Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

HUKUM PAJAK

“PEMERIKSAAN KEUANGAN”

OLEH :

FITRAH HAYATI (14053008)

CHYNTIA AHMAD (14053028)

YESI PUSPITA SARI (14053063)

PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya
jualah kami dapat menyelesaikan makalah hukum pajak ini tepat pada waktunya ini tepat
pada waktunya.

Sebagai manusia biasa yang tidak pernah luput dari kesalahan, begitu juga halnya
dengan kami. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini, baik dari segi penulisan maupun isi. Kamipun menerima dengan lapang dada kritikan
maupun saran yang sifatnya membangun dari pembaca agar kami dapat membenahi diri.

Walaupun demikian, kami berharap dengan disusunya makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis dan pembaca.

Terima kasih

Padang, 20 Februari 2017

Penulis
Daftar isi
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUHUAN................................................................................................................ 4
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 4
C. Tujuan ............................................................................................................................. 4
BAB II........................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 5
A. Pengertian dan Tujuan Pemeriksaan Pajak ..................................................................... 5
B. Penyidikan Pajak ............................................................................................................. 16
C. SURAT KETETAPAN PAJAK ...................................................................................... 19
BAB III .................................................................................................................................... 23
PENUTUP................................................................................................................................ 23
A. KESIMPULAN ............................................................................................................... 23
B. Saran ................................................................................................................................ 23
BAB I

PENDAHULUHUAN
A. Latar Belakang

pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan,


dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk
tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Tujuan pemeriksaan,menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan, pemberian
npwp secara jabatan, penghapusan npwp, pengukuhan atau pencabutan pengukuhan
pengusaha kena pajak, pengumpulan bahan guna menyusun norma perhitungan penghasilan
netto, pengumpulan bahan guna menyusun norma perhitungan penghasilan netto, penentuan
satu atau lebih tempat terutang ppn, pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak, memenuhi
permintaan informasi dari negara mitra perjanjian penghindaran pajak berganda.
Metode yang digunakan adalah metode langsung atau tidak langsung. Penyidikan pajak
adalah Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta menemukan
tersangkanya. Dari semua yang di paparkan masih banyak kasus yaang terjadi mengenai
perpajakkan, maka penulis tertarik untuk menulis makalah ini yang akan membahas tentang
pemeriksaan pajak.

B. Rumusan Masalah
a. apa itu pemeriksaan pajak ?
b. apa itu penyidikan pajak?
c. apa itu surat ketetapan pajak ?
C. Tujuan
Adapun tujuan makalah ini adalah :
a. membahas tentang pemeriksaan pajak.
b. membahas tentang penyidikan pajak.
c. membahas tentang surat ketetapan pajak.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Tujuan Pemeriksaan Pajak
Pengertian
Menurut UU Nomor 16 Tahun 2009 KUP, pengertian pemeriksaan adalah
serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang
dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain
dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Tujuan Pemeriksaan
Tujuan dari pemeriksaan pajak ialah :
a. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan:
 Harus dilakukan dalam hal wajib pajak mengajukan permohonan restitusi
sebagaimana dimaksud dalam pasal 17B Undang-Undang KUP
 Dapat dilakukan dalam hal wajib pajak :
a) menyampaikan SPT LB, termasuk yang telah diberikan pengembalian
pendahuluan kelebihan pembayaran pajak;
b) menyampaikan SPT rugi;
c) tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi melampau jangka waktu
yang telah ditetapkan dalam Surat teguran;
d) melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran usaha;
e) WP OP yang akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya; atau
f) menyampaikan Surat Pemberitahuan yang memenuhi kriteria seleksi berdasarkan
hasil analisis risiko (risk based selection) mengindikasikan adanya kewajiban
perpajakan Wajib Pajak yang tidak dipenuhi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
b. Tujuan lain, yaitu:
a) Pemberian NPWP secara jabatan
b) Penghapusan NPWP
c) Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan pengusaha kena pajak
d) Wajib pajak mengajukan keberatan
e) pengumpulan bahan guna menyusun Norma Perhitungan Penghasilan Netto
f) pengumpulan bahan guna menyusun Norma Perhitungan Penghasilan Netto
g) pengumpulan bahan guna menyusun Norma Perhitungan Penghasilan Netto
h) penentuan satu atau lebih tempat terutang PPN
i) pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak
j) memenuhi permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian Penghindaran Pajak
Berganda
B. Ruang Lingkup Pemeriksaan Pajak
a. Satu atau beberapa bulan (masa): ruang lingkup untuk menguji kewajiban
pemungutan atau pemotongan. Seperti PPn, PPnBM, PPh pasal 21, PPh pasal 22, 23,
26, PPh pasal 4 (2)
b. Bagian tahun pajak atau tahun pajak: menguji kewajiban PPh badan atau PPh OP.
Tidak selalu 12 bulan. Contoh: bulan Mei sebuah perusahaan dibubarkan dan likuidasi
bulan Agustus. Maka pemeriksaan tahun tersebut disebut bagian tahun pajak.
C. Jenis dan Jangka Waktu Pemeriksaan Pajak
Jenis Pemeriksaan:
a) Pemeriksaan Lapangan dilakukan di tempat WP atas satu jenis pajak, beberapa jenis
pajak atau seluruh jenis pajak, untuk tahun-tahun yang lalu maupun untuk tahun
berjalan.
b) Pemeriksaan Kantor adalah Pemeriksaan yang dilakukan di kantor Direktorat Jenderal
Pajak.
Jangka Waktu:
a) Pemeriksaan Lapangan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) bulan
dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 8 (delapan) bulan yang dihitung sejak
tanggal Surat perintah Pemeriksaan sampai dengan tanggal Laporan Hasil
Pemeriksaan.
b) Pemeriksaan Kantor dilakukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan dan
dapat diperpanjang menjadi 6 (enam) bulan yang dihitung sejak tanggal Wajib Pajak
datang memenuhi surat panggilan dalam rangka Pemeriksaan Kantor sampai dengan
tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan.
Apabila dalam pemeriksaan lapangan ditemukan indikasi yang terkait dengan
transfer pricing dan atau transaksi khusus lain. Dalam hal pemeriksaan dilakukan
berdasarkan kriteria pemeriksaan pajak.
D. Metode dan Tehnik Pemeriksaan Pajak
Metode Pemeriksaan Pajak :
1. Metode Langsung adalah teknik dan prosedur pemeriksaan dengan melakukan
pengujian atas kebenaran angka-angka dalam SPT, yang dilakukan terhadap laporan
keuangan dan buku, catatan, serta dokumen pendukung. Pelaksanaan pemeriksaan
dengan metode ini dilakukan sesuai program pemeriksaan yang terinci atas setiap pos
neraca dan labarugi yang menjadi sumber utama atau berkaitan dengan angka-angka
dalam SPT
2. Metode Tidak Langsung Adalah teknik dan prosedur pemeriksaan dengan melakukan
pengujian atas kebenaran angka-angka dalam SPT, yang dilakukan secara tidak
langsung melalui suatu pendekatan perhitungan tertentu mengenai penghasilan dan
biaya. Hasil ini merupakan petunjuk untuk mengambil kesimpulan tentang
ketidakbenaran angka-angka dalam SPT sehingga masih diperlukan pembuktian yang
valid dan abash untuk membuktikan ketidakbenaran tersebut.
Tehnik Pemeriksaan Pajak:
1. Melakukan evaluasi
a. Menilai kebenaran formal SPT/ informasi dalam SPT.
b. Menilai kelengkapan SPT.
c. Menilai system pengendalian intern perusahaan.
2. Melakukan analisis angka-angka
a. Perbandingan analisis rasio dengan standard yang berlaku.
b. Perbandingan analisis beberapa tahun pajak terakhir.
c. Kaitan antara analisis rencana biaya, rencana penjualan, rencana produksi,
rencana pembelian, dsb.
3. Melacak angka-angka dan memeriksa dokumen
Hal yang perlu diperhatikan:
Ø Nama orang/badan yang mengeluarkan dokumen yang bersangkutan
Ø Tanggal pembuatan dokumen
Ø Keaslian dokumen
4. Pengujian arus uang, barang, piutang, dan utang
5. Pengujian atas mutasi setelah tanggal neraca
Ø Membandingkan angka dineraca dengan buku besar dan buku tambahannya
Ø Membandingkan saldo-saldo pada angka neraca tersebut dengan daftar
utang/piutang untuk bulan pertama tahun berikutnya, setelah memerhatikan mutasi
yang terjadi pada bulan tersebut.
Ø Mengecek mutasi yang terjadi dengan catatan pada buku harian kas/bank, buku
pembelian/penjualan pada bulan yang sama
6. Pemanfaatan informasi pihak ketiga
a. Data dari pihak untuk cross check, misalnya utang dagang pihak ketiga untuk
memastikan pembelian yang terjadi dengan pihak ketiga, jika mamaterial buatkan
datanya karena bagi pihak ketiga merupakan penjualan
b. Mengumpulkan data dari pihak ketiga, misalnya bea cukai, departemen
kehutanan, dan lain-lain
7. Melakukan pengujian fisik
8. Melakukan inspeksi (sifat dan proses produksi)
9. Melakukan rekonsiliasi
10. Melakukan footing (kebenaran penjumlahan/pengurangan ke bawah)
11. Melakukan cross footing (kebenaran penjumlahan/pengurangan ke samping)
12. Melakukan vouching (dokumen dasar)
13. Melakukan trasir (pencatatan transaksi)
14. Melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga
15. Melakukan sampling data (menguji sebagian bukti)

E. Pemeriksaan Hal Tertentu


1. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan Khusus harus dilakukan melalui PL atau PSL untuk satu, beberapa
atau seluruh jenis pajak kewajiban Wajib Pajak termasuk Wajib Pajak yang diberikan
fasilitas pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak, berdasarkan:
· Adanya dugaan melakukan tindak pidana di bidang perpajakan
· Pengaduan masyarakat, termasuk melalui Kotak Pos 5000
· Data baru atau data yang semula belum terungkap
· Permintaan Wajib Pajak
· SPT lebih bayar hasil edit
· Pertimbangan Direktur Jendral Pajak
Khusus untuk kriteria pemeriksaan pada butir 3 hanya diberlakukan terhadap
Wajib Pajak yang telah diberikan fasilitas pengembalian pendahuluan kelebihan
pembayaran pajak.
2. Pemeriksaan Bukti Permulaan
Adalah Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan bukti permulaan tentang
adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang perpajakan.
Bukti Permulaan Keadaan, perbuatan, dan/atau bukti berupa keterangan, tulisan,
atau benda yang dapat memberikan petunjuk adanya dugaan kuat bahwa sedang atau telah
terjadi suatu tindak pidana di bidang perpajakan yang dilakukan oleh siapa saja yang
dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.
3. Pemeriksaan Ulang
Pemeriksaan ulang berdasarkan:
· Persetujuan Dirjen Pajak, dan
· Intruksi Dirjen Pajak.
Pemeriksaan ulang hanya dapat dilakukan dalam hal :
· Terdapat data baru dan atau data yang semula belum terungkap yang dapat
mengakibatkan penambahan pajak terutang
· Pertimbangan Dirjen Pajak
· Terdapat indikasi bahwa Wajib Pajak melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan
Ruang lingkup dari Pemeriksaan Ulang :
· Semua jenis pajak
· Beberapa jenis pajak
· Satu jenis pajak
4. Perluasan Pemeriksaan
Perluasan pemeriksaan dilakukan karena adanya :
· SPT Tahunan PPh Tahun-Tahun Pajak Sebelumnya menyatakan Rugi Tidak Lebih
Bayar
· SPT Masa PPN masa-masa sebelumnya menyatakan LB Kompensasi
5. Pengalihan Pemeriksaan
Dilakukan karena:
 WP pindah domisili ke KPP lain;
 Instruksi/Persetujuan/Penugasan/LP2 telah terbit; dan
 Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan/Panggilan Pemeriksaan Kantor belum
disampaikan ke WP.
F. Penolakan dan Penyegelan dalam Pemeriksaan
Penolakan Pemeriksaan:
a. Pemeriksaan Lapangan
Diakukan karena WP tidak memenuhi kewajiban pasal 29 ayat (3) huruf a, b, c
UU KUP. Dan WP diwajibkan menandatagani Surat Pernyataan Penolakkan
Pemeriksaan. Lalu Pemeriksa membuat BA penolakan Pemeriksaan.
b. Pemeriksaan Kantor
Dilakukan karena WP memenuhi panggilan namun menolak adanya
pemeriksaan. Dan sama seperti pemeriksaan lapangan WP harus menandatangani
Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan. Lalu Pemeriksa membuat BA penolakan
Pemeriksaan.
G. Penyelesaian dan Pembatalan Pemeriksaan
Penyelesaian Pemeriksaan:
Pemeriksaan Lapangan dan Kantor dapat diselesaikan dengan cara:
1. Menghentikan pemeriksaan dengan membuat LHP Sumir
Dikarenakan:
- WP tidak ditemukan
- Pemeriksaan untuk SPT yang bukan restitusi (bukan Ps 17B UU KUP ) disetujui
dilakukan Pemeriksaan Bukper
- Pemeriksaan atas permohonan restitusi (Ps 17B UU KUP) ditangguhkan karena
dilakukan pemeriksaan Bukper
2. Membuat LHP sebagai dasar penerbitan SKP
Dikarenakan:
- WP tidak ditemukan & Pemeriksaan dilakukan terhadap permohonan restitusi Ps
17B UU KUP
- WP ditemukan & Pemeriksaan dapat diselesaikan sesuai jangka waktu
pemeriksaan
- WP ditemukan & SPHP belum dapat diselesaikan sampai dengan berakhirnya
perpanjangan jangka waktu pemeriksaan
3. Mengusulkan Pemeriksaan Bukti Permulaan
Pembatalan Pemeriksaan:
Pembatalan pemeriksaan ada dua, yaitu pembatalan hasil pemeriksaan dan
pembatalan penugasan pemeriksaan. Pembatalan hasil pemeriksaan artinya yang
dibatalkan adalah “hasil” pemeriksaan berupa surat ketetapan pajak (SKP). Sedangkan
pembatalan penugasan adalah pembatalan atas Surat Perintah Pemeriksaan [SP2].
Dengan dibatalkannya SP2 maka “seolah-olah” tidak ada SP2. Sehingga atas
pemeriksaan tersebut tidak ada Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan [SPHP] dan
Laporan Hasil Pemeriksaan [LHP].
H. Gugatan dalam Pemeriksaan Pajak
Dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
1. Acara cepat
Dilakukan oleh majelis dan dinyatakan terbuka untuk umum dengan kegiatan :
 Pembukaan sidang
 Pemeriksaan kelengkapan
 Memanggil tergugat dan penggugat
 Penjelasan sengketa
 Pernyataan kepada tergugat
 Pertanyaan kepada saksi
 Penyelesaian siding
2. Acara cepat
Dilakukan oleh majelis atau hakim tunggal. Pemeriksaan dilakukan terhadap :
 Sengketa pajak tertentu
 Sengketa pajak yang tergugatnya tidak memenuhi ketentuan :
 Gugatan diajukan dengan surat gugatan dalam bahasa Indonesia kepada
pengadilan pajak
 Satu pelaksana penagihan atau satu keputusan diajukan satu surat gugatan.
 Gugatan yang tidak diputus dalam waktu 6 bulan sejak surat gugatan diterima
 Keputusan peradilan pajak tidak sesuai ketentuan atau kesalahan tulis dan atau
kesalahan hitung dalam putusan peradilan pajak
 Sengketa berdasarkan pertimbangan hokum bukan merupakan wewenang pengadilan
pajak.

I. Hak Wajib Pajak Apabila Dilakukan Pemeriksaan Dalam pelaksanaan Pemeriksaan


untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dengan jenis Pemeriksaan
Lapangan, Wajib Pajak berhak:
1. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa
Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan;
2. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan pemberitahuan secara tertulis
sehubungan dengan pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan;
3. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan tentang alasan dan
tujuan Pemeriksaan;
4. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Surat Tugas apabila susunan
Tim Pemeriksa Pajak mengalami perubahan;
5. Menerima Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan;
6. Menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dalam jangka waktu yang telah
ditentukan;
7. Mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan oleh Tim Pembahas, dalam hal
terdapat perbedaan pendapat antara Wajib Pajak dengan Pemeriksa Pajak dalam
Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan; dan
8. Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh Pemeriksa
Pajak melalui pengisian formulir Kuesioner Pemeriksaan;
9. Mengajukan pengaduan apabila kerahasiaan usaha dibocorkan kepada pihak lain yang
tidak berhak.
Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Kantor, Wajib Pajak berhak :
1. Meminta Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda Pengenal
Pemeriksa dan Surat Perintah Pemeriksaan;
2. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan tentang alasan dan
tujuan Pemeriksaan;
3. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Surat Tugas apabila susunan
Pemeriksa Pajak mengalami pergantian;
4. Menerima Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan;
5. Menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dalam jangka waktu yang telah
ditentukan;
6. Mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan oleh Tim Pembahas, dalam hal
terdapat perbedaan pendapat antara Wajib Pajak dengan Pemeriksa Pajak dalam
Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan; dan
7. Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh Pemeriksa
Pajak melalui pengisian formulir Kuesioner Pemeriksaan.
Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk tujuan lain dengan jenis Pemeriksaan Lapangan,
Wajib Pajak berhak :
1. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa
Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan kepada WP pada waktu Pemeriksaan;
2. Meminta kepada Pemeriksaan Pajak untuk memberikan pemberitahuan secara tertulis
sehubungan dengan pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan;
3. Meminta kepada Pemeriksaan Pajak untuk memberikan penjelasan tentang alasan dan
tujuan Pemeriksaan;
4. Meminta kepada Pemeriksaan Pajak untuk memperlihatkan Surat Tugas apabila
terdapat perubahan susunan Tim Pemeriksa Pajak dan atau;
5. Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh Pemeriksa
Pajak melalui pengisian formulir Kuesioner Pemeriksa.
Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk tujuan lain dengan jenis Pemeriksaan Kantor,
Wajib Pajak berhak :
1. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa
Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan kepada WP pada waktu Pemeriksaan;
2. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan tentang alasan dan
tujuan Pemeriksaan;
3. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Surat Tugas apabila terdapat
perubahan susunan Tim Pemeriksa Pajak dan/ atau;
4. Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh Pemeriksa
Pajak melalui pengisian formulir Kuesioner Pemeriksa.
J. Kewajiban Wajib Pajak Apabila Dilakukan Pemeriksaan
Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak wajib :
1. Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi
dasarnya pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain yang berhubungan dengan
penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas WP, atau objek yang
terutang pajak;
2. Memberi kesempatan untuk mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara
elektronik;

3. Memberi kesempatan untuk memasuki dan memeriksa tempat atau ruangan, barang
bergerak dan/atau tidak bergerak yang diduga atau patut diduga digunakan untuk
menyimpan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan,
dokumen lain, uang, dan/atau barang yang dapat memberi petunjuk tentang penghasilan
yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas WP, atau objek yang terutang pajak
serta meminjamkannya kepada Pemeriksaan Pajak;
4. Memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan, antara lain berupa :
a. Menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya WP apabila dalam mengakses data
yang dikelola secara elektronik memerlukan peralatan dan/atau keahlian khusus;
b. Memberikan kesempatan kepada Pemeriksa Pajak untuk membuka barang bergerak
dan/atau tidak bergerak; dan /atau
c. Menyediakan ruangan khusus tempat dilakukannya Pemeriksaan Lapangan dalam hal
jumlah buku, cacatan, dan dokumen sangat banyak sehingga sulit untuk dibawa ke kantor
Direktorat Jenderal Pajak;
5. Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil
Pemeriksaan;dan
6. Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.
Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Kantor, Wajib Pajak wajib :
1. Memenuhi panggilan untuk datang menghadiri Pemeriksaan sesuai dengan waktu
yang ditentukan;
2. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi
dasarnya pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain termasuk data yang dikelola
secara elektronik, yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha,
pekerjaan bebas WP, atau objek yang terutang pajak;
3. Memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan;
4. Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan;
5. Meminjamkan kertas kerja pemeriksaan yang dibuat oleh Akuntan Publik; dan
6. Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.
Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk tujuan lain dengan jenis Pemeriksaan Lapangan,
Wajib Pajak wajib :
1. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi
dasarnya pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain yang berhubungan dengan
tujuan Pemeriksaan;
2. Memberi kesempatan untuk mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara
elektronik;
3. Memberi kesempatan untuk memasuki dan memeriksa tempat atau ruangan peyimpan
buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dokumen
lain, dan/atau barang yang berkaitan dengan tujuan Pemeriksaan serta meminjamkannya
kepada Pemeriksa Pajak; dan/atau
4. Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.
Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk tujuan lain dengan jenis Pemeriksaan Kantor,
Wajib Pajak wajib :
1. Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi
dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain yang berhubungan dengan tujuan
Pemeriksaan; dan atau
2. Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.
B. Penyidikan Pajak

A. Pengertian
Menurut undang-undang no 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara
Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang no 28 Tahun 2007,
pengertian penyidikan adalah sebagai berikut :

“Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian tindakan yang


dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta menemukan
tersangkanya”.

B. Tujuan Penyidikan
Berdasarkan pengertuan di atas sangat jelas dapat kita simpulkan bahwa tujuan utama dari
dilakukanya proses penyidikan adalah untuk menemukan tersangka yang melakukan tindak
pidana dalam perpajakan. Dengan dilakukanya penyidikan, barang bukti untuk menemukan
tersangka diharapkan dapat ditemukan untuk kemudian segera menjadi dasar dalam
menetapkan tersangka.

C. Pihak yang Melakukan Penyidikan


Dalam Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan, pihak yang berwenang untuk
melakukan proses penyidikan adalah Pejabat pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan
Direktorat Jenderal Pajak yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik tindak pidana di
bidang perpajakan. Wewenang tersebut adalah sebagai berikut :

1. Menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan


berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan agar keterangan atau laporan tersebut
menjadi lebih lengkap dan jelas.
2. Meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi
atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana di
bidang perpajakan.
3. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan
sehubungan dengan tindak pidana dibidang perpajakan.
4. Memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana
di bidang perpajakan.
5. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,
pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
6. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan
tindak pidana di bidang perpajakan;
7. Menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau
tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda,
dan/atau dokumen yang dibawa;
8. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang
Perpajakan.
9. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi.
10. Menghentikan penyidikan;dan/atau melakukan tindakan lain yang perlu untuk
kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Dalam melaksanakan proses penyidikan, penyidik memeberitahukan dimulainya


penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum melalui penyidik
pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-
Undang Hukum Acara Pidana. Apabila diperlukan, penyidik juga dapat meminta bantuan
aparat penegak hukum lain demi kelancaran proses penyidikan.

D. Ketentuan Pidana
Ketentuan Pidana dimaksudkan agar dalam proses penyidikan terdapat kepastisan hukum
yang jelas. Ketentuan pidana tersebut, sesuai dengan pasal 41B Undang-Undang no 6 tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Undang-Undang no 28 Tahun 2007, pengertian penyidikan bebunyi sebagai berikut :

“Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi atau mempersulit penyidikan tindak
pidana di bidang perpajakan dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun
dan denda paling banyak Rp 75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah).”

Sementara itu, apabila tindak pidana di bidang perpajakan dilakukan oleh pegawai
Direktorat Jenderal Pajak (dalam hal ini melakukan korupsi), maka pegawai Direktorat
Jenderal Pajak yang terbukti melakukan tindak korupsi tersebut akan diproses sesuai dengan
Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi.

E. Penghentian Pelaksanaan Penyidikan


Sesuai dengan Pasal 44 Undang-Undang no 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan
Tatacara Perpajakan, wewenang untuk menghentikan proses penyidikan dimilki oleh Menteri
Keuangan. Apabila Wajib Pajak telah melunasi utang pajak yang tidak atau kurang dibayar,
atau yang tidak seharusnya dikembalikan ditambah dengan sanksi administrasi berupa denda
sebesar empat kali jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar, atau yang tidak seharusnya
dikembalikan, maka Menteri Keuangan dapat meminta Jaksa Agung untuk segera
menghentikan penyidikan. Selanjutnya, Jaksa Agung dapat melakukan pengehentian
penyidikan sesuai dengan yang diminta oleh menteri keuangan paling lama enam bulan
setelah Menteri Keuangan menyampaikan surat permintaanya.
C. SURAT KETETAPAN PAJAK

1. Surat Ketetapan Pajak (SKP)


Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak, maka
akan diterbitkan suatu surat ketetapan pajak, yang dapat mengakibatkan pajak terutang
menjadi kurang bayar, lebih bayar, atau nihil.Penerbitan suatu Surat Ketetapan Pajak (SKP)
hanya terbatas kepada WP tertentu yang disebabkan oleh ketidakbenaran dalam pengisian
SPT atau karena ditemukannya data fiskal yang tidak dilaporkan oleh WP.
1. Fungsi Surat Ketetapan Pajak
Surat ketetapan pajak berfungsi sebagai :
a. Sarana untuk melakukan koreksi fiskal terhadap WP tertentu yang nyata-nyata atau
berdasarkan hasil pemeriksaan tidak memenuhi kewajiban formal dan atau kewajiban materiil
dalam memenuhi ketentuan perpajakan.
b. Sarana untuk mengenakan sanksi administrasi perpajakan.
c. Sarana administrasi untuk melakukan penagihan pajak.
d. Sarana untuk mengembalikan kelebihan pajak dalam hal lebih bayar.
e. Sarana untuk memberitahukan jumlah pajak yang terutang
2. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak
Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa
Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dalam hal-hal sebagai berikut :
a. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak
atau kurang dibayar.
b. Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada
waktunya sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran.
c. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah ternyata tidak seharusnya
dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenai tarif 0% (nol persen).
d. Apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 atau Pasal 29 tidak dipenuhi
sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang,atau
e. Apabila kepada Wajib Pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(4a).

Jenis-jenis SKP
Terdapat empat jenis Surat Ketetapan Pajak (SKP) yaitu :
1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Definisi SKPKB
Menurut UU No.28 Tahun 2007 Pasal 1(16), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit
pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah
pajak yang masih harus dibayar.
Penerbitan SKPKB
Menurut No.28 Tahun 2007 Pasal 13(1), SKPKB diterbitkan apabila :
a. Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak atau
kurang dibayar
b. Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan dan
setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan
dalam Surat Teguran
c. Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih
lebih pajak atau tidak seharusnya dikenai tarif 0% (nol persen)
d. Kewajiban menyelenggarakan pembukuan atau pencatatn tidak dipenuhi sehingga tidak
dapat diketahui besarnya pajak yang terutang ;atau,
e. kepada Wajib Pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan.

Sanksi Administrasi
a. Apabila SKPKB dikeluarkan karena alasan pada poin 2a dan 2e, maka jumlah
kekurangan pajak terutang ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2%
per bulan paling lama 24 bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa
pajak, bagian tahun pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
b. Apabila SKPKB dikeluarkan karena alas an pada poin 2b, 2c, dan 2d, maka dikenakan
sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar :
ü 50% dari PPh yang tidak atau kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak
ü 100% dari PPh yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau kurang dipungut, tidak
atau kurang disetor dan dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetorkan.
ü 100% dari PPN dan PPn BM yang tidak atau kurang bayar

Fungsi SKPKB
a. Koreksi atas jumlah yang terutang menurut SPT-nya
b. Sarana untuk mengenakan sanksi
c. Alat untuk menagih
2. Surat Ketetapan Pajak Nihil
Definisi SKPN
Menurut UU No.28 Tahun 2007 Pasal 1(18), SKPN adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak
terutang dan tidak ada kredit pajak.
Penerbitan SKPN
SKPN diterbitkan apabila setelah dilakukan pemeriksaan jumlah kredit pajak atau jumlah
pajak yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang, atau pajak tidak terutang dan
tidak ada kredit pajak atau tidak ada pembayaran pajak.

3. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan


Surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan (SKPKBT) adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan .Penerbitan SKPKBT ini
didasarkan pada :

- Hasil pemeriksaan atau pemeriksaan ulang terhadap data baru yang


mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang termasuk data yang
semula belum terungkap atau penerbitan SKPKBT ini dalam jangka waktu 5
tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak,bagian tahun
pajak atau tahun pajak.Sebagai konsekuensinya jumlah pajak yang tidak atau
kurang dibayar dalam SKPKBT ditambah sanksi administrasi berupa kenaikan
sebesar 100% dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar
- Hasil penelitian atau putusan pengadilan yang telah memperoleh keuatan hukum
tetap terhadap wajib pajak yang dipidanakarena melakukan tindak tindak pidana
di bidang perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan negara.SKPKBT ini diterbitkan dalam jangka waktu 5
tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak,bagian tahun
pajak,tahun pajak sebagai konsekuensinya bahwa jumlah pajak yang tidak atau
kurang dibayar dalam SKPKBT ditambah sanksi administrasi berupa kenaikan
sebesar 100% dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar

4. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar


Surat ketetapan pajak lebih bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah
kelebihan pembayaran pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak
terutang.Dirjen pajak dapat menerbitkan surat ketetapan pajak lebih bayar (SKPLB)
berdasarkan:
Hasil penelitian terhadap kebenaran pembayaran pajak atas permohonan wajib pajak (pasal
17 UU KUP) terdapat kelebihan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,
keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional
berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
Tujuan pemeriksaan,menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan,
pemberian npwp secara jabatan, penghapusan npwp, pengukuhan atau pencabutan
pengukuhan pengusaha kena pajak, pengumpulan bahan guna menyusun norma
perhitungan penghasilan netto, pengumpulan bahan guna menyusun norma perhitungan
penghasilan netto, penentuan satu atau lebih tempat terutang ppn, pemeriksaan dalam
rangka penagihan pajak, memenuhi permintaan informasi dari negara mitra perjanjian
penghindaran pajak berganda.
Metode yang digunakan adalah metode langsung atau tidak langsung. Penyidikan
pajak adalah Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian tindakan
yang dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan
bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta
menemukan tersangkanya.
Fungsi Surat Ketetapan Pajak dia antaranya adalah sarana untuk melakukan
koreksi fiskal terhadap WP tertentu yang nyata-nyata atau berdasarkan hasil pemeriksaan
tidak memenuhi kewajiban formal dan atau kewajiban materiil dalam memenuhi
ketentuan perpajakan. Sarana untuk mengenakan sanksi administrasi perpajakan. Sarana
administrasi untuk melakukan penagihan pajak. Sarana untuk mengembalikan kelebihan
pajak dalam hal lebih bayar. Sarana untuk memberitahukan jumlah pajak yang terutang.
Jenis-jenis SKP adalah Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak
Nihil, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Lebih
Bayar.

B. Saran
Saran yang bisa diberikan oleh penulis adalah dengan meningkatkan kejujuran dan
partisipasi semua elemen maka pemeriksaan pajak akan menjadi lebih mudah, transparan dan
membuat indonesia menjaadi lebih maju, dan anggaran pemasukan untuk negara semakin
terjamin dan bertambah.

Anda mungkin juga menyukai