Anda di halaman 1dari 8

Ketika arus bolak balik (AC) mengaliri konduktor dari sebuah saluran transmisi dengan jarak

antara konduktor ke konduktor yang lain lebih besar dibandingkan dengan diameter konduktor itu
sendiri, maka udara disekitar konduktor yang terdiri dari ion-ion mengalami stres dielektrik
Ketika tegangan pada saluran transmisi tersebut masih rendah, stres dielektrik yang dialami oleh
udara disekeliling konduktor tersebut tidak cukup untuk mengionisasi udara disekitar konduktor.
Tapi ketika tegangan pada saluran transmisi ditingkatkan melebihi nilai ambang batas sekitar 30
kV yang dikenal sebagai titik critical disruptive voltage, maka udara disekitar konduktor
mengalami stres cukup tinggi sehingga terjadi ionisasi terhadap ion-ion yang dikandung didalam
udara tersebut.
Terjadinya ionisasi pada ion-ion diudara disekitar konduktor akan menimbulkan cahaya redup
bersamaan dengan suara mendesis disertai dengan pembebasan ozon, yan gmudah diidentifikasi
karena baunya yang khas.
Fenomena yang terjadi pada saluran transmisi tersebut dikenal sebagai efek corona dalam sistem
tenaga listrik. Jika tegangan pada saluran transmisi terus dinaikkan, intensitas cahaya akibat
timbulnya corona menjadi lebih tinggi dan suara mendesisi semakin jelas terdengar. Efek coran
ini dapat mengurangi effisiensi pada saluran transmisi terutama pada saluran EHV (Extra High
Voltage).

Dari penjelasan diatas, terjadinya Efek Corona pada saluran transmisi dipengaruhi beberapa faktor
sebagai berikut, yaitu :

1 ) Kondisi Fisik Saluran Transmisi


Adanya kotoran atau kekasaran konduktor mengurangi tegangan rusaknya kritis, membuat
konduktor lebih rentan terhadap kerugian korona . Oleh karena itu di sebagian besar kota dan
daerah industri yang memiliki polusi yang tinggi , faktor ini sangat penting wajar untuk melawan
efek buruk itu pada sistem.
2)Jarak antar konduktor , harus cukup besar dibandingkan dengan diameter garis .

3) Keadaan Atsmosfir Efek korona di saluran transmisi terjadi karena ionisasi udara atmosfir yang
mengelilingi kabel , hal ini terutama dipengaruhi oleh kondisi kabel serta keadaan fisik atmosfer.

4)Tingginya tegangan pada saluran transmisi Efek corona mulai timbul pada tegangan kritis 30
kV, dan terus meningkat seiring dengan tegangan yang diterapkan pada saluran transmisi tersebut.
Untuk mengurangi rugi-rugi (inefisiensi) pada saluran transmisi akibat efek korona, maka suatu
rancangan saluran transmisi harus mempertimbangkan keempat faktor diatas.

Tegangan kritis adalah tegangan rata-rata terhadap luas penampang dari


kolom pada beban kritis
Tegangan kritis disruptif merupakan tegangan minimal yang dibutuhkan
untuk terjadinya ionisasi pertama kali dipermukaan konduktor. Berdasar
kan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Peek’s, kekuatan dielektrik udara maksimum pada
kondisi standar dengan tekanan udara 1 atm (760 mmHg), suhu 20 oC adalah 30
kV/cm. Kekuatan dielektrik udara berbanding lurus dengan kepadatan udara
sekitar. Besarnya
kepadatan udara dapat di rumuskan [1]:
Partial discharge (peluahan parsial) adalah peristiwa pelepasan/loncatan bunga api listrik yang
terjadi pada suatu bagian isolasi (pada rongga dalam atau pada permukaan) sebagai akibat adanya
beda potensial yang tinggi dalam isolasi tersebut Partial discharge dapat terjadi pada bahan isolasi
padat, bahan isolasi cair maupun bahan isolasi gas. Mekanisme kegagalan pada bahan isolasi padat
meliputi kegagalan asasi (intrinsik), elektro mekanik, streamer, thermal dan kegagalan erosi.
Kegagalan pada bahan isolasi cair disebabkan oleh adanya kavitasi, adanya butiran pada zat cair
dan tercampurnya bahan isolasi cair. Pada bahan isolasi gas mekanisme townsend dan mekanisme
streamer merupakan penyebab kegagalan. Dari uraian di atas menunjukkan bahwa kegagalan
isolasi ini berkaitan dengan adanya partial discharge.
Electrical treeing merupakan salah satu degradasi pada material isolasi padat berupa kanal
bercabang-cabang membentuksuatu struktur menyerupai pohon, pertama kali ditemukan oleh
D.W. Kitchindan O.S. Pratt pada 1958.

Electrical treeingtumbuh di daerah yang mengalami tekanan medan listrik tinggi. Medan listrik
tinggi ini timbul karena adanya permukaan konduktor yang tajam/runcing, kontaminan konduktif
atau karena adanya void di dalam material.

Kegagalan Pada Isolasi Padat

Kegagalan isolasi padat terdiri dari :


A. Kegagalan asasi (intrinsik) terjadi jika diterapkan tegangan tinggi pada lapisan dielektrik yang
tipis. Hal ini terjadi pada waktu yang singkat dan disebabkan karena medan listrik yang tinggi di
mana elektron mendapat energi dari tegangan luar sehingga melintasi celah yang terlarang sampai
ke lapisan konduksi. Sifat kegagaln ini adalah :
• Terjadi pada suhu yang rendah, suhu kamar atau lebih rendah. Kekuatan kegagalan tidak
bergantung pada bentuk gelombang dari tegangan yang diterapkan dan terjadi pada waktu yang
singkat.
• Kegagalan bergantung pada bentuk, besar dari spesimen dan bentuk dari kegagalan.
B. Kegagalan elektromekanik adalah kegagalan yang disebabkan oleh adanya perbedaan polaritas
antara elektroda yang mengapit zat isolasi padat sehingga timbul tekanan listrik pada bahan
tersebut. Tekanan listrik yang terjadi menimbulkan tekanan mekanik yang menyebabkan
timbulnya tarik menarik antara kedua elektroda tersebut. Pada tegangan 106 volt/cm menimbulkan
tekanan mekanik 2 s.d 6 kg/cm2. Tekanan atau tarikan mekanis ini berupa gaya yang bekerja pada
zat padat berhubungan dengan Modulus Young.

C. Kegagalan Streamer
Untuk mendapatkan kegagalan streamer, ujung katoda haru dimasukkan dalam isolasi yang akan
diuji. Bila elektroda ditempatkan pada permukaan bahan isolasi maka elektron dari katoda akan
menembus ke anoda melewati dua medium, yaitu medium udara diperbatasan dan langsung
melewati dielektrik. Karena permitivitas udara lebih kecil dari elektrik, kegagalan ini terjadi lebih
awal daripada dielektrik. Kegagalan dielektrik tidak berbentuk discharge tunggal tapi berbentuk
pohon yang bercabang yang dinamakan “linchtenberger tree” di mana proses terjadinya sangat
singkat ( detik hingga beberapa menit ).

D. Kegagalan Termal
Umumnya terjadi karena panas disebabkan kerugian dielektrik. Panas sebagaian dipakai untuk
menaikkkan suhu dari bahan dielekrik dan sebagian hilang di udara. Kenaikan suhu menyebabkan
konduktivitas naik. Kriterianya adalah sebgai berikut:
• Terjadi pada suhu tinggi
• Kekuatan medan pada waktu terjadinya kegagalan tergantung pada bentuk dan besarnya isolasi
• Waktu yang diperlukan untuk kegagalan adalah dalam milidetik
• Pada medan bolak balik harga tegangan gagal lebih kecil dari medan yang tetap karena kerugian
daya bertambah

E. Kegagalan Erosi
Pada pembuatan suatu isolasi dari kabel bawah tanah dan alat lainnya kadang-kadang tidak
sempurna, sehingga sering terdapat rongga dalam isolasi. Rongga ini berisi udara atau benda lain,
yang mempunyai kekuatan medan atau kekuatan dielektrik yang berbeda dengan kekuatan
dielektrik dari bahan isolasi. Bila rongga berisi udara maka akan terdapat konsentrasi medan listrik.
Karena itu, pada nilai tegangan normal kekuatan medan pada rongga dapat bernilai melebihi
kekuatan kegagalan, sehingga dapat menyebabkan terjadinya kegagalan. Kekuatan medan dalam
reongga ditentukan oleh perbandingan dari permitivitas dan bentuk rongga. Pada setiap pelepasan
muatan terjadilah panas, dan lama kelamaan muka dari rongga akan terjadi karbonisasi dan dapat
merusak susunan kimia isolasi dan terjadinya erosi. Mason dan Krueger melakukan percobaan
pada suatu spesimen berbentuk persegi panjang. Benda dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian
yang terdapat rongga dan bagian yang tidak rongga.

Keadaan atmosfer mempengaruhi nilai kekuatan isolasi udara dan gradien potensial awal
terjadinya korona, diantaranya yaitu angin, kelembapan udara, cuaca, dan suhu udara. Misal ketika
kondisi lingkungan sedang berangin kencang, maka jumlah ion dan elektron akan lebih banyak
dari pada saat kondisi normal. Hal ini menyebabkan korona terjadi pada gradien potensial lebih
rendah dibandingkan cuaca normal.

Suhu dan tekanan sangat mempengaruhi nilai dari tegangan awal korona, semakin tinggi
suhu maka tegangan awal korona menjadi lebih kecil, sehingga korona menjadi lebih besar. Pada
tekanan tinggi maka tegangan awal korona menjadi semakin tinggi dan korona lebih kecil. Pada
daerah yang memiliki suhu yang tinggi dan tekanan rendah, maka korona akan menjadi lebih besar.
Daerah pengunungan memiliki suhu rendah dan tekanan relatif tinggi, sehingga kemungkinan
korona menjadi lebih kecil.

Kelembapan udara yang semakin tinggi juga akan mempercepat terjadinya korona. Pada
saat udara semakin lembab maka semakin banyak air yang terkandung dalam udara tersebut
sehingga elektron bebas yang dihasilkan akan semakin banyak. Dengan demikian banyaknya
elektron bebas ini, maka longsoran elektron akan semakin cepat terbentuk dan terjadi ionisasi yang
mengawali terjadinya korona.

Pada saat hujan, salju, jarum es, dan kabut yang dihasilkan akan mengakibatkan korona
menjadi lebih besar. Salju akan memberikan sedikit penurunan pada tegangan kegagalan kritis
udara. Hal ini dijelaskan dengan persamaan Peek [5] :
Pada suatu sistem transmisi memiliki tegangan saluran yang sangat besar antar fasanya besar dari
tegangan saluran ini menentukan besar dari medan listrik yang dihasilkan sekitar kawat transmisi
tersebut. Semakin besar tegangan, maka akan semakin besar medan listriknya. Dengan demikian,
semakin meningkatnya medan listrik maka korona akan memiliki percepatan dalam tumbukannya,
sehingga elektron akan semakin mudah bertumbukan dan semakin cepat pula terbentuk longsoran
elektron(avalanche). Waktu terjadinya korona pun akan menjadi lebih cepat. Selain itu, pada
tegangan saluran yang besar akan terdapat tekanan elektrostatik pada permukaan konduktor,
membuat udara disekeliling konduktor terionisasi. Pada saat ionisasi akan dihasilkan longsoran
elektron (avalanche), longsoran elektron ini akan semakin cepat terbentuk jika tegangan saluran
terus ditingkatkan. Semakin besar tegangan yang diberikan, maka akan semakin besar percepatan
yang dimiliki elektron untuk bertumbukan sehingga avalanche akan lebih cepat terjadi selanjutnya
akan terjadi peristiwa korona
Kegagalan asasi (intrinsik) adalah kegagalan yang disebabkan oleh jenis dan suhu bahan ( dengan
menghilangkan pengaruh luar seperti tekanan, bahan elektroda, ketidakmurnian, kantong kantong
udara. Kegagalan ini terjadi jika tegangan yang dikenakan pada bahan dinaikkan sehingga tekanan
listriknya mencapai nilai tertentu yaitu 106 volt/cm dalam waktu yang sangat singkat yaitu 10-8
detik.
Kegagalan elektromekanik adalah kegagalan yang disebabkan oleh adanya perbedaan polaritas
antara elektroda yang mengapit zat isolasi padat sehingga timbul tekanan listrik pada bahan
tersebut. Tekanan listrik yang terjadi menimbulkan tekanan mekanik yang menyebabkan
timbulnya tarik menarik antara kedua elektroda tersebut. Pada tegangan 106 volt/cm menimbulkan
tekanan mekanik 2 s.d 6 kg/cm2. Tekanan atau tarikan mekanis ini berupa gaya yang bekerja pada
zat padat berhubungan dengan Modulus Young

𝑑𝑎
Jika kekuatan asasi (intrinsik) tidak tercapai pada = 0,6 maka zat isolasi akan gagal bila
𝑑

𝑉 𝑌
tegangan V dinaikkan lagi. Jadi kekuatan listrik maksimumnya adalah Ed = 𝑑0 = 0,6√𝑒0.𝑒𝑟.

Dimana :
F :gaya yang bekerja pada zat padat,
ΔL : pertambahan panjang zat padat
L : panjang zat padat,
A : pertambahan zat yang dikenai gaya,
d0 : tebal zat padat sebelum dikenai tegangan V,
d : tebal setelah dikenai tegangan V dan
e0 er : permitivitas

Kegagalan streamer adalah kegagalan yang terjadi sesudah suatu banjiran (avalance).
Sebuah elektron yang memasuki band conduction di katoda akan bergerak menuju anoda dibawah
pengaruh medan memperoleh energi antara benturan dan kehilangan energi pada waktu
membentur. Jika lintasan bebas cukup panjang maka tambahan energi yang diperoleh melebihi
pengionisasi latis (latice). Akibatnya dihasilkan tambahan elektron pada saat terjadi benturan. Jika
suatu tegangan V dikenakan terhadap elektroda bola, maka pada media yang berdekatan (gas atau
udara) timbul tegangan. Karena gas mempunyai permitivitas lebih rendah dari zat padat sehingga
gas akan mengalami tekanan listrik yang besar. Akibatnya gas tersebut akan mengalami kegagalan
sebelum zat padat mencapai kekuatan asasinya. Karean kegagalan tersebut maka akan jatuh sebuah
muatan pada permukaan zat padat sehingga medan yang tadinya seragam akan terganggu. Bentuk
muatan pada ujung pelepasan ini dalam keadaan tertentu dapat menimbulkan medan lokal yang
cukup tinggi (sekitar 10 MV/cm). Karena medan ini melebihi kekuatan intrinsik maka akan terjadi
kegagalan pada zat padat. Proses kegagalan ini terjadi sedikit demi sedikit yang dapat
menyebabkan kegagalan total.
Kegagalan termal, adalah kegagalan yang terjadi jika kecepatan pembangkitan panas di
suatu titik dalam bahan melebihi laju kecepatan pembuangan panas keluar. Akibatnya terjadi
keadaan tidak stabil sehingga pada suatu saat bahan mengalami kegagalan

Gambar kegagalan ini ditunjukkan seperti :

Cv : panas spesifik
k : konduktivitas termal
d : konduktivitas listrik
E: tekanan listrik.
Pada arus bolak balik terdapat hubungan langsung antara konduktivitasdengan
dengan frekuensi dan permitivitas yaitu :
Karena adanya faktor ini, maka rugi rugi pada medan arus bolak balik lebih besar
dari arus searah. Akibatnya kuat gagal termal pada tegangfan AC lebih kecil daripda kuat
gagal termal medan arus DC. Kuat gagal termal untuk medan bolak balik juga menurun
dengan naiknya frekuensi tegangan.

Anda mungkin juga menyukai