Desain Ventilasi Industri
Desain Ventilasi Industri
Nama :
NIM :
Kata Pengatar,
Tugas perencanan Sistim Ventilasi Lokal merupakan tugas mata kuliah Ventilasi Industri
selama satu semester 2 SKS, Jurusan Keselamatan dan kesehatan Kerja pada Fakultas
Kesehatan Masyarakat -----------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jakarta, 2014
Penyusun ,
Daftar Isi
halaman
BAB - 1 PENDAHULUAN
1.1. Pengenalan ………………………………5
1.2. Tujuan ………………………………5
1.3. Proses Perencanaan ……………………………….6
1.4. Acuan ………………………………7
Daftar Gambar
BAB - I
PENDAHULUAN
1.1. Pengenalan
Ventilasi industri salah satu alternatif untuk mengendalikan kondisi lingkungan kerja atau
alat kontrol engineering (kerekayasaan) dengan menyuplay aliran udara bersih, ke area
ruang tempat kerja guna menghilangkan kontaminan, atau proses pertukaran udara dengan
cara pengeluaran udara terkontaminasi dari ruang tempat kerja, melalui saluran buang, dan
pemasukan udara segar melalui saluran masuk
Secara ideal, Sistim Ventilasi Lokal, terdiri dari 4 komponen, yaitu ; (i) hood, (ii) duct work,
(iii) air cleaning device, dan (iv) fan, seperti telihat pada gambar 1.1
Hood
Hood fungsinya untuk menangkap kontamian karena merupakan kunci utama yang
menentukakan kinerja sistem ventilasi lokal. Faktor yang mempengaruhi
rancangannya berdasarkan pada bentuk, kecepatan serta arah dimana kontaminan
dilepaskan. Untuk partikel kontaminan yang besar dan berat, maka hood harus
diletakkan pada posisi yang tepat .
Duct
Duct work menyediakan jalan untuk membawa kontaminan ke bagian pembersih
udara. Kecepatan dari udara dari saluran ini harus cukup tinggi untuk mencegah
partikel-partikel besar pengendapan di dalam ducting
Air cleaner
Air cleaner memisahkan kontaminan dari aliran udara sebelum masuk ke fan dan
dilepaskan ke atmosfer atau di daur ulang ke area kerja. Terdapat dua bagian, yaitu:
air filters dan dust collectors. Air filters dirancang untuk memisahkan konsentrasi
partikel yang berukuran kecil dari udara. Dust collectors dirancang untuk
memisahkan konstrasi partikel yang berukuran lebih besar, yang biasanya terdapat
di udara pada proses industri.
Fan
Fan merupakan alat penggerak udara yang menyediakan energi untuk menarik
udara dan kontaminan kedalam sistem exhaust dengan meninduksikan tekanan
negative atau hisapan didalam saluran udara yang menuju hood.
1.2. Tujuan
Secara umum tujuan dari sebuah sistem ventilas industri, adalah sebagai berikut :
a. Menyediakan pasokan udara segar di luar secara kontinu.
b. Mempertahankan suhu dan kelembaban di tingkat yang nyaman.
c. Mengurangi potensi bahaya kebakaran atau ledakan.
d. Mengontrol kontaminan meliputi:
menghilangkan penggunaan bahan kimia berbahaya atau material,
pengganti dengan bahan kimia yang kurang beracun, atau perubahan
proses
Sedangkan tujuan dari sistim ventilasi local , adalah mengeluarkan udara kontaminan bahan
kimia dari sumber tanpa memberikan kesempatan kontaminan mengalami difusi dengan
udara di tempat kerja, sedangkan sistem supplay guna menciptakan lingkungan tempat
kerja yang nyaman di industri
Gambar.1.2. Skema Sistim Pemipaan Duct, penggunaan Elbow, dan Brach Entry
2. Langkah kedua,
4. Langkah keempat
5. Langkah kelima
Faktor yang umumnya dibutuhkan untuk memilih fan yang tepat adalah tipe dan
konsentrasi kontaminan (debu, liquid atau gas hasil dari pembakaran) yang akan
dialirkan, area yang dibutuhkan untuk instalasi alat, dan kebisingan yang ditimbulkan
merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan.
1.5. Acuan
BAB - II
PENENTUAN UKURAN UKURAN UTAMA
Data awal yang diketahui adalah bentuk dan ukuran kontruksi bangunan pada gambar 2.1,
maka ditetapkan demensi sebagai berikut, pada table- 2.1.
Gambar,2.1. Plan View, Elbow-4 buah (900 , 600 ,450 ), Barch Entry 1 buah
Gambar 2.2, adalah sistim pemipaan atau jaringan duct disuatau pabrik XA.
Panjang duct yang akan dibutuhkan pada perencanaan ini sebesar 70 ft, yang terdiri dari
potongan duct atau segmen duct seperti terlihat pada tabel. 2.1
Diameter (inch) 10 10 14 14 15
Panjang (ft) 19 15 10 14 12
Dari gambar 2.1, perencanaan elbow pada sistim jaringan pipa gambar 2.2, maka
dalam perencanaan ini pemilihan bentuk “elbow -5 spicie” seperti pada gambar 2.3
Dari gambar 2.3, perencanaan ini, degree elbows dan elbow loss coefficient, seperti
terlihat pada table.2.2, dibawah ini.
Potongan/
Elbows degree Elbows Elbow Loss Coefficient
Segmen Duct
0
A -C 1 - 90 1 0,19
B-C 1 - 600 0,666 0,24
D -E 1 - 600 1,17 0,24
1 – 450
Pemilihan alternative bentuk brach entry tergantung pada bentuk kontruksi, Sistim
Jaringan Pemipaan (Ducting) yang dinginkan, dan didasarkan pada prinsip-prinsip
perencanaan Branch entry pada sisitim jaringan pemipaan (duct). Brach entri yang
digunakan dalam perencanan ini sebanyak 1 buah, yaitu berbentuk preferred dengan
sudut maximal , θ = 300, terlihat pada gambar. 2.4.
Dari gambar 2.4, maka Entry Loss Coefficient, terlihat pada tabel. 2.3
Jenis material pipa yang di gunakan dalam perancangan ini adalah material “
Galvanized sheet duct” tabel 2.4
Tabel. 2.4 Nilai Koefisien a,b dan c untuk berbagai material duct
Material Duct K, Ft a b c
Dalam penentuan demensi hood perlu diperhatikan bahwa besarnya hood harus
lebih besar ≠ (1- 2) ft dari ukuran sumber, fungsinya agar hood dapat menjangkau
seluruh kontaminan yang dihasikan sumber.
Tabel 2.4, sebagai acuan yang digunakan untuk menentukan besarnya debit hisapan
hood, dimana dalam perencanaan ini kondisi penyebaran kontaminan, dilepaskan
kelingkungan tempat kerja tanpa kecepatan , misalnya adanya penguapan dari
wadah tertentu
Jumlah hood yang digunkan dalam perancangan ini sebanyak 2 buah, yaitu
- Canopy hood gambar detail A, dengan sudut 450, Gambar. 2.5 dan
- Hood on Bench or flor (yaitu hood di letakan diatas bangku atau lantai) gambar
detail B, Gambar.2.6
Perhitungan lihat gambar.2.5 dan gambar 2.6, tergantung dari luas permukaan dan
jarak antar sumbuh tengah sumber dengan mulut hood, dengan rumus persamaan
adalah sebagai berikut:
1. HOOD – A gambar.2.5
Q = V (10 X2 + Af)
dimana,
Q = V (5 X2 + Af)
dimana,
V = kecepatan tangkap (200 - 500 fpm)
Q = debit hisapan hood (2.040 – 5.100 cfm)
X = 1 ft
Af = 5,2 ft2
Untuk menghitung kecepatan tangkap (V) dan besarnya debit hisap (Q) berdasarkan
jenis dan tipe sloot, seperti pada gambar 2.7.
Untuk menentukan kecepatan aliran udara dalam slot /Slot Velocity Vs, kecepatan Slot
pada perencanan ini di tentukan sebesar ----– Vs = 400 fpm, dengan Cross-Sectional
Area Hood- A = 1,8 ft2, dan Hood –B = 5,2 ft2 . Koefisien kehilangan pada Slot
sebesar 1,78 (diambil dalam perencanan pada gambar 2.7).
Gambar2.7 , Sumber ; Gambar.6.29. Hood entri losses pada saat aliran udara masuk ke exterior hood,
Sumber : American Conference of Governmental Industrial Hygienists (ACGIH) 1988, Figure 5-15- Hood
Rntry Loss Factors Industrial Ventilation : A Manual of Recommended Practice, 23 rd Edition. Copyright 1988
hlmn -175 Ventilasi Industri-Dasar-dasar pengtahuan dan perencanaan sistim ventilasi industri
Kehilangan tekanan yang terjadi pada hood sangat berhubungan dengan ukuran hood, pada
rancangan ini pada gambar 2.5 dan gambar 2.6, dan kecepatan udara pada duct ,dengan
kecepatan tangkap (200 -500) fpm. Untuk duct entry loss, atau kehilanganberhubungan
dengan tekanan kecepatan udara di duct karena adanya faktor kehilangan tekan pada saat
masuk di hood (Fh), dalam perencanaan ini sesuai bentuk dari hood berbentuk persegi
Sebesar 0,25 (gambar 2.8)
Gambar 2.8 ; Sumber Gambar.6.27 Hood entry loss, he, Sumber ; William Popendarf, Industrial Hygiene
Control of Airborne Chemical Hazard , hlmn -170 Ventilasi Industri-Dasar-dasar pengtahuan dan
perencanaan sistim ventilasi industri
Dari data perhitungan pentuan ukuran Hood dan besarnya debit tangkap, dengan
kecepatan tangkap (200 -500) fpm, maka ditentukan demensi perancangan sistim
ventilasi lokal adalah sebagai berikut :
BAB – III
PERHITUNGAN
Metode perhitungan yang digunakan dalam desain ini adalah menggunakan metode desain
Perhitungan Kecepatan Tekanan atau Velocity Pressure Method Calculation Sheet
Dari hasil perhitungan yaitu untuk mengetahui distribusi volume flow rate, duct velocity, slot
velocity, slot static pressure, hood static pressure, duct SP loss, dan qumulatif static
pressure, Fan SP dan Fan TP. Denagan data hasil perhitungan besar daya , dan putaran
Fan yang akan digunakan.
Langkah pertama ;
Aliran udara/ Volumetric Flowrate, yang telah dihitung
Q = V (10 X2 + Af)
dimana,
V = kecepatan tangkap (200 -500 fpm)
Q = debit hisapan hood (=2.360 – 5.900 cfm)
X = 1 ft
Af =1,8 ft2
Langkah kedua ;
adalah menentukan diameter duct = dc = 10 in
Diameter duct yang dirancang sangat bergantung pada debit gas dan
kecepatan minimum transport.
Langkah ketiga ;
adalah menghitung luas bukaan hood yang di desain = A , dalam ft2
= 0,5454 ft2
dimana ;
dc = 10 in, dikonversikan ke feet ---- dc =10/12 ft
Maka, duct area luas bebas dari bukaan inlet,----- A = 0,5454 ft2 .
Langakah keempat;
adalah menghitung kecepatan duct actual/Actual Duct Velocity=.Vc,- Q = V*A,
Vc =Q/A,
Vc=(2.600/0.5454)
= 4.767 fpm
dimana,
Q = 2.600 cfm
A = 0,5454 sq.ft
Maka, kecepatan duct actual,
Vc= 4.767 fpm (dihitung)
Dalam perancangan sistem ventilasi industri, kecepatan dalam setiap duct tidak boleh lebih
besar dari 6.000 fpm karena dapat menimbulkan bising/noise ditempat kerja (perhitungan
diatas memenuhi persyaratan standar).
Langkah kelimah;
yaitu menghitung kecepatan tekan pada duct VPd, dalam in H2O
Langkah keenam;
adalah menentukan kecepatan aliran dalam slot /Slot Velocity-- Vs , kecepatan Slot pada
perencanan ini di tentukan sebesar ----–Vs = 400 fpm
Langkah ketujuh;
Mengitung Tekanan kecepatan Slot VPs ,dalam i in H2O, dengan menggunkan rumus
persamaan,
VPs = (Vs/4005)2
VPs = (400/4005)2
= 0,0100 in H2O
dimana,
Vs = 400 fpm
Maka tekanan kecepatan --- VPs = 0,0100 in H2O
Langkah kedelapan;
Koefisien kehilangan pada Slot sebesar 1,78 (diambil dalam tabel)
Langkah kesembilan;
adalah menghitung kehilangan yang di slot dalam rancangan dipakai istilah Slot loss per
VP, sedangkan acceleration factor atau faktor percepatan diambil dalam perancangan
sistem ventilasi lokal diambil bilangan 0 atau 1,dalam perancangan Acceleration Factor = 0
Univ. Esa Unggul, tahun 2014 17
DESAIN SISTIM VENTILASI LOKAL
Langkah kesepuluh ;
Untuk menghitung tekanan statis slot atau Slot Statik Presure SPs dalam in H2O, digunakan
rumus sebagai berikut,
Langkah kesebelas;
Duct Entry Loss Factor atau faktor kehilangan pada Duct, sebesar 0,250 diambil dalam
gambar 6.27, buku ventilasi industri, Hood entry loss, Sumber; Willian Popendarf, Industrial
Hygiene Control of air bone Chemical Hazard
Duct entry loss per VP = Duct entry loss factor + Acceleration factor
Duct Entry Loss = Duct Velocity Pressure * Duct Entry Loss per VP
Duct Entry Loss = VPd * Duct entry loss per VP
= 1,4167 * 1,25
= 1,771 in H2O
dimana,
VPd = 1,4167 in H2O
Maka kehilangan pada duct sebesar 1.771 in H2O
Persamaannya menjadi,
Hf = 0,0307 x
Hf = 0,0307 x
= 0,0228
dimana,
kecepatan duct actual,---- Vc= 4767 fpm
Aliran udara ----------------- Q = 2600 cfm
Maka, Friction Factor (Hf),adalah sebesar 0,0228
Duct Loss per VP = Friction Los per VP + Elbow Loss per VP + Special Fitting Loss
Factor
Duct Loss per VP = 0,4329 + 0,190 = 0,6229
dimana,
Friction Los per VP adalah sebesar = 0,4329
Elbow Loss per VP = 0,190
Maka Duct Loss per VP = 0,6229
dimana,
Tekanan kecepatan duct ----– VPd = 1,4167 in WG
Duct Loss per VP ----- 0,6229
Maka kehilangan pada pipa sebesar = 0,8825
Langkah pertama ;
Aliran udara/ Volumetric Flowrate, yang telah dihitung
Untuk gambar 2.6 detail B
Tinggi, X = 0,3 m (1 ft) (jarak dari sumber ke konopi)
Sisi, D = 0,4 X
Kecepatan tangkap, , v1 =200 -500 fpm
Cross-Sectional Area Af = 30 x 25/144 = 5,2 ft2
Q = V (5 X2 + Af)
dimana,
V = kecepatan tangkap (200 - 500 fpm)
Q = debit hisapan hood (2.040 – 5.100 cfm)
X = 1 ft
Af = 5,2 ft2
Volumetric flow rate atau debit hisapan hood, -- Q = 2.600 cfm
Langkah kedua ;
adalah menentukan diameter duct = dc = 10 in
Diameter duct yang dirancang sangat bergantung pada debit gas dan
kecepatan minimum transport.
Langkah ketiga ;
adalah menghitung luas bukaan hood yang di desain = A , dalam ft2
dimana ;
dc = 10 in, dikonversikan ke feet ---- dc =10/12 ft
Maka, duct area luas bebas dari bukaan inlet,----- A = 0,5454 ft2 .
Langakah keempat;
adalah menghitung kecepatan duct actual/Actual Duct Velocity=.Vc,- Q = V*A,
Vc =Q/A,
Vc=(2.600/0.5454)
= 4.767 fpm
dimana,
Q = 2.600 cfm
A = 0,5454 sq.ft
Maka, kecepatan duct actual,
Vc= 4.767 fpm (dihitung)
Dalam perancangan sistem ventilasi industri, kecepatan dalam setiap duct tidak boleh lebih
besar dari 6.000 fpm karena dapat menimbulkan bising/noise ditempat kerja (perhitungan
diatas memenuhi persyaratan standar).
Langkah kelimah;
yaitu menghitung kecepatan tekan pada duct VPd, dalam in H2O
Langkah keenam;
adalah menentukan kecepatan aliran dalam slot /Slot Velocity-- Vs , kecepatan Slot pada
perencanan ini di tentukan sebesar ----–Vs = 400 fpm
Langkah ketujuh;
Mengitung Tekanan kecepatan Slot VPs ,dalam i in H2O, dengan menggunkan rumus
persamaan,
VPs = (Vs/4005)2
VPs = (400/4005)2
= 0,0100 in H2O
dimana,
Vs = 400 fpm
Maka tekanan kecepatan --- VPs = 0,0100 in H2O
Langkah kedelapan;
Koefisien kehilangan pada Slot sebesar 1,78 (diambil dalam tabel)
Langkah kesembilan;
adalah menghitung kehilangan yang di slot dalam rancangan dipakai istilah Slot loss per
VP, sedangkan acceleration factor atau faktor percepatan diambil dalam perancangan
sistem ventilasi lokal diambil bilangan 0 atau 1,dalam perancangan Acceleration Factor = 0
Slot loss per VP = Slot Loss koefisien +Acceleration Factor
= 1,78 + 0
= 1,78
Maka, kehilangan yang terjadi Slot adalah sebesar 1,78
Langkah kesepuluh ;
Untuk menghitung tekanan statis slot atau Slot Statik Presure SPs dalam in H2O, digunakan
rumus sebagai berikut,
Langkah kesebelas;
Duct Entry Loss Factor atau faktor kehilangan pada Duct, sebesar 0,250 diambil dalam
gambar 6.27, buku ventilasi industri, Hood entry loss, Sumber; Willian Popendarf, Industrial
Hygiene Control of air bone Chemical Hazard
Duct entry loss per VP = Duct entry loss factor + Acceleration factor
Duct Entry Loss = Duct Velocity Pressure * Duct Entry Loss per VP
Duct Entry Loss = VPd * Duct entry loss per VP
= 1,4167 * 1,25
= 1,771 in H2O
dimana,
VPd = 1,4167 in H2O
Maka kehilangan pada duct sebesar 1.771 in H2O
Persamaannya menjadi,
Hf = 0,0307 x
Hf = 0,0307 x
= 0,0228
dimana,
kecepatan duct actual,---- Vc= 4767 fpm
Aliran udara ----------------- Q = 2600 cfm
Maka, Friction Factor (Hf),adalah sebesar 0,0228
dimana,
panjang lurus duct = 15 ft
Friction Factor (Hf) = 0,0228
Maka Friction Los per VP adalah sebesar = 0,3418
Duct Loss per VP = (Friction Los per VP + Elbow Loss per VP + Entry loss per VP +
Special Fitting Los Factor)
Duct Loss per VP =0,3418 + 0,1598 + 0,18
= 0,6816
dimana,
Friction Los per VP adalah sebesar = 0,3418
Elbow Loss per VP = 0,1598
Entry loss per VP = 0,18
Maka Duct Loss per VP = 0,6816
dimana,
Tekanan kecepatan duct – VPd = 1,4167 in H2O
Duct Loss per VP--- 0,6816
Maka kehilangan pada pipa sebesar = 0,9657
Perhitungan detail segmen A-C, detail segmen B-C, dan dilanjutkan dengan detail segmen
C - D, detail segmen D –E, detail segmen E- F, lihat pada data perhitungan, dengan
menggunakan metode “VELOCITY PRESSURE METHOD CALCULATION SHEET”
BAB -IV
HASIL PERANCANGAN
Data yang diperlukan untukmenentukan besarnya daya HP= House Power dan Putaran
(rpm), Fan yang digunakan dalam desain ini adalah :
o N = jumlah blades,
o Q=volumemetric flow rate,
o FSP = Fan Static Pressure,
o FTP = Fan Total Pressure
Tekanan potensial diberikan oleh udara diam. Dengan kata lain, itu adalah perbedaan
antara tekanan dalam pipa yang diberikan ke segala arah, dan tekanan dalam atmosfir.
Tekanan statis fan (FSP)
Jumlah dari tekanan total fan dan tekanan statik udara dalam sebuah sistim saluran.
Maka,
Fan SP = SP outlet - SP inlet - VP inlet
= 1,497 – (-1,484) - 0,2652
= 2,7158 in H2o
Untuk menghitung koefisien efsiensi dari fan, untuk mendapat besaran tenaga atau daya
yang dibutuhkan untuk menarik udara dari Hood, ke pembersih udara/partikulat ke Fan (fan-
inlet), dengan menggunakan persamaan (3)
Dimana :
Ƞ = mechanic eficiensy, gambar-10
Q = volumetric rate , cfm
FTP = fan tekanan total
FSP = fan tekanan static
PWR = power rekruitmen, HP
CF = Konfersi factor, 6356
diketahui :
Ƞ = mechanic eficiensy = 73 %
Q = volumetric rate = 4.500 cfm
FTP = fan tekanan total = 2,8437 in H2o
Ƞ (mechanic eficiensy) = 75 %
BHP = 2,68 HP, maka
RPM = 2.500
BAB – V
REKOMENDASI
Dari hasil desain system ventilasi “ Lokal Exhaust Ventilsi direkomendasikan sebagai
berikut
Dengan hasil rancangan ini direkomendasikan kepada bagiam produksi untuk melaksanan
pembanguanannya,
Reference
Moody, L. F. (1944),
`"Friction factors for pipe flow", Transactions of the ASME 66 (8): 671–684
Patty's Industrial Hygiene, Volume 1, diedit oleh Vernon E. Rose,Barbara Cohrssen,Capter -24,
Industrial Ventilation, Robert.D. Soule CIH,CSP
NIOSH, Occupational Diseases - A Guide to their Recognition, in Publication No 77-181. 1977. 2,.
Williams PR, Knutsen JS, Atkinson C, Madl AK, Paustenbach DJ. 3. Williams PR, JS Knutsen, C
Atkinson, AK Madl, Paustenbach DJ. Airborne concentrations of benzene associated with the
historical use of some formulations of liquid wrench. J Occup Environ Hyg. 2007; 4 (8):547–561.
McMinn BW. 4. McMinn BW. Control of VOC emissions from ink and paint manufacturing processes.
Pengendalian emisi VOC dari tinta dan proses manufaktur cat. CT Center. Environmental Protection
Agency. 1992. CT Center. Environmental Protection Agency. 1992.