Anda di halaman 1dari 10

A.

DEFINISI
Multiple sclerosis yang dulu disebut juga sclerosis diseminasi adalah penyakit
degenerative, bersifat kronis dan progresif yang merusak myelin pada susunan saraf
pusat (Hickey, 2008)
Multiple sclerosis (MS) merupakan keadaan kronis, penyakit degenerative
dikarakteristik oleh adanya bercak kecil demielinasi pada otak dan medulla spinalis.
Demielinasi menunjukkan kerusakan myelin yakni adaanya material lunak dan
protein disekitar serabut-serabut saraf otak. Myelin adalah substansi putih yang
menutupi serabut saraf yang berperan dalam konduksi saraf normal (konduksi
salutatory).
MS merupakan salah satu gangguan neurologic dimana onset terjadinya
multiple sclerosis rata-rata terjadi di usia 20 dan 40 tahun. MS umumnya terjadi pada
usia dewasa muda dan sekitar 20% mengalami onset awal di usia 40 dan 50 tahun.
Penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita dari pada pria. MS berasal dari
banyaknya daerah jaringan perut (sclerosis) yang mewakili berbagai bercak
demielinasi dalam system saraf. Pertanda neurologis yang mungkin dan gejala dari
sclerosis multiple sangat beragam sehingga penyakit ini tidak terdiagnosa ketika
gejala pertamanya muncul.

B. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya multiple sclerosis masih belum diketahui secara pasti.
Namun, para ilmuan memperkirakan bahwa terdapat beberapa faktor terjadinya
multiple sclerosis. Penyebab MS belum diketahui secara pasti namun ada dugaan
berkaitan dengan virus dan mekanisme autoimun (C lark, 1991)
Kerusakan myelin pada MS mungkin terjadi akibat respon abnormal dari system
kekebalan tubuh, yang seharusnya melindungi tubuh dari serangan organisme
berbahaya (bakteri dan virus).
 Gangguan autoimun (kemungkinan dirangsang/infeksi virus)
 Genetic
 Kelainan pada unsur pokok lipid myelin
 Racun yang beredar dalam CSS
 Infeksi virus pada SSP
Ada beberapa faktor-faktor pemicu dan yang dapat memperburuk
(eksaserbasi) multiple sclerosis :
 Kehamilan
 Infeksi yang disertai demam
 Stress emosional
 Cedera

C. KLASIFIKASI
Menurut Basic Neurologi (Mc. Graw Hill, 2000), ada beberapa kategori
sclerosis multiple berdasarkan progresifitasnya adalah :
1. Relapsing Remitting Sclerosis Multiple
Ini adalah jenis MS yang klasik yang sering kali timbul pada akhir usia
belasan atau dua puluhan tahun diawali dengan suatu erangan hebat yang
kemudian diikuti dengan kesembuhan semu. Yang dimaksud dengan
kesembuhan semu adalah setelah serangan hebat penderita terlihat pulih.
Namun sebenarnya, tingkat kepulihan itu tidak lagi sama dengan tingkat
kepulihan sebelum terkena serangan. Sebenarnya kondisinya adalah sedikit
demi sedikit semakin memburuk. Jika sebelum terkena serangan hebat
pertama penderita memiliki kemampuan motoric dan sensorik, hampir 70%
penderita sclerosis multiple pada awalnya mengalami kondisi ini,setelah
beberapa kali mengalami serangan hebat, jenis sclerosis multiple ini akan
berubah menjadi Secondary Progressif sclerosis multiple.
2. Primer Progressif MS
Pada jenis ini kondisi penderita terus memburuk ada saat-saat penderita tidak
mengalami penurunan kondisi, namun jenis sclerosis multiple ini tidak
mengenal istilah kesembuhan semu. Tingkat progresivitasnya beragam pada
tingkatan yang paling parah, penderita sclerosis multiple jenis ini biasa
berakhir dengan kematian.
3. Secondary Progresive Sclerosis Multiple
Ini adalah kondisi lanjut dari Rela[sing Remitting sclerosis multiple. Pada
jenis ini kondisi penderita menjadi serupa pada kondisi penderita Primery
Progressif sclerosis multiple.
4. Behind sclerosis multiple
Sekitar 20% penderita sclerosis multiple jinak ini. Pada jenis sclerosis multiple
ini penderita mampu menjalani kehidupan seperti orang sehat tanpa
bergantung pada siapapun. Serangan-serangan yang dideritapun umumnya
tidak pernah berat sehingga para penderita sering tidak menyadari bahwa
dirinya menderita sclerosis multiple.

D. PATOFISIOLOGI
Neuron atau sel saraf memiliki sebuah badan sel. Terdapat dua macam serabut
saraf yang keluar dari badan sel yaitu dendrit dan akson. Dendrit berfungsi untuk
mengirimkan impuls ke badan sel saraf sesangkan akson berfungsi mengirimkan
impuls dari badan sel ke jaringan yang lain. Akson ditutupi oleh lapisan lemak yang
disebut lapisan myelin. Myelin merupakan kumpulan sel schwan yang berfungsi
melindungi akson dan memberikan nutrisi. Sel schwan adalah sel gila yang
membentuk selubung lemak. Myelin menfasilitasi dalam konduksi saraf.
Pada kasus multiple sclerosis pemicu terjsdinys kerusakan myelin belum diketahui
secara pasti. Namun suatu teori menyatakan bahwa adanya serangan reaksi autoimun
yang disebabkan oleh infeksi virus dan toksin lingkungan serta dipengaruhi oleh
faktor genetic individu. Respon imun memicu kerusakan selaput myelin yang
menyelimuti saraf pusat. Proses yang disebut demyelinasi ini disertai dengan edema
dan inflamasi kronis dan terbentuknya jaringan parut menyebabkan konduksi impuls
saraf menjadi terganggu atau menjadi lambat. Antibody myelin protein spesifik
ditemukan di serum dan cairan serebrospinal pada pasien yang menderita multiple
sclerosis. Sel T limfosit merusak myelin juga dilibatkan dalam proses autoimun untuk
merusak myelin dan terjadi inflamasi. Remyelinasi sel saraf dapat terjadi tapi
prosesnya lambat dan dapat terjadi perbaikan sehingga gejala yang terjadi dapat
berkurang.
E. MANIFESTASI KLINIS
Sindrom klinis pada MS secara klasik ditemukan adanya gangguan yang
bersifat relaps dan remisi yang mengenai traktus-traktus system saraf dengan onset
pada usia muda, dengan variasi gambaran klinis yang ditemukan sering beragam,
variasi ini termasuk dalam hal onset usia, manifestasi awal, frekuensi, berat ringanya
penyakit dan gejala sisa relaps, tingkat progresifitas dan banyaknya gejala neurologi
yang timbul.
Variasi gambaran klinis ini menggambarkan banyaknya atau luasnya daerah system
saraf yang rusak (MS plak). Secara umum seorang dokter mencurigai suatu kasus MS
bila ditemukan gejala :
 Pasien mendapat 2 serangan dari gangguan neurologi (tiap serangan lebih dari
24 jam dan berlangsung lebih dari 1 bulan), atau
 Perkembangan gejala yang progresif secara perlahan selama periode paling
sedikit 6 bulan
Multiple sclerosis memiliki kondisi yang sangat variable dan gejala-gejalanya
bergantung pada area system saraf pusat yang terserang. Tidak ada pola khusus pada
MS dan setiap penderita MS memiliki kekhasan gejalanya sendiri-sendiri, yang
bentuknya dari waktu ke waktu bervariasi dan tingkat keparahan serta jangka
waktunya pun dapat berubah, dan semua variasi dan perubahan itu dapat terjadi
bahkan pada penderita yang sama. Gejala-gejala umum tersebut adalah :
1. Gangguan sensorik
Gangguan sensori merupakan gejala awal yang paling sering ditemukan pada
MS (21-55%) dan berkembang/timbul hampir pada semua pasien MS.
Biasanya pasien sering datang dengan keluhan rasa kesemutan dimulai pada
satu kaki yang merambat keatas (ascending) pada satu sisi kemudian kesisi
yang lain (kontra sisi).
 Penglihatan kabur
 Penglihatan membayang (diplopia)
 Neuritis optikal
 Pergerakan mata yang tak terkontrol
 Kebutaan (sangat jarang terjadi)
 Hipestesi (baal), parestesi (kesemutan), disestesi (rasa terbakar).
Hipestesi merupakan gejala yang tersering muncul. Gangguan ini dapat
timbul disemua daerah distribusi, satu atau lebih dari satu anggota
gerak, wajah atau badan (trunkal).
2. Gangguan motoric
Gejala awal motoric ditemukan pada 32-41% kasus MS dan lebih dari 60%
kasus MS mempunyai gejala motoric. Gangguan motorik terjadi akibat
terlibatnya trakus piramidalis yang menyebabkan kelemahan, spastisitas,
gangguan gerakan tangkas, dan hiperfleksi. Gangguan ini dapat timbul akut
atau kronik progresif dengan kelemahan satu atau lebih anggota gerak,
kelemahan otot wajah, kekakuan tungkai yang dapat menyebabkan gangguan
dalam berjalan dan keseimbangan atau terjadi suatu spastisitas. Latihan atau
panas biasanya menyebabkan gejala memburuk.
 Hilang keseimbangan tubuh
 Gemetar (tremor)
 Ketidak stabilan kemampuan berjalan (ataksia)
 Kekakuan anggota tubuh
 Gangguan koordinasi
 Perasaan lemah : pada kasus tertentu hal ini dapat mempengaruhi kaki
dan kemampuan berjalan
 Kekakuan otot yang dapat mempengaruhi mobilitas dan cara berjalan
3. Gangguan indra perasa
 Perasaan geli di beberapa bagian tubuh
 Perasaan seperti di tusuk-tusuk jarum
 Kebas (paraesthesia)
 Perasaan seperti terbakar
4. Gangguan kemampuan berbicara
 Perlambatan cara berbicara
 Berbicara seperti menggumam
 Perubahan ritme berbicara
 Sulit menelan (dysphagia)
5. Gangguan berkemih dan BAB
Gangguan berkemih merupakan salah satu gejala MS yang sering ditemukan.
Pada saat awal terjadi “urgency dan frekuensi” kemudian terjadi inkontinensia
urin. Konstipasi paling sering ditemukan (39-53%) dibandingkan
inkontinensia alvi. Hal diatas merupakan masaalah yang serius bagi penderita
MS karena dapat menyebabkan infeksi pada saluran kemih.
 Gangguan kandung kemih meliputi : sering buang air kecil, tidak dapat
buang air kecil secara tuntas atau tidak bisa menahan air kecil
 Gangguan usus meliputi : konstipasi/sembelit, dan kadang-kadang
diare
6. Gangguan seksual
Gangguan seksual terjadi pada lebih dari 70% pasien MS. Disfungsi seksual
merupakan gabungan dari berbagai masalah yang timbul baik masalah motoric
dan sensorik maupun masalah psikologis penderita.
 Impoten
 Berkurangnya kemampuan seksual
 Kehilangan gairah seksual
 Kehilangan gairah
7. Gangguan kognitif dan emosi
Masalah kognitif seperti kesulitan berkonsentrasi. Gangguan memori, dan
gangguan mental terdapat pada 40-70% pasien MS. Banyak penderita MS
meninggalkan pekerjaanya akibat masalah diatas. Pada kurang lebih 10%
kasus, disfungsi mental berat dan demensia dapat terjadi. Gangguan ini
mungkin berhubungan denga depresi yang dilaporkan ditemukan pada 25-50%
kasus MS.
Ada beberapa penelitian yang mengatakan bahwa depresi pada MS bukan
karena masalah psikologi, umur atau lamanya menderita penyakit tetapi
dipengaruhi oleh jumlah lesi yang ditemukan pada gambaran MRI (swirsky-
sacchetti Tetal 1992). Atrofi otak, pembesaaran ventrikel dan menipisnya
korpus kalosum juga penyebab gejala gangguan kognitif diatas.
8. Gangguan nervus cranialis
 Gangguan penciuman : gangguan penciuman sering ditemukan terjadi
pada kasus MS
 Gangguan penglihatan : Neuritis Optika (NO) adalah gangguan
penglihatan yang paling sering terjadi 14-23% kasus dan 50% biasanya
muncul secara akut atau subakut dan unilateral dengan diikuti rasa
nyeri pada mata terutama dengan adanya gerakan bola mata. NO
bilateral sangat jarang terjadi, bila ditemukan biasanya asimetris dan
lebih berat pada satu mata. NO bilateral biasanya terjadi pada anak dan
ras asia.
 Gangguan gerakan bola mata : sering terjadi pada pasien MS biasanya
berhubungan dengan gangguan saraf penggerak bola mata, Nervus
cranial VI,III dan jarang pada nervus VI. Nistagmus adalah gejala yang
paling sering muncul (Dell, Osso, Daroff, Troost 1990) berupa “jelly
like nystagmus” berupa gerakan cepat dengan amplitude kecil,
pendular, internuklear ophtalmoplegia (INO) juga sering ditemukan,
dan bila ditemukan bilateral biasanya didapatkan juga adanya
nistagmus vertical dan upward gaze.
 Gangguan nervus cranial lain : gangguan sensasi pada wajah, subjektif
maupun objektif ditemukan. Ditemukanya trigeminal neuralgia pada
dewasa muda mungkin merupakan gejala awal dari MS. Himefasial
spasme, paresis wajah tanpa adanya gangguan pengecap dapat
ditemukan. Vertigo dilaporkan merupakan gejala yang ditemukan pada
30-50% kasus MS dan biasanya berhubungan dengan kelainan nervus
kranialis, biasanya ditemukan hipo atau hiperakusis. Bisa juga terjadi
gangguan pendengaran dan biasanya unilateral. Gangguan yang
berhubungan dengan nervus IX,X dan XII biasanya terjadi disfagia.
Dan biasanya merupakan gejala akhir yang muncul.

F. PE MERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan elektroforesis terhadap CSS : untuk mengungkapkan adanya
ikatan oligoklonal ( beberapa pita imunoglonulin G (IgG) ), yang
menunjukkan abnormalitas immunoglobulin.
2. Pemeriksaan potensial bangkitan : dilakukan untuk membantu memastikan
luasnya proses penyakit dan memantau perubahan penyakit.
3. CT scan : dapat menunjukkan atrofi serebral
4. MRI untuk memperlihatkan plak-plak kecil dan untuk mengevaluasi
perjalanan penyakit dan efek pengobatan
5. Pemeriksaan urodinamik untuk mengetahui disfungsi kandung kemih
6. Pengujian neuropsikologik dapat diindikasikan untuk mengkaji kerusakan
kognitif
(Mutaqin Arif, Asuhab keperawatan klien dengan gangguan system
persyarafan,(2008) hal 216)
G. PENATALAKSANAAN
Tujuan dari pengobatan atau penatalaksanaan multiple sclerosis adalah
menghilangkan gejala dan membantu fungsi klien.
a. Penatalaksanaan farmakoterapi
1. Terapi obat untuk fase akut :
Kortikosteroid dan ACTH : digunakan sebagai agen anti-inflamasi
yang dapat meningkatkan konduksi saraf. Pemberian awal dapat
dimulai dari Metilprednisolon 0.5-1 g IV selama 3-7 hari dan dosisnya
diturunkan 60mg perhari selama 3 hari berturut-turut sampai 10mg per
hari. Dosis oral dapat diberikan sama dengan IV kecuali penurunan
dosis 60mg selama 5-7 hari.
2. Terapi obat untuk menurunkan jumlah kekambuhan
Beta interferon (betaseron) : digunakan dalam perjalanan relapsing-
remitting, dan juga menurunkan secara signifikan jumlah dan beratnya
eksaserbasi. Interferon tidak dapat diberikan dengan dosis tunggal
tetapi harus dikombinasikan dengan 3 jenis obat yaitu alfa, beta dan
gamma enterferon. Alfa dan beta diproduksi dari sel yang diterinfeksi
virus. Beta interferon menurunkan frekuensi kambuhnya MS. Rute
pemberian obat melalui subkutan dan lebih baik lagi pemberian
melalui intratekal atau IM. Dosis pada orang dewasa 3-9 juta unit SC
3x/minggu selama 6 bulan. Obat lain yang dapat menurunkan frekuensi
kambuhnya MS adalah : copolymer 1 dan azathioprine.
3. Baclofen : sebagai agen antispasmodic merupakan pengobatan yang
dipilih untuk spastisitas. Klien dengan spastisitas berat dan kontraktur
memerlukan blok saraf dan intervensi pembedahan untuk mencegah
kecatatan lebih lanjut.
4. Imunosupresan (immunosuppressant) dapat menstabilkan kondisi
penyakit
5. Terapi obat lain : cycloscospamid, total limpoid irradiation (TLI)
b. Terapi suportif
1. Terapi suportif diberikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan
mempertahankan kondisi pasien agar tetap stabil. Fisioterapi dan terapi
okupasi diberikan untuk mempertahankan tonus dan kekuatan otot
serta ditambah dengan obat untuk relaksasi otot untuk mengurangi
ketidaknyamanan dan nyeri karena spastik.
c. Blok saraf dan pembedahan
Dilakukan jika terjadi spastisitas berat dan kontraktur untuk mencegah
kerusakan lebih lanjut

H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang biasanya terjadi pada multiple sclerosis adalah :
1. Disfungsi pernafasan
2. Infeksi kandung kemih, system pernafasan dan sepsis
3. Komplikasi dari imobilitas

Anda mungkin juga menyukai