Makalah Hubungan Industrial - Serikat Pe
Makalah Hubungan Industrial - Serikat Pe
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Kami juga bersyukur atas berkat rezeki dan kesehatan yang diberikan kepada
kami sehingga kami dapat mengumpulkan bahan – bahan materi makalah ini dari
beberapa sumber.
Demikianlah makalah ini kami buat, apabila ada kesalahan dalam penulisan,
kami mohon maaf yang sebesarnya dan sebelumnya kami mengucapkan terima
kasih.
Hormat Kami
PENYUSUN
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
SOBSI, SOBRI, RKS dan dua orang dari KBKI. Sementara di Dewan
Pertimbangan Agung, duduk dua orang wakil dari buruh yaitu dari SOBSI dan
KBKI.
Dan Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) didirikan sebagai satu-
satunya serikat buruh yang diakui pemerintah pada 1973.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
menjalankan perannya dengan baik agar tercipta hubungan industrial yang
harmonis sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.
Kehadiran serikat kerja mengubah secara signifikan beberapa aktivitas
sumber daya manusia. Proses perekrutan, prosedur seleksi, tingkat upah, kenaikan
gaji, paket tunjangan, system keluhan, dan prosedur disiplin dapat berubah secara
drastis disebabkan oleh ketentuan perjanjian perundingan kerja bersama
(collective bargaining agreement). Tanpa kehadiran serikat pekerja, perusahaan
leluasa mengambil keputusan unilateral menyangkut gaji, jam kerja, dan kondisi
kerja. Keputusan ini dilakukan oleh perusahaan tanpa masukan atau persetujuan
dari kalangan pekerja. Pekerja-pekerja yang tidak menjadi anggota serikat pekerja
harus menerima persyaratan manajemen, menegosiasikannya dengan serikat
pekerja dalam hal pengambilan keputusan bilateral (bilateral decision making)
mengenai tingkat gaji, jam kerja, kondisi kerja, dan masalah keamanan kerja
lainnya. Alih-alih menghadapi setiap pekerja secara satu per satu, perusahaan
harus berunding dengan serikat pekerja yang mewakili kalangan pekerja.
Serikat pekerja biasanya mencoba memperluas pengaruhnya ke dalam
wilayah lain manajemen seperti penjadwalan kerja, penyusunan standar kerja,
desain ulang pekerjaan, dan pengenalan peralatan dan metode baru. Perusahaan
umumnya juga menolak pelanggaran batas ke dalam wilayah pengambilan
keputusan ini dengan mengklaim bahwa persoalan tersebut merupakan hak
prerogatif manajemen.
4
2.1.3 Fungsi Serikat Pekerja
Sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan kepentingan
pekerja.
Lembaga perunding mewakili pekerja.
Melindungi dan membela hak – hak dan kepentingan kerja.
Wadah pembinaan dan wahana peningkatan pengetahuan pekerja.
Wahana peningkatan kesejahteraan pekerja dan keluarganya.
Wakil pekerja dalam memperjuangkan kepemilikan saham di perusahaan.
Wakil pekerja dalam lembaga – lembaga ketenagakerjaan
Wakil untuk dan atas nama anggota baik di dalam maupun di luar
pengadilan.
5
KepMenaker No. PER-16/MEN/2000 tentang tata cara Pendaftaran Serikat
Pekerja
UU No. 21 th. 2000 tentang Serikat Pekerja (SP)
UU No. 13 th. 2003 tentang Ketenagakerjaan
UU No. 2 th. 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
(PPHI)
Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Serikat Pekerja yg
bersangkutan
6
untuk dilakukan pencatatan atas pembentukan SP tersebut. Hal ini diatur di dalam
Pasal 18 UU Serikat Pekerja/Serikat Buruh, yang berbunyi:
(1) Serikat pekerja, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang
telah terbentuk memberitahukan secara tertulis kepada instansi pemerintah
yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat untuk dicatat.
(2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dengan dilampiri:
a. daftar nama anggota pembentuk;
b. anggaran dasar dan anggaran rumah tangga;
c. susunan dan nama pengurus.
Selain itu, ditentukan pula bahwa nama dan lambang serikat pekerja tidak boleh
sama dengan nama dan lambang serikat pekerja yang telah tercatat terlebih dahulu
berdasarkan Pasal 19 UU Serikat Pekerja.
Dalam proses pembentukannya, tidak boleh ada pihak yang menghalang-halangi
atau memaksa pekerja untuk membentuk serikat pekerja dengan cara melakukan
pemutusan hubungan kerja. Barangsiapa menghalang-halangi atau memaksa
pekerja/buruh untuk membentuk SP, dikenakan sanksi pidana paling singkat 1
(satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling sedikit Rp100
juta dan paling banyak Rp500 juta berdasarkan Pasal 28 jo. Pasal 43 ayat (1) UU
Serikat Pekerja.
Setelah seluruh proses pembentukan SP ini selesai, pengurus serikat
pekerja/serikat buruh yang telah mempunyai nomor bukti pencatatan harus
memberitahukan secara tertulis keberadaannya kepada pihak perusahaan
(manajemen perusahaan). Hal ini diatur dalam Pasal 23 UU Serikat Pekerja/yang
berbunyi: “Pengurus serikat pekerja, federasi dan konfederasi serikat
pekerja/serikat buruh yang telah mempunyai nomor bukti pencatatan harus
memberitahukan secara tertulis keberadaannya kepada mitra kerjanya sesuai
dengan tingkatannya.” Hal ini sesuai dengan penjelasan umum UU Serikat
Pekerja yang menyebutkan bahwa pekerja merupakan mitra kerja pengusaha. Jadi,
disimpulkan bahwa syarat dan prosedur pendirian SP adalah:
Bila Anda ingin membentuk serikat pekerja /serikat buruh di perusahaan, langkah-
langkah berikut bisa Anda terapkan.
7
Pertama, baca dan pelajarilah UU No. 21/2000 dan UU No. 13/ 2003, pasal
104 sebelum Anda mendirikan SP/SB.
Usahakanlah memahami hal-hal penting tentang serikat pekerja /serikat buruh.
Dengan membaca undang-undang tersebut, Anda punya pemahaman tentang
SP/SB, tujuannya dan keuntungan dengan hadirnya SP/SB di perusahaan.
8
Ketiga, dibutuhkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang untuk
membentuk serikat pekerja / serikat buruh.
Anda tidak harus menunggu banyak anggota untuk membentuk SP/SB; sepuluh
orang cukup. Undanglah sepuluh orang untuk rapat dan ambillah kesepakatan
untuk membentuk SP/SB dan tentukan pengurusnya.
Catatlah nama-nama yang hadir dalam rapat pendirian SP/SB tersebut, keputusan
yang diambil, dan pengurusnya dalam notulen rapat. Ini Anda perlukan ketika
mau mendaftarkan SP/SB ke instansi terkait.
9
Kelima, informasikanlah kehadiran SP/SB ke menejemen perusahaan Anda.
Anda perlu memberitahukan kepada menejemen perusahaan bahwa karyawan
telah membentuk serikat pekerja / serikat buruh. Berikanlah satu salinan anggaran
dasar dan anggaran tumah tangga dan juga nomor bukti pencatatan SP/SB sebagai
informasi buat menejemen perusahaan.
10
2.3 Keanggotaan Serikat Kerja
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2000
Tentang Serikat pekerja/serikat buruh, bab IV tentang keanggotaan, terdapat enam
pasal yang menjelaskan secara ringkas kebijakan-kebijakan yang telah di susun
dalam perundang-undangan, antara lain:
Pasal 12
Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat
buruh harus terbuka untuk menerima anggota tanpa membedakan aliran politik,
agama, suku bangsa,dan jenis kelamin.
Pasal 13
Keanggotaan serikat pekerja/serikat buruh federasi dan konfederasi serikat
pekerja/serikat buruh diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangganya.
Pasal 14
1. Seorang pekerja /buruh tidak boleh menjadi anggota lebih dari satu serikat
pekerja/serikat Buruh disatu perusahaan.
2. Dalam hal seorang pekerja/buruh dalam satu perusahaan ternyata tercatat
pada lebih dari satu serikat pekerja/serikat buruh, yang bersangkutan harus
menyatakan secara tertulis satu serikat pekerja/serikat buruh yang dipilihnya.
Pasal 15
Pekerja/buruh yang menduduki jabatan tertentu di dalam satu perusahaan dan
jabatan itu menimbulkan pertentangan kepentingan antara pihak pengusaha dan
pekerja/buruh, tidak boleh menjadi pengurus serikat pekerja/serikat buruh di
perusahaan yang bersangkutan.
Pasal 16
1. Setiap serikat pekerja/serikat buruh hanya dapat menjadi anggota dari satu
federasi serikat pekerja/serikat buruh.
2. Setiap federasi serikat pekerja/serikat buruh hanya dapat menjadi anggota dari
satu konfederasi serikat pekerja/serikat buruh.
Pasal 17
1. Pekerja/buruh dapat berhenti menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh
dengan pernyataan tertulis.
11
2. Pekerja/buruh dapat diberhentikan dari serikat pekerja/serikat buruh sesuai
dengan ketentuan anggaran dasar dan/atau anggaran rumah tangga serikat
pekerja/serikat buruh yang bersangkutan.
3. Pekerja/buruh, baik sebagai pengurus maupun sebagai anggota serikat
pekerja/serikat buruh yang berhenti atau diberhentikan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) tetap bertanggungjawab atas kewajiban
yang belum di penuhinya terhadap serikat pekerja/serikatburuh.
12
2.4 Perkembangan Serikat Pekerja Di Indonesia
13
2.4.4 Perkembangan Setelah Pemerintah Orde Baru.
a. Sebagaimana diketahui pemerintah orde baru bertekad untuk melaksanakan
pancasila secara murni dan konsekuen dan disamping itu juga bertekad untuk
mengembangkan program pembangunan yang berencana dan berkelanjutan.
b. Dalam rangka penyatuan dan penyederhanaan organisasi pekerja maka pada
tanggal 1 november 1969 terbentuklah MPBI.Pada bulan mei tahum 1972
sebagai tindak lanjut dari seminar yang lalu MPBI mengadakan rapat pleno
yang membahas secara mendalam tentang pembaharuan dan penyederhanaan
eksistensi SPSI. Dari sidang itu terbentuklah “ikrar bersama” yang intinya
adalah sebagai berikut: - Melakukan pembaharuan struktur gerakan buruh
sehingga serikat buruh tetap berfungsi sosial ekonomis dan berorientasi
kepada pembangunan.
c. Dari ikrar MPBI ini pada 20-02-1973 lahirlah “deklarasi persatuan buruh
seluruh indonesia”
d. Ada dua hal yang sangat bersejarah dengan lahirnya FBSI tersebut yaitu, :
Pertama, serikat pekerja telah berhasil disatukan dalam satu wadah yang
selama ini telah menjadi obsesi setiap pimpinan serikat pekerja. Kedua,
serikat pekerja telah berhasil melepaskan diri dari kegiatan politik dan
menjadi serikat pekerja yang profesional dan mandiri.
14
1) Upaya pengusaha, meliputi:
a) Memulai atau meningkatkan sikap keterbukaan pengusaha kepada serikat
pekerja/buruh tentang kondisi perusahaan
b) Memberikan jaminan penuh kepada pekerja/buruh untuk menggunakan hak
berorganisasi dan berunding bersama
c) Melaksanakan hak-hak normatif pekerja/buruh
d) Menghindari sikap-sikap diskriminasi terhadap pekerja/buruh
e) Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada pekerja/buruh untuk
meningkatkan karier dan prestasi
f) Memberikan kesempatan kepada pekerja/buruh untuk melakukan ibadah
sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing
15
c) Mencegah campur tangan pihak lain dalam masalah hubungan industrial
Perjuangan serikat pekerja di Indonesia harus didasarkan pada persamaan
kepentingan pengusaha dan pekerja, kemitraan dan komitmen bersama
menciptakan hubungan industrial yang aman dan harmonis. Selain itu untuk
mengatasi hambatan dalam menciptakan hubungan industrial yang harmonis
adalah dengan pendidikan dan pelatihan bagi anggota serikat pekerja.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan,
yang dimaksud dengan ketenagakerjaan itu sendiri adalah segala hal yang
berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa
kerja. Jadi hukum ketenagakerjaan dapat diartikan sebagai peraturan-peraturan
yang mengatur tenaga kerja pada waktu sebelum selama dan sesudah masa kerja.
Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk memilih,
mendapatkan, atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang layak di
dalam atau di luar negeri.
Dari pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa serikat pekerja adalah
organisasi yang dibentuk oleh pekerja dan mempunyai sifat bebas, terbuka,
mandiri, demokratis dan bertanggungjawab. Adapun tujuan dari serikat pekerja
adalah memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan
pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya.
3.2 Saran
1. Untuk peningkatan relevansi, kualitas, dan efisiensi penyelenggaraan kerja
maka pemerintah dapat melakukan pembinaan dan pelatihan kerja.
2. Penempatan tenaga kerja dilaksanakan berdasarkan asas terbuka, bebas,
obyektif, serta adil, dan setara tanpa diskriminasi..
3. Pemerintah bertanggung jawab mengupayakan perluasan kesempatan kerja
baik di dalam maupun di luar hubungan kerja..
4. Setiap pekerja/buruh dan keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan
sosial tenaga kerja..
5. Dalam melaksanakan hubungan industrial, pemerintah mempunyai fungsi
menetapkan kebijakan, memberikan pelayanan, melaksanakan pengawasan,
dan melakukan penindakan terhadap pelanggaran peraturan perundang-
undangan ketenagakerjaan.
17
DAFTAR PUSTAKA
-------
18