A. Transmisi Manual
Bering aus
Gigi roda gigi rusak
Ada kotoran pada gigi
4 Pindah gigi keras Jarak main pedal kopling terlalu besar
Pelat kopling aus
Pelat kopling kotor terkena minyak
Poros garpu pemindah berubah bentuk atau
aus tidak merata
B. Kopling
hal ini mungkin dapat disebabkan oleh beberapa hal, sebelum dapat mengetahui sumber
kerusakan kita harus dapat mengetahui ciri-ciri atau gejala-gejala yang terjadi. Gejala-gejala
yang mungkin terjadi antara lain adalah :
Susah masuk gigi Vosneling baik saat mesin dimatikan maupun dihidupkan :
hal ini berarti terdapat kesalahan pada sistem mekanik pengoper gigi hal ini dapat berupa
tongkat yang sudah oblak, shift cable atau kabel gigi yang sudah rusak atau putus atau
mekanisme pengoper gigi di dalam gearbox.
Kopling susah masuk gigi hanya pada saat mesin dihidupkan atau dinyalakan, namun
mudah jika mesin dimatikan :
dalam hal ini ada 2 kemungkinan kerusakan yang pertama adalah kerusakan terjadi pada
mekanisme pendorong clutch release bearing yaitu :
Master kopling atas bawah, atau kabel kopling yang masih menggunakan kabel, Fork atau
garpu kopling retak, bushing fork dan atau clutch release bearing atau drek lahar itu sendiri.
Kemungkinan yang kedua adalah kerusakan terjadi pada Clutch cover atau dekrup, biasanya
ada ciri-ciri tambahan jika kerusakan terjadi pada dekrup anda yaitu biasanya akan lebih
susah masuk gigi lagi setelah melakukan perjalanan yang cukup jauh atau kondisi dekrup
sudah panas, gigi akan semakin susah di pindahkan.
1. Bunyi Clutch release Bearing = bunyi dari drek lahar ini akan terdengar ketika kita menginjak
kopling saat mesin hidup, dan akan hilang suaranya ketika kita melepas kopling.
2. Bunyi Pilot bearing = Akan terdengar saat mesin dihidupkan meskipun kita menginjak kopling
atau tidak.
3. Bunyi pada saat jalan = jika kedua bunyi di atas dapat di dengar tanpa pergerakan kendaraan,
jenis bunyi yang ketiga ini hanya dapat didengar pada saat kendaraan melakukan pergerakan.
Bunyi ini berasal dari bearing di dalam gearbox anda.
4. Bunyi mendesing pada gigi tertentu = hal ini terjadi karena terdapat kerusakan pada pasangan
gigi yang bunyi tersebut kemungkinan gigi sudah aus atau rompal sehingga memberikan rongga
udara yang dapat menimbulkan bunyi mendesing.
C.Pengisian
D. Starter
TROUBLE:
Beberapa permasalahan yang sering muncul pada sistem stater adalah sebagai berikut:
1. Motor stater tidak berputar, dengan kondisi lampu dim menyala terang
2. Motor starter tidak berputar, dengan kondisi lampu dim menyala redup
3. Motor starter berputar lambat, mesin tidak mau hidup
4. Motor starter berputar normal, tetapi mesin tidak mau hidup
5. Terdapat bunyi “krak” saat mulai start
6. Roda pinion maju dan berputar dengan tidak stabil (maju-mundur dan putarannya tersendat-
sendat)
1. Kondisi kabel (+) dan kabel (-) kendor sehingga suplay arus listrik ke terminal 30 dan massa
menjadi terlalu kecil dan tidak mampu memutarkan motor stater
2. Selenoid rusak sehingga arus besar dari terminal 30 tidak terhubung ke terminal C dan
menyebabkan motor stater tidak dapat berputar
3. Tidak ada tegangan ke terminal 50, sehingga selenoid tidak bekerja dan motor pun tidak
berputar
4. Kontak selenoid (yang menghubungkan antara terminal 30 dan C) tidak terhubung dengan
baik karena oksidasi atau karatan. Hal ini akan mengakibatkan suplay tegangan ke kumparan
rotor dan stator tidak terjadi dengan baik sehingga motor tidak dapat berputar
5. Kunci kontak rusak,sehingga suplay tegangan ke terminal 50 tidak terjadi dan motor stater
tidak bekerja
6. Kabel antara kunci kontak ST dan terminal 50 putus sehingga suplay tegangan ke terminal 50
tidak terjadi dan motor stater tidak bekerja
Langkah Pemeriksaan Komponen dan Perbaikan
Adapun langkah pemeriksaan komponen dan perbaikan yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Periksa kondisi kabel (+) dan kabel (-) => (kendor/tidak). Jika kendor kencangkan, jika tidak
kendor dan kondisinya baik maka lanjutkan ke langkah pemeriksaan nomer (2)
2. Periksa bunyi “klik” pada solenoid (ada/tidak ada).
Jika ada bunyi klik, periksa tegangan pada terminal “C” motor starter dengan kunci kontak
posisi “START” (ada/tidak). Jika ada (overhaul unit motor starter, periksa kondisi brush sikat
arang, field koil, dan armature). Jika tidak ada, ganti selenoid
Jika tidak ada bunyi klik, periksa tegangan pada terminal 50 motor stater (ada/tidak). Jika
ada ganti selenoid. Jika tidak ada lanjutkan ke langkah pemeriksaan nomer (3)
3. Periksa tegangan pada terminal ST kunci kontak pada kondisi kunci kontak diputar. Jika
tidak ada perbaiki kunci kontak/ perbaiki jika memungkinkan. Jika ada maka lanjutkan ke
langkah pemeriksaan nomer (4)
4. Periksa kabel antara terminal Stkunci kontak dengan terminal 50 motor stater, jika terputus
ganti kabel.
1. Tegangan baterai terlalu rendah sehingga tidak mampu memutarkan motor stater
2. Terdapat hubungan singkat pada kumparan rotor atau kumparan stator, sehingga motor stater
tidak dapat berputar
3. Kondisi kabel antara soket terminal “50” sampai kunci kontak terhubung singkat dengan
massa body/kabel negative sehingga menyebabkan selenoid tidak bekerja dan motor stater
pun tidak berputar
Langkah Pemeriksaan Komponen dan Perbaikan
Adapun langkah pemeriksaan komponen dan perbaikan yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Periksa tegangan baterai (normal (12V-12,5V)/tidak. Jika tegangan terlalu rendah lakukan
pengisian degan charger. Jika tegangan normal lanjutkan ke langkah pemeriksaan nomer (2)
2. Lepas soket dari terminal “50” motor starter, kemudian periksa tegangan listrik pada soket
(ada/tidak)
Jika ada=> bongkar motor stater dan lakukan pemeriksaan dan perbaikan pada motor stater.
Jika tidak ada=> (periksa kondisi kabel antara soket terminal “50” sampai kunci kontak dari
kemungkinan terhubung singkat dengan massa body/kabel negative. Jika terhubung singkat
ganti kabel.
1. Tegangan baterai dibawah tegangan normal (12V-12,5V), sehingga motor berputar lambat
2. Terjadi kehilangan tegangan yang besar pada terminal 30 selenoid akibat oksidasi, sehingga
motor stater tidak mendapatkan tegangan secara maksimal dan menyebabkan motor stater
berputar lambat.
3. Tidak cukup kontak antara sikat dan kolektor, sehingga arus yang mengalir ke kumparan
rotor tidak maksimal dan menyebabkan motor stater berputar lambat
4. Kolektor aus, terbakar atau kotor, sehingga distribusi arus dari sikat ke kumparan rotor tidak
maksimal dan menyebabkan motor stater berputar lambat
Langkah Pemeriksaan Komponen dan Perbaikan
Adapun langkah pemeriksaan komponen dan perbaikan yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Periksa tegangan baterai (normal (12V-12,5V)/tidak. Jika tegangan terlalu rendah lakukan
pengisian degan charger. Jika tegangan normal lanjutkan ke langkah pemeriksaan nomer (2)
2. Periksan kondisi terminal 30, jika kotor dan kendor bersihkan dan keraskan terminal 30. Jika
kondisi terminal 30 baik lanjutkan ke langkah pemeriksaan nomer (3)
3. Bongkar motor stater dan periksa kondisi sikat dan kolektor. Ganti sikat jika keausan sudah
melebihi limit dan ganti angker jika kolektor sudah terlalu aus dan kecil.
1. Kopling motor stater rusak, sehingga gaya putar dari poros rotor tidak dapat diteruskan ke
pinion gear dan mengakibatkan pinion gear tidak memutarkan roda gila
2. Sistem pengapian tidak berfungsi dengan baik, sehingga motor tidak dapat hidup
3. Sistem bahan bakar tidak berfungsi dengan baik, sehingga motor tidak dapat hidup
Langkah Pemeriksaan Komponen dan Perbaikan
Adapun langkah pemeriksaan komponen dan perbaikan yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Lepas motor starter, kemudian cek kondisi kopling (berfungsi/tidak). Jika tidak berfungsi
ganti unit kopling motor stater
2. Periksa sistem pengapian (loncatan bunga api pada busi normal/tidak). Jika tidak normal
lakukan perbaikan
3. Periksa sistem bahan bakar.
1. Kondisi poros pinion gear terhadap bos-nya kocak, sehingga sewaktu pinion gear memutar
roda gila posisi pinion gear berubah-ubah dan timbulah bunyi krak
2. Kondisi alur pinion gear sudah aus sehingga sewaktu pinion gear memutar roda gila kadang-
kadang pinion gear meloncat-loncat sehingga timbulah bunyi “krak”
3. Kopling motor stater tidak mau melepaskan hubungan antara poros rotor dengan poros pinion
gear sewaktu pinion gear bergerak mundur untuk melepaskan hubungannya dengan roda gila.
Hal ini menyebabkan timbul bunyi “krak” akibat benturan antara roda gila yang berputar
dengan pinion gear
Langkah Pemeriksaan Komponen dan Perbaikan
Adapun langkah pemeriksaan komponen dan perbaikan yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Kondisi selenoid terutama hold in coil rusak, akan menyebabkan sewaktu tuas penggerak
sudah mendorong pinion ke depan tidak ada medan magnet pada selenoid yang
mempertahankan kondisi tersebut. Hal ini akan menyebabkan roda pinion maju dan berputar
dengan tidak stabil.
2. Kondisi terminal 50 yang rusak dapat menyebabkan suplay tegangan ke selenoid tidak stabil
(kadang ada dan kadang tidak ada). Hal ini akan menyebabkan roda pinion maju dan berputar
dengan tidak stabil.
Langkah Pemeriksaan Komponen dan Perbaikan
Adapun langkah pemeriksaan komponen dan perbaikan yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut:
F. Kelistrikan
Cara menghitung fuse pada rangkaian kelistrikan
I = P/V,
Ket.:
Misalnya lampu depan atau headlight sebuah sepeda motor mempunyai daya listrik 60 Watt
dengan tegangan 12 Volt maka:
Beban yang digunakan 60 Watt, maka arus yang akan diserap adalah: 60 Watt/12 Volt =
5 Ampere.
Fuse atau yang biasa kita sebut sekering adalah suatu komponen elektronik penting yang
fungsinya adalah sebagai pengaman terhadap kerusakan yang mungkin terjadi pada
sebuah jaringan atau rangkaian kelistrikan. jaringan atau rangkain kelistrikan pada sebuah
kendaran seperti motor atau mobil juga memakai sekering atau fuse ini untuk pengaman
yang akan memutus arus jika terjadi konsleting sehingga sebelum terjadi kerusakan pada
sebuah komponen maka fuse yang akan terebih dahulu putus.
Dalam pemakaianya,fuse atau sekering ini pun tidak boleh asal atau sembarangan dan
harus diperhitungkan dengan besarnya arus dan lainya. Untuk mengetahui berapa
kapasitas dari fuse (sekering) ini pada umumnya sudah tertera pada setiap bagian terluar
dari fuse (sekering) itu sendiri.
Apabila arus listrik yang mengalir melewati fuse (sekering) tersebut melebihi dari
kapasitas atau arus terlalu besar dan atau terjadi short atau konsleting (hubungan singkat )
maka logam yang ada didalam fuse (sekering) tersebut akan menjadi cair dan putus.
Nah untuk menghitung berapa arus listrik yang mengalir dan berapa besaran ampere pada
fuse (sekering) untuk sebuah rangkaian,kita dapat menggnakan rumus seperti dibawah ini
:
I=P/E
Keterangan dari huruf diatas adalah :
I = besar arus = Ampere (A)
P = daya listrik = Watt (W)
E = tegangan listrik = Volt (V)
Namun perlu diketahui juga bahwa untuk menghitung besarnya sekering yang akan kita
gunakan pada sebuah rangkaian tersebut diperlukan faktor aman 2kali dari hasil rumus
diatas.
Sebagai contoh sebuah lampu dengan daya 45W (watt),dengan tegangan listrik sebesar
12V (volt),maka perhitungan rumusnya untuk besaran fuse (sekeringnya) adalah : 45/12
= 7,5A ( ampere) kemudian dikalikan 2 menjadi 15A (ampere).
Sedangkan dengan sistem pengisian sebesar 12V seperti di mobil atau motor,maka jika
dihitung adalah : 45/14,3 = 3,75 dikalikan 2 = 7.5A. Maka fuse atau sekering yang harus
digunakan untuk lampu diatas adalah 7.5A. Namun fuse atau sekering yang dijual di
pasaran tidak ada dengan nominal decimal seperti itu namun dengan angka yang pas
antara lain 5A,7A,10A,15A,20A,25A,30A,50A dan seterusnya.Jadi untuk fuse (sekering)
yang harus digunakan untuk lampu tersebut diatas itu harus diatas 7.5A (ampere) yaitu
10A
Tabel diagram kerja
Silinder 0' (TMA) 180' 360' 720'
1 ISAP KOMPRESI USAHA BUANG
2 KOMPRESI USAHA BUANG ISAP
3 BUANG ISAP KOMPRESI USAHA
4 USAHA BUANG ISAP KOMPRESI