Anda di halaman 1dari 61

MODUL

PEMBINAAN PASCA EHB SMA

FISIKA

DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH


Diterbitkan oleh

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan
Jalan R.S. Fatmawati, Cipete, Jakarta 12410
Telepon: (021) 7694140, 75902679, Fax. 7696033
Laman: www.psma.kemdikbud.go.id

Koordinator Pengembang Modul

Dra. Hastuti Mustikaningsih, M.A.
Kepala Sub Direktorat Kurikulum, Direktorat Pembinaan SMA

Koordinator Pelaksana

Dr. Junus Simangunsong, MT
Kepala Seksi Penilaian, Sub Direktorat Kurikulum
Direktorat Pembinaan SMA

Penulis Modul

Hj. Khoirul Haniin, M.Pd. (Guru SMAN 3 Malang)
Dra. Mutia, M.Pd. (Guru SMAN 23 Jakarta)

Penanggung Jawab Kegiatan

Syamsudin, M.Pd

Layout

Arso Agung Dewantoro, S.Pd















Kata Pengantar


Keberhasilan sebuah SMA umumnya ditentukan oleh banyaknya peserta didik yang lulus
Ujian Sekolah dan Ujian Nasional, serta banyaknya yang melanjutkan studi kependidikan
tinggi. Lebih spesifik lagi keberhasilan dalam ujian, hanya melihat dari hasil Ujian
Nasional sebuah sekolah. Ujian Sekolah seakan dipandang sebelah mata walaupun yang
menjadi pertimbangan kelulusan dari sebuah SMA adalah hasil dari Ujian Sekolah.
Masyarakat luas memandang bahwa hasil Ujian Nasional (UN) lebih objektif untuk
menilai keberhasilan sebuah sekolah, karena pembuatan naskah soal dan koreksi tidak
dilaksanakan oleh pihak sekolah tetapi oleh lembaga independen, dalam hal ini
diselenggarakan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

Walaupun UN tidak lagi sebagai penentu kelulusan, UN tidak kehilangan peran
strategisnya sebagai pemetaan mutu pendidikan. Dengan demikian hasil UN sebuah
sekolah menjadi sangat prestisius yang berdampak kepada nilai jual sekolah tersebut.
Akibatnya upaya-upaya untuk meningkatkan hasil UN menjadi sangat penting untuk
meningkatkan nilai jual sekolah di samping meningkatkan mutu pendidikan. Upaya untuk
meningkatkan hasil UN bukan hanya menjadi tanggungjawab sekolah dan stake
holdersnya tetapi juga menjadi program Direktorat Pembinaan SMA.

Hasil Ujian Nasional pada tahun 2019 menunjukkan bahwa Indeks Integritas Ujian
Nasional (IIUN) 2019 meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini
disebabkan karena hampir 98% SMA telah menggunakan moda Ujian Nasional Berbasis
Komputer (UNBK), namun masih terdapat ribuan sekolah yang memiliki nilai mata
pelajaran di bawah 55 atau di bawah kriteria minimal lulus ujian nasional.
Memperhatikan kondisi tersebut Direktorat Pembinaan SMA melakukan Bimbingan
Teknis (Bimtek) Pembinaan Pasca Evaluasi Hasil Belajar (EHB) kepada guru-guru mata
pelajaran yang diujikan secara nasional dari sejumlah SMA. Bimtek ini bertujuan agar
nilai UN pada tahun mendatang meningkat sebagaimana hasil bimtek Pasca EHB pada
tahun-tahun sebelumnya. Sebagai tindak lanjut bimtek ini sekolah diharapkan dapat
menerapkan strategi pembelajaran yang mengarah pada berpikir tingkat tinggi.

Modul ini disusun untuk digunakan sebagai salah satu pedoman dalam kegiatan Bimtek
Pembinaan Pasca EHB. Di samping itu modul ini diharapkan dapat digunakan juga oleh
guru-guru lain yang tidak berkesempatan untuk mengikuti Bimtek.



Jakarta, September 2019
Direktur Pembinaan SMA,




Drs. Purwadi Sutanto, M.Si
NIP. 196104041985031003

Daftar Isi


Kata Pengantar ii
Daftar Isi

iii

Pendahuluan
A. Latar Belakang 1
B. Bahan Bacaan 2
C. Tujuan 2

D. Hasil yang Diharapkan 2

Unit 1 Analisis Materi Daya Serap Rendah 3
A. Pemetaan MDSR 3
B. Penugasan 11
C. Refleksi

11

Unit 2 Pembahasan Soal Daya Serap Rendah 12
A. Uraian Singkat Materi 12
B. Penugasan 18
C. Refleksi 18

Unit 3 Strategi Pembelajaran 19
A. Uraian Singkat Materi 19
B. Penugasan 48
C. Refleksi

48

Lembar Kerja 1 50
Lembar Kerja 2 54
Lembar Kerja 3
57

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Perubahan komposisi kemampuan berpikir tingkat tinggi pada Keterampilan Abad 21
sebagai konsekuensi perubahan tuntutan standar-standar pendidikan yang
menghendaki lulusan yang kritis, kreatif, komunikatif dan kolaboratif. Berdasarkan
kebutuhan lulusan ini, diterbitkanlah standar kompetensi lulusan (SKL) yang ditetapkan
melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2016.
Selanjutnya standar kompetensi lulusan tersebut dipergunakan sebagai dasar
menentukan isi kurikulum dan mata pelajaran yang dituangkan dalam Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi.
Mengacu pada Standar Isi tersebut ditetapkan langkah-langkah pembelajaran yang tepat
dalam rangka mencapai kompetensi yang dibutuhkan melalui Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses. Dalam
rangka memastikan proses tersebut mencapai kompetensi yang diharapkan diterbitkan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar
Penilaian.

Sebagaimana Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016
tentang Standar Penilaian, Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu bentuk penilaian
hasil belajar terhadap peserta didik oleh pemerintah untuk menilai pencapaian
kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu. Walaupun UN tidak
lagi sebagai penentu kelulusan, UN tidak kehilangan peran strategisnya yaitu (1) sebagai
pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan; (2) sebagai bahan pertimbangan
dalam pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam rangka
peningkatan mutu; (3) sebagai bahan pertimbangan dalam melanjutkan pendidikan.
Atas dasar tuntutan penilaian terhadap ketercapaian kebutuhan kompetensi inilah, soal-
soal Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skills, HOTS)
dimasukkan dalam soal Ujian Nasional (UN).

Hasil Ujian Nasional pada tahun 2019 menunjukkan bahwa Indeks Integritas Ujian
Nasional (IIUN) 2019 meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini
disebabkan karena hampir 98% SMA telah menggunakan moda Ujian Nasional Berbasis
Komputer (UNBK). Namun seperti pada https://puspendik.kemdikbud.go.id/hasilun/,
dimana masih terdapat 11.188 sekolah yang memiliki nilai di bawah 55 atau di bawah
kriteria minimal lulus ujian nasional. Salah satu penyebabnya adalah peningkatan
proporsi soal-soal berpikir tingkat tinggi, yaitu menjadi sepuluh sampai dengan dua
puluh persen.

Berdasarkan hasil UN SMA tahun 2019 di atas, Direktorat Pembinaan SMA
memprogramkan Bimbingan Teknis Pembinaan Pasca Evaluasi Hasil Belajar (EHB)
kepada guru dari SMA dengan hasil UN kategori kurang atau nilai mata pelajaran yang
diujikan di bawah 55. Mata pelajaran yang menjadi sasaran Bimtek Pembinaan Pasca
EHB meliputi: 1) Bahasa Indonesia, 2) Bahasa Inggris, 3) Matematika, 4) Fisika, 5) Kimia,
6) Biologi, 7) Ekonomi, 8) Geografi, 9) Sosiologi, dan 10) Antropologi. Oleh karena itu,
agar bimtek ini berjalan dengan lancar maka disusun lah modul Pasca EHB sebagai
pedoman kegiatan bimtek untuk semua mata pelajaran.

Materi dalam modul ini difokuskan pada materi-materi yang memiliki daya serap
rendah dan yang menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi. Materi tersebut disusun
sesuai kebutuhan evaluasi pasca EHB yang meliputi: (1) Unit 1, Analisis Materi-Materi
Daya Serap Rendah; (2) Unit 2, Soal-soal UN Daya Serap Rendah dan Pembahasannya;
(3) Unit 3, Strategi Pembelajaran dalam Berpikir Tingkat Tinggi. Secara umum setiap
modul berisi uraian singkat materi, fokus unit, penugasan, dan refleksi.

B. Bahan Bacaan

Materi-materi terkait untuk memperkaya wawasan agar kegiatan Bimtek Pembinaan
Pasca EHB dapat berjalan dengan lancar adalah sebagai berikut:
1. Implementasi Higher Order Thinking Skills dalam Pembelajaran dan Penilaian;
2. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang terkait dengan Standar
Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Penilaian;
3. Panduan Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan dan Pemerintah;
4. Panduan Pengembangan Kisi-kisi dan Butir Soal;
5. Hasil Ujian Nasional SMA Tahun 2019 (https://puspendik.kemdikbud.go.id/hasilun/).

C. Tujuan

Bimbingan Teknis Pembinaan Pasca Evaluasi Hasil Belajar (EHB) bertujuan:
1. Mengembangkan kemampuan guru dalam mendiagnosis materi-materi daya serap
rendah.
2. Mengembangkan kemampuan guru dalam menyelesaikan soal-soal khususnya soal
berpikir tingkat tinggi
3. Mengembangkan keterampilan guru dalam menyajikan materi-materi berpikir tingkat
tinggi pada pembelajaran di kelas agar lebih mudah dipahami oleh peserta didik.

D. Hasil yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dari penyelenggaraan Bimtek Pembinaan Pasca EHB adalah
sebagai berikut:
1. Meningkatnya kemampuan guru dalam mendiagnosis materi-materi daya serap
rendah.
2. Meningkatnya kemampuan guru dalam menyelesaikan soal-soal khususnya soal
berpikir tingkat tinggi.
3. Meningkatnya keterampilan guru dalam menyajikan materi-materi yang menuntut
berpikir tingkat tinggi pada pembelajaran di kelas agar lebih mudah dipahami oleh
peserta didik.



Unit 1
Analisis Materi Daya Serap Rendah

A. Pemetaan Materi Daya Serap Rendah (MDSR)

Analisis hasil Ujian Nasional yang diterbitkan oleh Pusat Penilaian Pendidikan
(Puspendik) Balitbang Kemdikbud, menunjukkan bahwa daya serap soal Ujian
Nasional setiap tahun berubah-ubah sesuai dengan tingkat kesulitan soal. Pada
beberapa materi hampir disetiap Ujian Nasional, daya serapnya selalu rendah atau
kurang dari 50%. Beberapa materi pokok bahasan pada mata pelajaran Fisika
yang mendapatkan daya serap rendah di tiga tahun terakhir Ujian Nasional,
seperti yang ditunjukkan pada tabel 1, tabel 2 dan tabel 3.
Analisis hasil Ujian Nasional yang diterbitkan oleh Pusat Penilaian Pendidikan
(Puspendik) Balitbang Kemdikbud, menunjukkan bahwa daya serap soal Ujian Nasional
setiap tahun berubah-ubah sesuai dengan tingkat kesulitan soal. Pada beberapa materi
hampir disetiap Ujian Nasional, daya serapnya selalu rendah atau kurang dari 50%.
Beberapa materi pokok bahasan pada mata pelajaran Fisika yang mendapatkan daya
serap rendah di tiga tahun terakhir Ujian Nasional, seperti yang ditunjukkan pada tabel 1,
tabel 2 dan tabel 3.

Tabel 1
Daya Serap Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2016/2017
Mata Pelajaran Fisika

Daya
No Indikator Soal
Serap (%)
1 Disajikan gambar balok yang sedang meluncur pada bidang miring
31,36
kasar, Peserta didik dapat menentukan nilai gaya yang
menghambat sehingga balok berhenti.
2 Disajikan gambar dua muatan titik yang mengalami gaya listrik
33,16
sebesar F1 dengan data lengkap kecuali jarak, Peserta didik dapat
menentukan seberapa jauh muatan digeser agar gaya yang dialami
berubah menjadi F2.
3 Disajikan ilustrasi dua penari es sketting A dan B dengan massa
34,28
identik yang berdiri di atas lantai licin dan berputar di tempatnya
dimana penari A menyilangkan kedua tangan di dadanya
sedangkan penari B merentangkan kedua tangannya. Peserta didik
dapat membandingkan kondisi besaran-besaran rotasi (momen
inersia/kecepatan sudut/momentum sudut/energi kinetik rotasi
dan lain-lain) pada penari A dan B.
4 Disajikan ilustrasi sumber bunyi yang memancarkan bunyi dengan
35,19
daya rata-rata tertentu, Peserta didik dapat menentukan letak titik
yang memiliki taraf intensitas dengan nilai tertentu.
5 Disajikan gambar rangkaian listrik sederhana dua loop dengan tiga
35,30
resistor dan dua baterai, peserta didik dapat menentukan laju
energi pada salah salah satu hambatan
6 Disajikan ilustrasi trafo tidak ideal dengan tegangan beban tidak
35,99
sama dengan tegangan sekunder, Peserta didik dapat menentukan
kuat arus pada bagian primer/sekunder.
7 Disajikan tabel data massa dan koordinat bidang x dan y dari 3
36,19
benda yang membentuk sistem benda tegar saling terhubung
dengan batang ringan tak bermassa. Peserta didik dapat
Daya
No Indikator Soal
Serap (%)
menentukan momen inersia sistem benda tegar tersebut saat
diputar pada poros yang tegak lurus vertikal bidang dan melalui
salah satu dari 3 benda tersebut
8 Disajikan gambar benda yang diletakkan mendatar dihubungkan
36,32
dengan pegas yang menempel pada dinding dan digetarkan (data
diketahui) Peserta didik dapat menentukan grafik yang tepat untuk
getaran benda (opsi berupa grafik)
9 Disajikan gambar 3 batang logam yang jenisnya berbeda dengan
37,74
panjang dan luas penampang sama disambungkan satu sama lain.
Pada ujung batang yang bebas dikenakan suhu yang berbeda,
Peserta didik dapat menentukan suhu di dua tempat sambungan
10 Disajikan gambar dan narasi tentang ayunan balistik yang
37,92
ditembakkan bergantian oleh dua senapan berbeda mengenai dan
bersarang pada balok yang sama, Peserta didik dapat menganalisis
kecepatan kedua peluru berdasarkan ketinggian ayunan balok
dengan data lain diketahui.

Berdasarkan data pada tabel 1, Pada Mata Pelajaran Fisika terdapat lebih dari
sepuluh materi soal Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2016/2017 yang daya serapnya
kurang dari 40%.
Tabel 2
Daya Serap Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2017/2018
Mata Pelajaran Fisika
Daya Serap
No No Urut Indikator Yang Diuji
Nasional
Menentukan suhu campuran/besaran terkait pada
1 21 peristiwa pencampuran 2 zat menggunakan azas 42,65
Black
Menentukan taraf intensitas yang didengar pada jarak
2 28 42,72
tertentu dari sumber bunyi yang daya akustik
Menentukan kecepatan bola bilyar setelah
3 19 42,75
bertumbukan kedua bola bergerak membentuk sudut
Menentukan urutan usaha yg dilakukan oleh gaya F
4 15 43,31
terhadap benda bermassa m dg bantuan table
Membandingkan kecepatan benda saat berada di titik
5 16 43,41
B, C, dan D (Disajikan Gambar)
Menentukan 2 dari 5 koordinat fluida pada grafik yang
6 12 43,77
massanya sama.
Menentukan massa planet x (massa bumi,
7 7 perbandingan percepatan gravitasi di bumi & planet x 44,13
diketahui)
Menganalisis benda yg dpt dimasukkan ke keranjang
8 6 44,57
agar keranjang itu tpt akan berhenti
Menentukan titik berat benda bidang yang tidak
9 11 beraturan menggunakan benang dan beban (Disajikan 44,59
Eksperimen)
Menentukan gaya minimal yang dibutuhkan untuk
10 13 44,88
mengangkat benda dari dasar laut ke permukaan.

Berdasarkan data pada table 2, Pada Mata Pelajaran Fisika terdapat lebih dari sepuluh
materi soal Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2017/2018 yang daya serapnya kurang dari
50%
Tabel 3
Daya Serap Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2018/2019
Mata Pelajaran Fisika
Daya Serap
No Urut. Indikator Yang Diuji Nasional
No
Menentukan nilai salah satu besaran fisis yang
1 13 berkaitan dengan aktivitas orang tersebut menaiki 22,36
tangga dengan aman dan tidak tergelincir
Disajikan pernyataan tentang percepatan
2 7 sentripetal/percepatan linear, peserta didik dapat 26
mengidentifikasi 2 besaran yang terkait.
Menentukan besaran yg harus diubah agar efisiensi
3 28 mesin dapat naik menjadi n kali semula, pd diagram 28,53
mesin Carnot yang bekerja pada dua suhu reservoir
Menentukan perbandingan salah satu besaran
4 22 sebelum dan sesudah benda bergeser (misalnya 30,06
jarak benda, jarak bayangan, dll)
Menentukan jarak maksimum koin dari poros putar
5 9 agar benda kecil tersebut tetap berputar bersama 31,43
piringan.
Menentukan nilai besaran (gaya angkat, kecepatan
6 11 aliran udara, atau tekanan) yang berkaitan dengan 31,45
azas Bernoulli
Menentukan nilai salah satu besaran cakram
7 12 gabungan tersebut, pd gambar dua piringan/cakram 32,07
yang jari-jarinya berbeda diputar pada porosnya
Menentukan besar amplitudo & intensitas bunyi pd
8 19 jarak R > r atau R < r jika amplitudo dan intensitas 32,13
bunyi pada jarak r berturut-turut A dan I
Disajikan gambar 2 benda simetri yang terdiri atas
9 14 dua benda persegi/persegi panjang dan segitiga. 32,69
Menentukan koordinat titik berat sistem benda tsb
Menentukan jenis kaca yg terbaik agar jumlah kalor
10 25 yg lewat kaca paling kecil/besar, dlm tabel dg lajur 33,24
kolom ketebalan kaca & konduktivitas kaca

Berdasarkan data pada table 3, Pada Mata Pelajaran Fisika terdapat lebih dari
sepuluh materi soal Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2018/2019 yang daya serapnya
kurang dari 35%.

Sesuai dengan kondisi tersebut di atas, materi-materi ini hendaknya menjadi
perhatian khusus para guru Fisika. Dalam pembelajaran di kelas, diharapkan dapat
memberikan penekanan-penekanan pada materi pembelajaran tersebut sehingga
hasil belajar fisika dapat lebih ditingkatkan dimasa yang akan datang.

Beberapa pokok bahasan pada mata pelajaran Fisika program IPA yang daya serapnya
rendah pada UN 2019 adalah sebagai berikut.



1. Materi Kesetimbangan Benda Tegar
Soal:
Seseorang naik tangga homogen yang disandarkan pada dinding vertikal licin
dengan sudut kemiringan tertentu seperti tampak pada gambar.


Berat tangga 300 N dan berat orang 700 N. Bila orang tersebut dapat naik sejauh 3
m sesaat sebelum tangga itu tergelincir, maka koefisien gesekan antara lantai dan
tangga adalah ....
A. 0,14
B. 0,43
C. 0,49
D. 0,59
E. 0,85
Perkiraan faktor penyebab rendahnya perolehan nilai pada materi Kesetimbangan
Benda Tegar antara lain:
• Peserta didik tidak memahami konsep dasar tentang kesetimbangan benda
tegar.
• Peserta didik tidak terbiasa menganalisis gaya yang bekerja pada tangga yang
bersandar pada dinding (gaya normal, gaya berat, gaya gesek).
• Peserta didik tidak terbiasa menganalisis menggunakan trigonometri.

2. Gerak Lurus
Soal:
Berikut ini grafik hubungan kecepatan (v) terhadap waktu (t) dua mobil A dan B
yang bergerak pada posisi dan lintasan yang sama.
Dari pernyataan-pernyataan berikut:
(1) Mobil A dan B sama-sama berhenti pada detik ke-60
(2) Percepatan mobil A lebih besar dibandingkan percepatan mobil B
(3) Mobil A menempuh perjalanan lebih dekat dari mobil B
(4) Mobil A dan B bertemu setelah bergerak 40 sekon









Pernyataan yang benar berkaitan dengan grafik di atas ditunjukkan oleh nomor ....
A. (1) dan (2)
B. (1) dan (3)
C. (2) dan (3)
D. (2) dan (4)
E. (3) dan (4)

Perkiraan faktor penyebab rendahnya perolehan nilai pada materi Gerak lurus
antara lain:
• Peserta didik tidak memahami konsep dasar GLB dan GLBB
• Peserta didik tidak dapat menganalisis grafik hubungan v-t gerak dua benda
yang mengalami percepatan (besaran jarak, waktu, dan percepatan)
• Peserta didik kesulitan membandingkan gerak dua benda dalam satu grafik.


3. Termodinamika
Soal:
Perhatikan gambar diagram mesin Carnot di bawah!


Suhu T1 > T2 dan efisiensi mesin mula-mula 20%. Bila efisiensi mesin ditingkatkan
menjadi 60% maka suhu T1 menjadi T1' danT2 menjadi T2' dengan besar masing-
masing ....
A. T1' = T1 dan T2' = 2T2
B. T1' = T1 dan T2' = 3T2
C. T2' = T2 dan T1' = 2T1
D. T2' = T2 dan T1' = 5/2 T1
E. T1' = T1 dan T2' = 5/2 T2

Perkiraan faktor penyebab rendahnya perolehan nilai pada materi Termodinamika
antara lain:
• Peserta didik tidak memahami konsep dasar tentang efisiensi mesin Carnot
• Peserta didik tidak memahami diagram mesin Carnot terkait dengan hubungan
suhu dengan kalor masuk dan keluar.
• Peserta didik kesulitan dengan matematika pecahan.

4. Hukum Kekekalan Momentum Sudut
Soal:
Pada saat piringan A berotasi 120 rpm (Gambar 1), piringan B diletakkan di atas
A piringan A (Gambar 2) sehingga kedua piringan berputar dengan poros yang
sama.


Massa piringan A = 100 gram dan massa piringan B = 300 gram, sedangkan jari-
jari piringan A = 50 cm dan jari-jari piringan B = 30 cm. Jika momen inersia
piringan adalah ½ m.R2, maka besar kecepatan sudut kedua piringan pada waktu
berputar bersama-sama adalah ....
A. 0,67 π rad.s-1
B. 0,67 π rad.s-1
C. 0,67 π rad.s-1
D. 0,67 π rad.s-1
E. 0,67 π rad.s-1

Perkiraan faktor penyebab rendahnya perolehan nilai pada materi Hukum
Kekekalan Momentum Sudut antara lain:
• Peserta didik kesulitan memahami gambar.
• Peserta didik kesulitan mengaplikasikan hukum kekekelan momentum sudut
pada dua cakram yang bergerak bersama.

5. Alat-alat Optik
Soal:
Perhatikan gambar cermin cembung pada persimpangan jalan berikut!








Sebuah mobil mula-mula berada pada jarak 4 m di depan cermin cembung
tersebut, kemudian mobil bergerak menjäuhi cermin sehingga jaraknya menjadi 6
m. Jika jari-jari kelengkungan cermin 24 m, maka perbandingan jarak bayangan
mula-mula dengan jarak bayangan setelah mobil menjauh adalah ….
A. ¼
B. ½
C. ¾
D. 5/4
E. 5/2

Perkiraan faktor penyebab rendahnya perolehan nilai pada materi Alat-alat
Optik antara lain:
• Peserta didik tidak memahami konsep dasar tentang pemantulan dan
perbesaran bayangan pada cermin cembung.
• Peserta didik kesulitan dengan matematika pecahan dan tanda negatif di jarak
titik focus.
• Gambar tidak menceritakan soal (menjauhi tetapi gambar bayangan mobil
mendekati).
• Guru jarang mengajarkan/mengulang materi SMP konsep pemantulan pada
cermin cembung.

6. Gerak Melingkar
Soal:
Perhatikan gambar koin uang logam yang diletakkan di atas piringan yang
berputar dengan kecepatan sudut tetap 6 rad/s berikut!

Massa koin = 0,1 kg, koefisien gesek statis = 0,40 dan percepatan gravitasi 10
m/s2. Jarak maksimum koin dari poros putar agar koin tersebut tetap berputar
bersama piringan adalah ....
A. 6 cm
B. 10 cm
C. 11 cm
D. 16 cm
E. 25 cm

Perkiraan faktor penyebab rendahnya perolehan nilai pada materi Gerak
melingkar antara lain:
• Peserta didik tidak memahami konsep dasar gaya gesek dan gaya
sentripetal.
• Peserta didik tidak memahami persyaratan koin bisa tetap berputar
bersama piringan.

7. Fluida Dinamis (Gaya Angkat Sayap Pesawat Terbang)
Soal:
Gambar di bawah menunjukkan gambar penampang lintang sayap pesawat
terbang yang luasnya 40 m2.



Gerak pesawat terbang menyebabkan kelajuan aliran udara di bagian atas sayap
sebesar 250 m.s-1 dan kelajuan di bagian bawah sayap sebesar 200 m.s-1. Jika
kerapatan udara adalah 1,2 kg.m-3, maka besar gaya angkat pesawat adalah ....
A. 10.800 N
B. 24.000 N
C. 98.500 N
D. 540.000 N
E. 608.000 N

Perkiraan faktor penyebab rendahnya perolehan nilai pada materi Gaya angkat
sayap pesawat terbang antara lain:
• Peserta didik tidak memahami konsep dasar aplikasi hukum Bernoulli pada
gaya angkat sayap pesawat terbang (persamaan gaya angkat sayap pesawat
terbang).
• Peserta didik kesulitan memahami gambar potongan melintang sayap
pesawat terbang.



8. Intensitas Bunyi
Soal:
Perhatikan gambar di bawah!


Bunyi sebuah petasan didengar oleh Ali dengan intensitas sebesar 8,1 . 102 W.m-2
dan amplitudo bunyi 2 m. Berapakah besar intensitas (I) dan amplitudo (A) bunyi
petasan yang didengar oleh Bobi?
A. I = 8,1 W.m-2 dan A = 20 cm
B. I = 8,1 W.m-2 dan A = 45 cm
C. I = 10 W.m-2 dan A = 22 cm
D. I = 8,1 W.m-2 dan A = 90 cm
E. I = 81 W.m-2 dan A = 180 cm

Perkiraan faktor penyebab rendahnya perolehan nilai pada materi Intensitas
Bunyi antara lain:
• Peserta didik tidak memahami konsep hubungan intensitas bunyi dan
amplitudo bunyi.
• Guru jarang mengajarkan hubungan intensitas dengan amplitudo bunyi.
• Peserta didik tidak teliti menentukan jarak Bobi ke petasan.
• Butir soal tidak konsisten logikanya secara substantif dengan jawaban yang
dilematis, maka butir soal harus diperbaiki.

9. Titik Berat
Soal:
Perhatikan gambar benda bidang homogen di bawah ini!


Koordinat titik berat benda terhadap titik O adalah ....
A. (4 ; 3,3)
B. (3,6 ; 3)
C. (3,3 ; 4)
D. (3,3 ; 3,6)
E. (3 ; 3,6)
Perkiraan faktor penyebab rendahnya perolehan nilai pada materi Titik Berat
antara lain:
• Peserta didik tidak memahami konsep dasar titik berat benda homogen.
• Peserta didik tidak memahami konsep dasar titik berat segitiga.
• Peserta didik tidak memahami konsep dasar koordinat kartesius untuk
menentukan koordinat titik berat segitiga.
• Peserta didik tidak bisa menganalisis koordinat titik berat dari masing-
masing benda gabungan.


10. Perpindahan Kalor
Soal:
Amir akan memasangkan kaca pada mobilnya. Dia akan memilih kaca yang tepat
agar panas pada siang hari tidak mudah merambat melalui kaca dari Iuar ke
bagian dalam mobil. Suhu Iuar saat panas terik sebesar 38°C dan suhu bagian
dalam mobil 20°C. Manakah jenis kaca yang tepat dipilih Amir?



Konduktivitas k Ketebalan
Pilihan Jenis Kaca
(W.m-1K-1) L (mm)
A. I 0,6 6
B. II 0,3 6
C. III 0,3 4
D. IV 0,6 4
E. V 0,8 4

Perkiraan faktor penyebab rendahnya perolehan nilai pada materi Perpindahan
kalor antara lain:
• Peserta didik tidak memahami jawaban dalam bentuk tabel, karena kurang
terbiasa.
• Peserta didik tidak memahami konsep dasar laju perpindahan kalor.
• Peserta didik tidak bisa menentukan besaran Fisika apa yang menjadi
penentunya (ada dua variabel yang tidak diketahui).


B. Penugasan
Kerjakan LK 1 untuk mengidentifikasi lebih cermat dan mendalam materi-materi daya
serap rendah yang dijumpai peserta didik pada sekolah Anda. Untuk mengisi LK 1
tersebut Anda wajib menyiapkan Data Daya Serap Materi dan Indikator Mata Pelajaran
Fisika pada Ujian Nasional yang diterbitkan oleh Puspendik Balitbang Kemdikbud dan
Kompetensi Dasar (KD) sesuai dengan materi/pokok bahasan.


C. Refleksi
1. Peserta
a. Menyampaikan keberhasilan berupa kemampuan melakukan analisis materi
daya serap rendah yang dialami oleh peserta didik di sekolahnya masing-
masing.
b. Menyampaikan kelemahan yang ditemukan dari aktivitas pada modul ini
sehingga masih ada yang belum dipahami atau membingungkan.
c. Menyampaikan tindak lanjut yang akan dilakukan untuk menerapkan hasil
yang diperoleh dari modul.

2. Fasilitator
a. Menyampaikan keberhasilan peserta sesuai pengamatan selama kegiatan.
b. Menyampaikan hal-hal yang perlu diperbaiki dalam mengidentifikasi
materi/pokok bahasan sulit sesuai dengan data daya serap hasil UN dari
Puspendik.


Unit 2
Soal-Soal Un Daya Serap Rendah Dan Pembahasannya

A. Uraian Singkat Materi

Soal UN daya serap rendah pada pembahasan ini, diidentifikasi dari sepuluh butir soal UN
dengan daya serap terendah yang muncul pada tahun 2019 sesuai analisis daya serap UN
(Pamer) yang diterbitkan oleh Puspendik, Kemdikbud. Mungkin saja soal-soal UN dengan
daya serap rendah dalam unit modul ini, tidak merupakan soal daya serap rendah di
sekolah Anda. Bisa juga sebaliknya, soal-soal UN yang mendapat daya serap tinggi secara
nasional menjadi soal-soal daya serap rendah di sekolah Anda. Hal ini sangat tergantung
dari karakteristik peserta didik di sekolah Anda, tentu saja berbeda dengan peserta didik
di sekolah lainnya. Soal-soal UN daya serap rendah dan pembahasannya yang disajikan
dalam unit modul ini diharapkan dapat menambah wawasan Anda tentang beberapa
alternatif penyelesaian soal-soal UN dengan daya serap rendah oleh sebagian besar
peserta didik.
Berikut ini disajikan 10 butir soal UN tahun pelajaran 2018/2019 dan pembahasannya,
yang merupakan daya serap terendah peserta didik secara nasional.

BUTIR SOAL

1. Kesetimbangan Benda Tegar
Seseorang naik tangga homogen yang disandarkan pada dinding vertikal licin
dengan sudut kemiringan tertentu seperti tampak pada gambar.


Berat tangga 300 N dan berat orang 700 N. Bila orang tersebut dapat naik sejauh
3 m sesaat sebelum tangga itu tergelincir, maka koefisien gesekan antara lantai
dan tangga adalah ....
A. 0,14
B. 0,43
C. 0,49
D. 0,59
E. 0,85

Pembahasan:
Diagram bebas dari gaya-gaya yang bekerja pada sistem dapat digambarkan
sebagai berikut:
Diketahui:
wB = 300 N

wo = 700 N



Ditanya: koefisien gesekan di titik B ( µ B ) ?
Perhatikan diagram bebas diatas:

SFy = 0 SFx = 0
N B = wB + w0 NA = fB
N B = 300 + 700 = 1000 N A = µ B N B = µ B 1000
St B = 0
NA.4 = w o .3 cos a + w b . 2,5 cos a
3 3
1000 µ B (4 ) = 700 (3) + 300.( 2,5)
5 5
4000µ B = (140)(9) + 450
1716
µB = = 0,427 = 0,43
4000

2. Gerak Lurus
Berikut ini grafik hubungan kecepatan (v) terhadap waktu (t) dua mobil A dan B
yang bergerak pada posisi dan lintasan yang sama.
Dari pernyataan-pernyataan berikut:
(1) Mobil A dan B sama-sama berhenti pada detik ke-60
(2) Percepatan mobil A lebih besar dibandingkan percepatan mobil B
(3) Mobil A menempuh perjalanan lebih dekat dari mobil B
(4) Mobil A dan B bertemu setelah bergerak 40 sekon











Pernyataan yang benar berkaitan dengan grafik di atas ditunjukkan oleh nomor ....
A. (1) dan (2)
B. (1) dan (3)
C. (2) dan (3)
D. (2) dan (4)
E. (3) dan (4)

Pembahasan:


Dari grafik disamping dapat dijelaskan keadaan gerak tiap mobil, yaitu:
Mobil A
v0 = 0
vt = 60 m / s
Dt = 40 s

Mobil B
v0 = 36 m / s
vt = 60 m / s
Dt = 40 s

Pembahasan pernyataan:
(1) Mobil A dan B bergerak dipercepat, grafik tidak memberikan data gerak
perlambatan kedua mobil
Dv 60 - 0 3
(2) Percepatan mobil A, a = = = m / s
Dt 40 2

Dv 60 - 36 24
Percepatan mobil B, a = = = = 0,6 m / s
Dt 40 40
(3) Jarak yang ditempuh mobil A dan B :
1 2 1æ3ö
a t = 0 + ç ÷(40 ) = 480 m
2
Mobil A, S A = v0 . t +
2 2è2ø
1 1 æ3ö
Mobil B, S A = v0 . t + a t 2 = (36)(40) + ç ÷(40 )2 = 1920 m
2 2è5ø
(4) Saat t = 40 sekon, kedua mobil memiliki kecepatan yang sama, tapi posisinya
tidak sama

Sehingga pernyataan yang benar adalah; (2) dan (3)



3. Termodinamika
Perhatikan gambar diagram mesin Carnot di bawah!


Suhu T1 > T2 dan efisiensi mesin mula-mula 20%. Bila efisiensi mesin ditingkatkan
menjadi 60% maka suhu T1 menjadi T1' danT2 menjadi T2' dengan besar masing-
masing ....
A. T1' = T1 dan T2' = 2T2
B. T1' = T1 dan T2' = 3T2
C. T2' = T2 dan T1' = 2T1
D. T2' = T2 dan T1' = 5/2 T1
E. T1' = T1 dan T2' = 5/2 T2

Pembahasan:


Gambar di atas merupakan diagram kalor yag digunakan pada mesin Carnot
Perumusan Kelvin-Planck. Dimana kalor yang diterima mesin pada reservoir
suhu tinggi dipakai sebagian untuk melakukan usaha dan sebagian lagi dibuang
ke reservoir suhu rendah.
Efisiensi awal (h1 = 20% ) Efisiensi akhir ( h 2 = 60% )

T2 T2
'
h1 =1- h1 =1-
T1 T1
'

T2 '
0,2 = 1 - T2
T1 0,6 = 1 - '
T1
T2
= 1 - 0,2 = 0,8 T2
'
T1 = 1 - 0,6 = 0,4
'
T1
Agar efisiensi kedua lebih tinggi, maka suhu pada reservoir rendah dijaga tetap
sedangkan suhu pada reservoir suhu tinggi dinaikkan menjadi dua kali.
' '
T2 = T2 T1 = 2T1


4. Hukum Kekekalan Momentum Sudut
Pada saat piringan A berotasi 120 rpm (Gambar 1), piringan B diletakkan di atas
piringan A (Gambar 2) sehingga kedua piringan berputar dengan poros yang
sama.


Massa piringan A = 100 gram dan massa piringan B = 300 gram, sedangkan jari-
jari piringan A = 50 cm dan jari-jari piringan B = 30 cm. Jika momen inersia
piringan adalah ½ m.R2, maka besar kecepatan sudut kedua piringan pada waktu
berputar bersama-sama adalah ....
A. 0,67 π rad.s-1
B. 0,67 π rad.s-1
C. 0,67 π rad.s-1
D. 0,67 π rad.s-1
E. 0,67 π rad.s-1

Pembahasan:
Diketahui:
Piringan A Piringan B
mA = 100 g m = 300 g
RA = 50 cm RB = 30 cm
wo = 120 rpm w o = 0

Ditanya: w = ?

Hukum kekekalan momentum sudut
1 1
mA RA = (0,1)(0,5) = 0,0125 kg / m 2
2 2
IA =
2 2
1 1
I B = mB RB = (0,3)(0,3) = 0,0135 kg / m 2
2 2

2 2

I A w A + I B w B = (I A + I B )w '
(0,0125)(120) + 0 = (0,0125 + 0,0135)w
'

1,5
w' = = 57,692 rpm
0,026
æ 2p ö
w = 57,692 ç ÷ =1,92 p rad / s
è 60 ø







5. Alat-alat Optik
Perhatikan gambar cermin cembung pada persimpangan jalan berikut!



Sebuah mobil mula-mula berada pada jarak 4 m di depan cermin cembung
tersebut, kemudian mobil bergerak menjäuhi cermin sehingga jaraknya menjadi 6
m. Jika jari-jari kelengkungan cermin 24 m, maka perbandingan jarak bayangan
mula-mula dengan jarak bayangan setelah mobil menjauh adalah ….
A. ¼
B. ½
C. ¾
D. 5/4
E. 5/2

Pembahasan:
Diketahui: R = -24 m
f = -12 m
s1 = 4 m
s2 = 6 m

Ditanya: s1’/s2’ = .... ?

1 1 1
Jawab : = +
'
f s s

1 s- f
=
f s. f

' s. f
s = s- f
Jika s1 = 4 m, maka:
' (4 )(- 12 )
s1 = (4) - (- 12 )
' (- 48 )
s 1
=
(16 )
'
s 1
= -3m


Ketika bergerak menjauhi cermin sejauh 6 m (s2 = 6 m)
' (6)(- 12 )
s = (6) - (- 12 )
2

' 72
s 1
=
18
'
s = 4m
1

'
s = -3 = 3
1

s -4 4
'
2

6. Gerak Melingkar
Perhatikan gambar koin uang logam yang diletakkan di atas piringan yang
berputar dengan kecepatan sudut tetap 6 rad/s berikut!


Massa koin = 0,1 kg, koefisien gesek statis = 0,40 dan percepatan gravitasi 10 m/s2.
Jarak maksimum koin dari poros putar agar koin tersebut tetap berputar bersama
piringan adalah ....
A. 6 cm
B. 10 cm
C. 11 cm
D. 16 cm
E. 25 cm

Pembahasan:
Diketahui : w = 6rad .s -1
m = 0,1kg
g = 10 m.s - 2
µ s = 0,40
Ditanya: Rmaks = …. ?
Jawab:
Agar koin tetap berputar maka gaya gesek pada koin harus sama dengan gaya
sentripetal.
f = Fs
µ s .m.g = m.w 2 .Rmaks
µ .g
Rmaks = s 2
w
R maks =
(0,4)(10 )
62
Rmaks = 0,11m = 11cm





7. Fluida Dinamis (Gaya Angkat Sayap Pesawat Terbang)
Gambar di bawah menunjukkan gambar penampang lintang sayap pesawat
terbang yang luasnya 40 m2.



Gerak pesawat terbang menyebabkan kelajuan aliran udara di bagian atas sayap
sebesar 250 m.s-1 dan kelajuan di bagian bawah sayap sebesar 200 m.s-1. Jika
kerapatan udara adalah 1,2 kg.m-3, maka besar gaya angkat pesawat adalah ....
A. 10.800 N
B. 24.000 N
C. 98.500 N
D. 540.000 N
E. 608.000 N

Pembahasan:
Diketahui : A = 40m 2
-1
v1 = 200m.s
v 2
= 250m.s -1
r = 1,2kg .m -3

Ditanya: F1 - F2 = ….?
Jawab: F1 - F2 = 1 rA(
v - v )
2 2
2 1
2
æ1ö
F1 - F2 = ç ÷1,2.40(250 2 - 200 2 )
è2ø
F - F = 24(62500 - 40000)
1 2

F1 - F2 = 24(22500)
F1 - F2 = 540000 N

8. Intensitas Bunyi
Perhatikan gambar di bawah!


Bunyi sebuah petasan didengar oleh Ali dengan intensitas sebesar 8,1. 102 W.m-2
dan amplitudo bunyi 2 m. Berapakah besar intensitas (I) dan amplitudo (A) bunyi
petasan yang didengar oleh Bobi?

A. I = 8,1 W.m-2 dan A = 20 cm
B. I = 8,1 W.m-2 dan A = 45 cm
C. I = 10 W.m-2 dan A = 22 cm
D. I = 8,1 W.m-2 dan A = 90 cm
E. I = 81 W.m-2 dan A = 180 cm
Pembahasan:
Dari data gambar soal di bawah:



Diketahui : I1 = 8,1.10 2 W .m -2
r1 = 10 m
r2 = 100m
A1 = 2m
Ditanya : I 2 dan A2 ...?
Jawab:
I2 r12
=
I1 r22
2
I2 é 10 ù
= ê
ë100 úû
2
8,1.10
é 1 ù
I2 = ê ú.810
ë100 û
I 2 = 8,1w.m - 2
I ¥ A 2 (Intensitas sebanding dengan kuadrat amplitudo)
2
I1 é A1 ù
=
I 2 êë A2 úû
I
A2 = 2 (A1 )
2 2

I1
8,1 2
A2 =
2
.2
810
4
A2 =
2

100
4
A2 = = 0,2 m = 20cm
100


9. Titik Berat
Perhatikan gambar benda bidang homogen di bawah ini!


Koordinat titik berat benda terhadap titik O adalah ....
A. (4 ; 3,3)
B. (3,6 ; 3)
C. (3,3 ; 4)
D. (3,3 ; 3,6)
E. (3 ; 3,6)

Pembahasan:
Benda bidang homogen dapat dianggap sebagai gabungan dua bidang homogen,
yaitu persegi panjang dan segitiga. Masing-masing bidang tersebut memiliki luas
dan letak titik berat seperti dijelaskan pada tabel berikut:










Luas Titik berat
No A x A y
Bidang (cm) A

x y

Persegi
1 16 2 4
panjang 32 64
2 Segitiga 12 5 4
60 48
Benda dalam keadaan setimbang karena St = 0

Pada sumbu x:
Stx = 0
w×xo = w1×x1 + w2×x2 + w3×x3
w × x + w2 × x2 + w3 × x3 Sw × x Sm × x
xo = 1 1 = =
w1 + w2 + w3 Sw Sm
Pada sumbu y:
Sty = 0
w×yo = w1×y1 + w2×y2 + w3×y3
w × y + w2 × y2 + w3 × y3 Sw × y Sm × y
yo = 1 1 = =
w1 + w2 + w3 Sw Sm
Letak titik berat = (xo, yo)

Jika benda berupa bidang homogen, maka memiliki massa jenis yang sama
sehingga titik berat benda tersebut tergantung pada luas benda, dapat ditulis
sebagai berikut:
∑ 𝑚 . 𝑥 ∑ 𝜌 . 𝐴. 𝑙. 𝑥 𝐴1 . 𝑥1 + 𝐴2 . 𝑥2 + 𝐴3 . 𝑥3
𝑥0 = = =
∑𝑚 ∑ 𝜌 . 𝐴. 𝑙 𝐴1 + 𝐴2 + 𝐴3

∑ 𝑚 . 𝑦 ∑ 𝜌 . 𝐴. 𝑙. 𝑦 𝐴1 . 𝑦1 + 𝐴2 . 𝑦2 + 𝐴3 . 𝑦3

𝑦0 = = =
∑𝑚 ∑ 𝜌 . 𝐴. 𝑙 𝐴1 + 𝐴2 + 𝐴3

𝐿𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 = (𝑥9 , 𝑦9)


Maka letak titik berat benda bidang homogen tersebut terhadap titik O:
32 + 60 92 64 + 48 112
x0 = = = 3,3 y0 = = =4
16 + 12 28 16 + 12 28
Sehingga koordinat titik berat benda terhadap titik O adalah (3,3 ; 4)

10. Perpindahan Kalor
Amir akan memasangkan kaca pada mobilnya. Dia akan memilih kaca yang tepat
agar panas pada siang hari tidak mudah merambat melalui kaca dari Iuar ke
bagian dalam mobil. Suhu Iuar saat panas terik sebesar 38°C dan suhu bagian
dalam mobil 20°C. Manakah jenis kaca yang tepat dipilih Amir?

Konduktivitas Ketebalan
Pilihan Jenis Kaca
k (W.m-1K-1) L (mm)
A. I 0,6 6
B. II 0,3 6
C. III 0,3 4
D. IV 0,6 4
E. V 0,8 4


Pembahasan:
Kaca yang mempunyai laju konduksi yang paling kecil yang dipilih agar panas
tidak mudah merambat melalui kaca dari luar ke bagian dalam mobil.
- Memilih kaca yang koefisien konduktivitas (k) terkecil dari data yang ada di
tabel;
- Memilih kaca yang paling tebal dari data yang ada di tabel.
Q k . A.DT
H= = karena kaca terbuat dari bahan yang sama dan luasnya juga
t L
sama maka:
k

L
Kaca I
0,6
HI = = 0,1 J .s -1
6
Kaca II
0,3
H II = = 0,05 J .s -1
6
Kaca III
0,3
H III = = 0,075 J .s -1
4
Kaca IV
0,6
H IV = = 0,15 J .s -1
4
Kaca V
0,8
HV = = 0,2 J .s -1
4
Jadi pilihan jawaban yaitu Jenis Kaca II; k = 0,3 W/m.K; Ketebalan (L) = 6
0,3
mm; dengan H II = = 0,05 J .s -1 , terkecil ... (B)
6


B. Penugasan

Kerjakan LK 2 untuk meningkatkan kompetensi melakukan pemetaan dan kemampuan
menyelesaikan soal UN dengan daya serap rendah oleh peserta didik di sekolah masing-
masing. Untuk mengisi LK 2 tersebut Anda wajib menyiapkan soal UN yang diujikan di
sekolah masing-masing.


C. Refleksi

1. Peserta
a. Menyampaikan keberhasilan berupa melakukan pemetaan dan kemampuan
menyelesaikan soal UN dengan daya serap rendah oleh peserta didik di
sekolah masing-masing.
b. Menyampaikan kelemahan yang ditemukan dari aktivitas pada modul ini
sehingga masih ada yang belum dipahami atau membingungkan.
c. Menyampaikan tindak lanjut yang akan dilakukan untuk menerapkan hasil
yang diperoleh dari modul.

2. Fasilitator
a. Menyampaikan keberhasilan peserta sesuai pengamatan selama kegiatan.
b. Menyampaikan hal-hal yang perlu diperbaiki dalam melakukan pemetaan dan
kemampuan menyelesaikan soal UN yang dianggap sulit oleh peserta didik di
sekolah masing-masing.





Unit 3
Strategi Pembelajaran

A. Strategi Pembelajaran

Strategi Pembelajaran dalam Berpikir Tingkat Tinggi yang disajikan dalam unit modul ini,
diharapkan dapat menginspirasi Anda untuk menemukan ide-ide inovatif dalam
pembelajaran. Disadari bahwa pembelajaran dan penilaian merupakan dua hal yang
saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Pembelajaran yang baik pada umumnya
dapat meningkatkan hasil belajar, karena secara logika dengan pembelajaran yang baik
maka penguasaan materi peserta didik dapat ditingkatkan. Bila penguasaan materi
peserta didik baik, maka hasil belajar yang dicapai juga akan meningkat.
Berikut ini akan disajikan beberapa alternatif yang dapat Anda pilih ketika menyajikan
materi-materi Fisika dengan daya serap rendah, sesuai dengan identifikasi materi dengan
daya serap rendah pada Unit 1.

1. Menyelesaikan soal Materi Kesetimbangan Benda Tegar

Untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik, agar dapat menyelesaikan
soal Kesetimbangan Benda Tegar pada UN 2019.
Soal:
Seseorang naik tangga homogen yang disandarkan pada dinding vertikal licin dengan
sudut kemiringan tertentu seperti tampak pada gambar.


Berat tangga 300 N dan berat orang 700 N. Bila orang tersebut dapat naik sejauh 3
m sesaat sebelum tangga itu tergelincir, maka koefisien gesekan antara lantai dan
tangga adalah ....
A. 0,14
B. 0,43
C. 0,49
D. 0,59
E. 0,85

Strategi:
Urutan langkah pemikiran untuk mendapatkan solusi, sebagai berikut:
1. Gambarkan diagram bebas (semua gaya yang bekerja pada sistem batang,
dinding dan lantai) Gaya yang pasti bekerja pada sistem yaitu gaya gravitasi
pada benda dan gaya kontak (baik gaya normal ataupun gaya gesekan antara 2
permukaan bidang). Pastikan menggambar gaya-gaya tersebut sesuai
pengertiannya dan arah gayanya benar.
2. Keadaan benda tegar yang setimbang memberi pemahaman bahwa benda
tersebut dalam keadaan diam, yaitu tidak translasi dan tidak berotasi. Jika tidak
bertranslasi karena penyebab gerak translasinya sama dengan nol. Penyebab
translasi adalah resultan gaya (Σ𝐹). Jika tidak berotasi karena penyebab gerak
rotasinya sama dengan nol. Penyebab gerak rotasi adalah resultan momen gaya
(St ).
3. Menganalisis gaya-gaya yang bekerja pada sistem yang berperan dalam gerak
translasi dan rotasi.
Keadaan tidak translasi.
SFx = 0

SF y = 0
Keadaan tidak rotasi
St = 0
4. Dari langkah no.3 akan diperoleh 3 persamaan yang menjelaskan keadaan gaya
pada sistem. Ketiga persamaan tersebut dapat saling melengkapi untuk
mendapatkan nilai koefisien gesekan yang ditanyakan dalam soal.

Konsep Kesetimbangan Partikel dan Benda Tegar
1) Kesetimbangan Partikel
Benda dalam masalah kesetimbangan dianggap sebagai partikel yaitu benda
yang ukurannya dapat diabaikan sehingga dapat dianggap sebagai titik materi.
Partikel hanya bakan mengalami gerak translasi sehingga ketika berada dalam
kesetimbangan partikel maka S F = 0
Penyelesaian masalah kesetimbangan dapat dengan cara:
a. Analisis vektor (menguraikan vektor pada komponennya di sumbu x dan sumbu
y)
b. Aturan sinus
c. Cara polygon

Pada satu partikel bekerja beberapa gaya dengan keadaan sebagai berikut:
F1

127o
F2

F3


a. Cara analisis vektor
S Fx = 0
F2 = F1x
S Fy = 0
F1y F1 y = F3
F1

127o
F2
F1x

F3
b. Cara aturan sinus
F1 F2 F3
F1
o
= o
=
sin 90 sin 143 sin 127 o
127o
F2


F3

c. Cara polygon

F1 F2 åF = 0
! ! !
F1 + F2 + F3 = 0
127o F1
F2
F3


F3

2) Kesetimbangan benda tegar
• Benda dalam keadaan setimbang karena beberapa gaya yang bekerja pada
bidang datar pada benda tersebut jumlahnya nol.
SFx = 0 SFy = 0
• Jumlah momen gaya yang bekerja pada benda tegar terhadap suatu sumbu
sama dengan nol.
St = 0

Menentukan gaya yang bekerja pada batang homogen

















2. Menyelesaikan Soal Materi Gerak Lurus
Untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik, agar dapat menyelesaikan
soal Gerak Lurus pada UN 2019.
Soal:
Berikut ini grafik hubungan kecepatan (v) terhadap waktu (t) dua mobil A dan B yang
bergerak pada posisi dan lintasan yang sama.


Dari pernyataan-pernyataan berikut:
(1) Mobil A dan B sama-sama berhenti pada detik ke-60
(2) Percepatan mobil A lebih besar dibandingkan percepatan mobil B
(3) Mobil A menempuh perjalanan lebih dekat dari mobil B
(4) Mobil A dan B bertemu setelah bergerak 40 sekon
Pernyataan yang benar berkaitan dengan grafik di atas ditunjukkan oleh
nomor ....
A. (1) dan (2)
B. (1) dan (3)
C. (2) dan (3)
D. (2) dan (4)
E. (3) dan (4)

Strategi:
Urutan langkah pemikiran untuk mendapatkan solusi, sebagai berikut:
1. Perhatikan hubungan grafik yang ditampilkan pada soal. Gerak Lurus Berubah
Beraturan dapat dijelaskan dalam grafik hubungan antara jarak dan waktu atau
kecepatan dan waktu
2. Cara membaca grafik agar dapat mendeskripsikan peristiwa dengan tepat, yaitu
:
a. Saat keadaan (0,0) perhatikan nilai variabel pada sumbu x dan sumbu y, hal
ini menjelaskan keadaan awal dari gerak benda.
b. Tentukan koordinat akhir yang merupakan data keadaan akhir dari gerak
benda yang bergerak lurus berubah beraturan
c. Simpulkan gerak benda tersebut merupakan gerak dipercepat atau
diperlambat

Konsep Gerak Lurus Berubah Beraturan
Benda dikatakan bergerak lurus berubah beraturan, jika memenuhi keadaan
sebagai berikut:
1. Bergerak dengan kecepatan awal yang berbeda dengan kecepatan akhir,
sehingga mengalami perubahan kecepatan dalam selang waktu tertentu
2. Perubahan kecepatan dalam selang waktu tertentu akan menghasilkan
percepatan gerak yang konstan
3. Perubahan kecepatan ini dapat menjelaskan gerak benda dipercepat atau
diperlambat
Keadaan perubahan gerak ini dapat dinyatakan pada grafik hubungan antara
kecepatan dan waktu sebagai berikut:

1. Grafik GLBB dipercepat
2. Grafik GLBB diperlambat


Keadaan gerak benda dapat dirumuskan dengan persamaan berikut:
GLBB dipercepat GLBB diperlambat
vt = vo + a t vt = v o - a t
1 1 2
S = vo t + a t 2 S = vo t - at
2 2

3. Menyelesaikan Soal Materi Termodinamika
Untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik, agar dapat menyelesaikan
soal Termodinamika pada UN 2019.
Soal:
Perhatikan gambar diagram mesin Carnot di bawah!


Suhu T1 > T2 dan efisiensi mesin mula-mula 20%. Bila efisiensi mesin ditingkatkan
menjadi 60% maka suhu T1 menjadi T1' danT2 menjadi T2' dengan besar masing-
masing ....
F. T1' = T1 dan T2' = 2T2
G. T1' = T1 dan T2' = 3T2
H. T2' = T2 dan T1' = 2T1
I. T2' = T2 dan T1' = 5/2 T1
J. T1' = T1 dan T2' = 5/2 T2


Strategi:
Urutan langkah pemikiran untuk mendapatkan solusi, sebagai berikut:
1. Memahami diagram kerja kalor pada mesin Carnot, termasuk dalam
Perumusan Kelvin-Planck atau Perumusan Clausius.
2. Tentukan input (Q1), usaha(W) dan output (Q2) kalor pada mesin tersebut
3. Konversi suhu reservoir dalam satuan Kelvin (K)

Konsep Efisiensi yang Dihasilkan Mesin Kalor pada Proses Termodinamika
Hukum II Termodinamika
Proses transfer energi berupa panas dalam suatu siklus pada mesin dijelaskan
dengan Hukum termodinamika untuk mengkaji proses termodinamika yang
berlangsung.
Inti dari Hukum II Termodinamika adalah:
“Tidak ada mesin yang mempunyai efisiensi 100%”
Hukum II Termodinamika ini merupakan dasar pembuatan mesin kalor. Apa yang
dimaksud dengan mesin kalor?

Mesin kalor
Alat yang dapat mengubah energi panas menjadi energi mekanik (berupa energi
kinetik dan energi potensial). Sebuah mesin kalor membawa sejumlah fluida
melalui suatu siklus (proses yang keadaan akhirnya sama dengan keadaan awal).

Perumusan Kelvin Planck
“Tidak mungkin membuat mesin yang bekerja dalam suatu siklus, menerima
kalor dari suatu reservoir dan mengubah seluruhnya menjadi usaha (kerja)”
Jadi suatu mesin kalor harus bekerja paling sedikit diantara 2 reservoir. Kalor
yang diterima dari reservoir suhu tinggi, diberikan sebagian pada reservoir suhu
rendah dan sebagian lagi di pakai untuk melakukan usaha (kerja).

Diagram kerja mesin kalor:
1. Kalor diserap dari reservoir suhu tinggi T1
sehingga meningkatkan energi mesin (Q1)
2. Mengubah sebagian energi menjadi usaha
mekanik (W)
3. Membuang energi sisa ke reservoir suhu rendah T2
(Q2).
Dari diagram kerja diperoleh persamaan:
Q1 = W + Q2
Karena mesin bekerja melalui satu siklus, maka ΔU =
0

Efisiensi mesin (h )
Secara umum, efisiensi (h ) suatu alat adalah perbandingan antara output dan input
alat tersebut.
Dengan demikian, efisiensi suatu mesin kalor adalah perbandingan antara kerja (W)
yang dilakukan terhadap kalor yang diserap (Q1) dari reservoir suhu tinggi.





Mesin Carnot
Mesin ideal yang bekerja berdasarkan siklus Carnot (merupakan dasar mesin ideal).
Mesin Carnot merupakan mesin yang paling efisien, efisiensinya maksimum
dibanding mesin-mesin lain. Efisiensi mesin ini akan mencapai 100% jika T2 = 0 K

Siklus Carnot
Siklus yang menggunakan mesin kalor reversible (mesin kalor yang dapat bekerja
bolak-balik) dan ideal yang bekerja pada 2 proses isotermal (pada T1 dan T2) dan 2
proses adiabatik.

Berikut ini adalah penggambaran siklus Carnot, dalam grafik P terhadap V:
P
A

Q1
B
T1
Usaha sistem total (W ) =
luas bidang ABCDA

D
C T2
V
Q2
Pada siklus Carnot berlaku:


Sehingga efisiensi siklus Carnot:


T1 = suhu pada reservoir bersuhu tinggi
T2 = suhu pada reservoir bersuhu rendah

Perumusan Clausius
“Tidak mungkin membuat mesin yang bekerja dalam suatu siklus mengambil kalor
dari reservoir suhu rendah dan memberikannya pada reservoir suhu tinggi tanpa
memerlukan usaha dari luar”.
Diagram kerja mesin pendingin:
dari diagram berikut diperoleh persamaan:




Efisiensi mesin pendingin (h ) :
T1, T2 = suhu diluar dan di dalam ruangan (K)
W = kerja yang dihasilkan mesin pendingin
Q2 = kalor yang diserap dari ruang pendingin

4. Menyelesaikan Soal Materi Hukum Kekekalan Momentum Sudut
Untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik, agar dapat menyelesaikan soal
Hukum Kekekalan Momentum Sudut UN 2019.
Soal:
Pada saat piringan A berotasi 120 rpm (Gambar 1), piringan B diletakkan di atas
piringan A (Gambar 2) sehingga kedua piringan berputar dengan poros yang sama.


Massa piringan A = 100 gram dan massa piringan B = 300 gram, sedangkan jari-jari
piringan A = 50 cm dan jari-jari piringan B = 30 cm. Jika momen inersia piringan
adalah ½ m.R2, maka besar kecepatan sudut kedua piringan pada waktu berputar
bersama-sama adalah...
A. 0,67 π rad.s-1
B. 0,67 π rad.s-1
C. 0,67 π rad.s-1
D. 0,67 π rad.s-1
E. 0,67 π rad.s-1

Strategi:
Agar dapat dengan mudah menentukan solusi dari kasus momentum sudut, maka
sebaiknya pola pemikiran mengikuti langkah berikut:
1. Identifikasikan benda pejal yang berotasi dan tentukan poros rotasi benda
tersebut.
2. Menentukan keadaan benda yang berotasi dan yang tidak berotasi kemudian
tuliskan nilai kecepatan sudut dari masing-masing benda pejal tersebut.
3. Menentukan momen inersia benda pejal dengan poros tertentu ( lihat tabel
momen inersia untuk beberapa benda pejal)
4. Pergunakan Hukum kekekalan Momentum Sudut untuk menentukan
kecepatan sudut bersama dari dua benda yang berotasi dengan poros yang
sama. Perhatikan satuan kecepatan sudut, dapat dinyatakan dalam rad/s atau
rotasi per menit (rpm)

Konsep Momentum Sudut
Momentum Sudut/Momentum Angular
!
L
! !
v, p

R Gambar 2.3 Gerakan partikel pada


m
lintasan lingkaran

Arah putar

Salah satu partikel bermassa m dari suatu benda tegar yang berputar pada poros
dengan kecepatan sudut ω, dapat dikatakan mengalami gerak melingkar yang juga
memiliki kecepatan sudut sebesar ω. Partikel tersebut akan memiliki momentum
sudut (L) yang merupakan hasil perkalian cross antara vektor momentum partikel
terhadap vektor posisi partikel dari sumbu putar.
! ! !
L = p ´ r ® L = p r sin q
= (m v) r sin 90°
= m w r2

Maka besarnya momentum sudut



L=Iw
kg m 2/ s


Hukum Kekekalan Momentum Sudut
1) Untuk gerak translasi

d ( mv )
F = m a = m dv =
dt dt
Jika tidak ada gaya luar yang bekerja F = 0 , tidak akan terjadi perubahan
momentum.
d ( mv )
F = = 0
dt

2) Untuk gerak rotasi

( )
t = I a = I dw =
dt
d ( I w) d L
dt
=
dt

Jika tidak ada momen gaya luar yang bekerja pada benda τ = 0 , maka tidak akan
terjadi perubahan momentum sudut.
d ( I w) d L
t= = = 0
dt dt
Dengan demikian momentum sudut akan bernilai tetap (Hukum Kekekalan
Momentum Sudut).

L1 = L2
I 1 . w1 = I 2 . w2

Jika terdapat dua benda pejal yang berotasi, masing-masing dengan kecepatan
sudut yang berbeda, maka Hukum Kekekalan Momentum Sudut dapat
dijelaskan sebagai berikut :
I 1 w1 + I 2 w 2 = I 1 w1 + I 2 w 2
' ' ' '

Akibatnya jika terdapat perubahan momen inersia I, maka kecepatan sudut ω
juga akan berubah.

Contoh keadaan yang menjelaskan Hukum kekekalan momentum sudut, yaitu:
1. Gerakan penari balet, saat tangan terlentang memiliki momen inersia yang lebih
besar dibanding saat tangan kuncup. Sehingga kecepatan putar penari akan
lebih besar saat tangannya kuncup dibanding saat tangannya terlentang.
2. Gasing tetap berotasi tegak jika tidak ada momen gaya luar yang bekerja. Tapi
jika ada momen gaya luar yang bekerja maka gasing akan rebah.
3. Roda sepeda tetap menggelinding tegak dengan arah momentum sudut L
mendatar. Jika ada momen gaya luar yang bekerja pada roda maka roda akan
rebah (tidak menggelinding).

5. Menyelesaikan soal Materi Alat-alat Optik
Untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik, agar dapat menyelesaikan soal
alat-alat optik pada UN 2019.
Soal:
Perhatikan gambar cermin cembung pada persimpangan jalan berikut!


Sebuah mobil mula-mula berada pada jarak 4 m di depan cermin cembung tersebut,
kemudian mobil bergerak menjäuhi cermin sehingga jaraknya menjadi 6 m. Jika jari-
jari kelengkungan cermin 24 m, maka perbandingan jarak bayangan mula-mula
dengan jarak bayangan setelah mobil menjauh adalah ….
A. ¼
B. ½
C. ¾
D. 5/4
E. 5/2

Strategi:
Urutan langkah pemikiran untuk mendapatkan solusi, sebagai berikut:
1. Identifikasi stimulus soal tentang cermin cembung. Posisi awal benda pada
jarak 4 m di depan cermin kita sebut sebagai kondisi 1 (s1) kemudian bergerak
menjauhi cermin sampai jarak 6 m kita sebut sebagai kondisi 2 (s2).
2. Cermati proses jalannya 3 sinar istimewa pada cermin cembung sehingga
terbentuk bayangan.
3. Pahami sifat-sifat bayangan yang terjadi pada cermin cembung.
4. Gunakan rumus-rumus pada cermin Cembung dengan ketentuan bahwa R dan
f ditulis negatif (-)
5. Kemudian pada hasil akhir perhitungan bayangan kondisi 1 dan kondisi 2 kita
bandingkan untuk menentukan jawaban.

Konsep dasar Pemantulan pada Cermin Cembung.
Cermin cembung adalah cermin yang memiliki bentuk lengkung, dimana permukaan
cermin yang memantulkan cahaya melengkung ke luar. Cermin cembung memiliki sifat
divergen (menyebarkan cahaya) karena berkas cahaya yang datang dan mengenai
permukaan cermin cembung akan dipantulkan kembali dari satu titik dan menyebar.

Sinar Istimewa dan Sifat Bayangan Cermin Cembung
Berbeda dengan cermin cekung, cermin cembung memiliki sinar istimewa:
1. Sinar datang yang sejajar sumbu utama akan dipantulkan seolah-olah dari fokus



2. Sinar datang menuju titik R akan dipantulkan kembali dari titik R


3. Sinar dating menuju titik focus akan dipantulkan sejajar dengan sumbu utama



Sifat bayangan apabila jarak benda lebih kecil daripada panjang fokus (s<f):
• Maya, artinya berkas cahaya tidak melalui bayangan karena berada di
belakang cermin cembung
• Tegak
• Semakin jauh dari cermin, ukuran bayangan akan semakin kecil
• Semakin jauh benda dari cermin cembung, makin jauh bayangan dari
cermin cembung

Sifat bayangan apabila jarak benda sama dengan panjang fokus (s=f):
• Maya, artinya berkas cahaya tidak melalui bayangan karena berada
dibelakang cermin cembung
• Tegak
• Diperkecil dengan ukuran ½ ukuran benda
• Semakin jauh benda dari cermin cembung, makin jauh bayangan dari
cermin cembung
• Jarak bayangan ½ jarak benda

Sifat bayangan apabila jarak benda sama dengan jari-jari (s=R):
• Maya, artinya berkas cahaya tidak melalui bayangan karena berada
dibelakang cermin cembung
• Tegak
• Diperkecil dengan ukuran 1/3 ukuran benda
• Semakin jauh benda dari cermin cembung, makin jauh bayangan dari
cermin cembung
• Jarak bayangan 1/3 jarak benda
Rumus pada Cermin Cembung:
Rumus atau persamaan cermin cembung mirip dengan cermin cekung, tetapi f dan
R bernilai negatif.


Keterangan:
F = jarak fokus cermin cembung
S = jarak benda dari cermin
S’ = jarak bayangan dari cermin

6. Menyelesaikan Soal Materi Gerak Melingkar
Untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik, agar dapat menyelesaikan soal
Gerak Melingkar pada UN 2019.
Soal:
Perhatikan gambar koin uang logam yang diletakkan di atas piringan yang berputar
dengan kecepatan sudut tetap 6 rad/s berikut!


Massa koin = 0,1 kg, koefisien gesek statis = 0,40 dan percepatan gravitasi 10 m/s2.
Jarak maksimum koin dari poros putar agar koin tersebut tetap berputar bersama
piringan adalah....
A. 6 cm
B. 10 cm
C. 11 cm
D. 16 cm
E. 25 cm

Strategi:
Langkah-langkah yang dapat dilakukan:
1. Identifikasi stimulus soal tentang gerak melingkar horizontal.
2. Cermati lambang dan besaran-besaran yang ada pada materi gerak melingkar
beraturan.
3. Pahami konsep dan syarat benda bergerak melingkar beraturan.
4. Gunakan rumus-rumus pada gerak melingkar pada beberapa kondisi dimana dalam
soal terdapat dua benda yang melakukan gerak melingkar beraturan secara
bersama-sama

Konsep Gerak Melingkar Beraturan
Gerak Melingkar Beraturan (GMB) adalah gerakan dalam lintasan berbentuk
lingkaran dengan percepatan sudut tetap.
Beberapa lambang yang biasa ditemukan dalam GMB antara lain:
f = frekuensi (Hz)
T = periode (s)
n = banyak putaran
𝜔 = kecepatan sudut (rad/s)
v = kecepatan linier (m/s)
r = jari-jari lintasan (m)

Frekuensi (f) dan periode (T) dalam GMB:
n 1
f = f =
t Hubungan f dan T dapat ditulis: T
t 1
T= T=
n f
sesuai dengan keterangan lambing-lambang di atas berarti:
Frekuensi (f) : banyaknya putaran/waktu
Periode (T) : waktu/banyaknya putaran

Rumus Kecepatan Sudut (ω)
w = 2pf
2p
w=
T
Keterangan:
ω = Kecepatan sudut (rad/s)
f = frekuensi (Hz)
T = periode (s)
π = 3,14 atau 22/7 atau tetap/tidak diganti angka

Hubungan Kecepatan Sudut dan Kecepatan Linear:
v
w=
R
Keterangan:
ω = Kecepatan sudut (rad/s)
v = Kecepatan linear (m/s)
R = jari-jari lintasan (m)

Percepatan dan Gaya Sentripetal:
2

as = w R = vR
2

2
v
F = m . a = m.w R = m.
2
s s
R
Percepatan sentripetal merupakan percepatan benda menuju pusat lingkaran
dengan .adanya percepatan ini menimbulkan gaya sentripetal.

7. Menyelesaikan Soal Materi Fluida Dinamis (Gaya Angkat Sayap Pesawat
Terbang)
Untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik, agar dapat menyelesaikan soal
Fluida dinamis (Gaya angkat Sayap Pesawat Terbang) pada UN 2019.
Soal:
Gambar di bawah menunjukkan gambar penampang lintang sayap pesawat terbang
yang luasnya 40 m2.



Gerak pesawat terbang menyebabkan kelajuan aliran udara di bagian atas sayap
sebesar 250 m.s-1 dan kelajuan di bagian bawah sayap sebesar 200 m.s-1. Jika
kerapatan udara adalah 1,2 kg.m-3, maka besar gaya angkat pesawat adalah ....
A. 10.800 N
B. 24.000 N
C. 98.500 N
D. 540.000 N
E. 608.000 N


Strategi:
Langkah-langkah yang dapat dilakukan:
1. Identifikasi stimulus soal tentang gerak gaya angkat pesawat.
2. Pahami konsep-konsep pada materi fluida dinamis terutama azas dan
persamaan Bernoulli.
3. Pahami hubungan antara laju aliran fluida dengan besar tekanan pada fluida.
4. Menggunakan persamaan Benoulli untuk menyelesaikan soal.

Konsep Fluida Dinamis (Gaya Angkat Sayap Pesawat Terbang):
Penerapan Persamaan Bernoulli dalam Gaya Angkat Pesawat Terbang
Penampang sayap pesawat terbang memiliki bagian belakang yang lebih tajam dan
sisi bagian atasnya lebih melengkung daripada sisi bagian bawahnya. Bentuk sayap
tersebut menyebabkan kecepatan aliran udara bagian atas lebih besar daripada di
bagian bawah sehingga tekanan udara di bawah sayap lebih besar daripada di
atas sayap. Hal ini menyebabkan timbulnya gaya angkat pada sayap pesawat. Agar
gaya angkat yang ditimbulkan pada pesawat semakin besar, sayap pesawat
dimiringkan sebesar sudut tertentu terhadap arah aliran udara. Perhatikanlah
(a) Ketika sayap pesawat horizontal, sayap tidak mengalami gaya angkat.


1 2 2
F1 - F2 = rA(v2 - v1 )
2
(b) Ketika sayap pesawat dimiringkan, pesawat mendapat gaya angkat
sebesar F1 – F2
dengan:
F1 – F2 = gaya angkat pesawat terbang (N),
A = luas penampang sayap pesawat (m2),
v1 = kecepatan udara di bagian bawah sayap (m/s),
v2 = kecepatan udara di bagian atas sayap (m/s), dan
ρ = massa jenis fluida (udara).
Azas Bernoulli Tentang Gaya Angkat Sayap Pesawat Terbang
Pada dasarnya, ada empat buah gaya yang bekerja pada sebuah pesawat terbang
yang sedang mengangkasa.
1. Berat Pesawat yang disebabkan oleh gaya gravitasi Bumi
2. Gaya angkat yang dihasilkan oleh kedua sayap pesawat
3. Gaya ke depan yang disebabkan oleh mesin pesawat
4. Gaya hambatan yang disebabkan oleh gerakan udara.


Bagian depan sayap dirancang melengkung ke atas. Udara yang mengalir dari bawah
berdesak-desakan dengan udara yang ada di sebelah atas. Mirip seperti air yang ngalir
dari pipa yang penampangnya besar ke pipa yang penampangnya sempit. Akibatnya,
laju udara di sebelah atas sayap meningkat. Karena laju udara meningkat, maka
tekanan udara menjadi kecil. Sebaliknya, laju aliran udara di sebelah bawah sayap
lebih rendah, karena udara tidak berdesak-desakan (tekanan udaranya lebih besar).
Adanya perbedaan tekanan ini, membuat sayap pesawat didorong ke atas.

8. Menyelesaikan Soal Materi Intensitas Bunyi
Untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik, agar dapat menyelesaikan soal
Intensitas Bunyi pada UN 2019.
Soal:
Perhatikan gambar di bawah!


Bunyi sebuah petasan didengar oleh Ali dengan intensitas sebesar 8,1 . 102 W.m-2 dan
amplitudo bunyi 2 m. Berapakah besar intensitas (I) dan amplitudo (A) bunyi petasan
yang didengar oleh Bobi?
A. I = 8,1 W.m-2 dan A = 20 cm
B. I = 8,1 W.m-2 dan A = 45 cm
C. I = 10 W.m-2 dan A = 22 cm
D. I = 8,1 W.m-2 dan A = 90 cm
E. I = 81 W.m-2 dan A = 180 cm

Strategi:
Urutan pemikiran untuk dapat menyelesaikan permasalahan intesitaas gelombang
bunyi adalah sebagai berikut:
1. Tinjau karakteristik sumber bunyi, misal frekuensi, amplitudo, cepat rambat dan
panjang gelombang bunyi
2. Faktor apa saja yang dapat menyebabkan perbedaan intensitas bunyi yang
sampai ke pendengar
3. Pahami bunyi sebagai gelombang yang memiliki sifat jumlah gelombang yang
dirambatkan akan selalu tetap walaupun merambat pada medium yang berbeda.
Dengan kata lain frekuensi bunyi selalu tetap.


Konsep Intensitas Bunyi
Intensitas bunyi
Banyaknya energi bunyi tiap satu satuan waktu yang mengenai bidang datar
seluas A yang tegak lurus terhadap arah rambat bunyi tersebut.

I = P watt/m2
A

I maksimum = 10–4 watt/cm2 (ambang perasaan)
I minimum = Io = 10–16 watt/cm2 (ambang pendengaran)
Batas pendengaran manusia yaitu bunyi dengan Intensitas
I = (10 –16 – 10–4) watt/cm2

Hubungan Intensitas bunyi (I) dengan jarak terhadap sumber bunyi
Gelombang bunyi merambat ke segala arah (dapat dikatakan bahwa bunyi
bergerak dalam tiga dimensi), maka muka gelombang yang di pancarkan
dapat dianggap berupa bola. Muka gelombang makin luas dengan
bertambahnya jari-jari bola (jarak sumber bunyi terhadap muka
gelombang).

Perbandingan Intensitas bunyi di suatu tempat berjarak r1 dan r2 dari
sumber bunyi (dengan anggapan bahwa bunyi merambat di permukaan
bumi yang berbentuk bola) dapat dijelaskan sebagai berikut:

P1
I1 A1
= energi yang dirambatkan tetap,
I 2 P2
A2
P1 = P2
1
4p r12 r2 2
= = 2
1 2 r1
4p r2
Maka hubungan antara Intensitas bunyi terhadap jarak pendengar, sebagai
berikut:
I1 r2 2
=
I 2 r12
A = luas permukaan bola
Makin jauh dari sumber bunyi, makin kecil intensitas bunyi di tempat tersebut.

9. Penyelesaian Soal Materi Titik Berat
Untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik, agar dapat menyelesaikan soal
Titik Berat pada UN 2019.
Soal:
Perhatikan gambar benda bidang homogen di bawah ini!

Koordinat titik berat benda terhadap titik O adalah ....
A. (4 ; 3,3)
B. (3,6 ; 3)
C. (3,3 ; 4)
D. (3,3 ; 3,6)
E. (3 ; 3,6)

Strategi:
Urutan pemikiran untuk dapat menyelesaikan permasalahan letak titik berat
benda homogen adalah sebagai berikut:
1. Tentukan jenis benda yang ditanyakan termasuk dalam kajian volume, luas
atau garis.
2. Buat tabel untuk mendeskripsikan nilai volume, luas atau panjang garis dan
letak titik berat benda tersebut.
3. Untuk benda homogen dan simetri letak titik berat benda di tengah.

Konsep dasar tentang Titik Berat Bidang Benda Homogen
y


y1
w1
w1
w5
w2 w4
w5
w2 w4
w3

w3
x
w x1 w

PUSAT BERAT (TITIK BERAT)
Partikel-partikel penyusun suatu benda tegar mengalami pengaruh gravitasi bumi.
Sehingga setiap partikel tersebut akan memiliki gaya gravitasi yang arahnya ke
bawah. Dapat dijelaskan pada gambar berikut:
Berat keseluruhan benda merupakan resultan dari semua gaya gravitasi yang
dialami partikel-partikel. Sehingga titik berat dapat didefinisikan sebagai:
Titik tangkap gaya gravitasi (gaya berat) suatu benda, dimana pada titik tersebut
benda dalam keadaan setimbang statis karena resultan momen gaya ( St = 0 )

Menentukan Letak Titik Berat

1) Titik berat sistem partikel pada bidang

Pada sumbu x:
Stx = 0
w×xo = w1×x1 + w2×x2 + w3×x3
w1 × x1 + w2 × x2 + w3 × x3 Sw × x Sm × x
xo = = =
w1 + w2 + w3 Sw Sm

Pada sumbu y:
Sty = 0
w×yo = w1×y1 + w2×y2 + w3×y3
w × y + w2 × y2 + w3 × y3 Sw × y Sm × y
yo = 1 1 = =
w1 + w2 + w3 Sw Sm
Letak titik berat = (xo, yo)


2) Titik berat benda homogen berdimensi tiga

Massa suatu benda homogen adalah m = r v, sehingga letak titik berat benda
tersebut:
Sr × V × x V1 × x1 + V2 × x2 + V3 × x3
xo = Sm × x = =
Sm Sr × V V1 + V2 + V3
Sm × y Sr × V × y V1 × y1 + V2 × y2 + V3 × y3
yo = = =
Sm Sr × V V1 + V2 + V3
Letak titik berat = (xo, yo)

3) Letak titik berat benda homogen dimensi dua (memiliki ketebalan yang
sama)

Volume suatu benda homogen adalah V = A.l , sehingga letak titik berat benda
tersebut:
Sr × A × l × x A1 × x1 + A2 × x2 + A3 × x3
xo = Sm × x = =
Sm Sr × A × l A1 + A2 + A3
Sm × y Sr × A × l × y A1 × y1 + A2 × y2 + A3 × y3
yo = = =
Sm Sr × A × l A1 + A2 + A3
Letak titik berat = (xo, yo)

4) Letak titik berat benda homogen berupa selimut ruang/garis (satu
dimensi)

Sr × A × l × x l1 × x1 + l2 × x2 + l3 × x3
xo = Sm × x = =
Sm Sr × A × l l1 + l2 + l3
Sm × y Sr × A × l × y l1 × y1 + l2 × y2 + l3 × y3
yo = = =
Sm Sr × A × l l1 + l2 + l3
Letak titik berat = (xo, yo)

Letak titik berat benda tegar beraturan
Titik berat benda berupa garis (satu dimensi )
Nama
Gambar benda Letak titik berat
benda
xo
Garis lurus xo = 1 l
2
l
Busur R yo = 2 R
setengah yo p
lingkaran A B R = jari-jari lingkaran

Busur yo = R x tali busur AB


R busur AB
lingkaran yo
B
R = jari-jari lingkaran
A



Titik berat benda berdimensi dua
Nama benda Gambar benda Letak titik berat
yo = 1 t
C
D 3
Segitiga t yo
(letak diperpotongan AD
A B dan CF)
E F t = tinggi segitiga
yo = 1 t
Segi empat, persegi, 2
t
jajaran genjang, (letak di perpotongan
belah ketupat yo garis diagonal)

t = tinggi
tali busur AB
yo = 2 R
Juring lingkaran R 3 busur AB
yo
R = jari-jari lingkaran

yo = 4 R
Setengah lingkaran yo
R 3p
A B
R = jari-jari lingkaran

Titik berat benda pejal berdimensi tiga
Nama benda Gambar benda Letak titik berat

yo = 1 t
Silinder pejal t 2
yo
t = tinggi silinder

yo = 1 t
Kerucut pejal t 4
yo
t = tinggi kerucut

R yo = 3 R
Setengah bola pejal yo 8
R = jari-jari bola


10. Menyelesaikan Soal Materi Perpindahan Kalor
Untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik, agar dapat menyelesaikan soal
Perpindahan Kalor pada UN 2019.
Soal:
Amir akan memasangkan kaca pada mobilnya. Dia akan memilih kaca yang tepat agar
panas pada siang hari tidak mudah merambat melalui kaca dari Iuar ke bagian dalam
mobil. Suhu Iuar saat panas terik sebesar 38°C dan suhu bagian dalam mobil 20°C.
Manakah jenis kaca yang tepat dipilih Amir?

Konduktivitas k Ketebalan
Pilihan Jenis Kaca
(W.m-1K-1) L (mm)
A. I 0,6 6
B. II 0,3 6
C. III 0,3 4
D. IV 0,6 4
E. V 0,8 4

Strategi:
Urutan langkah pemikiran untuk mendapatkan solusi sebagai berikut:
1. Menyajikan beberapa gambar penerapan perpindahan kalor secara konduksi,
misalnya :
a. Ujung logam akan terasa panas jika ujung yang lain dipanaskan, misalnya saat kita
mengaduk adonan gula, air panas, dan kopi dengan menggunakan sendok logam
b. Tutup panci terasa panas saat panci digunakan untuk memasak
c. Air akan mendidih ketika dipanaskan menggunakan panci logam dan sejenisnya
2. Meminta peserta didik untuk dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap laju perambatan kalor secara konduksi. Diharapkan peserta didik mampu
mengidentifikasi bahwa laju konduksi dipengaruhi oleh luas penampang dari
penghantar, tebal/panjang penghantar, dan jenis penghantar yang digunakan serta
perubahan suhunya.
3. Meminta peserta didik untuk dapat memformulasikan laju perambatan kalor secara
konduksi.

Konsep Perpindahan Kalor
Kalor merupakan energi yang dapat berpindah dari benda yang bersuhu tinggi ke benda
yang bersuhu rendah. Pada waktu memasak air, kalor berpindah dari api ke panci lalu ke
air. Pada waktu menyetrika, kalor berpindah dari setrika ke pakaian. Demikian juga pada
waktu berjemur, badan Anda terasa hangat karena kalor berpindah dari matahari ke
badan Anda. Ada tiga cara kalor berpindah dari satu benda ke benda yang lain, yaitu
konduksi, kenveksi, dan radiasi.

1. Konduksi
Peristiwa perpindahan kalor melalui suatu zat tanpa disertai dengan perpindahan
partikel-partikelnya disebut konduksi. Perpindahan kalor dengan cara konduksi
disebabkan karena partikel-partikel penyusun ujung zat yang bersentuhan dengan
sumber kalor bergetar. Makin besar getarannya, maka energi kinetiknya juga makin
besar. Energi kinetik yang besar menyebabkan partikel tersebut menyentuh partikel
di dekatnya, demikian seterusnya sampai akhirnya Anda merasakan panas. Besarnya
aliran kalor secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut.






Keterangan:
Q/t = kalor yang dihantarkan tiap detik
k = koefisien konduksi (J/s.m.oC)
A = luas penampang (m2)
∆T = perubahan suhu (oC)
l = panjang penghantar (m)

2. Konveksi
Konveksi adalah perpindahan kalor yang disertai dengan perpindahan partikel-
partikel zat. Perpindahan kalor secara konveksi dapat terjadi pada zat cair dan gas.
Perpindahan kalor secara konveksi terjadi karena adanya perbedaan massa jenis zat..
Contoh konveksi udara dalam kehidupan sehari-hari, antara lain, sebagai berikut. 1)
Sistem ventilasi rumah. Udara panas di dalam rumah akan bergerak naik dan keluar
melalui ventilasi. Tempat yang ditinggalkan akan diisi oleh udara dingin melalui
ventilasi yang lain sehingga udara di dalam rumah lebih segar, 2) Cerobong asap
pabrik, 3) Angin laut dan angin darat.



Keterangan:
Q/t = kalor yang dihantarkan tiap detik
h = koefisien konveksi
A = luas penampang (m2)
∆T = perubahan suhu (oC)

3. Radiasi
Pernahkah Anda berpikir, bagaimana panas matahari sampai ke bumi? Anda
ketahui bahwa di antara matahari dan bumi terdapat lapisan atmosfer yang sulit
menghantarkan panas secara konduksi maupun konveksi. Selain itu, di antara
matahari dan bumi juga terdapat rPerpindahan kalor yang tidak memerlukan zat
perantara (medium) disebut radiasi. Setiap benda mengeluarkan energi dalam
bentuk radiasi elektromagnetik. Laju radiasi dari permukaan suatu benda
berbanding lurus dengan luas penampang, berbanding lurus dengan pangkat
empat suhu mutlaknya, dan tergantung sifat permukaan benda tersebut. Secara
matematis dapat di tulis sebagai berikut.



Keterangan:
Q/t = kalor yang dihantarkan tiap detik
e = emisivitas benda
A = luas penampang (m2)
∆T = perubahan suhu (K)
σ =Konstanta Stefan Bolzmann = 5,67 . 10-8 W/m2.K4)

B. Penugasan

Kerjakan LK 3 untuk meningkatkan kompetensi penyajian materi/pokok bahasan dengan
daya serap rendah di kelas. Untuk mengisi LK 3 tersebut Anda wajib menyiapkan
Kompetensi Dasar (KD) dan indikator pencapaian kompetensi (IPK) sesuai dengan
materi/pokok bahasan.

C. Refleksi

1. Peserta
a. Menyampaikan keberhasilan berupa kemampuan melakukan menyajikan
materi dengan daya serap rendah yang dialami oleh peserta didik di
sekolahnya masing-masing.
b. Menyampaikan kelemahan yang ditemukan dari aktivitas pada modul ini
sehingga masih ada yang belum dipahami atau membingungkan.
c. Menyampaikan tindak lanjut yang akan dilakukan untuk menerapkan hasil
yang diperoleh dari modul.

2. Fasilitator
a. Menyampaikan keberhasilan peserta sesuai pengamatan selama kegiatan.
b. Menyampaikan hal-hal yang perlu diperbaiki dalam penyajian materi/pokok
bahasan dengan daya serap rendah sesuai dengan Data Daya Serap UN dari
Puspendik.


LEMBAR KERJA

Lembar Kerja 1
ANALISIS MATERI DAYA SERAP RENDAH











RENCANA PENYAJIAN MATERI POKOK

Unit 1 : Analisis Materi Daya Serap Rendah
Waktu : 4x60 Menit


Pendahuluan Apersepsi dan Motivasi Kegiatan Awal
(5 menit) (20 menit) (45 menit)

§ Membangun pengetahuan
terhadap hasil evaluasi belajar
§ Mengkondisikan peserta, termasuk § Membangun motivasi peserta untuk
pengkoordinasian kelas fokus dalam kegiatan (UN)
§ Menyampaikan tujuan § Membangun ingatan peserta terhadap § Membaca Unit 1 Modul Analisis
materi daya serap rendah
§ Menyampaikan strategi dan metode hasil evaluasi belajar (UN)
bimtek § Ice breaking 1 (harapan dan
kekawatiran)




Kesimpulan dan Penutup Presentasi Kegiatan Inti
(20 menit) (60 menit) (90 menit)

§ Ice breaking 2
§ Merumuskan kesimpulan
§ Melakukan refleksi hasil kegiatan § Mempresentasikan kerja
§ Mengerjakan LK 1
kelompok produk LK 1
§ Membangun komitmen










LEMBAR KERJA 1
Analisis Materi Daya Serap Rendah

Lembar Kerja (LK) 1 ini akan memandu Anda melakukan Analisis Materi Daya Serap

Rendah. Materi daya serap rendah untuk peserta didik di sekolah Anda mungkin

berbeda dengan materi daya serap rendah di sekolah teman Anda. Solusi untuk

mengatasi kesulitan di sekolah Anda tentu berbeda juga dengan solusi di sekolah teman

Anda. Oleh karena itu, terlebih dahulu lakukan analisis yang diperkirakan menjadi

penyebab kesulitan yang dialami peserta didik Anda. Untuk kegiatan ini, lakukan

langkah-langkah analisis materi daya serap rendah sebagaimana pada Tabel 1.



Tabel 1. Analisis Materi Daya Serap Rendah

Mata Pelajaran : .........................................
Tahun Pelajaran : .........................................

No Materi/Pokok Bahasan Daya Serap Perkiraan Faktor Penyebab







Untuk menghasilkan produk (hasil kerja) seperti pada Tabel 1 di atas, ikuti satu persatu
instruksi kerja berikut.
1. Identifikasi materi/pokok bahasan berdasarkan data hasil UN dari Puspendik, dengan
daya serap terendah di sekolah Anda. Materi pokok dapat dibaca pada kompetensi
yang diuji.
2. Tuliskan daya serap kompetensi materi/pokok bahasan yang diujikan pada sekolah
Anda.
3. Perkiraan faktor penyebab diisi berdasarkan hasil tes diagnostik atau berdasarkan
profesional judgement (pengalaman) yang sering dilakukan oleh peserta didik.

Tuliskan materi/pokok bahasan Tuliskan perkiraan penyebab
berdasarkan data hasil UN dari tidak dikuasainya dengan baik
Puspendik, daya serap terendah di materi/pokok bahasan.
sekolah Anda. Materi pokok dapat
dibaca pada kompetensi yang diuji.


No Materi/Pokok Bahasan Daya Serap Perkiraan Faktor Penyebab





Tuliskan daya serap materi/pokok bahasan
kompetensi yang diuji berdasarkan data hasil
UN dari Puspendik di sekolah Anda.
Gambar 1. Tahapan Analisis Kompetensi
4. Setelah Anda memahami cara melakukan analisis materi/pokok bahasan dengan daya
serap rendah, dilanjutkan dengan mengisi tabel analisis materi/pokok bahasan daya
serap rendah sebagai berikut.

No Materi/Pokok Bahasan Daya Serap Perkiraan Faktor Penyebab






5. Presentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas.
6. Refleksikan pengalaman Anda terkait dengan kemampuan menganalisis
materi/pokok bahasan sulit dalam LK 1 ini.







Lembar Kerja 2
SOAL-SOAL UN DAYA SERAP RENDAH DAN PEMBAHASANNYA


















PENYAJIAN MATERI POKOK

Unit 2 : Soal-Soal UN Daya Serap Rendah dan Pembahasannya
Waktu : 4x60 Menit


Pendahuluan Apersepsi dan Motivasi Kegiatan Awal
(5 menit) (20 menit) (45 menit)
§ Membangun motivasi peserta untuk § Membangun pengetahuan
fokus dalam kegiatan terhadap penyelesaian soal
§ Mengkondisikan peserta, termasuk materi daya serap rendah.
pengkoordinasian kelas § Membangun ingatan peserta terhadap
penyelesaian soal materi daya serap § Membaca Unit 2 Modul Soal-
§ Menyampaikan tujuan rendah Soal UN daya serap rendah
§ Menyampaikan strategi dan metode § Ice breaking 1 dan Pembahasannya
bimtek


§ Merumuskan kesimpulan
§ Melakukan refleksi hasil kegiatan
§ Membangun komitmen
Kesimpulan dan Penutup Presentasi Kegiatan Inti
(20 menit) (60 menit) (90 menit)

§ Ice breaking 2
§ Mempresentasikan kerja
§ Mengerjakan LK 2
kelompok produk LK 2









LEMBAR KERJA 2
Soal-Soal UN Daya Serap rendah dan Pembahasannya

Lembar Kerja (LK) 2 ini akan memandu Anda untuk menyelesaikan Soal-Soal UN Daya
serap Rendah. Soal-soal UN daya serap rendah pada sekolah yang satu tidak sama
dengan sekolah lainnya. Sesuai dengan hasil identifikasi materi daya serap rendah pada
Tabel 1 pada LK 1, pilihlah 10 butir soal UN yang mendapat daya serap rendah oleh
peserta didik Anda. Untuk kegiatan ini, lakukan langkah-langkah penyelesaian Soal-Soal
UN daya serap rendah sebagai berikut.



1. Pilihlah 10 butir soal UN yang mendapat daya serap rendah oleh peserta didik Anda.
2. Buatlah penyelesaian soal-soal tersebut dengan singkat dan jelas, isikanlah pada
Tabel 2 yang telah disediakan.
3. Diskusikan dan presentasikanlah hasil kerja Anda di depan kelas.

Tabel 2. Pembahasan Butir Soal UN Daya Serap Rendah

No. Butir Soal UN Pembahasan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

4. Refleksikan pengalaman Anda terkait dengan kemampuan menyelesaikan soal-soal
UN sulit dalam LK 2 ini.


Lembar Kerja 3
STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM BERPIKIR TINGKAT TINGGI






















RENCANA PENYAJIAN MATERI POKOK

Unit 3 : Strategi Pembelajaran dalam Berpikir Tingkat Tinggi
Waktu : 4x60 Menit


Pendahuluan Apersepsi dan Motivasi Kegiatan Awal
(5 menit) (20 menit) (45 menit)

§ Membangun pengetahuan
§ Mengkondisikan peserta, termasuk
pengkoordinasian kelas § Membangun motivasi peserta untuk terhadap model-model
§ Menyampaikan tujuan fokus dalam kegiatan pembelajaran berbasis saintifik.
§ Membangun ingatan peserta terhadap § Membaca Unit 3 Modul Strategi
§ Menyampaikan strategi dan metode model-model pembelajaran berbasis Pembelajaran dalam Berpikir
bimtek saintifik Tingkat Tinggi
§ Ice breaking 1




Kesimpulan dan Penutup Presentasi Kegiatan Inti
(20 menit) (60 menit) (90 menit)

§ Ice breaking 3
§ Merumuskan kesimpulan
§ Melakukan refleksi hasil kegiatan § Mempresentasikan kerja
§ Mengerjakan LK 3
kelompok produk LK 3
§ Membangun komitmen








LEMBAR KERJA 3
Strategi Pembelajaran dalam Berpikir Tingkat Tinggi

Lembar Kerja (LK) 3 ini akan memandu Anda melakukan strategi pembelajaran dalam

berpikir tingkat tinggi. Untuk kegiatan ini, lakukan langkah-langkah Strategi

Pembelajaran dalam Berpikir Tingkat Tinggi sebagai berikut.


1. Setelah teridentifikasi soal-soal UN yang mendapat daya serap rendah, langkah
selanjutnya adalah menyusun RPP yang akan disajikan dalam bentuk Peer Teaching.
2. Susunlah sebuah RPP yang menggambarkan skenario pembelajaran materi/pokok
bahasan yang daya serap rendah. Langkah-langkah pembelajaran dalam RPP
menggunakan pendekatan saintifik (bagi sekolah pelaksana Kurikulum 2013) atau
memuat kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi (bagi sekolah pelaksana
Kurikulum 2006).
3. Format dan komponen RPP mengacu pada Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016.
4. Presentasikan RPP tersebut dalam bentuk kegiatan Peer Teaching.
5. Refleksikan pengalaman Anda terkait dengan kemampuan menyajikan materi/pokok
bahasan sulit dalam LK 3 ini.



















DAFTAR PUSTAKA


Joko sumarsono. 2008. Fisika Untuk SMA Kelas X. Jakarta: CV teguh karya.
M., Diana Susyari. 2019. Buku Catatan Fisika-koe. Bandung Guneman.
Subagya, Hari. 2016. Konsep dan Penerapan Fisika kelas XI edisi Revisi 2016.
Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai