Anda di halaman 1dari 12

Astawa dan Budiasih, Realitas Implementasi Pengelolaan ...

230

Realitas Implementasi Pengelolaan Keuangan Desa pada APBDes di Desa


Dauh Peken

I Wayan Purwa Astawa1


I Gusti Ayu Nyoman Budiasih2
1,2
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana, Indonesia
email: purwa.astawa@yahoo.com

DOI: https://doi.org/10.24843/JIAB.2019.v14.i02.p08

ABSTRAK

Salah satu permasalahan yang tampak dalam pengelolaan keuangan desa adalah
pada pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa tidak sesuai dengan
ketentuan Permendagri 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.
Jurnal Ilmiah Akuntansi Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan pelaksanaan
dan Bisnis Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa di Desa Dauh Peken Kecamatan
(JIAB) Tabanan Kabupaten Tabanan serta membandingkan dengan Permendagri 113
Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa. Penelitian bersifat deskriptif
https://ojs.unud.ac.id/index.php/jiab/ dengan pendekatan kualitatif, data penelitian diperoleh melalui wawancara
user/profile mendalam, observasi dan studi dokumentasi. Penelitian ini dianalisis dengan
metode interpretif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan
desa dalam penyelenggaraan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang
Volume 14 dilaksanakan oleh Desa Dauh Peken belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan.
Nomor 2 Hal ini diperlukan adanya sinergitas pihak pemerintah kabupaten dan kecamatan
Juli 2019 dalam hal pendampingan dan pengawasan terhadap penyelenggara keuangan
Halaman 230-241 desa.
p-ISSN 2302-514X Kata kunci: Keuangan desa, peraturan, penyelenggara keuangan desa.
e-ISSN 2303-1018
The Implementation Reality of Village Financial
Management on The Village Revenue and Expenditure
INFORMASI ARTIKEL Budget in Dauh Peken Village

Tanggal masuk: ABSTRACT


25 Januari 2019
Tanggal revisi: One of the problems that appear in village financial management is the issue
30 Mei 2019 of its implementation in the Village Revenue and Expenditure Budget. The
Tanggal terima: implementation is not in accordance with the provisions of Permendagri 113
1 Juli 2019 of 2014 concerning village financial management due to the lack of common
understanding, views, and commitments from village financial organizers.
The purpose of this study was to determine the reality of the implementation of
financial management of the village of Dauh Peken in Tabanan District,
Tabanan Regency based on Permendagri 113 of 2014 on village financial
management. The research is descriptive with a qualitative approach, research
data obtained through in-depth interviews, observation, and documentation
studies. This study was analyzed using the Case Study method. The results of
the study indicate that the Dauh Peken Village has not fully complied with
the provisions of the regulation in financial management during the
implementation of the Village Revenue and Expenditure Budget. This requires
synergy between the district and sub-district governments in terms of assistance
and supervision of village finance providers.
 Keywords: Village finance, regulations, village finance providers.
231 Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol. 14, No. 2, Juli 2019

PENDAHULUAN APBDes sering mengalami keterlambatan, hal ini


Hadirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 dikarenakan karena sumber daya yang dimiliki desa
tentang Desa, dana desa yang diberikan oleh masih sangat rendah dan belum maksimalnya sosialisasi
Pemerintah Pusat maka diharapkan mampu dan pelatihan penyusunan APBDes oleh Pemerintah
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat desa, Daerah.
selain itu anggaran merupakan salah satu dasar dari Untuk mendapatkan gambaran tentang realitas
kriteria tata kelola pemerintahan desa dan untuk implementasi yang ter jadi pada pengelolaan
mengetahui secara nyata kemampuan desa dalam keuangan desa berdasarkan ketentuan Permendagri
mengurus rumah tangganya sendiri (Kaho, 1997). 113 tahun 2014 maka Pemenrintah Desa Dauh Peken
Pemerintah desa dalam memberikan pelayanan Kecamatan Tabanan yang merupakan wilayah
kepada masyarakat harus mempunyai komitmen dan Pemerintah Kabupaten Tabanan peneliti ambil
kemampuan dalam melaksanakan profesi yang sebagai tempat penelitian dengan beberapa alasan
dijalankan (Cho & Huang, 2011). Permendagri karena selain institusi ini masih melakukan
Nomor 113 Tahun 2014 sebagai regulasi pengelolaan penyimpangan administratif keuangan berdasarkan
keuangan desa merupakan pedoman bagi pengelola hasil audit kinerja oleh Inspektorat Kabupaten
keuangan desa yang dijabarkan dalam Anggaran Tabanan juga institusi ini secara geografis institusi
Pendapatan dan Belanja Desa yang selanjutnya ini merupakan salah satu desa yang letaknya paling
disebut dengan APBDes harus selaras dengan dekat dengan kantor Pemerintah Daerah dan
pembangunan yang berpihak kepada kebutuhan Kecamatan dimana koordiansi dan pendampingan
masyarakat desa itu sendiri. terkait keuangan desa semestinya tidak ada kendala.
Salah satu permasalahan yang tampak dalam Pemaparan di atas, membuat peneliti tertarik untuk
pengelolaan APBDes Desa Dauh Peken Kecamatan meneliti lebih dalam terkait “Bagaimana pelaksanaan
Tabanan adalah masalah pelaksanaannya tidak dan realitas implementasi Permendagri 113 Tahun
sesuai dengan ketentuan Permendagri 113 Tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan desa dalam
2014, sebagaimana dalam laporan hasil pemeriksaan pelaksanaan APBDes di desa Dauh Peken?”.
oleh Inspektorat Kabupaten Tabanan terhadap
pertanggungjawaban keuangan Desa Dauh Peken METODE PENELITIAN
tahun 2016, menyatakan bahwa secara umum Penelitian ini bersifat deskriptif dengan
pengelola keuangan desa belum menyelenggarakan pendekatan kualitatif suatu penelitian yang ditujukan
administrasi keuangan sesuai dengan ketentuan. untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena,
Menurut Teori Strukturasi Anthony Giddens yang peristiwa, aktivitas sosial, sikap, persepsi, pemikiran
merupakan hubungan antara agensi dengan struktur, orang secara individual maupun kelompok. Menurut
penyelenggaraan keuangan desa yang tidak sesuai Creswell (2003). Penelitian deskriptif kualitatif
ketentuan dipahami sebagai Pemerintah Desa Dauh digunakan untuk memahami objek yang diteliti secara
Peken berkedudukan sebagai agen yang bertanggung mendalam. Lincoln dan Guba (1982). Penelitian ini
jawab dalam pengelolaan keuangan desa belum menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus
melaksanakan APBDes sesuai dengan ketentuan dengan paradigma interpretif (Wynsberghe & Khan,
yang diatur dalam Permendagri 113 Tahun 2014 2007). Penggunakan metode penelitian studi kasus
tentang Pengelolaan Keuangan Desa, dimana aturan dikarenakan adanya keinginan dan tujuan peneliti
ini sebagai struktur hendaknya tidak dianggap sebagai untuk mengungkapkan secara terperinci dan
sebuah penggambaran umum melainkan sebagai menyeluruh terhadap obyek yang diteliti dan berupaya
jenis-jenis khusus yang dirumuskan bedasarkan untuk mengungkapkan berbagai pelajaran yang
formulasi lahirnya, yang terwujud dalam berbagai berharga (best learning practices) yang diperoleh
kualitas khusus (Giddens, 2011: 27). dari pemahaman terhadap kasus yang diteliti,
Penelitian terkait pengelolaan keuangan desa (Creswel, 2010; 20). Pemahaman tersebut meliputi
telah diteliti oleh Purwitasari, et al. (2013), Sisianto tentang bagaimana masalah kasus yang sebenarnya;
(2015), Riyanto (2015), Utomo (2015), Supriadi bagaimana kaitan kasus dengan konteks lingkungan
(2015), secara garis besar pengelolaan keuangan telah dan bidang keilmuannya; apa teori yang terkait
dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah dengannya; apa dan bagaimana keterkaitan isu (unit
ditetapkan oleh pemerintah daerah. Hanya saja dalam analisis) yang ada di dalamnya; dan akhirnya apa
pelaksanaannya belum optimal, proses penyusunan pelajaran yang dapat diambil untuk memperbaiki dan
Astawa dan Budiasih, Realitas Implementasi Pengelolaan ... 232

menyempurnakan langkah selanjutnya (Lincoln & Penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini
Guba,1985). disampaikan secara informal yaitu dengan perumusan
Penelitian ini menempatkan pokok kajian pada kata-kata biasa namun tetap dalam terminologi dan
suatu organisasi atau individu seutuhnya yaitu sifat teknisnya (Sudaryanto, 1993:145). Analisis data
pengelola keuangan Desa Dauh Peken, dan tidak dilakukan dengan menyusun secara sistematis data
diredusir kepada variabel yang telah ditata atau yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan
sebuah hipotesis yang telah direncanakan dan dari dokumen-dokumen yang berhubungan
sebelumnya (Bogdan & Taylor, 1993). Sejalan dengan dengan objek yang diteliti (Sugiyono, 2007).
pernyataan Yin (1996) alasan pilihan strategi studi
kasus itu berangkat dari jawaban atas tiga HASIL DAN PEMBAHASAN
pertanyaan epistemologis, yaitu terkait tipe Pengumpulan katagori dan interpretasi langsung
pertanyaan, kontrol atas objek, dan pumpunan merupakan suatu proses dalam menarik data secara
penelitian. Dengan studi kasus diperoleh jawaban- terpisah mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
jawaban atas pertanyaan: “bagaimana” atau penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban
“mengapa” dalam dirinya mengandung semangat pelaksanaan APBDes Dauh Peken.
eksplorasi, eksplanasi dan deskripsi, Dengan studi Tahap pertama adalah tahap perencanaan
kasus peneliti meneliti suatu peristiwa atau gejala APBDes. Menurut Harahap (2001), partisipasi
sosial sebagaimana adanya menunjuk pada kondisi adalah keterlibatan masyarakat dalam proses
relatif alami (naturalistic). Dengan studi kasus perencanaan dan pembuatan keputusan tentang apa
pumpunan penelitian merupakan peristiwa/gejala yang dilakukan, dalam pelaksanaan program dan
sosial kontemporer atau masa kini dalam konteks pengambilan keputusan untuk berkontribusi sumber
kehidupan nyata. daya atau bekerjasama dalam organisasi atau
Pengumpulan data dalam penelitian ini kegiatan khusus, berbagi manfaat dari program
dilaksanakan selama 1 (satu) bulan yaitu dari 7 pembangunan dan evaluasi program pembangunan.
agustus sampai dengan 31 Agustus 2017 di Desa Implementasi Permendagri Nomor 113 Tahun
Dauh Peken Kecamatan Tabanan dan diambil dari 2014 dalam APBDes Dauh Peken dalam rangka
berbagai sumber informasi, karena studi kasus pemberdayaan masyarakat dan menekankan proses
melibatkan pengumpulan data yang kaya untuk motivasi berpartisipasi dalam pembangunan desa
membangun gambaran yang mendalam dari suatu dapat dilihat dalam hasil wawancara dengan Ketua
kasus. Creswell (1998) sumber informasi diperoleh Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yaitu JA:
dari pengelola keuangan desa Dauh Peken “Kami yang dipercayakan untuk menggali,
diantaranya Kepala Desa, Sekretaris Desa, Bendahara, menampung dan menyalurkan aspirasi
Kaur, Kepala Lingkungan serta dengan Badan masyarakat, untuk itu seluruh anggota Badan
Permusyawaratan Desa sebagai tokoh masyarakat. Permusyawaratan Desa saya wajibkan untuk ikut
Analisis data dalam penelitian ini terdiri dari di setiap rembug desa yang berkait dengan
deskripsi terinci tentang kasus beserta settingnya. pembangunan, bersama-sama belajar dalam
(Creswell,1998:153), dengan 4 (empat) bentuk rangka membahas dan menetapkan pembangunan
analisis data beserta interpretasinya, (Stake dalam apa yang menjadi prioritas dalam satu tahun
Creswell, 1998:63). yaitu: Pengumpulan kategori, kedepan...”( JA, 9 Agustus 2017)
interpretasi langsung, membentuk pola dan mencari
kesepadanan antara dua atau lebih kategori, dan Rencana Kerja Pemerintah Desa yang
mengembangkan generalisasi naturalistik melalui selanjutnya disingkat (RKPDes) adalah dokumen
analisa data. Proses analisis dilakukan tanpa perencanaan untuk periode satu tahun dan
menunggu selesainya proses pengumpulan data merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan
(Ludigdo, 2007:108). Untuk menguji validitas Jangka Menengah Desa (RPJMDes) yang memuat
dilakukan dengan metode triangulasi di mana peneliti program prioritas pembangunan desa. Partisipasi
menemukan kesepahaman dengan subjek penelitian. masyarakat dalam mekanisme perencanaan
Sedangkan reliabilitas dilakukan dengan melakukan anggaran sekaligus sebagai media pembelajaran
atau menerapkan prosedur fieldnote atau catatan terhadap prinsip akuntabilitas pengelolaan
lapangan dengan prosedur yang ditetapkan (Kirk dan keuangan desa. Sesuai pernyataan informan sebagai
Miller, 1986: 41-42). berikut:
233 Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol. 14, No. 2, Juli 2019

“Sebelum RKPDes disepakati, dilakukan bulan Oktober tahun berjalan, karena terlambatnya
Musyawarah perencanaan pembangunan dalam pagu indikatif dari Pemerintah Kabupaten Tabanan
membangun kesepahaman tentang kepentingan turun ke Desa sehingga penetapan RAPBDes
dan kemajuan desa, dengan cara memotret mundur menjadi bulan januari tahun berikutnya, sesuai
potensi dan sumber-sumber pembangunan yang yang disampaikan oleh informan dari unsur Sekretaris
yang desa miliki. Forum seperti ini berguna Desa (GD) sebagai berikut:
sebagai sarana untuk memikirkan bersama-sama “…dalam perencanaan keuangan desa yang
bagaimana kita menjadikan desa ini untuk lebih menjadi kendala adalah pagu indikatif dari
baik kedepannya...” (JA, 9 Agustus 2017) kabupaten sering terlambat, sehingga APBDes
tidak dapat ditetapkan sesuai ketentuan yaitu per
Sebagai sebuah program atau kegiatan bersiklus 31 Desember tahun berjalan..” ( GD, 18 Agustus
tahunan, APBDes dilaksanakan setiap tahun oleh 2017)
pihak-pihak yang terlibat didalam pengelolaan
keuangan desa harus memiliki perhatian dan Pernyataan informan tersebut mengindikasikan
komitmen yang tinggi dalam memformulasikan bahwa kinerja aparat pemerintah desa sangat
pembangunan dalam rangka memenuhi kebutuhan diperlukan dalam memberikan motivasi pada
masyarakat. sebagaimana disampaikan informan masyarakat desa untuk berpartisipasi aktif dalam
sebagai berikut: pembangunan desanya.
“Kami anggota BPD selalu ikut disetiap rembug Penggunaan anggaran desa dialokasikan pada
desa baik rapat koordinasi maupun Musdes yang kebutuhan masyarakat setempat dituangkan dalam
terkait dengan pembangunan desa,…”(JA, 9 Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes). Hal
Agustus 2017) ini sebagai pelaksanaan prinsip responsive oleh
Pemerintah Desa. Sebagaimana disampaikan oleh
Anggaran dan Pendapatan Belanja Desa informan dari Unsur Kaur Pembangunan (MS)
(APBDes) merupakan hasil kesepakatan antara sebagai berikut:
pemerintah desa dengan BPD sebagai perwakilan “Pemerintah sekarang cukup tanggap terhadap
masyarakat dan ditetapkan dengan Peraturan Desa aspirasi yang berkembang di masyarakat.
tentang APBDes, yang nantinya APBDes Pemerintah desa melalui APBDes berusaha
merupakan pedoman kegiatan pembangunan, menggunakan anggaran desa sesuai dengan
pembinaan dan pemberdayaan masyarakat desa kebutuhan masyarakat. Dengan program yang
selama satu tahun, sebagaimana disampaikan memihak kepada kepentingan masyarakat jadi
informan Kepala Desa Dauh Peken (KS) sebagai masyarakat lebih bersemangat untuk
berikut: berpartisipasi baik melalui gotong royong kerja
“Rancangan Peraturan Desa tentang APBDes bakti, maupun kegiatan lainnya…”(MS, 14
yang disusun oleh Sekretaris Desa berdasarkan Agustus 2017)
RKPDes kami bahas bersama BPD untuk
kemudian disepakati bersama sebelum Informasi ini disampaikan kepada masyarakat
disampaikan ke Bupati melalui proses evaluasi dalam rangka melaksanakan prinsip transparansi juga
dari pihak kecamatan” (KS, 7 Agustus 2017) sebagai pembelajaran bersama untuk melaksanakan
tata pemerintahan yang lebih baik.prinsip transparansi
Pendapat informan tersebut mencerminkan yaitu dapat diketahui oleh banyak pihak (yang
adanya komitmen bersama antara pemerintah desa berkepentingan) mengenai perumusan kebijakan
Dauh Peken dengan lembaga desa sebagai perwakilan (politik) dari pemerintah, organisasi, badan usaha
masyarakat untuk meningkatkan partisipasi (Tjokroamidjojo, 2000: 76). Hal tersebut dibuktikan
masyarakat desa dalam pemberdayaan masyarakat, dari hasil wawancara sebagai berikut:
dengan melihat kondisi lokal untuk menumbuhkan “Selain memasang baliho di kantor desa, kami juga
potensi desa setempat. mengimbau para kepala dusun untuk memasang
Berdasarkan Permendagri Nomor 113 Tahun papan informasi di masing-masing banjar yang
2014 Pasal 20 Ayat 4, yang mengatur rancangan memuat seluruh rencana penggunaan anggaran
Peraturan Desa, dimana Rancangan APBDes untuk yang dilkelola oleh pemerintah desa. Hal tersebut
tahun berikutnya disepakati bersama paling lambat dilaksanakan untuk memberikan informasi kepada
Astawa dan Budiasih, Realitas Implementasi Pengelolaan ... 234

masyarakat terutama masyarakat yang memang dan mekanisme yang ditetapkan dalam peraturan.
ingin mengetahuinya. Alasan ini mempermudah Seperti yang diungkapkan informan Kepala Desa
pertanggungjawaban keuangan desa kepada (KS) dan Bendahara Desa (DA) sebagai berikut:
masyarakat nantinya karena sebelumnya mereka “Dalam melakukan pengadaan barang/jasa kami
sudah tahu arah penggunaan anggaran yang kami selalu memprioritaskan kepada warga atau
kelola…”(KS, 7 Agustus 2017) pengusaha setempat yang bisa menyediakan
barang/jasa sesuai kebutuhan, agar memberikan
Berdasarkan Pasal 1 point 7 Permendagri manfaat secara langsung bagi perkembangan
Nomor 113 tahun 2014 menyatakan bahwa Rencana perekonomian masyarakat di desa kami, tentunya
Kerja Pemerintah Desa adalah penjabaran dari tetap memperhatikan ketentuan yang ada…”(KS,
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa 7 Agustus 2017).
untuk jangka waktu satu tahun. Dalam
pelaksanaannya Rencana Kerja Pemerintah Desa “Tugas saya melakukan pembayaran sesuai
Dauh Peken belum sepenuhnya merupakan dengan Surat Permintaan Pembayaran (SPP)
penjabaran dari RPJMDes karena belum dilakukan yang telah disetujui dan disahkan oleh Kepala
penyelarasan terhadap RPJMDes sesuai Undang- Desa, dan melakukan pencatatan atas transaksi
undang nomor 6 tahun 2014, masih mengacu pada yang terjadi…”(DA, 21 Agustus 2017).
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah yang diimplementasikan dengan Namun dalam pelaksanaannya masih terdapat
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang beberapa SPP belum dilampirkan dokumen-dokumen
Desa. Hal ini merupakan salah satu kendala bagi secara lengkap oleh PTPKD desa Dauh Peken, hal
pengelola keuangan desa Dauh Peken didalam ini tidak sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan
penyusunan program/kegiatan yang akan dilaksanakan, dalam Permendagri 113 Tahun 2014 Pasal 29 bahwa
selain itu program/kegiatan yang dilaksanakan SPP harus dilengkapi dengan bukti transaksi yang
terindikasi tidak terukur dan tidak reliabel. sah. hal ini juga merupakan sebuah pelanggaran
Tahap kedua adalah tahap pelaksanaan APBDes terhadap ketentuan Permendagri 113 Tahun 2014
Sebagian besar dari anggaran desa merupakan Pasal 30 ayat 1 butir (a) bahwa Sekretaris Desa
discretionary cost maka pengelolaan keuangan desa berkewajiban untuk meneliti kelengkapan SPP yang
harus mampu dikendalikan untuk menghasilkan diajukan oleh pelaksana kegiatan.
rencana  penganggaran  sektor  publik  yang  efektif, Tahap keempat adalah tahap penatausahaan
efisien dan ekonomis (Mardiasmo, 2004). Seperti APBDes Penatausahaan keuangan desa adalah
yang diungkapkan oleh beberapa informan sebagai pencatatan keuangan yang dilakukan oleh Bendahara
berikut: Desa. Bendahara Desa wajib melakukan pencatatan
“Dalam membuat RAB untuk semua rencana terhadap seluruh transaksi yang ada berupa
kegiatan kami berpedoman pada standar harga penerimaan dan pengeluaran uang. Bendahara Desa
yang ditetapkan oleh pemerintah Kabupaten, hal melakukan pencatatan secara sistematis dan
ini dilakukan agar tidak terjadi perbedaan harga kronologis atas transaksi-transaksi keuangan yang
antara kegiatan satu dengan kegiatan terjadi. Berikut informasi tahap penatausahaan di
lain...Kemudian RAB ini kami serahkan kepada Desa Dauh Peken sebagai berikut:
sekretaris desa untuk verifikasi…” (MS, 14 “Penatausahaan keuangan di Desa Dauh Peken
Agustus 2017) dilakukan oleh Bendahara Desa sesuai dengan
tugas dan kewajibannya dalam mencatat semua
“Saya harus yakinkan bahwa RAB yang dibuat transaksi dan membuat laporan sesuai proses dan
sesuai dengan bidang kegiatan yang akan prosedur yang ada…”(KS, 7 Agustus 2017).
dilaksanakan dan ketersediaan dana dalam
APBdes mencukupi… “(KS, 7 Agustus 2017) Bendahara Desa mengelola keuangan desa
yang meliputi penerimaan pemdapatan desa dan
Agar program/kegiatan dapat memberikan pengeluaran/pembiayaan dalam rangka pelaksanaan
dampak yang nyata bagi perkembangan ekonomi APBDes. Penatausahaan dilakukan dengan
masyarakat desa, maka proses-proses dalam menggunakan Buku Kas Umum, Buku Kas
pelaksanaan APBDes harus berdasar pada ketentuan Pembantu Pajak, dan Buku Bank. Seperti yang
235 Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol. 14, No. 2, Juli 2019

disampaikan oleh informan sebagai Bendahara desa Dauh Peken telah dilaksanakan walaupun masih ada
Dauh Peken sebagai berikut: beberapa hal yang perlu disempurnakan, khususnya
“Saya melakukan pencatatan disetiap penerimaan dalam hal sistem pengadministrasian pertanggung
dan pengeluaran pada seluruh kegiatan atau transaksi jawaban keuangan desa. Seperti yang diungkapkan
dan melakukan tutup buku diakhir bulan sebagai oleh informan sebagai berikut:
bahan laporan keuangan desa kepada Kepala “Memang setiap mengeluarkan uang harus
Desa...” ( DA, 21 Agustus 2017) dipertanggungjawabkan dengan bukti-bukti yang
sesuai dengan ketentuan, seperti nota order/
Dari pemaparan informan diatas dapat pesanan, kuitansi ataupun nota pembelian dan
disimpulkan bahwa Pemerintah Desa Dauh Peken dokumen pendukung lainnya seharusnya sudah
dalam penatausahaan keuangan APBDes, dimana ada di PTPKD, tapi terkadang dalam penyusunan
Bendahara Desa telah melaksanakan kewajibannya laporan masih ada yang tidak dilampirkan…”
sesuai tugas dan wewenangnya berdasarkan aturan- (DA, 21 Agustus 2017)
aturan yang tertuang dalam Permendagri 113 Tahun
2014 Pasal 35 tentang Penatausahaan Keuangan “Kegiatan APBDes sudah kami laksanakan, tapi
Desa. terkadang karena kurangnya pemahaman terkait
Tahap ketiga adalah tahap pelaporan dan tentang pengelolaan keuangan desa membuat
pertanggungjawaban Sesuai Permendagri Nomor 113 kami kesulitan dalam melaksanakan tugas…”
tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa (KS, pada tanggal, 7 Agustus 2017)
Pasal 37, 38 dan 39, Pemerintah Desa wajib
mempertanggungjawabkan pelaksanaan APBDes, Dalam tahap pelaporan dan pertanggung
baik dalam bentuk laporan keuangan (financial jawaban keuangan Desa Dauh Peken secara
accountability) maupun laporan kinerja (performance administrasi masih ada kekurangan atau belum
accountability). Laporan pertanggungjawaban dilakukan sesuai dengan ketentuan yang ada. Salah
realisasi pelaksanaan APBDes merupakan bagian satu unsur yang berperan dalam hal ini adalah Tim
tidak terpisahkan dari laporan penyelenggaraan pendamping Kecamatan maupun Kabupaten dalam
Pemerintahan Desa. Sesuai dengan beberapa rangka meningkatkan pemahaman tentang
informan sebagai berikut: Pengelolaan Keuangan Desa untuk lebih tertib
“Sebagai pertanggungjawaban APBDes dan administrasi. Hal tersebut, didukung dari hasil
evaluasi kinerja pemerintahan desa kami wawancara berikut :
mengundang BPD dan LPMD, juga tokoh “Keberadaan pendamping desa sangat kami
masyarakat (Kepala Dusun) setiap 3 bulan sekali perlukan untuk memberikan pendampingan
untuk melakukan evaluasi pelaksanaan APBDes kepada para pengelola keuangan desa, mengingat
yang sudah kami laksanakan” (KS, 7 Agustus keterbatasan SDM, juga terbatasnya waktu
2017). dalam pelaksanaan APBDes…” (GD, 18
Agsutus 2017)
“Dalam rangka menjamin keterbukaan
pengelolaan Keuangan Desa, mengundang BPD, Seberapa jauh pemahaman tentang pengelolaan
LPMD, dan tokoh-tokoh masyarakat dalam 3 administrasi keuangan desa, dapat diketahui pula dari
bulan sekali selain untuk melakukan evaluasi hasil wawancara berikut :
pelaksanaan APBDes yang sudah kami “Dengan sistem pengelolaan keuangan desa yang
laksanakan, juga dalam kesempatan ini kami diterapkan sekarang sebenarnya kita sebagai
mengharapkan masukan dari mereka terkait pelaku (pengelola) dimudahkan bila proses dan
permasalahan-permasalahan baik dalam prosedur dilalui sesuai dengan rencana kerja yang
pelaksanaan APBDes maupun kinerja pemerintah ditetapkan, namun dalam pelaksanaanya masih
desa sebagai bahan perbaikan untuk ada kendala baik dari kurangnya SDM, terlebih
kedepannya…” (GD, 18 Agustus 2017). lagi karena keterlambatan penetapan APBDes
disertai dengan peraturan pelaksanaan (juklak,
Dari pemaparan informan diatas yaitu Kepala juknisnya) oleh pemerintah daerah…”(Hasil KS,
Desa dan Sekretaris Desa menunjukkan bahwa 7 Agustus 2017)
pertanggungjawaban pelaksanaan APBDes di Desa
Astawa dan Budiasih, Realitas Implementasi Pengelolaan ... 236

“Sebenarnya kami dari PTPKD dalam menyusun khususnya para pengelola keuangan desa masih perlu
pertanggungjawaban tersebut tidaklah sulit, namun ditingkatkan. Kompetensi tersebut merupakan
terkadang pelaksana di tingkat banjar sering perpaduan antara pengetahuan (knowledge),
terlambat dalam menyampaikan dokumen ketrampilan (skill), dan sikap (attitude) yang harus
pendukung pembelian, atau dokumen lainnya, selalu diupayakan peningkatan secara berkelanjutan
sehingga terjadi keterlambatan karena harus (Mathis dan Jackson, 2001).
menunggu dari pelaksana dilapangan….”(Hasil Berdasarkan laporan hasil pemeriksaan
GD, 18 Agustus 2017) Inspektorat Kabupaten Tabanan atas pengelolaan
keuangan desa terhadap pertanggungjawaban
“Saya selalu mengerjakan Buku Kas Umum Desa keuangan desa Dauh Peken Tahun 2016, secara
sesuai dengan transaksi yang ada, namun kendala umum pengelola keuangan desa belum
dilapangan adalah dokumen pendukung berupa menyelenggarakan administrasi keuangan sesuai
order/pesanan, berita acara barang, kuitansi atau dengan ketentuan. Hasil pemeriksaan Inspektorat
nota dan lainnya belum lengkap, selain itu kadang Kabupaten Tabanan terhadap pengelolaan keuangan
kami menerimanya dari petugas juga sering desa Dauh Peken, dapat dilihat dalam Tabel 1
terlambat…” (DA, 21 Agsutus 2017) dibawah ini:
Hasil wawancara tersebut menunjukkan tingkat
kemampuan kompetensi aparat pemerintah desa

Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Pengelolaan Keuangan Desa Dauh Peken


Kecamatan Tabanan Tahun 2016

Desa Bulan Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan


Desa Dauh Peken Pebruari 2017 a. Bendahara Desa Dauh Peken belum
menyetor Silpa T.A 2015 dan 2016
sebesar RP. 2.451.472,28
b. Realisasi belanja belum dilengkapi
dengan bukti dokumen pendukung
Sumber : Data diolah, 2017

Dari sisi pelaporan dan pertanggungjawaban Adapun dalam lapor an tersebut memuat
pelaksanaan APBDes Pemerintah Desa Dauh Peken perkembangan kegiatan fisik dan penyerapan
telah melaksanakan sistem pelaporan yaitu laporan dananya, dengan demikian dapat diketahui bahwa
bulanan dan laporan masing-masing kegiatan. Seperti dalam pertanggungjawaban keuangan desa sudah
hasil wawancara dengan informan sebagai berikut: baik, namun secara administrasi masih perlu ditingkatkan.
“Membuat laporan disetiap akhir bulan atau akhir Pertanggungjawaban APBDes kepada
kegiatan adalah sangat penting, karena tanpa masyarakat dilaksanakan oleh PTPKD melalui
adanya laporan tersebut, anggaran berikutnya forum-forum yang diselenggarakan oleh Pemerintah
tidak bisa direlisasikan, untuk itu kami selalu Desa Dauh Peken, yang dihadiri oleh seluruh unsur
berusaha membuat laporan tersebut sesuai dengan masyarakat dalam rangka evaluasi program, sesuai
petunjuk yang ada…”(KS, 7 Agustus 2017). dengan yang diungkapkan beberapa informan sebagai
berikut:
“Kami selalu membuat laporan bulanan dan “Kalau pertanggungjawaban fisik saya dibantu
laporan akhir kegiatan, karena hal tersebut sebagai oleh beberapa perangkat untuk mengawasi
salah satu syarat untuk pengajuan anggaran tahap pelaksanaannya, tetapi untuk administrasi saya
berikutnya…”(DA, 21 Agustus 2017). berusaha membuat laporan yang mudah dipahami
masyarakat, seluruh administrasi dan laporan-
Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa laporan merupakan hasil koordinasi dengan
pengelola keuangan desa Dauh Peken telah seluruh Tim, dengan pendampingan dari
melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan kecamatan dan kabupaten…” (GD,18 Agsutus
yang sumber dananya dituangkan dalam APBDes. 2017)
237 Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol. 14, No. 2, Juli 2019

“Informasi yang disampaikan kepada masyarakat RPJMDes untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.
terkait pelaksanaan pembangunan memang Rancangan Peraturan Desa tentang APBDes
semestinya mudah diakses, bagi masyarakat ini disampaikan oleh Kepala Desa kepada Badan
penting sebagai informasi tentang kinerja Permusyawaratan Desa untuk dibahas dan disepakati
pemerintah desa…”(JA, 24 Agustus 2017) bersama., dalam hal ini Pemerintah Desa Dauh Peken
terkait Rancangan Peraturan Desa tentang APBDes
“Pemerintah desa sekarang ini sangat terbuka terlambat disepakati karena dampak lambatnya pagu
pada masyarakat, selain diberikan kesempatan indikatif dari Pemerintah Daerah Kabupaten Tabanan
untuk ikut dalam perencanaan anggaran desa juga turun ke desa.
masyarakat diberi kesempatan untuk mengetahui Bagian Kedua adalah implementasi Permendagri
pelaksanaan anggaran yang telah direncanakan. 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa
Semoga harapan saya kedepanya hal ini tetap dalam APBDes Desa Dauh Peken berdasarkan
dipertahankan, agar masyarakat bisa memberikan tahap pelaksanaan. Semua penerimaan dan
masukan dan urun pendapat dalam pembangunan pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan
desanya sendiri…” (NS, 10 Agustus 2017) kewenangan desa dilaksanakan melalui rekening kas
desa. Terhadap hal ini penerimaan dan pengeluaran
Hasil wawancara tersebut sesuai dengan konsep Desa Dauh Peken menggunakan rekening kas desa
transparansi dimana transparansi akan memberikan untuk pelaksanaan kegiatan APBDes. Semua
dampak positif dalam tata pemerintahan. penerimaan dan pengeluaran desa harus didukung oleh
Transparansi akan meningkatkan tanggungjawab bukti yang lengkap dan sah namun Pemerintah Desa
para perumus kebijakan sehingga kontrol masyarakat Dauh Peken belum disertai dengan bukti-bukti
terhadap para pemegang otoritas pembuat kebijakan pendukung yang lengkap sesuai ketentuan yang
akan berjalan efektif, (Kristianten, 2006:31). Dalam berlaku. Terhadap larangan melakukan pungutan,
Permendagri 113 Tahun 2014 Pasal 40 yang Pemerintah Desa Dauh Peken tidak melakukan
mengatur bahwa, laporan pertanggungjawaban pungutan selain ditetapkan dalam Peraturan Desa.
realisasi pelaksanaan APBDes diinformasikan Bendahara Desa Dauh Peken menyimpan uang dalam
kepada masyarakat secara tertulis dan dengan media jumlah tertentu untuk kegiatan operasional
yang mudah diakses oleh masyarakat. Pada desa pemerintah desa sesuai ketentuan yang diatur dalam
Dauh Peken pengelolaan keuangan desa dipertanggung pasal 25 ayat (2), bahwa Bendahara dapat menyimpan
jawabkan kepada masyarakat desa Dauh Peken uang dalam kas desa pada jumlah tertentu dalam
melalui lembaga perwakilannya yaitu BPD. rangka memenuhi kebutuhan operasional pemerintah
Pada bagian membentuk pola dan mencari desa. Pengeluaran desa yang mengakibatkan beban
kesepadanan peneliti membentuk pola dan mencari APBDes tidak dapat dilakukan sebelum rancangan
kesesuaian antara kategori-katagori yang telah peraturan desa tentang APBDes ditetapkan menjadi
dikumpulkan. Hasil kajian dan analisis terhadap Peraturan Desa, dalam hal ini Desa Dauh Peken
kesesuaian tersebut diuraikan dalam 4 (empat) bagian. tidak pernah terjadi pengeluaran sebelum
Bagian Pertama adalah implementasi ditetapkannya Peraturan Desa. Bendahara desa
Permendagri 113 Tahun 2014 tentang pengelolaan sebagai wajib pungut pajak penghasilan (PPh) dan
keuangan desa dalam APBDes Desa Dauh Peken pajak lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
pada tahap perencanaan. Hasil analisis terhadap perundang-undangan. Terkait pernyataan ini bahwa
dokumen dan hasil wawancara bahwa Desa Dauh Bendahara Desa Dauh Peken telah memungut pajak
Peken telah melaksanakan azas pembangunan penghasilan (PPh) dan Pajak lainya sesuai ketentuan.
partisipatif melalui for um Musr enbangdes. Bagian Ketiga, implementasi Permendagri 113
Berdasarkan analisis terhadap data yang diperoleh Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa
dari hasil wawancara dan penelusuran data-data dari dalam APBDes Desa Dauh Peken pada tahap
dokumen yang relevan maka desa Dauh Peken tidak penatausahaan. Penatausahaan keuangan Pemerintah
sepenuhnya mengacu pada RPJMDes sebagai Desa Dauh Peken dilakukan oleh Bendahara Desa,
dokumen untuk menentukan program/kegiatan berdasarkan Permendagri 113 Tahun 2014 pasal 35
prioritas pembangunan desa, sebagaimana diatur ayat (1) bahwa penatausahaan dilakukan oleh Bendahara
dalam Pasal 1 ayat 7 Permendagri 113 Tahun 2014, Desa. Bendahara Desa Dauh Peken melakukan
bahwa RKPDes merupakan adalah penjabaran dari pencatatan disetiap penerimaan dan pengeluaran desa
Astawa dan Budiasih, Realitas Implementasi Pengelolaan ... 238

dan melakukan tutup buku diakhir bulan, Bendahara tidak didukung oleh bukti yang lengkap, hal ini tidak
Desa Dauh Peken sesuai tugas dan fungsinya sejalan dengan Pasal 24 ayat 3 (tiga) Permendagri
mempertanggungjawabkan keuangan desa sesuai 113 tahun 2014 yang mengatur tentang semua
dengan laporan pertanggungjawaban. Laporan penerimaan dan pengeluaran harus didukung oleh
Pertaggungjawaban keuangan Desa Dauh Peken bukti yang lengkap dan sah. Pada tahap pelaporan
disampaikan kepada kepala desa pada setiap akhir dan pertanggungjawaban tentang pelaksanaan
bulan yang bersangkutan. APBDes tidak disertai dengan penyetoran SiLPA
Bagian Keempat adalah implementasi sebagai sisa lebih perhitungan anggaran. Masalah
Permendagri 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan ini bertentangan dengan ketentuan yang disyaratkan
Keuangan Desa dalam APBDes Desa Dauh Peken dalam Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 Pasal
pada tahap pelaporan dan pertanggungjawaban. 33 butir (b), yang menyatakan bahwa keadaan yang
Kepala Desa Dauh Peken sebagai kuasa pengguna menyebabkan sisa lebih perhitungan anggaran
anggaran telah menyampaikan laporan realisasi setiap (SilPA) tahun sebelumnya harus digunakan dalam
semester secara berkala kepada Bupati Tabanan dan tahun berjalan.
menyampaikan laporan realisasi semester pertama Realitas yang terjadi dari implementasi
pada bulan Juni pada akhir bulan, laporan semester Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 tentang
akhir tahun disampaikan per 31 Desember tahun Pengelolaan Keuangan Desa dalam APBDes Desa
berjalan. Mengacu pasal 38 ayat (2) Permendagri Dauh Peken, dari perencanaan sampai
Nomor 113 Tahun 2014, Kepala Desa Dauh Peken pertanggungjawaban ditinjau dari konsep APBDes,
telah menyampaikan Laporan Realisasi Pelaksanaan good governance dan Teori Strukturasi Giidens.
APBDes kepada Bupati Tabanan pada akhir bulan Berdasarkan konsep APBDes, bahwa APBDes
Desember namunterdapat SiLPA tahun sebelumnya sebagai dokumen yang memiliki kekuatan hukum dan
tidak disetorkan, hal ini sebagai temuan oleh Inspektorat menjamin kepastian rencana kegiatan dalam arti
Kabupaten Tabanan dalam laporan hasil pemeriksaan mengikat Pemerintah Desa dan semua pihak yang
atas pertanggungjawaban keuangan desa Dauh Peken terkait, untuk melaksanakan kegiatan sesuai rencana
tahun anggaran 2016. Laporan realisasi dan laporan yang telah ditetapkan. Berdasarkan konsep ini
pertanggungjawaban pelaksanaan APBDes penerapan APBDes Desa Dauh Peken dipahami
diinformasikan kepada masyarakat secara tertulis sebagai perwujudan keuangan desa yang belum taat
dan dengan media informasi yang mudah diakses oleh azas, dimana keuangan desa belum tertib dan disiplin
masyarakat.. Bahwa Laporan Realisasi dan Laporan anggaran. Belum dilaksanakan secara konsisten dan
pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDes pengelolaan keuangan desa belum sesuai dengan
desa Dauh Peken telah dipertanggungjawabkan ketentuan yang berlaku.
dihadapan BPD sebagai wakil masyarakat Berdasarkan pada konsep good governance
Generalisasi naturalistik ini diambil melalui Pemerintah Desa, dimana sistem pelayanan publik
kesesuaian antara katagori-katagori yang dapat berorientasi pada kebutuhan dan kepuasan serta
dipahami sebagai sebuah pandangan yang terinci kesejahteraan masyarakat, diperlukan adanya
tentang kasus. Dari studi ini peneliti melakukan reformasi kelembagaan dan reformasi manajemen
inferensi dari data yang diperoleh dengan teori-teori publik. Terkait dengan ralitas yang terjadi dalam
yang relevan dengan hasil-hasil penelitian khususnya APBDes Desa Dauh Peken belum sesuai dengan
Pengelolaan Keuangan Desa dalam APBDes Desa ketentuan bahwa Pemerintah Desa Dauh Peken
Dauh Peken Kecamatan Tabanan. Hasil kajian dan belum melakukan penyesuaian terhadap ketentuan
analisis terhadap kesesuaian dari masing-masing pola yang berlaku terkait dengan RPJMDes yang
yang dibentuk dapat diuraikan permasalahan tentang merupakan pedoman dalam perencanaan anggaran
Implementasi Permendagri 113 Tahun 2014 tentang desa agar pengelolaan keuangan rakyat (public
Pengelolaan Keuangan Desa dalam APBdes desa money) dilakukan dengan efektif dengan
Dauh Peken, sebagai berikut: berdasarkan konsep value for money sehingga
Pada tahap perencanaan terdapat keterlambatan tercipta akuntabilitas publik yang pada akhirnya dapat
penetapan Perdes tentang APBDes, dan Rancangan menciptakan kesejahteraan pada masyarakat.
RKPDes tidak sepenuhnya merupakan penjabaran Realitas yang terjadi pada APBDes Desa Dauh
dari RPJMDes. Pada tahap pelaksanaan program/ Peken dalam implementasi Permendagri Nomor 113
kegiatan APBDes, penerimaan dan pengeluaran desa Tahun 2014, berdasarkan teori Strukturasi Giddens
239 Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol. 14, No. 2, Juli 2019

dipahami sebagai Sistem penganggaran yang belum mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat desa,
efektif dimana pengguna anggaran (agensi) belum akan tetapi disisi lain akan berdampak kepada
melalui proses dan waktu sesuai syarat-syarat implikasi yuridis terkait pengelolaan keuangan desa
legalitas yang harus dipenuhi untuk realisasi itu sendiri.
anggaran. Sistem penganggaran yang tidak efektif Pelaksanaan tugas dan kewenangan dalam
berdampak pada kebutuhan masyarakat yang pengelolaan keuangan desa menuntut tanggungjawab
insidental tidak dapat dibiayai melalui APBDes. untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang
Argumen Giddens bahwa struktur dan pelaku tidak dilaksanakan dalam koridor Peraturan Perundang-
dapat dipisahkan, hubungan ini merupakan hubungan Undangan yang berlaku. Subtansi pengelolaan
dualitas (timbal balik) struktur adalah aturan (rule) keuangan desa dalam Permendagri 113 Tahun 2014
dan pelaku (agensi). Aturan-aturan yang mengatur dilakukan melalui APBDes, yang terdiri atas
sebagai teknik-teknik atau prosedur-prosedur dalam pendapatan, belanja, dan pembiayaan desa,
pengelolaan keuangan desa oleh Pemerintah Desa menimbulkan konsekwensi hukum bagi Pengelola
(agensi) belum diekspresi verbal sebagai struktur Keuangan Desa. Pengelolaan keuangan desa tidak
yang mempengaruhi derajat kinerja penerintah desa sesuai dengan Peraturan dan Perundang-undangan
yang ditampilkan kehadapan masyarakat yang yang berlaku akan menimbulkan konsekwensi hukum
merupakan bagian dari struktur itu sendiri. baik sanksi administrasi maupun sanksi pidana.
Pemerintah Desa dituntut memiliki kemampuan
SIMPULAN dalam mekanisme penyelenggaraan APBDes dari
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat tahap perencanaan sampai pertanggungjawaban
disimpulkan bahwa tahap perencanaan pengelolaan program atau kegiatan yang dananya bersumber
keuangan desa Dauh Peken telah melaksanakan dari anggaran Negara. Peran Pemerintah Daerah
prinsip partisipatif dan responsive dalam rangka untuk mengalokasikan sejumlah dana bagi desa yang
pemberdayaan masyarakat desa melalui forum ada dalam wilayahnya sesuai dengan waktu yang
Musrenbangdes, namun Rencana Kerja Pemerintah telah ditentukan sehingga penetapan APBDes dapat
Desa (RKPDes) yang ditetapkan tidak sepenuhnya dilaksanakan sesuai batas waktu dan rencana kerja
merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan yang ditetapkan.
Jangka Menengah Desa (RPJMDes) dimana Demikian juga dengan pertanggungjawaban
RPJMDes seharusnya menjadi sebuah pedoman pelaksanaan APBDes, Pemerintah Daerah dituntut
dalam menentukan arah program/kegiatan prioritas untuk melakukan pembinaan dan pengawasan
dalam pembangunan yang memihak pada kebutuhan terhadap pengelolaan keuangan desa secara intensif.
masyarakat desa Dalam tahap perencanaan Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mewujudkan
APBDes Desa Dauh Peken tidak dapat ditetapkan akuntabiitas penyelenggaraan pemerintahan desa
sesuai waktu yang telah diatur dalam ketentuan dalam mengelola keuangan desa.
Permendagri 113 tahun 2014, karena terlambatnya Untuk Pemerintah Desa Dauh Peken
pagu indikatif dari pemerintah daerah disampaikan Kecamatan Tabanan; berdasarkan kesimpulan
ke desa. penelitia n menunjukkan mas ih adanya
Dalam tahap pelaksanaan APBDes Dauh Peken ketidaksesu aian dalam proses pengelolaan
sudah baik, namun masih terdapat ketidaksesuaian keuangan desa diantaranya RKPDes tidak
pada penerimaan dan pengeluaran anggaran belum merupakan penjabaran dar i RPJMDes,
disertai dengan dokumen dan bukti-bukti pendukung keterlambatan penetapan APBDes, dan
yang sah. Tahap pelaporan dan pertanggungjawaban pertanggungjawaban keuangan desa, untuk
APBDes Desa Dauh Peken masih terdapat permasalahan ini saran peneliti adalah Meningkatkan
kesalahan dalam pertanggungjawaban administrasi kompetensi SDM melalui pelatihan pengelolaan
keuangan desa, dimana Sisa Lebih Perhitungan keuangan desa yang diselenggarakan Pemerintah
Anggaran (SiLPA) tidak disetorkan sebagai Daerah kepada Pemerintah Desa. Meningkatkan
pengeluaran pembiayaan. pemahaman penggunaan sistem informasi akuntansi
Adanya Permendagri Nomor 113 tahun 2014 dalam pengelolaan keuangan desa dengan jalan
tentang Pengelolaan Keuangan Desa yang menyediakan fasilitas teknologi informasi yang
memberikan kewenangan di bidang pengelolaan memadai dan melakukan pelatihan-pelatihan terkait
keuangan bagi desa disatu sisi sebagai sarana untuk sistem keuangan desa.
Astawa dan Budiasih, Realitas Implementasi Pengelolaan ... 240

Untuk Pemerintah Daerah dan Kecamatan; Lincoln, Y., and Guba, E. (1985). Naturalistic
adanya pembinaan dan pengawasan secara rutin Inquiry. Newbury Park, CA: Sage Publications
dan berkala yang dilakukan Pemerintah Kecamatan Ludigdo, U. (2007). Paradoks Etika Akuntan.
maupun Kabupaten mengenai pengelolaan Yogyakarta: Pustaka Pelajar
keuangan desa. Untuk peneliti selanjutnya: Lunenburg, C.F. (2011). “Self-Efficacy in the
keterbatasan peneliti melakukan wawancara dan Workplace: Implications for Motivation and
pengamatan hanya dapat dilakukan pada tingkat desa Performance”. Sam Houstan State University,
saja, yang seharusnya pada tahap tertentu terdapat International Journal Of Management, Business,
kegiatan yang dilakukan pada tingkat kecamatan and Administration. Vol. 14. Number 1
maupun kabupaten. Untuk peneliti selanjutnya, Mahsun, (2005). Metode Penelitian Bahasa, Jakarta:
sebaiknya juga melakukan penelahaan terhadap peran PT. Raja Grafindo Pesada
pemerintah daerah dalam mekanisme pengelolaan Mantja, W. (2005). Etnografi Disain Penelitian
keuangan desa. Kualitatif dan Manajemen Pendidikan.
Malang: Wineka Media
REFERENSI Mardiasmo. (2002). Akuntansi Sektor Publik.
Bogdan, R dan Steven J.T . (1993). Kualitatif Dasar- Yogyakarta: Penerbit Andi.
Dasar Penelitian. Surabaya: Usaha Nasional Mardiasmo. (2004). Akuntansi Sektor Publik. Ed.
Creswell, J. (1998). Qualitative Inquiry and Kedua.Yogyakarta: Andi.
Research Design: Choosing Among Five Marie C.H. (1997). “Choosing Qualitative Research:
Traditions. London: SAGE Publications A Primer for Technology Education Researchers”.
Creswell, J.W. (2003). Educational Research. Journal of Technology Education. Vol.9
Planning, Conducting, and Evaluating Number.1
Quantitative and Qualitative Research, Maringan, M. S. (2004). Dasar-Dasar Administrasi
Second Edition. New Jersey: Pearson Merrill dan Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Prentice Hall Mathis.L.R dan Jackson.H.J. (2001). Manajemen
Creswell, J. (2010). Research design: pendekatan Sumber Daya Manusia. Buku kedua, Jakarta
kualitatif, kuantitatif, dan mixed. Yogjakarta: Meriam, S.B. (1988). Case Study Research in
PT Pustaka Pelajar. Education: A Qualitative Approach. San
Cho,V dan Huang. (2011). “Professional Commitment, Francisco: Jossey-Bass Publishers.
Organizational Commitment, and The Intentions Miles, B. M. dan Huberman, M. (1992). Analisis
to Leave for Professional Advancement”. Data Kualitatif Buku Sumber Tentang
Emerald Metode-metode Baru. Jakarta: UIP.
Giddens, A. (1984). The Contitution Of Society: Moleong, L.J. (2001), Metode Penelitian Kualitatif.
the outline of The Theory ofstructuration. cetakan keempat belas, Bandung: PT Remaja
Cambridge: Polity Press. Rosdakarya (anggota IKAPI).
Harahap, Sofyan, (2001). Sistem Pengawasan Moleong, L.J. (2007). Metodelogi Penelitian
Manajemen. Jakarta: Penerbit Quantum Kualitatif. Bandung: Penerbit PT. Remaja
Kaho, Y.R. (1997). Prospek Otonomi Daerah Di Rosdakarya Offset
Negara Republik Indonesia. Jakarta: PT. Narimawati, U. (2008). Teknik-Teknik Analisis
Gravindo Persada Multivariat untuk Riset Ekonomi. Graha Ilmu.
Kirk dan Miller dalam Moleong, L.J. (1986). Yogyakarta.
Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Patilima, H. (2005). Metode Penelitian Kualitatif.
PT.Remaja RosdaKarya. Bandung: Alfabeta.
Koentjaraningrat. (1993). Metode-metode Patton, M.Q. (1987). Qualitative Education
Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Methods. Beverly Hills: Sage Publication
Gramedia Pustaka Utama Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 tentang
Kristianten. (2006). Transparansi Anggaran pengelolaan keuangan desa.
Pemerintah. Jakarta: Rineka Cipta Purwitasari, D. (2013). “Analisis Perbandingan Dan
Lembaga Administrasi Negara (LAN) dan Badan Analisis Sumber Serta Penggunaan Dana Pada
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan APBDesa Slemanan”. Jupe UNS, Vol. 1, No. 2,
(BPKP) RI. (2000) hlm: 1-12
241 Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol. 14, No. 2, Juli 2019

Riyanto, T. (2015). “Akuntabilitas Finansial Dalam Sumodiningrat, G (1999). Pemberdayaan


Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) Di Masyarakat dan Jaringan Pengamanan
Kantor Desa Perangat Selatan Kecamatan Sosial, Jakrta: PT Gramedia Pustaka Utama
Marangkayu Kabupaten Kutai Kartanegara”. Susilo. (2009). Penelitian Tindakan Kelas.
eJournal Administrasi Negara, Vol. 3, No. 1, Yogyakarta: Pustaka Book Publisher
hlm: 119-130 Supriadi, E. (2015). “Pertanggungjawaban Kepala
Rohani, A. (1997). Media Intruksional Edukatif. Desa Dalam Pengelolaan Keuangan Desa
Jakarta; Rineka Cipta Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
Santosa, P. (2008). Administrasi Publik Teori dan 2014 Tentang Desa”.  Jurnal IUS, Vol. 3, No. 8,
Aplikasi Good Governance, Bandung: Refika hlm: 334-350.
Aditama Suyitno, A. (2006). “Pemilihan Model-model
Sedarmayanti, (2007). Good Governance Pembelajaran dan Penerapannya”. Semarang :
(Kepemerintahan Yang Baik Dan Good Universitas Negeri Semarang
Corporate Governance (Tata kelola Syaukani HR, (2003). Otonomi Daerah Dalam
Perusahaan Yang Baik). Bandung: CV. Negara Kesatuan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mandar Maju Tjokroamidjojo, Bintoro. 2000. Good Governance
Sisianto, D. (2015). “Manajemen Keuangan Desa (Paradigma Baru Manajemen Pembangunan).
Penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan Jakarta: UI Press
dan Belanja Desa di Desa Tinting Boyok Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Kecamatan Sekadau Hulu”.  jurnal Ilmu Utomo, S.J. (2015). “Implementasi Kebijakan Anggaran
Pemerintahan, Vol. 4, No. 1, hlm: 1-16 Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) Untuk
Stake, R.E. (1995). The Art of Case Study Meningkatkan Pembangunan Desa (Studi
Research.Thousand Oaks, CA: Sage Kasus di Desa Bandung Kecamatan Gedeg
Publications Kabupaten Mojokerto)”.  Media Trend , Vol. 10,
Sudaryanto. (1993). Metode dan Aneka Teknik No. 1, hlm: 27-46
Analisis Bahasa. Jogjakarta: Duta Wacana Wynsberghe and Khan, S. (2007). “Redefining Case
University Press Study”. International Journal of Qualitative
Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Kunatitatif Methods 6 (2) June 2007
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Yin, (1996). Studi Kasus: Desain dan metode
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif (Alihbahasa oleh M.D. Mudzakir), Jakarta: Raja
Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta Grafindo Persada.
Sujamto, (1996). .Aspek-aspek Pelaksanaan Yin, R.K. (2009). Studi Kasus; Desain dan
Otonomi Daerah. Jakarta: Bina Aksara Metode. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai