Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN

NYERI AKUT DENGAN NEFROLITIASIS


DI RUANG AL-KAHFI RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

Disusun untuk Memenuhi Sebagai Tugas Kelompok


Stase Keterampilan Dasar Profesi

Disusun Oleh:

Fitri Febriana (1910206065)


Anisa Afrilianti (1910206086)
Casmita (1910206149)
Bagus Syahfiandi (1910206166)
Qori Nia Fatmawati (1910206021)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Nefrolitiasis ( Batu Ginjal) adalah gangguan pada kaliks atau pelvis ginjal yang
dapat menyebabkan kerusakan fungsi ginjal akibat penyumbatan pada saluran urin.
Apabila penyumbatan berlangsung lama, maka urin akan dialirkan kembali kedalam
ginjal sehingga ginjal mengalami peningkatan tekanan akibat jumlah pengendapan urin
yang meningkat (Fikriani dan Wardana, 2018).
Batu Ginjal disebut juga gangguan klinis akibat adanya komponen batu Kristal
yang menyumbat dan menghambat kerja ginjal yang disebabkan oleh gangguan
keseimbangan pada kelarutan dan pengendapan garam disaluran urin dan ginjal (Yoga,
Wardhana, dan Hanindhiya, 2018).
Batu ginjal merupakan salah satu penyakit ginjal akibat terbentuknya material
keras yang menyerupai batu dan terdiri dari Kristal dan matriks organik, dimana hal itu
harus segera di atasi karena apabila tidak ditangani akan membuat pasien kesulitan dan
mengalami gangguan dalam saluran kemihnya (Fauzi dan Putra, 2016 dalam Fildayanti,
Risto dan Sarifuddin, 2019).

B. KLASIFIKASI BATU GINJAL


Terdapat beberapa jenis variasi dari batu ginjal, yaitu (Fauzi dan Putra, 2016):
1. Batu Kalsium Batu yang paling sering terjadi pada kasus batu ginjal. Kandungan batu
jenis ini terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat, atau campuran dari kedua unsur
tersebut. Faktor-faktor terbentuknya batu kalsium adalah:
a. Hiperkalsiuri Terbagi menjadi hiperkalsiuri absorbtif, hiperkalsiuri renal, dan
hiperkasiuri resorptif. Hiperkalsiuri absorbtif terjadi karena adanya peningkatan
absorbsi kalsium melalui usus, hiperkalsiuri renal terjadi akibat adanya gangguan
kemampuan reabsorbsi kalsium melalu tubulus ginjal dan hiperkalsiuri resorptif
terjadi karena adanya peningkatan resorpsi kalsium tulang.
b. Hiperoksaluri Merupakan eksresi oksalat urin yang melebihi 45 gram perhari.
c. Hiperurikosuria Kadar asam urat di dalam urin yang melebihi 850mg/24 jam.
d. Hipositraturia Sitrat yang berfungsi untuk menghalangi ikatan kalsium dengan
oksalat atau fosfat sedikit.
e. Hipomagnesuria Magnesium yang bertindak sebagai penghambat timbulnya batu
kalsium kadarnya sedikit dalam tubuh. Penyebab tersering hipomagnesuria adalah
penyakit inflamasi usus yang diikuti dengan gangguan malabsorbsi.
2. Batu Struvit Batu yang terbentuk akibat adanya infeksi saluran kemih.
3. Batu Asam Urat Biasanya diderita pada pasien-pasien penyakit gout, penyakit
mieloproliferatif, pasien yang mendapatkan terapi anti kanker, dan yang banyak
menggunakan obat urikosurik seperti sulfinpirazon, thiazid, dan salisilat.
4. Batu Jenis Lain Batu sistin, batu xanthine, batu triamteran, dan batu silikat sangat
jarang dijumpai.
C. ETIOLOGI BATU GINJAL
Penyebab terjadinya batu ginjal antara lain sebagai berikut:
1. Genetik
Terdapat orang-orang tertentu yang Memiliki kelainan atau gangguan ginjal sejak
dilahirkan, meskipun kondisi ini jarang ditemui.Penderita kelainan ini, sejak
usiaanak-anaksudahmemiliki kecenderungan yang mudah mengendapkan garam dan
memudahkan terbentuknya batu, fungsi ginjalnya yang tidak normal, maka proses
pengeluaran urine pun mengalami ganggguan karena urinenya banyak mengandung
zat kapur, sehingga mudah mengendapkan batu.
2. Makanan dan Minuman
Sebagian besar penyakit batu ginjal disebabkan oleh makanan dan minuman.
Terutama pada makanan dan minuman yang tinggi kadar kalsiu moksalat dan fosfat
yang mudah mengkristal dalam ginjal, juga pada makanan yang banyak mengandung
asam urat. Selain itu, mengkonsumsi makanan yang tinggi kadar garam
mengakibatkan tingginya kadar garam dalam urine yang menyebabkan mudahnya ter
bentuk batu ginjal.
3. Volume Air Yang Diminum
Kurang mengkonsumsi air putih menyebabkan system metabolism tubuh tidak
berjalan dengan optimal. Setidaknya minumlah 2 liter air dalam sehari agar volume
urine bertambah dan mengurangi konsentrasi mineral dangaram.
4. Infeksi Saluran Kemih (ISK)
ISK dapat terjadi pada ureter, kandung kemih, maupun uretra. Penyebab utama ISK
adalah bakteri E.coli yang hidup pada kotoran dan usus besar. ISK banyak menyerang
wanita karena vagina lebih rentan terhadap pertumbuhan bakteri dibanding pria.
Infeksi ini akan meningkatkanter bentuknya zat organik. Kemudian, zat ini dikelilingi
mineral yang mengendap.Pengendapan mineral akibat infeksi ini akan meningkatkan
alkalinitas urine dan menyebabkan pengendapan kalsium fosfat dan magnesium
ammonium fosfat.
5. Aktivitas
Faktor pekerjaan dan olahraga dapat mempengaruhi terbentuknya batu ginjal. Risiko
penyakit ini bertambah tinggi pada orang dengan aktivitas yang jarang berolahraga
atau tidak banyak bergerak, serta pada orang yang pekerjaannya terlalu banyak
duduk. Hal ini dikarenakan aktivitas yang kurang aktif menyebabkan kurang
lancarnya peredaran darah maupun urine, sehingga mudah terbentuk batu ginjal.
Selain itu, pola hidup yang aktif dapat membantu pembentukan kalsium menjadi
tulang. Sebaliknya, gaya hidup yang kurang bergerak dapat mendorong kalsium
beredar dalam darah dan berisiko menjadi kristal kalsium.
6. Vitamin dan Obat-obatan
Pembentukanbatuginjaljugadapatdisebabkanolehkonsumsi vitamin C dan D
sertasuplemen yang mengandungkalsiumsecaraberlebihan. Halinidikarenakan vitamin
C dan D yang dikonsumsiberlebihandapatmempermudahpengkristalankalsiumoksalat.
7. Usia
Pada umumnya batu ginjal banyak ditemukan pada usia 20-50 tahun. Jarang sekali
ditemukan batu ginjal pada anak-anak.
8. Berat Badan
Risiko penyakit batu ginjal juga lebih tinggi pada orang dengan berat badan berlebih
(obesitas) Karenapada orang dengan berat badan berlebih dapat menyebabkan
kelainan metabolism sehingga mudah mengendap kangaram-garam kalsium.
9. Jenis Kelamin
Menurut hasil penelitian, risiko terkena batu ginjal lebih banyak dialami pria dari
pada wanita dengan perbandingan 3:1. Hal ini mungkin berkaitan dengan uretra pria
yang lebih panjang dari uretra wanita.
D. TANDA DAN GEJALA BATU GINJAL
Gejala yang umum terjadi pada penderita batu ginjal adalah nyeri, perasaan berat hingga
tajam pada bagian perut, punggung dan selangkangan. Nyeri terasa saat buang air kecil
dan disertai dengan mual muntah (Wardhana dan Fikriani, 2018).
E. PATOFISIOLOGI
Nefrolitiasis berdasarkan komposisinya terbagi menjadi batu kalsium, batu struvit, batu
asam urat, batu sistin, batu xanthine, batu triamteren, dan batu silikat. Pembentukan batu
pada ginjal umumnyamembutuhkan keadaan supersaturasi. Namun pada urin normal,
ditemukan adanya zat inhibitorpembentuk batu. Pada kondisi-kondisi tertentu, terdapat
zat reaktan yang dapat menginduksi pembentukan batu. Adanya hambatan aliran urin,
kelainan bawaan pada pelvikalises, hiperplasia prostat benigna, striktura, dan buli
bulineurogenik diduga ikut berperan dalam proses pembentukan batu.Batu terdiri atas
kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik maupun anorganik yang terlarut
dalam urin. Kristalkristal tersebut akan tetap berada pada posisi metastable (tetap
terlarut)dalam urin jika tidak ada keadaan-keadaan yang menyebabkan presipitasi kristal.
Apabila kristal mengalami presipitasi membentuk inti batu, yang kemudian akan
mengadakan agregasi dan menarik bahan-bahan yang lain sehingga menjadi kristal yang
lebih besar. Kristal akan mengendap pada epitel saluran kemih dan membentuk batu yang
cukup besar untuk menyumbat saluran kemih sehingga nantinya dapat menimbulkan
gejala klinis.Terdapat beberapa zat yang dikenal mampu menghambat pembentukan batu.
Diantaranya ion magnesium (Mg), sitrat, protein Tamm Horsfall (THP) atau uromukoid,
dan glikosaminoglikan. Ion magnesium ternyata dapat menghambat batu karena
jikaberikatan dengan oksalat, akan membentuk garam oksalat sehingga oksalat yang akan
berikatan dengan kalsium menurun. Demikian pula sitrat jika berikatan dengan ion
kalsium (Ca) untuk membentuk kalsium sitrat, sehingga jumlah kalsium oksalat akan
menurun. (Fauzidanputra, 2016).

F. PATWAYS
Pengendapan garam mineral. Mengubah Ph urin dari asam menjadi alkalis

Pembentukan batu di ginjal


(Nefrolitiasis)

Obstruksi / penyumbatan di ginjal

Peningkatan distensi
abdomen
Kurang pengetahuan

Inflamasi / peradangan Anoreksia

Cemas
Rangsangan terhadap Mual muntah

mediator reseptor nyeri

Output berlebihan

Persepsi nyeri
Gangguan
pemenuhan
Gangguan rasa nutrisi kurang
nyaman, nyeri dari kebutuhan

G. MANIFESTASI KLINIK
Gejala batu ginjal seringkali baru muncul apabila batu ginjal sudah berukuran
besar. Gejala itu meliputi:
1. Sering buang air kecil.
2. Sakit saat buang air kecil.
3. Jumlah urine yang keluar sedikit.

H. PREDISPOSISI

Nefrolitiasis (batu ginjal) merupakan suatu keadaan dimana terdapat satu atau
lebih batu didalam pelvis atau kaliks dari ginjal. Secara garis besar pembentukan batu
ginjal dipengaruhi oleh faktor intrisik dan ekstrisik. faktor intisik yaitu umur, jenis
kelamin, dan keturunan. Sedangkan faktor ekstrisik yaitu kondisi geografis, iklim
kebiasaan makan, zat yang tergantung dalam urin, pekerjaan dan sebagainya (Wardhana
dan Fikriani, 2018).

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dalam mendiagnosis batu ginjal, pertama-tama dokter akan mencoba menggali
keterangan dari pasien mengenai gejala, riwayat penyakitnya, serta riwayat batu ginjal
dalam keluarganya. Selanjutnya, pemeriksaan fisik dilakukan untuk menguatkan
kecurigaan yang mengarah pada batu ginjal. Guna memastikan diagnosis, dokter perlu
melakukan serangkaian tes lanjutan yang meliputi:
a. Tes urine. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengumpulkan sampel urine untuk
mengetahui apakah urine banyak mengandung kalsium atau asam urat.
b. Tes darah. Tes ini bertujuan untuk mengetahui fungsi ginjal dan kadar zat tertentu di
dalamnya, yang menyebabkan terbentuknya batu ginjal.
c. Pemindaian. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengidentifikasi keberadaan batu ginjal
secara tepat. Pemindaian dapat dilakukan dengan CT scan, foto Rontgen, atau USG.
d. Analisis batu ginjal yang keluar. Dalam pemeriksaan ini, pasien akan diminta untuk
buang air kecil di atas saringan agar batu ginjal yang keluar dapat tersaring.
Selanjutnya, batu ginjal yang keluar akan dianalisis di laboratorium.
J. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan batu ginjal (nefrolitiasis) dapat dibedakan menjadi
penatalaksanaan saat kolik renal, medical expulsive therapy (MET), terapi
medikamentosa, dan terapi pembedahan.
Tatalaksana Kolik Renal
Yang pertama dilakukan adalah pemasangan akses intravena untuk hidrasi dan
obat-obatan IV. Bila tidak ada obstruksi atau infeksi, dapat diberikan: analgesik,
antiemetik, dan antidiuretik.
Analgesik
Analgesik yang digunakan dapat berupa:

1. Ketorolak. Dosis: 30 – 60 mg (intramuskular / IM) atau 30 mg (intravena / IV) diikuti


30 mg setiap 6 – 8 jam. Pada pasien dewasa (> 65 tahun), bisa diberikan 15 mg
2. Morfin. Dosis: 10 mg/70 kg berat badan (IM atau subkutan / SK setiap 4 jam)
3. Morfin sulfat: 4 – 10 mg (IV) bolus lambat. Efek sampingnya adalah depresi napas,
sedasi, konstipasi, potensi adiksi, mual dan muntah.
4. Meperidin (60 – 80 mg meperidin ekuivalen dengan 10 mg morfin). Dosis: 50 – 150
mg (IM atau SK setiap 3 – 4 jam). Butorfanol, memberikan efek spasme otot polos dan
distres napas yang lebih kecil, namun harganya 10 kali dari meperidin
Antiemetik
Metoklopramid, dosis 10 mg IV atau IM setiap 4 – 6 jam.
Antidiuretik
Desmopresin (DDAVP) dapat menurunkan nyeri kolik renal. Dosis semprotan nasal
40 mcg dan dosis IV 4 mcg.
Antibiotik
Antibiotik hanya diberikan apabila ada potensi infeksi seperti gejala ISK, piuria,
bakteriuria, demam atau leukositosis dengan penyebab lain disingkirkan.
Medical Expulsive Therapy (MET)
Medical expulsive therapy (MET) dapat diberikan karena terbukti dari berbagai
penelitian dapat menurunkan nyeri karena perjalanan batu, meningkatkan
kemungkinan untuk batu keluar spontan dan menurunkan jumlah pembedahan.
Indikasi untuk pemberian MET adalah batu dengan besar 3 – 10 mm. Regimen yang
umum digunakan adalah:
1. Alfa-blocker : Tamulosin 0.4 mg satu kali sehari selama 1-2 minggu
2. Ca- channel blocker : Nifedipine extended release 1 x 30 mg selama 7 hari, PO
3. Kortikosteroid : Prednisone 2 x 20 mg selama 5 hari. Penggunaan biasanya
digabung dengan alfa-blocker
4. MET mungkin berguna pada batu distal dengan diameter > 5mm, namun memiliki
efek samping sehingga harus digunakan secara hati-hati. Penggunaan MET harus
disertai observasi.
Penatalaksanaan Batu Non-Kalsium
Pada pasien dengan batu non-kalsium, dapat dilakukan terapi untuk membuat urin
menjadi lebih basa, pilihan obatnya adalah natrium bikarbonat dan kalium sitrat.
Indikasi Rawat
Indikasi dari rawat inap karena nefrolitiasis adalah:
1. Obat analgesik tidak bisa mengurangi nyerinya
2. Obstruksi ureter dari batu pada ginjal yang hanya ada satu atau transplantasi
3. Obstruksi ureter dari batu pada ginjal dimana terdapat infeksi saluran kemih (ISK),
sepsis, atau pionefrosis.
4. Hidronefrosis terinfeksi dibutuhkan untuk antibiotik dan drainase.
Pembedahan
Pembedahan dapat dilakukan dengan indikasi dimana batu tidak dapat keluar
dengan sendirinya. Batu dengan ukuran di bawah 4 mm biasanya dapat keluar
dengan spontan, sedangkan di atas 8 mm tidak bisa keluar tanpa intervensi bedah.
Indikasi pembedahan antara lain:
1. Batu ureter > 10 mm
2. Batu ureter distal tanpa komplikasi <= 10 mm yang tidak keluar dengan spontan
setelah 4 – 6 minggu,
3. Batu ginjal yang menimbulkan obstruksi
4. Gejala simtomatik batu ginjal dengan penyebab lain telah disingkirkan
5. Pasien anak-anak dengan batu ureter yang gagal terapi sebelumnya
6. Pasien kehamilan dengan batu ureter atau ginjal yang gagal sembuh setelah
observasi
7. Kontraindikasi umum pembedahan:
8. Risiko perdarahan pada pasien yang mengonsumsi antikoagulan. Pada keadaan
yang urgent dapat diberikan agen pembalik atau operasi ditunda sembari obat-
obatan dihentikan
9. Kehamilan (relatif)
10. Pilihan teknik operasi pembedahan:
11. Pemasangan stent. Dilakukan pemasangan “pipa” atau stent untuk mengurangi
obstruksi. Tidak disarankan dilakukan bila terdapat pionefrosis dengan ISK atau
urosepsis
12. Nefrostomi perkutan. Dilakukan drainase dari ginjal ke luar tubuh melalui kulit
untuk mengurangi obstruksi, bila tidak memungkinkan pemasangan stent atau pada
keadaan obstruksi ginjal yang terinfeksi
13. Ureteroskopi (URS). Ureteroskopi bisa digunakan untuk mengambil batu dengan
ukuran sekitar 1 – 2 cm di daerah kaliks bawah kebawah, batu sistin dan batu yang
keras. Menurut guideline AUA, ureteroskopi direkomendasikan untuk batu ureter
mid-distal yang memerlukan intervensi, atau dengan batu simtomatik. Bersamaan
dengan ESWL, dilakukan manipulasi dari batu. Pendekatan yang dapat dilakukan
antara lain pengambilan fragmen batu komplit dengan “keranjang batu”
dan exhaustive litotripsy agar fragmen batu yang tersisa dapat keluar secara
spontan
14. Nefrolitotomi perkutan. Pada batu lebih dari 2 cm, dilakukan prosedur ini untuk
mengambil batu tersebut. Merupakan pilihan untuk batu staghorn menurut AUA
(American Urological Association), dan batu simtomatik dengan beban batu di atas
20 mm, atau pada bagian bawah ginjal di atas 10 mm
15. Nefrolitotomi anatrofik. Indikasi pada batu staghorn. Pada teknik ini, dilakukan
penjepitan pada arteri renalis, sehingga meningkatkan risiko iskemik, meskipun
setelahnya akan dilakukan reperfusi. Oleh karena itu, pasien dibuat menjadi
hipotermia untuk mengurangi risiko iskemik.
16. Nefrostomi terbuka. Prosedur ini sudah jarang digunakan karena teknik lain yang
lebih tidak invasif.
Extracorporeal shockwave lithotripsy (ESWL)
Extracorporeal shockwave lithotripsy (ESWL). Menggunakan energi gelombang
suara yang tinggi untuk memecah batu sehingga menjadi fragmen-fragmen yang
lebih kecil agar dapat keluar. Indikasinya adalah batu yang lebih kecil dari 2 cm dan
terdapat di kaliks atas dan tengah. Kontraindikasi pada kehamilan, gangguan
perdarahan, batu yang tersangkut secara ketat, dan obstruksi ureter yang jauh dari
batu. ESWL menurun efektivitasnya pada batu yang keras (dapat terlihat dari
densitas saat CT-scan), batu sistin dan pasien berbadan besar.
Persiapan rujukan ke rumah sakit
Segera bawa pasien ke Rumah Sakit bila terdapat:
1. Nyeri pada bagian perut, selangkangan atau kemaluan
2. Perdarahan dari saluran kemih
3. Infeksi saluran kemih
4. Bila sudah terdapat riwayat batu ginjal sebelumnya, waspadai gejala mual muntah
hebat dan demam atau menggigil.
MIND MAPNEFROLITIASIS (Batu Ginjal)

Definisi : Klasifikasi Nefrolitiasis


1. Batu Kalsium: Batu yang paling
Nefrolitiasis (Batu Ginjal)
sering terjadi pada kasus batu ginjal.
adalah gangguan pada kaliks Kandungan batu jenis ini terdiri atas
atau pelvis ginjal yang dapat kalsium oksalat, kalsium fosfat, atau
menyebabkan kerusakan fungsi campuran dari kedua unsur tersebut.
ginjal akibat penyumbatan pada 2. Batu Struvit Batu yang terbentuk
saluran urin. Apabila akibat adanya infeksi saluran kemih.
penyumbatan berlangsung lama, 3. Batu Asam Urat pada pasien
maka urin akan dialirkan penyakit gout, penyakit
kembali kedalam ginjal mieloproliferatif, pasien yang
sehingga ginjal mengalami mendapatkan terapi anti kanker, dan
peningkatan tekanan akibat yang banyak menggunakan obat
jumlah pengendapan urin yang urikosurik seperti sulfinpirazon,
meningkat. thiazid, dan salisilat.
4. Batu Jenis Lain Batu sistin, batu
Penatalaksanaan xanthine, batu triamteran, dan batu
1. kolik renal silikat sangat jarang dijumpai
2. medical expulsive
therapy (MET),
3. terapi medikamentosa Tanda dan Gejala :
4. terapi pembedahan. Nyeri perasaan berat hingga tajam pada
NEFROLITIASIS bagian perut, punggung dan
(Batu Ginjal) selangkangan. Nyeri terasa saat buang
air kecil dan disertai dengan mual
Predisposisi : muntah.
Faktor Intisik
-
1. Umur
2. Jenis kelamin Diagnosa Keperawatan :
3. Keturunan.
Faktor Ekstrisik 1. Nyeri Akut
1. Kondisi geografis 2. Anxietas
2. Iklim
3. Kebiasaan makan, Etiology Nefrolitiasis
4. Zat yang tergantung dalam 1. Genetik
urin 2. Makanan dan Minuman
5. Pekerjaan
3. Volume Air Yang Diminum
4. Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Pemeriksaan Penunjang 5. Aktivitas
6. Vitamin dan obat-obatan
1. Tes Urin 7. Usia
2. Tes Darah 8. Berat badan
3. Pemindaian 9. Jenis kelamin
4. Analisa Batu Ginjal Yang keluar
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Tanggal Pengkajian : 04 oktober 2019 No. Rekam Medis : 10205061


Jam Pengkajian : 06:00 wib Tanggal Masuk : 3 oktober 2019
Ruang / Kelas : Al-Kahfi / 3

A. IDENTITAS
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. G
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Usia : 39 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh harian lepas
Alamat : Samiran rt 002 paran Bantul
Diagnosa Medis : Nefrolitiasis
Tanggal Masuk RS : 3 oktober 2019
Alasan Masuk RS : Nyeri pinggang yang hilang timbul
Riwayat Penyakit Sebelumnya : Magh
Riwayat Penyakit Saat Ini : Nefrolitiasis

Identiitas penanggung jawab


Nama : Ny. K
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama :Islam
Pekerjaan :Ibu rumah tangga
Alamat : Samiran rt 002 paran Bantul
Hubungan dengan klien : Istri
B. Keluhan Utama
1. Keluhan utama masuk Rumah Sakit
Pasien mengatakan nyeri pinggang yang hilang timbul
2. Keluhan utama saat pengkajian
Pasien mengatakan nyeri pinggang di luka post operasi, perut merasa
kembung, masih takut untuk bergerak, belum kentut
C. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat penyakit sekarang :Nefrolitiasis
2. Riwayat kesehatan yang lalu : Magh
3. Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada
D. Pengkajian Kebutuhan Dasar Manusia
1. Pola persepsi manajemen kesehatan
Klien mengatakan tidak pernah melakukan pemeriksaan secara rutin dan tidak
pernah mengecek kondisinya baik di puskesmas atau di rumah sakit. Pasien
mengatakan tidak pernah melakukan skrining kesehatan . pasien juga
mengatakan tidak pernah melakukan diet maupun olahraga . pasien
mengatakan belum pernah dirawat di RS PKU Muhammadiyah Bantul.
Pemeriksaan fisik
a. Kulit rambut dan kuku
Tidak ada perubahan pada warna kulit, kebersihan rambut agak
berminyak
b. Kepala dan leher
Tidak ada pembengkakan pada hidung, leher, telinga, mulut dan
kelenjar tiroid
c. Dada dan paru
Inspeksi : pengembangan dada kanan dan kiri sama, simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : suara sonor
Auskultasi : suara vesikuler
d. Kardiovaskuler
Normal
e. Abdomen
Normal

f. Musculoskeletal
Normal
g. Genitor-urinari
Normal
h. Neuorogis
Normal
2. Pola nutrisi dan cairan
Klien mengatakan setelah operasi belum makan dan minum dikarenakan
belum kentut.
3. Pola eliminasi
BAK : lancar tidak ada tanda-tanda infeksi saluran kencing
BAB: belum bab
4. Pola aktivitas – latihan
Klien mengatakan tidak mampu untuk beraktivitas berat. Klien mengatakan
takut untuk miring kanan dan kiri serta duduk maupun berdiri karena takut
kateter, selang drain copot dan lukanya belum kering. Klien diberikan
motivasi oleh perawat untuk berlatih miring kanan kiri, dan duduk. Pasien
mengatakan tidak mampu ke kamar mandi sendiri pasien juga tidak mampu
mandi sendiri. Pasien dalam melakukan aktivitasnya di bantu oleh keluarga.
5. Pola istirahat tidur
Klien mengatakan tidak bisa tidur nyenyak dikarenakan nyeri dan sering
terbangun di malam hari dan sulit untuk tidur kembali. Pasien harus
memerlukan waktu yang lama agar bisatidur kembali. Pasien tidak
menggunakan alat bantu untuk tidur seperti obat-obatan, dan musik atau
sebagainya.
6. Pola Kognisi dan persepsi
Klien tidak menggunakan alat bantu kacamata, tidak menggunakan alat
dengar. Klien tidak mengalami perubahan panca indra baik indra penglihatan,
penciuman, pendengaran, perasa, peraba. Klien juga melakukan relaksasi
nafas dalam untuk tindakan pengurangan nyeri.
7. Pola persepsi diri – konsep diri
Klien mengatakan merasa mengalami perubahan peran yang seharusnya bisa
mencari nafkah tidak bisa melakukan aktivitas tersebut. Kemudian klien juga
khawatir terhadap kondisi saat ini mengenai batu ginjal yang dapat
mempengaruhi kehidupan kedepannya.
Survey keadaan umum:
a. Tingkat kesadaran : Komposmentis
b. Gender dan ras : Jawa
c. Usia : 39 tahun
d. Higience dan dandanan : penampilan rapi dan kebersihan terjaga
e. Afek dan mood : afek dan mood saat berkomunikasi masih
baik
f. Komunikasi : klien mampu berkomunikasi dengan baik
g. Kekerasan terhadap klien : -
8. Pola hubungan peran
Klien mengatakan hubungan keluarga antar istri, anak istri, anak serta
keluarga lain terjalin dengan baik. Dalam memutuskan suatu masalah yang
ada dalam keluarga melalui musyawarah antar anggota keluarga agar terjalin
hubungan saling terbuka. Kemudian dalam bersosialisasi antar warga atau
orang lain terdekat juga terjalin dengan baik.
9. Pola seksual reproduksi
Klien mengatakan tidak ditemukan suatu masalah pada pola seksual dan
reproduski
10. Pola koping toleransi terhadap stress
Klien mengatakan pencetus stress akhir-akhir ini dikarenakan kondisi klien
yang sedang beliau alami. Strategi koping yang dilakukan klien mencoba
menerima kondisi tersebut dengan lebih banyak untuk berdoa kepada Allah
SWT. Tetapi pasien tidak pernah sholat 5 waktu dikarenakan kurangnya
kesadaran akan spritual.
11. Pola nilai kepercayaan
Selama di rumah sakit klien tidak melaksankan sholat 5 waktu

Format Analisa Data

No. Data Etiologi Problem


1. DS: Imobilisasi Gangguan pola tidur
- Pasien mengatakan susah tidur
karena masih terasa nyeri
dibagian operasi
- Pasien mengatakan susah tidur
karena perut terasa kembung
DO:
- Membran mukosa pucat
- Perut kembung
- Ku:sedang, kesadaran: cm
- TTV
TD: 124/85
N: 77 x/m
RR: 20x/m
S:36,8
2. DS: Nyeri Hambatan mobilitas
- Pasien mengatakan susah dan ditempat tidur
untuk bergerak karena terpasang
Drain dan kateter
- pasien mengatakan ketika
bergerak terasa nyeri karena ada
jahitan post op
P : Gerakan
Q : Semengkrang
R : Pinggang kanan
S: 3
T : Hilang timbul

DO:
- Pasien terpasang drain dan
kateter urine
- Mobilisasi duduk
- Adl di bantu keluarga
- TTV
TD: 124/85
N: 77 x/m
RR: 20x/m
S:36,8
3. Ds: Sakit Distress spritual
- Pasien mengatakan selama
dirawat di Rumah sakit belum
pernah shalat
- Pasien mengatakan hanya
berdoa meminta kesimbuhan
kepada Allah swt.
Do:
- Pasien terlihat kebingungan
ketika ditanya mengenai spritual
yang dijalani ketika dirumah
sakit
- Pasien tampak kurang terima
atas penyakit yang dialaminya.
- TTV
TD: 124/85
N: 77 x/m
RR: 20x/m
S:36,8
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA TUJUAN RENCANA TINDAKAN


NO RASIONALISASI
KEPERAWATAN (NOC) (NIC)
1 Hari/tanggal: Jumat, 04 Setelah dilakukan tindakan Peningkatan tidur (1850) : - Untuk mengetahui kondisi
Oktober 2019 keperawatan selama 3x 24 jam - Monitor pola tidur pasien dan catat pasien dalam kenyamanaan saat
jam pasien diharapkan mampu kondisi fisik pasien misalnya beristirahat.
Pukul: 09.00 WIB
beristirahat ketidaknyaman pasien (nyeri). - Untuk memberikan rasa nyaman
Gangguan pola tidur Kriteria Hasil : - Mulai/terapkan langkah-langkah ke pasien
b.d. ketidakpuasan tidur - Tidur yang terputus 3 ke 4 kenyamanan seperti pijat - Agar pasien mempunyai
ditandai dengan: (dari skala sedang ke pemberian posisi dan setuhan kualitas tidur yang baik
ringan) efektif. - Untuk mengurangi rasa nyeri
DS:
- Nyeri 2 ke 3 (dari - Dorong pasien untuk menetapkan pasien agar merasa lebih
- Pasien mengatakan cukupberat ke sedang) rutinitas tidur untuk memfasilitasi nyaman
susah tidur karena perpindahan dari terjaga menuju - Untuk memantau kondisi pasien
masih terasa nyeri tidur. dan mengetahui terapi
dibagian operasi Terapi relaksasi (6040): selanjutnya diberikan kepada
- Pasien mengatakan - Gunakan relaksasi sebagai strategi pasien.
susah tidur karena tambahan dengan menggunakan
perut terasa obat-obatan nyeri atau dengan
kembung terapi nafas dalam.
- Pasien mengatakan - Evaluasi dan dokumentasikan
susah tidur karena respon terhadap terapi relaksasi
sering terganggu nafas dalam.

DO:
- Membran mukosa
pucat
- Perut kembung
- Ku:sedang,
kesadaran: cm
- TTV
TD: 124/85
N: 77 x/m
RR: 20x/m
S:36,8
2 Gangguan mobilitas Setelah dilakukan -
tindakan Pengaturan posisi neurologis:
(0844)
ditempat tidur b.d. nyeri asuhan keperawatan selama 3x
- Berikan posisi yang terapeutik
ditandai dengan: 24 jam pasien diharapkan - Jangan berikan tekanan kepada
bagian tubuh yang terganggu
mampu merubah posisi tubuh
DS: - Imobilisasi atau topang bagian
secara mandiri. Kriteria hasil: tubuh yang terganggu dengan
- Pasien mengatakan tepat
- Bergerak dari posisi
- Pertahankan posisi yang tepat
susah dan untuk berbaring ke posisi pada saat mengatur posisi pasien
bergerak karena - Berikan tempat tidur yang tepat
berdiri 3 ke 4 (cukup
(tidak terlalu keras dan tidak
terpasang Drain dan terganggu ke sedikit terlalu empuk)
kateter urine terganggu)
- pasien mengatakan - Berpindah dari satu sisi
ketika bergerak kesatu sisi lain sambil
terasa nyeri karena berbaring 3 ke 4 (cukup
ada jahitan post op terganggu ke sedikit
P : Gerakan terganggu)
Q : Semengkrang
R : Pinggang kanan
S: 3
T : Hilang timbul

DO:
- Pasien terpasang drain
dan kateter urine
- Mobilisasi duduk
- Adl di bantu keluarga
- TTV
TD: 124/85
N: 77 x/m
RR: 20x/m

S:36,8

3 Distrees spritual b.d. Setelah dilakukan tindakan Dukungan spritual (5420): - Untuk membangun hubungan
sakit ditandai dengan: keperawatan selama 3x 24 jam - Gunakan komunikasi terapeutik saling percaya terhadap pasien
Ds: jam pasien diharapkan dapat dalam membangun hubungan agar lebih terbuka menceritakan
- Pasien mengatakan melakukan kesehatan spritual saling percaya dan caring keadaan
selama dirawat di Kriteria Hasil : - Berdoa bersama individu - Untuk membimbing pasien
Rumah sakit belum - Kemampuan beribadah - Dengarkan perasaan klien dalam berdoa meminta
pernah shalat 2 ke 4 (banyak - Dorong penggunaan sumber- kesembuhan terhadap
- Pasien mengatakan terganggu ke sedikit sumber spritual jika diinginkan penyakitnya agar menerima
hanya berdoa terganggu) - Fasilitasi individu terkait dengan keadaan yang dialaminya.
meminta - Pencapaian dari penggunaan meditasi, - Agar terbinanya hubungan
kesimbuhan kepada pandangan spritual bersembahyang dan ritual saling percaya dan pasien
Allah swt. dunia 2 ke 4 (banyak keagamaan merasa lebih dihargai.
terganggu ke sedikit - Pastikan pada individu bahwa - Agar menguatkan pasien untuk
Do:
terganggu) perawat selalu ada untuk selalu beribadah
- Pasien terlihat mendukung individu melewati - Agar pasien selalu mengingat
kebingungan ketika masa menyakitkan. Allah SWT.
ditanya mengenai - Agar pasien selalu mengingat
spritual yang kematian.
dijalani ketika
dirumah sakit
- Pasien tampak
kurang terima atas
penyakit yang
dialaminya.
- TTV
TD: 124/85
N: 77 x/m
RR: 20x/m
S:36,8

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


HARI/ DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI Paraf
TANGGAL,
JAM
Jum’at, 04 Gangguan Pukul 10.00 WIB S: Pe
Oktober 2019 pola tidur b.d. - Pasien mengatakan masih belum bisa tidur pel
Shift pagi - Memonitor pola tidur pasien dan catat nyenyak dan masih terbangun dimalam hari
ketidakpuasan kondisi fisik pasien misalnya - Pasien mengatakan nyeri dipinggang bagian
tidur ketidaknyaman pasien (nyeri). kanan dan susah untuk memulai tidur kembali.
- Memulai/terapkan langkah-langkah Q
kenyamanan seperti pijat pemberian posisi O:
dan setuhan efektif. - Membran mukosa pucat
- Memonitor vital sign - Pasien tampak lemas
- TTV
TD: 122/83
N: 80 x/m
RR: 20x/m
S:36,5

A:
- Gangguan pola tidur belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi
- Monitor pola tidur pasien dan catat kondisi
fisik pasien misalnya ketidaknyaman pasien
(nyeri).
- Gunakan relaksasi sebagai strategi tambahan
dengan menggunakan obat-obatan nyeri atau
dengan terapi nafas dalam.
- Evaluasi dan dokumentasikan respon terhadap
terapi relaksasi nafas dalam.
Gangguan Pukul 11.00
mobilitas - Memberikan posisi yang terapeutik S: Pe
ditempat tidur - Jangan memberikan tekanan kepada - Pasien mengatakan masih takut untuk pel
b.d. nyeri bagian tubuh yang terganggu menggerakan anggota tubuhnya
- Memobilisasi atau topang bagian tubuh O:
yang terganggu dengan tepat - Pasien tampak ketakutan dan meringis
kesakitan dan memegangi anggota tubuhnya Q
yang sakit

A:
- Gangguan mobilitas ditempat tidur belum
teratasi

P:
- Imobilisasi atau topang bagian tubuh yang
terganggu dengan tepat
- Pertahankan posisi yang tepat pada saat
mengatur posisi pasien
Distrees Pukul 13.00 S:
spritual b.d. - Pasien mengatakan sudah merasa nyaman Pe
sakit - Menggunakan komunikasi terapeutik ketika dibimbing kesehatan spritualnya pel
O:
dalam membangun hubungan saling
- Pasien tampak antusias ketika diberikan
percaya dan caring bimbingan rohani
- TTV Q
- Berdoa bersama individu
TD: 129/78
- Mendengarkan perasaan klien
N: 80 x/m
- Memonitor intake dan output
RR: 20x/m
- S:36,70c

A:
- Distrees spritual teratasi sebagian

P:
- Lanjutkan intervensi
- Monitor kemampuan spritual pasien ditempat
tidur
- Fasilitasi individu terkait dengan penggunaan
meditasi, bersembahyang dan ritual keagamaan
Jumat, 04 Gangguan Pukul 15:00 wib S: Pe
Oktober 2019 pola tidur b.d. - Pasien mengatakan masih terbangun ketika pel
Shift sore ketidakpuasan - Memonitor pola tidur pasien dan catat tidur
tidur kondisi fisik pasien misalnya - Pasien mengatakan masih tidak nyaman ketika
ketidaknyaman pasien (nyeri). beristirahat
- Memulai/terapkan langkah-langkah
kenyamanan seperti pijat pemberian O: Fitri da
posisi dan setuhan efektif. - Membran mukosa pucat
- Memonitor vital sign - Pasien tampak lemas
- TTV
TD: 120/70
N: 82 x/m
RR: 20x/m
S:36,80c

A:
- Gangguan pola tidur belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi
- Dorong pasien untuk menetapkan rutinitas tidur
untuk memfasilitasi perpindahan dari terjaga
menuju tidur.
Jumat, 04 Gangguan Pukul 18 :00 wib S: Pe
Oktober 2019 mobilitas - Imobilisasi atau topang bagian - Pasien mengatakan masih takut untuk pel
Shift sore ditempat menggerakkan anggota tubuhnya karena habis
tubuh yang terganggu dengan tepat
tidur b.d. operasi
nyeri - Pertahankan posisi yang tepat pada - Pasien mengatakan masih merasakan nyeri di
luka pos operasi Fitri da
saat mengatur posisi pasien
O:
- Pasien terlihat menahan nyeri dibagian yang
luka
- Pasien tampak lemas
- TTV
TD: 118/73
N: 79 x/m
RR: 20x/m
- S:36,60c
A:
- Gangguan mobilitas ditempat tidur belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Berikan tempat tidur yang tepat (tidak terlalu
keras dan tidak terlalu empuk)
- Monitor ttv dan kesadaran umum
Jumat,04 Distrees Pukul 21:15 wib S: Pe
oktorber 2019 spritual b.d. - Monitor kemampuan spritual pasien - Pasien mengatakan masih belum bisa pel
Shift malam sakit ditempat tidur menjalankan kewajiban sholat 5 waktu
- Fasilitasi individu terkait dengan - Pasien mengatakan tidak bisa berwudhu
penggunaan meditasi, dikarenakan kondisi terpasang kateter dan DC
bersembahyang dan ritual A
keagamaan O:
- Pasien terlihat acuh tak acuh dengan apa yang
sudah di ajarkan oleh perawat
- TTV
TD: 118/73
N: 79 x/m
RR: 20x/m
- S:36,60c

A:
- Distrees spritual belum teratasi

P:
- Lanjutkan intervensi
- Monitor ttv dan ku
- Ajarkan tayamum dan sholat di tempat tidur
Sabtu, 05 Gangguan S: Pe
oktober 2019 pola tidur b.d. - Pasien mengatakan belum bisa tidur dengan pel
Shift pagi ketidakpuasan nyenyak selalu terbangun setelah di operasi
tidur O:
- KU= sedang
- TD = 128/85 B
- N = 86X/Menit
- S = 38’ c
- terpasang infus NACL 20 TPM
- Tepasang Grenn
- ADL dibantu
A:
- Gangguan pola tidur teratasi sebagian
P:
- Lanjutkan Intervensi
- Monitor Tanda-Tanda Vital
- Berikan tempat tidur semi fowler
Sabtu 05 Distrees Pukul 16.30 S: Perawa
oktober 2019 spritual b.d. - Dorong penggunaan sumber-sumber - Pasien mengatakan masih belum bisa beribadah pelaks
shift siang sakit dengan khusyuk bila ada di rumah sakit.
spritual jika diinginkan
O:
- Fasilitasi individu terkait dengan -Pasien belum bisa menerima apa yang
diajarkan oleh perawat ketika diajak belajar Casmi
penggunaan meditasi, bersembahyang
beribadah
dan ritual keagamaan A: masalah belum teratasi
-
P:
- Lanjutkan intervensi
- S: Pe
O: pel
A:

P:
- .
Minggu 6 Gangguan - 06.15 S: Pasien mengatakan bisa tidur dengan nyayank
Oktober 2019 pola tidur b.d. - Monitor Tanda-Tanda Vital semalaman Perawa
Shif malam ketidakpuasan - Berikan tempat tidur semi fowler pelaks
tidur dengan nyaman O: Kesadaran Cosposmentis, Pasien terlihat nyaman
- TTD = 131/80
- Suhu = 36,6’ Casmi
- Nadi = 69x/menit

A: Masalah Pola tidur teratasi

P:
- Hentikan Intervensi

Anda mungkin juga menyukai