Anda di halaman 1dari 4

DIABETES

Diabetes melitus merupakan penyakit gangguan metabolic menahun akibat


pancreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan
insulin yang diproduksi secara efektif. Insulin adalah hormone yang mengatur
keseimbangan kadar gula darah yang mengakibatkan terjadinya peningkatan
konsentrasi glukosa di dalam darah (hiperglikemia) (Kemenkes RI, 2014).
Dari berbaagai penelitian epidemiologis di Indonesia yang dilakukan pleh
pusat-pusat diabetes,sekitar tahun 1980 an hingga sekarang perevalensi diabetes
melitus pada penduduk usia 15 tahun ke atas sebesar 1,5-2,3 % dengan prevalensi
di daerah rural/pedesaan lebih rendag dibandingkan perkotaan.
Gambar 1. Proporsi DM,TGT dan GDP terganggu pada penduduk usia > 15 tahun
di Indonesia
sumber : Riskesdas, 2013
Dari gambar di atas juga terlihat bahwa proporsi diabetes melitus di

Indonesia hasil Riskesdas tahun 2013 sebesar 6,9% , TGT sebesar 29,9% dan
GDP terganggu sebesar 36,6%. Jika estimasi jumlah penduduk Indonesia usia 15
tahun ke atas pada tahun 2013 sebesar 176.689.336 orang, maka dapat
diperkirakan sebagai berikut

Gangguan Proporsi (%) Perkiraan Jumlah

DM 6,9 12.191.564

TGT 29,9 52.830.111

GDP Terganggu 36,6 64.668.297

Sumber: Riskesdas,2013

A. Teori III ( Anallsisi menggunakan Quality of Life and Life Style)


Gaya hidup merupakan pola hidup yang dilakukan individu atau kelompok
yang diekspresikan dalam aktifitas, minat, dan opininya dalam kehidupan
sehari-hari. Pola-pola perilaku akan selalu berbeda dalam situasi atau
lingkungan sosial yang berbeda, dan senantiasa berubah. Gaya hidup individu
yang dicirikan dengan pola perilaku individu akan memberi dampak pada
kesehatan individu dan selanjutnya pada kesehatan orang lain. Budaya,
pendapatan, usia, kemampuan fisik, struktur keluarga, lingkungan rumah dan
lingkungan tempat kerja menciptakan berbagai “gaya” yang dapat diterima
dan diterapkan.
Diabetes melitus bisa muncul, salah satunya dipengaruhi oleh gaya hidup
penderita itu sendiri. Beberapa gaya hidup yang dapat menimbulkan diabetes
melitus, diantaranya:
1. Pola makan
Pola makan sehat didefinisikan sebagai pola makan dengan perencanaan
3J yaitu jumlah, jenis, dan jadwal makan yang teratur. Pola makan yang
tidak sehat menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara karbohidrat
dan kandungan lain yang dibutuhkan oleh tubuh. Akibatnya kandungan
gula di dalam tubuh menjadi tinggi melebihi kapasitas kerja pankreas dan
mengakibatkan terjadinya diabetes melitus (Santoso & Ranti, 2004). Hal
ini terjadi karena pengaruh pengetahuan yang kurang terkait gizi dan
pendapatan keluarga yang minim. Pendapatan yang minim membuat daya
beli keluarga terhadap makanan menjadi kurang. Mereka lebih sering
membeli makanan tinggi karbohidrat yang harganya lebih murah dan
terjangkau, sedangkan karbohidrat mengandung tinggi gula. Penelitian
yang dilakukan oleh (Nuraini and Supriatna, 2016), menemukan bukti
bahwa mereka yang megkonsumsi setidaknya satu jenis minuman manis
bersoda setiap hari akan memiliki risiko terkena diabetes tipe 2 yang dua
kali lebih besar dibandingkan dengan mereka yang jarang
mengkonsumsinya. Gaya hidup yang kebarat-baratan dan hidup santai
merupakan factor yang meningkatkan prevalensi diabetes melitus. Pola
makan sehari-hari yang sehat dan seimbang perlu diperhatikan, sehingga
dapat mempertahankan berat badan ideal. Himbauan gizi seimbang untuk
membantu mencegah berbagai penyakit termaksud mencegah berbagai
penyakit termaksud mencegah atau memperlambat tercetusnya diabetes
melitus. Menurut penelitian (Sumangkut et al., 2013), bahwa penderita
DM paling banyak berjenis kelamin perempuan 23 orang (laki-laki 17
orang), penyakit DM ini lebih sering terjadi pada perempuan, karena
kebiasaan perempuan yang suka mengkonsumsi makanan-makanan yang
mengandung cokelat, gula, dan jajanan-jajanan siap saji, hal ini
menyebabkan peningkatan kadar gula darah pada perempuan yang lebih
beresiko dibanding laki-laki akibat pola makan yang tidak baik.
2. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik didefinisikan sebagai aktivitas sehari-hari yang dibagi
menjadi 3 bagian. Bagian pertama, yaitu aktivitas fisik yang berhubungan
dengan pekerjaan; menanyakan tentang aktivitas fisik pada hari-hari kerja
(aktivitas yang berat). Bagian kedua, yaitu aktivitas fisik di luar pekerjaan
(aktivitas yang sedang). Bagian ketiga, yaitu aktivitas fisik yang
berhubungan dengan perjalanan; menanyakan tentang macam transportasi
yang digunakan untuk pergi dan kembali dari tempat kerja, pasar,
mesjid/gereja, dan lainnya (Kristanti, 2002). Aktivitas fisik rendah
memiliki resiko diabetes tiga kali lebih besar dibandingkan dengan
aktivitas fisik tinggi. Menurut (Trisnawati and Setyorogo, 2013), bahwa
orang yang aktivitas fisik sehari-harinya berat memiliki risiko lebih
rendah untuk menderita diabetes melitus dibandingkan dengan orang yang
aktivitas fisik sehari-harinya rendah. Seseorang dengan riwayat keturunan
diabetes dan menjalankan Life’s simple 7 memiliki resiko rendah terkena
diabetes. Life’s simple 7 merupakan program AHA (American Heart
Association) untuk mengurangi resiko penyakit kardiovaskular. Seseorang
paling tidak dapat menjalankan dua diantara ketujuh program Life’s
simple 7 tersebut untuk beresiko rendah terkena diabetes, dan dua
diantaranya adalah pola makan yang sehat dan aktivitas fisik yang tinggi
(Freets et al., 2014). Penelitian serupa juga menjelaskan bahwa aktivitas
fisik yang rendah dan mengonsumsi makanan instan sebagai bentuk salah
satu pola makan tidak sehat menjadi faktor resiko bagi seseorang dengan
riwayat keluarga diabetes. Salah satu aktivitas fisik rendah yang
meningkatkan resiko diabetes berhubungan dengan jumlah jam yang
dihabiskan untuk menonton TV selama seminggu (Zamora-Kapoor et al.,
2018).
Daftar Pustaka
Freets, Howard, Dunchan, Mehriye, 2014. Life’s Simple 7 and Incidence of
Diabetes Among American Indians: The Strong Heart Family Study.
care.diabetesjournals.org 37, 2240–2245. https://doi.org/10.2337/dc13-
2267
Kemenkes RI, 2014. Situasi Dan Analisis Diabetes. Pusat Data dan Informasi,
Jakarta.
Kristanti, 2002. Kondisi Kurang Fisik dan Instrumen Pengukuran. Media Litbang
Kesehatan XII, 122–127.
Nuraini, Supriatna, 2016. Hubungan Pola Makan, Aktivitas Fisik dan Riwayat
Penyakit Keluarga Terhadap Diabetes Melitus Tipe 2. JIKM 5, 55–70.
Sumangkut, Supit, Oni, 2013. Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Penyakit
Diabetes Melitus Tipe-2 Di Poli Interna Blu.Rsup. Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado. (e-kp) 1.
Trisnawati, Setyorogo, 2013. Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe II Di
Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012. Jurnal
Ilmiah Kesehatan 5.
Zamora-Kapoor, A., Fyfe-Johnson, A., Omidpanah, A., Buchwald, D., Sinclair,
K., 2018. Risk factors for pre-diabetes and diabetes in adolescence and
their variability by race and ethnicity. Preventive Medicine 115, 47–52.
https://doi.org/10.1016/j.ypmed.2018.08.015

Anda mungkin juga menyukai