Anda di halaman 1dari 4

NAMA : Migi Syahrizal

MK : Teori Komunikasi

DOSEN : Sigit Surahman, S.Sn.,M.Si

NIM : 51115060

KELOMPOK : 01 (Satu)

1. Jurnalisme dalam dunia ilmu pengetahuan modern


1. Jurnalistik dalam dunia ilmu pengetahuan modern berkaitan dengan :
 Jurnalistik sebagai teori, Secara etimologis atau asal kata, istilah jurnalistik
atau dalam bahasa Inggrisnya Journalism, dan dalam bahasa Belandanya
Journalistiek, berasal dari perkataan Prancis, Journa yang artinya surat
kabar, Istilah Journa sendiri berasal dari kata lain, Diurna, yang artinya tiap
hari, harian, atau catatan harian atau disebut juga dengan berita.
 Jurnalistik sebagai metode, yakni suatu keterampilan atau kegiatan
mencari, mengolah, menulis, dan menyebarluaskan informasi bahan berita,
dan disebarluaskan kepada masyarakat secara rutin setiap hari, melalui
surat kabar dan majalah atau memancarkannya melalui siaran radio dan
siaran televisi.
 Jurnalistik sebagai sistematika, yaitu, bagaimana seorang wartawan menulis
berita. Dengan sistematika yang diperlukan sebagai berikut :
1. Memilih topik berita
2. Mendiskusikan topik
3. Menetukan topik yang akan dijadikan naskah berita
4. Mendiskusikan daftar pertanyaan
5. Membuat daftar pertanyaan dengan dasar 5W+1H
6. Proses pengumpulan data melalui wawancara
7. Proses menulis naskah berita.
8. Mengoreksi kembali teks berita
 Jurnalistik sebagai objek studi, yakni sebagai objek studi ilmu komunikasi.
adalah salah satu ilmu terapan dari ilmu komunikasi yang mempelajari
keterampilan seseorang dalam mencari, mengumpulkan, menyeleksi, mengolah
informasi yang mengandung nilai berita (news value) menjadi karya jurnalistik
serta menyajikan kepada khalayak baik melalui media cetak maupun media
elektronik.
 Jurnalistik sebagai penelitian, adalah jurnalistik sebagai Bidang profesi yang
mengusahakan penyajian informasi tentang kejadian dan atau kehidupan
sehari-hari (pada hakikatnya dalam bentuk penerangan, penafsiran dan
pengkajian) secara berkala, dengan menggunakan sarana-sarana penerbitan
yang ada.

2. Perbedaan fungsi jurnalistik konvensional dan modern

Perbedaan yang mendasar antara jurnalistik konvensional dan jurnalistik modern.

 Model Komunikasi Yang Berlangsung, dalam jurnalistik modern, tutur informasi


disajikan secara non linear untuk mengakomodasi kebebasan pengguna nya dalam
mengakses informasi. Pengguna media modern dapat menikmati publikasi online
mulai dari kisah terakhir lalu melompat kekisah sebelumnya. Bahkan bisa dimulai
dari kisah yang pernah di publikasi sekian taun sebelmunya atau kesumber
informasi yang sama sekali berbeda ditengah-tengah proses penikmatan informasi.
Sedangkan dalam jurnalistik konvensional, tata tutur informasi disajikan secara
linear kepada para penggunanya. Mau tidak mau, pengguna media konvensional
harus mengikuti urutan informasi yang telah ditentukan sebelumnya oleh
penerbitnya. Penggunaan media konvensional tidak bisa melakukan lompatan
dalam mengakses informasi.

 Kepraktisan dan kenyamanan bagi pengguna, pengguna media modern terkadang


merasa kurang nyaman dan praktis dalam menggunakan media yang satu ini.
Ketika hendak mengakses produk jurnalistik modern, sesorang harus duduk
didepan computer atau membaca teks dilayar sempit pesawat selular atau PDA
(Personel Data Assistant) yang mampu WAP. Meskipun bukan suatu yang
mustahil dimasa depan akan ditemukan device baru yang akan memberikan
kenyamanan lebih baik untuk mengakses informasi secara online.
Berbeda hal nya dengan media konvensional. Kita dapat membaca Koran atau
novel sambil tiduran, menonton berita di televise sambil tiduran di sofa atau
karpet, atau mendengarkan talkshow dari sebuah stasiun radio sambil memasak
atau memandikan anak. Bahkan kita bisa sambil jalan-jalan dengan pesawat
Walkman disaku. Itu semua belum dapat dilakukan oleh pengguna media online.

3. Di negara demokratis hak-hak demokrasi rakyat seperti hak kebebasan berfikir,


menyatakan pendapat dan berusaha dilindungi oleh undang-undang. Perlindungan
terhadap kebebasan pers pun dicantumkan secara tegas dalam konstitusi. Tetapi, baru
di penghujung abad ke-20 dan diawal abad ke-21 ini pers kita mendapatkan jaminan
undang-undang dalam melaksanakan kebebasan persnya dengan disahkan undang-
undang No. 40 tahun 1999 dan diterimanya Amandemen ke-2 UUD 1945 oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat. Seperti yang dikemukakan Mitchel V. Charnley Kebebasan
pers itu bukan berarti , “Government, keep your hands off!”. Tetapi artinya, “Keep
your hands off so that media may help the people to preserve the democratic system”.
Menururt Charnley, kebebasan pers adalah sarana, bukan tujuan; pelindungnya adalah
publik bukan penerbit. Publik atau rakyat dalam hal ini diwakili oleh undang-undang.
Semua sistem kebebasan pers termasuk di Indonesia memiliki konsep mengenai
tanggung jawabnya masing-masing. Jadi pers dalam penyampaian informasinya
memiliki hak dan tanggung jawabnya tersendiri. Yaitu untuk menginformasikan
kepada rakyat untuk kepentingan masyarakat yang sesuai dengan kode etik dan
konstitusi negara.
Kebebasan pers tercantum pada BAB XA “Hak Asasi Manusia” pasal 28 UUD 1945
tentang kebebasan pers: “setiap orang berhak untuk berakomodasi dan memperoleh
informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk
mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi
dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersdia”. Hal ini menyatakan secara de
jure iklim kebebasan pers di Indonesia sangat kondusif.
Namun secara de facto kebebasan pers di Indonesia tidak begitu kondusif karena
tegaknya hukum di suatu negara tergantung masing-masing pihak dalam masyarakat
sebagai warga negara. Rendahnya kesadaran membuta munculnya bias antara de jure
dan de facto. Misalnya di bidang jurnalisme kode etik sangat di perlukan sebagai
tanggung jawab atas keprofesian yang mereka jalani, yaitu adanya tuntutan yang
sangat asasi, yaitu kebebasan pers.Namun, tidak jarang dalam melaksanakan
kebebasan pers itu wartawan cenderung lupa atau sengaja melupakan hak orang lain
sehingga merugikan profesinya juga.
pada praktisnya, kebebasan pers berputar pada perdebatan dan kontroversi antara pola
kepentingan dua arah, yaitu kepentingan pemerintah untuk menjaga rahasia politik,
keutuhan dan kedaulatan negara, dokumen rahasia dan pola kebijakan terhadap publik,
dengan kepentingan masyarakat yang menuntut partisipasi aktif dalam menyalurkan
aspirasi politik mereka, dan untuk memeperoleh informasi tanpa melangggar keutuhan
hak kebebasan pribadi setiap individu.

Anda mungkin juga menyukai