegi reperfusi termasuk PCI dan agen fibrinolitik


—  Tujuan : untuk mengembalikan aliaran darah pada
jaringan jantung yang mengalami iskemik dan
mencegah komplikasi lebih lanjut

—  Terapi reperfusi harus diinisiasi dengan kerangka waktu


yang tepat untuk meningkatkan outcome pasien.
PCI
—  Percutaneus Coronary
Intervention ( PCI )
adalah suatu tindakan
invasif yang bertujuan
untuk mengalirkan
kembali arteri koroner
yang tersumbat trombus
sebagai penyebab infark
miokard ST-elevasi
menggunakan balon
kateter baik tanpa Sten
maupun menggunakan
sten.
Prosedur PCI
—  1) Akses perkutan. Dalam proses ini arteri femoralis
harus diidentifikasi lebih dahulu (atau yang lebih jarang
bisa menggunakan arteri radialis atau arteri brachialis
pada lengan) dengan menggunakan suatu alat yang
disebut jarum pembuka

—  Setelah jarum sudah masuk, sheath introducer


diletakkan pada jalan pembuka untuk mempertahankan
arteri tetap terbuka dan mengontrol perdarahan.
Melalui sheath introducer ini, guiding catheter
dimasukkan. Ujung guiding catheter ditempatkan pada
ujung arteri koroner. Dengan guiding catheter, penanda
radiopak diinjeksikan ke arteri koroner, hingga kondisi
dan lokasi kelainan dapat diketahui.
Prosedur PCI
—  Selama visualisasi sinar X , ahli jantung memperkirakan
ukuran arteri koroner dan memilih ukuran balon kateter serta
guide wire coronary yang sesuai.
—  Dengan visualisasi langsung, ahli jantung memandu kabel
mencapai tempat terjadinya blokade . Ujung kabel kemudian
dilewatkan menembus blokade.
—  Setelah kabel berhasil melewati stenosis, balon kateter
dilekatkan dibelakang kabel. Angioplasti kateter kemudian
didorong kedepan sampai balon berada di dalam blokade.
Kemudian baru balon balon dikembangkan dan balon akan
mengkompresi atheromatous plak dan menekan arteri
sehingga mengembang.
—  Jika stent ada pada balon, maka stent diimplantkan atau
ditinggalkan pada tubuh untuk mendukung arteri dari dalam
agar tetap mengembang.
Prosedur PCI
—  Seperti tindakan kateterisasi, prosedur PCI juga hanya
menggunakan pembiusan/anastesi lokal di kulit.
—  Tindakan dilakukan dengan hanya insisi kulit (Percutaneous)
yang kecil, kemudian dimasukkan kateter ke dalam
pembuluh darah (Transluminal) biasanya di paha atau tangan
sampai ke pembuluh koroner,
—  Setelah pembuluh darah tersebut terbuka, biasanya akan
dilanjutkan dengan pemasangan stent dengan tujuan untuk
mempertahankan pembuluh darah tersebut tetap terbuka.
—  Stent yang telah dipasang ini akan tertinggal di pembuluh
darah koroner, dan lama kelamaan akan bersatu dengan
pembuluh darah koroner tersebut.
FIBRINOLITIK
—  Fibrinolytic therapy adalah pemberian yang melarutkan trombus
dengan mengubah plasminogen menjadi plasmin dan
meminimalkan pembekuan fibrin.

—  Fibrinolytic lebih efektif diberikan ketika 3-4 jam onset pertama.
—  Fibrinolytic therapy should be initiated within 30 minutes of
medical evaluation.

—  Kontraindikasi: gangguan pembekuan darah, tumor otak, stroke


iskemik, active peptic, penggunanaan antikoagulan,
cerebrovascular disease, dan hipertensi yang tidak terkontrol

—  Komplikasi : perdarahan


FIBRINOLITIK
Refrence
—  Overbaugh, K.J. (2009). Acute Coronary Syndrome. AJN,
109 (5).

—  Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia.


(2015). Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut edisi
Ketiga. Jakarta: Centra Communications

Anda mungkin juga menyukai