Anda di halaman 1dari 7

SENYUM MEMBAWA BERKAH

Di kantin sekolah, suasana makan siang ramai sekali. Azki nyaris tak mendapatkan

tempat duduk. Tiba –tiba, matanya melihat satu kursi kosong disebelah zahwa.

Buru-buru azki menuju meja zahwa, sebelum ada anak lain yang menempati.

“Apakah ada yang duduk disini?” tanya azki. “ tidak, silakan saja.” Sahut zahra. Azki

tersenyum.

Namun anak pemurung itu segerah sibuk dengan makan siangnya kembali.

Saat makan, Azki sengaja mendengar obrolan dari meja sebelah, “kamu tadi

bersedekah berapa, Salsa?” tanya Sekar.

“eeemmmm, sekedar aja lah. Kan sayang juga kalau disumbangkan semua,” kata

Salsa.

“Kamu kan orang kaya. Uangmu banyak tak kan habis walaupun mengisi kotak

sedekah setiap hari.” Timpal khaila.

“Tidak apa-apa sedikit juga, asal tetap bersedekah. Jangan sampai seperti.....,” cetus

Salsa.

“Iya ya, tidak bersedekah itu pelit atau....” kata sekar “ Entahlah, tapi yang jelas dia

juga pelit senyum! Mukanya cemberut terus,” sambut khaila. Kemudian anak-anak itu

tertawa sambil melirik ke arah meja Azki dan Zahwa.

Azki tahu bukan dirinya yang disindir oleh Salsa. Didepannya, zahwa menunduk

sedih. Bahunya seperti turun naik, tangannya mengegam sambil gemetar. Sepertinya Zahwa

sedang menahan perasaannya. Azki takut kalau tangisan Zahwa meledak. Ternyata, dugaan

Azki benar.
Zahwa berdiri dan lari keluar kantin diiringi suara tawa salsa dan teman-temannya

yang smakin ribut.

“ Salah sendiri....kalau tak punya uang, jangan sekolah di sini, dong,” cetus Salsa.

“Zahwa... jangan dengarkan kata-kata mereka,” hibur Azki sambil duduk dekat Zahwa yang

menelungkup di mejanya. Bahunya berguncang-guncang.

“ Tapi...aku malu. Di sekolah ini, hanya aku yang tak pernah mengisi kotak sedekah.”

Air mata mengalir di mata Zahwa.

“ Aku memang tak punya uang. Aku tak bisa memaksakan diri untuk bersedekah,”

celetuknya lagi.

Azki mengelus punggung Zahwa, “ Sedekah itu tidak hanya dengan uang, kok,”

“Apa maksudmu?” balas Zahwa

“ Bersedekah itu dapat dilakukan dengan banyak cara, Zahwa,” jawab Azki

“ Jika kamu tak punya uang untuk disedekahan, berikanlah makanan. Jika tidak punya

makanan, bersedekah dengan tenagamu. Jika kau tak cukup kuat, sedekah dengan ilmumu.

Jika kau memiliki semuanya itu, besedekahlah dengan senyummu,” tutur Azki.

“Bersedekah dengan senyum?” tanya Zahwa tak mengerti.

“ Bukankah tujuan bersedekah itu membuat orang lain senang dan terbantu?” Azki

balik bertanya.

“ Bagaimana sebuah senyuman saja bisa membuat orang lain senang?” gumam

Zahwa.
“ Kamu lebih senang melihat orang bermuka masam atau berwajah ramah?” tanya

Azki.

“Tentu saja yang berwajah ramah. Itu sebabnya aku senang berteman denganmu,

Azki,” jawab Zahwa.

“ Nah, orang lain pun sama. Mereka menjauh darimu karena mukamu selalu tampak

masam,” ucap Azki sambil mengeluarkan cermin kecil dari sakunya.

Zahwa memandang cermin. “ Ehh... iya juga. Wajahku tak sedap dipandang. ” “ Coba,

tersenyumlah,” pintah Azki.

Zahwa menurut. Dia menarik bibirnya keatas. Senyumnya merebak, “ Nah...lihat,

senyummu cantik sekali.” Azki mengedipkan mata. Zahwa jadi tersipuh.

“ Mulai sekarang, aku tak mau lagi melihat Zahwa yang rendah diri. Zahwa yang

sekarang adalah Zahwa yang siap bersedekah dengan senyuman.” Pinta Azki.

Zahwa pun tersenyum...

Kesokan harinya Azki mengajak Zahwa untuk membantu mengedarkan kotak amal.

Kotak sedekah telah siap di tangan Zahwa. “sshhh... Azki, aku deg-degan...” bisik Zahwa di

telinga Azki. “ Sudahlah, kau pasti bisa. Ingat... selalu tersenyum,” ujar Azki.

Tak lama kemudian, Zahwa mulai mengedarkan kotak sedekah. Dia berjalan tenang

sambil tersenyum cantik. Teman-temannya pangling melihat Zahwa.

Dihadapan Salsa dan teman-temannya, Zahwa tersenyum lebar, sorot matanya jenaka.

Seolah-olah mengajak Salsa dan teman-temannya bersahabat.

Ajaib, Salsa dan teman-temannya ikut tersenyum. Mereka bahkan sampai menguras

kantong baju mereka dan memasukkan semua uang saku mereka ke dalam kotak sedekah.
Senyum Zahwa makin lebar. Dia sangat puas dan bahagia.

Sabda Rasulullah SAW

«‫صقدققةة‬ ‫ك خفيِ قوججخه أقخخيِ ق‬


‫ك لق ق‬
‫ك ق‬ ‫»تقبقسَسمم ق‬
“Senyummu di depan saudaramu, adalah sedekah bagimu” (Sahih, H.R. Tirmidzi no 1956).
Bersabar dikala musbiah, bersyukur dikala mendapat

nikmat

Di ruang perawatan siang itu, tepat sehabis idul fitri. Saat saya terbaring lemas karena

selepas kehilangan janin 8 minggu. Saat itu perasaan saya ancur sehancur hancurnya, begitu

pu suami saya walaupun dia terlihat lebih tegar,dan mencoba menghiburku.

Tak lama dari itu, datang si gadis kecil sambil tersenyum indah. “

Assalamu’allaikum..., bunda”, ucap azki. Azki langsung memelukku dan mencium perutku

sambil bilang, “kakak sayang adek..”sapa Azki kepada calon adeknya. Melihat itu menambah

hancur hati ini. “ Ya Alloh... bagaimana saya menjelaskan pada Azki, jika calon adeknya telah

pergi”. Gumam saya.

Sambil menahan tagis saya memeluk Azki. “maafin bunda ya nak...” ucap saya. “maaf

kenapa Bunda...?” tanya Azki.

Lalu Ayah Azki memeluk Azki juga, dan mencoba menjelaskan ke Azki. “nak...adek

Azki sudah pergi ke surga..” penjelasan Ayah. “kenapa Ayah..?” tanya Azki. Saya dan suami

saling beradu pandang, kita binggung gimana cara menjelaskan ke Azki.

“ Adek...sudah tidak berdarah lagi ya bunda?” celetuk Azki. “ Iya nak... adek sudah

disurga sama Oru, eyang dan mimi.” Jawabku.

Air mata ku akhirnya tak mampulagi tertahan, tumpah juga airmata ini mengelir

dipipiku. “ Bunda kenapa menangis..?” tanya Azki. Dan dengan spontan tangannya yang

mungil itu menyekah air mata dipipi ini. Seolah-olah Azki ingin menyemangati ku agar kuat.

“ Bunda jangan nangis..kan adek sudah di surga bersama Oru, Eyang dan Mimi.” Ujar

Azki. “ Iya nak...” jawabku.


“ Nanti kita berdoa lagi sama Alloh, minta adek lagi, jangan berdarah lagi dan bisa

main sama Azki.” Ucap Azki. “Aamiin.... Love u nak.” Ucapku.

“Azki happy kok Bun.., ada adek Azki happy, ga ada adek... Azki juga happy Bun.”

Ucap Azki. Sambil mengusap-usap keningku. Sontak aku terperana mendengar kata-kata

yang keluar dari mulut mungilnya. Seolah-olah menampar diriku. Betapa besarnya jiwamu

nak. Yang mampu bersabar dan ikhlas menerimah ketetapan yang diberikan Alloh ini. Seolah-

olah kau mengajarkan Bunda arti berjiwa besar atas sebuh musibah yang diberikan Alloh.

Sambil memeluk Azki dengan erat. “Ya Alloh.. terimakasih atas karuniamu, yang

menganugrahkan kepadaku anak yang sholiha. Yang menjadika pengingat ku dikalah iman ini

mulai lemah. Saya lupa jika semuanya ini hanya titipanmu yang sewaktu-waktu akan Kau

ambil kembali. Hamba hanya harus bersabar dikala menerima cobaan, dan bersyukur dikala

menerima nikmatMu.

‫صبَباَّرر قشمكوُرر‬
‫ت لخمكلل ق‬ ‫إخبَن خفيِ قذلخ ق‬
‫ك ليقاَّ ر‬

“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda


(kemahakuasaan Allah) bagi setiap orang yang sangat sabar dan banyak bersyukur ” (QS
Luqmaan: 31).

Dari Shuhaib bin Sinan radhiallahu’anhu dia berkata, Rasulullah Shallallahu’alaihi


Wasallam bersabda:

‫ وإن‬. ‫ فكاَّن خيِرراً له‬. ‫ إن أصاَّبته سراًمء شكقر‬. ‫ وليِس ذاًك لحأرد إل للمؤمخن‬. ‫ إن أمقرهَ كبَله خيِةر‬. ‫عجبراَّ لمخر اًلمؤمخن‬
‫ فكاَّن خيِرراً له‬. ‫أصاَّبته ضراًمء صبر‬

“Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman, karena semua keadaannya


(membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia
mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika
dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya”

Anda mungkin juga menyukai