Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN KASUS

INVAGINASI

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan


Klinik di Departemen Ilmu Penyakit Bedah
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Diajukan Kepada :
Pembimbing : dr. Hery Unggul W, SpB

Disusun Oleh :
Sintya Multini Indraputri 1610221133

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU BEDAH


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA
PERIODE 12 MARET – 19 MEI 2018

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

INVAGINASI

Disusun dan diajukan untuk memenuhi persyaratan tugas


Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Bedah
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Oleh :
Sintya Multini Indraputri
1610221133

Ambarawa, Mei 2018


Telah dibimbing dan disahkan oleh,

Pembimbing,

(dr. Hery Unggul W, SpB)

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul “Invaginasi”. Laporan kasus ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat
Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Bedah.
Penyusunan makalah ini terselesaikan atas bantuan dari banyak pihak yang
turut membantu terselesaikannya makalah ini. Untuk itu, dalam kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Hery
Unggul W, SpB selaku pembimbing dan seluruh teman kepaniteraan klinik Ilmu
Penyakit Bedah atas kerjasamanya selama penyusunan makalah ini.
Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
guna perbaikan yang lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi
penulis sendiri, pembaca maupun bagi semua pihak-pihak yang berkepentingan.

Ambarawa, Mei 2018

Penulis

3
BAB I

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien
Nama : Nn. M
Umur : 19 tahun
Alamat : Kunciputih 4/10 Jatirunggo, Semarang
Status Pernikahan : Belum menikah
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Tanggal masuk : 29 April 2018

Keluhan Utama
Nyeri perut hebat sebelah kanan bawah
Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri perut dirasakan sejak 3 hari SMRS. Nyeri perut terus menerus, semakin
parah 1 hari SMRS. Mual (+), muntah (+) lebih dari 3 kali dalam sehari, tiap
makan muntah. Muntah berisi makanan dan air. Pasien belum BAB sejak 3 hari
SMRS, riwayat BAB darah lendir (-), kentut (+). Perut tidak kembung atau
membesar. Demam (-), BAK normal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan serupa (-)
Riwayat Menstruasi
Menarche 13 tahun, siklus teratur 28 hari, nyeri haid tidak ada.
Riwayat menikah dan hubungan seksual
Pasien belum menikah dan belum pernah erhubungan seksual
Riwayat operasi
Pasien tidak memilikir riwayat operasi sebelumnya

Pemeriksaan Fisik
- Ku/ Kes : Sakit Sedang/ CM
- TD: 140/82

4
- N: 102x/menit
- RR: 20x/menit
- S: 36,5 C
- Status Lokalis Abdomen:
Inspeksi: Distensi (-), darm contour (-), darm steifung (-)
Auskultasi: BU (+)
Perkusi: Timpani (+)
Palpasi: Supel, defans muskular di regio abdomen inguinalis dekstra, Mc
burney sign (+), psoas sign (+), obturator sign (+)

Diagnosis
Abdominal akut e.c suspek apendisitis

Pemeriksaan Penunjang
Cek Lab Darah Rutin
Hasil Lab 30/4/2018
- Hb: 13,1
- Erit: 5,35
- Ht: 47,4%
- Leu: 12,4 (meningkat)
- Ur: 63.0
- Cr: 0,85
- HbsAg: non reaktif

Terapi
Infus RL 20 tpm
Inj Omeprazole 1x1
Inj Ondansentron 2x1
Inj Ketorolac 3x1
Laparatomi cito  Ditemukan adanya invaginasi ileo-ileal

5
Tanggal 1 Mei 2018 Tanggal 2 Mei 2018

Hari perawatan ke II Hari perawatan ke III

S Nyeri luka bekas operasi, demam (-), Nyeri luka bekas operasi, demam (-), mual (-),
mual (-), muntah (-), belum BAB, BAK muntah (-), belum BAB, BAK normal
normal

O KU : Tampak sakit sedang KU : Tampak sakit sedang


Kes: Composmentis Kes: Composmentis
Tanda-tanda vital : Tanda-tanda vital :
Nadi : 80 x/menit Nadi : 76 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit. Pernapasan : 20 x/menit.
0 0
Suhu : 36.1 C Suhu : 36.5 C
Tekanan darah: 140/80 mmHg Tekanan darah: 120/80 mmHg
Status lokalis abdomen : Luka bekas Status lokalis abdomen : Luka bekas operasi
operasi kering, darah (-), nanah (-), kering, darah (-), nanah (-), nyeri (+)
nyeri (+)

A Post op release invaginasi H+1 Post op release invaginasi H+2

P - Inf Futrolit II + Valamin II - Inf Futrolit II + Valamin II


- Inj Esomax 1x1 - Inj Esomax 1x1
- Inj Toramine 3x1 - Inj Toramine 3x1
- In j taxegram 2x1 - In j taxegram 2x1
- Inj Cernevit 1x1 - Inj Cernevit 1x1
- Diet lunak - Diet lunak
- Mobilisasi - Mobilisasi

6
Tanggal 3 Mei 2018 Tanggal 4 Mei 2018

Hari perawatan ke IV Hari perawatan ke V

S Nyeri luka bekas operasi, demam (-), Nyeri luka bekas operasi, demam (-), mual (-
mual (-), muntah (-), sudah BAB, BAK ), muntah (-), BAB, BAK normal
normal

O KU : Tampak sakit sedang KU : Tampak sakit sedang


Kes: Composmentis Kes: Composmentis
Tanda-tanda vital : Tanda-tanda vital :
Nadi : 76 x/menit Nadi : 70 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit. Pernapasan : 20 x/menit.
0 0
Suhu : 36.1 C Suhu : 36.5 C
Tekanan darah: 110/80 mmHg Tekanan darah: 110/70 mmHg
Status lokalis abdomen : Luka bekas Status lokalis abdomen : Luka bekas operasi
operasi kering, darah (-), nanah (-), kering, darah (-), nanah (-), nyeri (+)
nyeri (+)

A Post op release invaginasi H+3 Post op release invaginasi H+4

P - Inf Futrolit II + Valamin II - Inf Futrolit II + Valamin II


- Inj Esomax 1x1 - Inj Esomax 1x1
- Inj Toramine 3x1 - Inj Toramine 3x1
- In j Taxegram 2x1 - In j Taxegram 2x1
- Inj Cernevit 1x1 - Inj Cernevit 1x1
- Diet lunak - Diet lunak
- Mobilisasi - Mobilisasi

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi
Hernia insisional merupakan hernia yang terjadi pada daerah yang
mengalami kelemahan yang disebabkan oleh luka operasi yang belum
sembuh secara sempurna. Dengan kata lain, telah terjadi gap abdominal baik
dengan atau tanpa adanya penonjolan pada area postoperatif yang dapat
dipersepsikan atau dipalpasi dengan pemeriksaan klinis maupun pencitraan.
Karena insisi median pada abdomen sering dilakuakan dalam operasi
eksplorasi abdomen, hernia insisional ventral disebut hernia ventral.

II. Etiologi
1. Faktor umum, pada orang tua, penyembuhan luka operasi lambat dan
kadang-kadang tidak sempurna
2. Keadaan umum jelek, karena cirrhosis hepatitis,karsinoma dan penyakit
-penyakit kronis, akan memperlambat atau menganggu penyembuhan
luka
3. Kegemukan atau obesitas menyebabkan tekanan intra abdominal yang
berat, ditambah bahwa orang gemuk memiliki banyak lemak pada area
abdomen (bekas luka insisi operasi). Hal ini sering menyebabkan
seroma dan hematom pada luka.
4. Infeksi, terutama pada luka operasi
5. Jenis insisi yang digunakan
6. Komplikasi paru-paru, terutama batuk-batuk lebih sering
7. Pemilihan benang jahitan yang salah
8. Nutrisi pra dan pasca bedah yang jelek
9. Katabolisme karena sepsis berlarut sehingga penyembuhan luka
terganggu
III. Manifestasi Klinis
Secara klinis, hernia insisional tampak sebagai tonjolan atau
protrusi di dekat area sayatan bedah. Hampir semua operasi abdomen
memungkinkan terjadinya hernia insisional di daerah bekas luka (akibat

8
penyembuhan tidak memadai karena infeksi), mulai dari prosedur operasi
abdomen besar (pembedahan usus, bedah vaskular), hingga prosedur insisi
kecil (pengambilan appendiks atau operasi eksplorasi
abdomen). Sebenarnya hernia ini dapat terjadi pada setiap sayatan, namun
cenderung lebih sering terjadi pada sepanjang garis lurus dari prosesus
xiphoid lurus hingga ke pubis. Hernia di daerah ini memiliki tingkat
rekurensi yang tinggi jika diperbaiki dengan teknik jahit simple suture
dalam keadaan ketegangan. Untuk alasan ini, terutama dianjurkan bahwa
agar kasus ini diperbaiki melalui metode perbaikan bebas tegangan dengan
menggunakan mesh (jenis bahan sintetis). Tanda pertama yang biasanya
muncul dan menjadi perhatian pasien adalah munculnya benjolan
asimtomatik di area sayatan operasi. Seiring berjalannya waktu, hernia ini
membesar dan menjadi nyeri dengan gerakan atau batuk. Gejala yang tidak
biasanya muncul adalah muntah, obstipasi, atau nyeri yang hebat, namun
jika gejala ini muncul hal ini berarti berkaitan dengan inkarserasi atau
strangulasi yang merupakan suatu kegawatan.

Meninjau ulang gejala dan riwayat medis pasien merupakan


tahapan pertama dalam mendiagnosis hernia insisional. Semua operasi yang
pernah dialami pasien perlu didiskusikan. Perlu ditanyakan seberapa sering
pasien mengeluhkan nyeri, kapan nyeri pertama kali dirasakan, dan
bagaimana progresifitasnya. Perlu dilakukan palpasi untuk mengetahui
penonjolan abnormal atau massa, dan pasien dapat diminta untuk batuk atau
melakukan perasat valsava untuk melihat dan merasakan hernia dengan
lebih mudah. Untuk mengkonfirmasi keberasaan hernia, pemeriksaan
ultrasonografi atau pemeriksaaan scan lainnya seperti CT scan dapat
dilakukan. Scaning akan memberikan visualisasi hernia dan untuk
memmastikan tonjolan bukan merupakan jenis masa abdominal lainnya
seperti tumor atau pembesaran kelenjar limfe. Selain itu, dapat ditentukan
ukuran dari defek dan apakan tindakan operatif diperlukan untuk
mengatasinya.

9
IV. Patofisiologi
Defek pada dinding otot mungkin congenital karena kelemahan jaringan
atau ruang luas pada ligament inguinal atau dapat disebabkan oleh trauma.
Tekanan intra abdominal paling umum meningkat sebagai akibat dari
kehamilan atau kegemukan. Mengangkat beban berat dan mengejan juga
dapat menyebabkan peningkSatan tekanan intra abdominal. Bila factor –
factor ini ada bersama kelemahan otot, individu akan mengalami hernia.
Bila tekanan dari cincin hernia memotong suplai darah ke segmenhernia
dari usus, usus menjadi terstrangulasi. Situasi ini adalah kedaruratan bedah,
usus ini cepat menjadi gangrene kerena kekurangan suplai darah.

V. Penatalaksanaan
Tradisional "terbuka" perbaikan insisional hernia dapat cukup sulit dan
rumit operasi. Jaringan lemah dinding perut re-incised dan perbaikan yang
diperkuat menggunakan mesh palsu. Komplikasi sering terjadi karena
ukuran besar sayatan yang diperlukan untuk melakukan operasi ini. Ini
adalah terutama luka komplikasi seperti infeksi sayatan. Sayangnya, infeksi
mesh setelah memperbaiki hernia jenis ini paling sering memerlukan
penghapusan lengkap yang mesh dan akhirnya mengakibatkan kegagalan
bedah. Selain itu, insisi besar diperlukan untuk perbaikan terbuka sering
dikaitkan dengan rasa sakit pasca-operasi yang signifikan.

Laparoskopi insisional hernia perbaikan adalah cara baru operasi untuk


kondisi ini. Operasi dilakukan dengan menggunakan teleskop bedah dan
instrumen khusus. Mesh bedah ditempatkan ke dalam perut di bawah otot-
otot perut melalui beberapa insisi kecil ke sisi dari hernia.Dengan cara ini,
jaringan lemah hernia asli tidak pernah re-incised untuk melakukan
perbaikan dan satu dapat meminimalkan potensi untuk luka komplikasi
seperti infeksi. Selain itu, kinerja operasi melalui potongan kecil dapat
membuat operasi yang kurang menyakitkan dan pemulihan lebih
cepat. Laparoskopi perbaikan telah ditunjukkan untuk menjadi aman dan
perbaikan lebih tahan daripada terbuka insisional hernia perbaikan.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Bingener, J; Buck, L; Richards, M; Michalek, J; Schwesinger, W; Sirinek, K


(2007). "Long term Outcomes in Laparoscopic vs Open Ventral Hernia
Repair". Arch Surg 142 (6): 562–7.
2. LeBlanc, KA. (2005). "Incisional hernia repair: Laparoscopic
techniques". World Journal of Surgery 29 (8): 1073–9
3. Nguyen, SQ; Divino, CM; Buch, KE; Schnur, J; Weber, KJ; Katz, LB;
Reiner, MA; Aldoroty, RA et al. (2008). "Postoperative pain after
laparoscopic ventral hernia repair: a prospective comparison of sutures versus
tacks". Journal of Society of Laparoendoscopic Surgery 12 (2): 113–6.

11

Anda mungkin juga menyukai